Anda di halaman 1dari 34

Cardiovascular Care Unit (CVCU)

Nomor
No. Dokumen Revisi Halaman 1/2
047/001/251/XII/2018

SPO Ditetapkan
Direktur RSUD Provinsi.
Tanggal Terbit NTB
1 Januari 2016

Dr.H.L. Hamzi Fikri.MM

NIP. 197406212002121007
PENGERTIAN CVCU: adalah suatu ruangan yang diperuntukkan bagi pasien yang
memiliki masalah pada jantung dan memerlukan pemantaun dan
perawatan yang ketat.
TUJUAN Menyusun petunjuk tentang alur penderita di CVCU
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR I. PROSEDUR MASUK CVCU:

Yang memberikan ijin penderita masuk dan keluar dari ruangan CVCU
adalah: Dokter kardiologi yang diberi tugas dan wewenang sesuai dengan
SK dari SMF. Penderita yang dirawat di CVCU adalah penderita yang:
1. Penderita yang dikirim dari IRD RSUD Provinsi NTB oleh Dokter
jaga pada setiap shiff.
2. Dikirim dari Rawat Jalan kardiologi/poli jantung pada pagi hari
dengan indikasi masuk Rumah sakit.
3. Pindahan dari bagian lain yang mempunyai indikasi perawatan di
CVCU
4. Memenuhi kreteria/ indikasi dibawah ini dan bersedia di rawat di
CVCU

II. INDIKASI PENDERITA DIRAWAT DI CVCU :


1. Infark miokard Akut (ST elevation myocardial Infarction dan Non
STelevation Myocardial Infarction)
2. Angina tidak stabil ( Unstable Angina Pectoris )
3. Aritmia yang gawat dan mengancam jiwa,seperti:
Blok AV total dengan irama lolos ventrikel <40
x/menit Sinus bradikardi<40 x/menit
Sick sinus syndrom dengan serangan adam
stokes Takikardi atrial paroksismal
Takikardi Ventrikurel (VT)
Fibrilasi Ventrikurel (FV)
4. Edema paru akut/ALO
5. Pasca tindakan kardiologi
6. Penyakit jantung lain yang memerlukan pemamtauan hemodinamik

III. Indikasi penderita pindah dari CVCU

1. Dianggap keadaan penderita sudah tidak memerlukan perawatan


intensif dan dapat dirawat di ruangan biasa
2. Kegawatan penderita bukan disebabkan oleh penyakit jantung dan
dipindahkan ke ruangan intensif lain
3. Penderita yang menderita penyakit menular,seperti: gastroenteritis
akut,TB paru aktif
4. Penderita yang dinyatakan meninggal setelah dilakukan observasi
selama 2 jam di CVCU
5. Penderita yang ingin dipindahkan ke rumah sakit lain atas permintaan
sendiri/keluarga dan dianggap pasien
6. Pasien yang meminta pulang paksa, setelah menandatangani surat
pernyataan bahwa tidak ingin dirawat di CVCU RSUD Provinsi Nusa
Tenggara Barat

UN IT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Unit rawat jalan kardiolagi atau poli jantung
3. Seluruh unit rawat nginap
PEMANTAUAN PADA TIAP – TIAP KELAINAN JANTUNG
No. Dokumen Revisi Halaman 1/2
47/Kep/I/2016 01
RSUD PROF. DR. W.Z.
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Direktur RSUD Prof.Dr.
Tanggal Terbit W.Z.Johanes Kupang
1 Januari 2016

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Pemamtauan pada tiap-tiap kelainan jantung merupakan tata cara
pemantauan yang lebih terarah pada masing-masing kelainan jantung
sehinggga perkembangan penderita dapat diantisipasi secara dini
Menyusun petunjuk tentang alur penderita di CVCU
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam memantau pada tiap-tiap kelainan
jantung
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
rekam medis.
4. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan.
A. UDEMA PARU AKUT
1. Observasi distres pernapasan : frekuensi napas tiap 30
menit.Bila frekuensi napas > 30 x/menit berarti bendungan paru
masih banyak
2. Asidosi : saat pasien datang,setelah 1 jam,jam ke dua(bila perlu)
3. Tekanan darah: tiap 30 menit dalam 3 jam pertama,setelah
terkontrol dapat tiap jam.Hari kedua tiap 8 jam,terutama bila
setelah pemberian obat anti hipertensi yang bekerja
cepat(misal:nifedipin,nitrat).
4. Produksi urine: saat datang tiap 30 menit dalam 3 jam pertama,
selanjutnya bila produk urine adekuat tiap 6 jam. Bila dalam 1 – 2
jam produk urine mencapai 300 – 400 cc, biasanya bendungan paru
telah berkurang dan penderita membaik.
5. Nadi / denyut jantung : tidak terlalu penting karena naik turunnya
mengikuti distress, kecuali bila disertai takikaritmia observasi tiap
30 menit untuk 3 jam pertama
6. Suhu : Bila akral dingin, temperature rectal tinggi kemungkinan
infeksi sekunder harus di pikirkan.
PROSEDUR A. INFARK MIOKARD AKUT
1. Observasi keluhan nyeri dada : tingkat nyeri pasien apakah
ringan atau memberat.
2. Nadi / denyut jantung : bila cepat maka curiga awal dekompensasi,
bila lambat kurang dari 40 x/mnt kemungkinan perlu pemasangan
temporer pace maker. Frekuensi observasi tiap 30 menit dalam 3 jam
pertama selanjutnya tiap jam, hari kedua tiap 6 jam.
3. Tekanan darah : pada IMA anterior luas awasi kemungkinan syok.
4. Frekuensi napas : bila lebih dari 24 x/mnt awasi tada-tanda
kemungkinan adanya udem paru.

B. ARITMIA YANG GAWAT


1. Denyut jantung : lewat monitor, tiap saat, set pada monitor.
2. ECG : lewat monitor, set alarm batas atas dan batas bawah untuk heart
rate.
3. DC Shock : harus disiapkan di samping penderita.

C. KRISIS HIPERTENSI
1. Tekanan darah : tiap jam dalam 3 pertama selanjutnya tiap 3 jam. Hari
kedua bila stabil tiap 6 jam.
2. Tanda-tanda terkenanya organ sasaran :Monoparese, hemiparese, papil
udema, gejala dekompensasi dll.
3. Monitor ECG : kemungkinan adanya aritmia ventrikuler.
4. Frekuensi napas : bila meningkat kemungkinan gagal jantung. Ob
servasi tetap setiap jam.

D. MIOKARDITIS
1. Frekuensi napas : kusmaul, + FN > 24x/mnt merupakan adanya tanda
acidosis.
2. Tekanan darah : tiap jam
3. Analisa Gas Darah : penting sekali, dilakukan tiap 30 menit dalam 3
jam pertama atau selama pasien menunjukan hasil gas darah asidosis
metabolik. Penting sebagai parameter pemberian NaBic.
4. Monitor ECG : penting untuk mengetahui adanya komplikasi
bradiaritmia atau takiaritmia.
5. Produksi urine : saat datang, tiap 30 menit dalam 3 jam pertama,
selanjutnya bila produk urine adekuat tiap 6 jam.

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


MELAKUKAN DEFIBRILASI DAN KARDIOVERSI

No. Dokumen : No. Revisi: Halaman :


46/Kep/I/2016 01 1/3

RSUD PROF.DR.W.Z.
JOHANES KUPANG
SPO Ditetapkan
Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
Tanggal Terbit :
1 Januari 2016 Kupang

Dr g.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Adalah suatu tindakan Resusitasi Jantung dengan menggunakan suatu alat
( DC SHOCK ) dan merupakan metode efektif guna memberikan
pertolongan pada pasien dengan gangguan irama jantung dan di harapkan
setelah dilakukan tindakan irama jantung kembali normal.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan defbrilasi
dan kardioversi.
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal
bidang kesehatan.
TANGGUNG JAWAB Yang berhak / boleh melakukan adalah :
1. Dokter supervisor
2. Dokter dan perawat yang telah mengikuti ACLS atau trampil.
PROSEDUR KERJA I. Persiapan alat :
1. Jelly
2. Alat DC Shock
3. Valium / Diazepam 2 amp.
4. Spuit 2,5 cc
5. Tissue / waslap
6. Bengkok
7. Obat – obat emergensi ( Sulfas Atropin, Adrenalin, NaHCO3, Infus Set,
D5 %, RL, NaCL, dll )
II. Prosedure :
1. Bawa DC Shock dan tempatkan di sebelah penderita
2. Nyalakan alat dengan memutar tuas ke tanda ECG.
3. Olesi jelly pada kedua paddle.
4. Tempelkan kedua paddle pada dinding dada penderita dengan lokasi
yang sesuai dengan tanda paddle atau lain atas indikasi sesuai
perintah dokter ( misalnya antero – posterior ).
5. Lihat pada monitor alat, kelainan irama yang timbul, tentukan dosis
( oleh dokter ).
6. Dosis energi yang akan dipakai ditentukan dengan memutar tuas ke
kanan sampai besarnya angka yang dimaksud dan tunggu sampai
tulisan “ joule “ berkedip – kedip sebagai tanda energi telah siap di
pakai.
7. Bila perlu tombol pilihan “ sync “ ditekan untuk tindakan kardioversi.
8. Sebelum tindakan defibrilasi, maka operator harus memastikan bahwa
tidak ada orang lain yang berada di sekitar tempat tidur, dengan
berseru : ‘’ semua harap minggir ‘’
9. Tekan kedua paddle secukupnya pada dinding dada penderita dan
tekan tombol no. 3 ‘’ defib’’
pada kedua paddle secara bersama-sama, maka energi listrik akan
segera ditempatkan ke penderita.
10. Setelah selesai melakukan tindakan ini, kedua paddle jangan segera
diangkat dari dinding dada penderita tetapi tetap disitu untuk melihat
apakah irama telah kembali normal atau belum.
11. Selanjutnya bila diperlukan defibrilasi ulangan, maka proses tersebut
diulang lagi. Bila benar – benar tidak diperlukan lagi, maka alat
dimatikan, kedua paddle dibersihkan dari jelly dan kembalikan ke
tempatnya.
12. Tetap dilakukan pengisian baterai / cas.

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


PROSEDUR PEMANTAUAN DAN PENGISIAN LIST DI
RUANGAN CVCU

RSUD PROF. DR. W.Z. No. Dokumen Revisi Halaman ½


JOHANNES KUPANG 49/Kep/I/2016 01
SPO Ditetapkan
Direktur RSUD Prof.Dr.
Tanggal Terbit:
1 Januari 2016
W.Z.Johanes Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Pemantauan dan pengisian list pada ruang intensif merupakan cara
pemantauan yang lebih terarah sehingga perkembangan penderita dapat
dilihat dan dapat di antisipasi lebih dini.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemantauan penderita dengan masalah
jantung sehingga dapat penanganan lebih cepat.
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
rekam medis.
4. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR Pengisian Lembaran Observasi :
I. Tiap 1 jam :
1. Tekanan Darah
2. Nadi
3. Suhu
4. Frequensi Napas
5. Saturasi Oksigen
6. Produksi Urine
7. Produksi cairan lambung bila ada NGT
8. CVP ( untuk Post Open Heart ) disamping pemantauan
setiap saat melalui monitor.
9. Perfusi dan tingkat kesadaran.
II. Tiap 2 jam :
1. Pemberian sonde foeding
2. Mobilisasi / perubahan posisi pasien miring kiri / kanan
bergantian pada pasien tidak sadar.
III. Tiap 4 jam :
1. Tindakan fisioterapi napas ( Clapping, Vibrating dan
Postural Drainage )
2. Tindakan Suctioning pada pasian-pasien dengan
produksi secret yang banyak.
3. Mencatat jumlah dan kualitas secret yang keluar : jernih,
mucoid, purulen, atau mucopurulen.
4. Tindakan fisioterapi napas dan pemberian nebulizer dan
latihan napas dalam dan batuk efektif .
5. Pemberian obat yang 4x dalam 24 jam.
IV. Tiap 6 jam :
Pemberian therapi ( untuk obat-obatan yang diberikan 4x dalam 24 jam
/tiap 6 jam.
V. Tiap 12 jam :
1. Pemberian obat ( untuk obat-obatan yang diberikan 3x dalam 24
jam ).
2. Pemberian cairan infus untuk jumlah cairan 1500 cc per / 24 jam.

VI. Tiap 24 jam :


1. Pemberian / penggantian cairan infus ( Untuk pemberian cairan 500
cc / 24 jam
2. Pemberian obat ( untuk obat – obatan yang diberikan 1 x dalam 24
jam ).
3. Balance cairan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Darurat


2. Seluruh Unit Rawat Inap
PEMBUATAN REKAMAN ELEKTROKARDIOGRAFI
No. Dokumen Revisi Halaman 1/2
RSUD PROF. DR. W.Z. 51/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr.
1 Januari 2016 W.Z.Johanes Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Rekaman elektrokardiografi merupakan catatan kegiatan listrik jantung
yang dapat diinterprestasikan untuk menegakkan diagnosis dan
evaluasi perjalanan penyakit atau evaluasi efek pemberian terapi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah dalam pembuatan rekaman
elektrokardiografi
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.

PROSEDUR KERJA I. Persiapan Alat :


1. Alat perekam EKG
2. Kabel elektroda 12 lead
3. Pasta / jelly
4. Tissue pembersih
5. Penyekat Ruangan.

II. Prosedur :
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
2. Alat didekatkan pada sebelah kanan atau kiri penderita.
3. Penderita diberi informasi ttg pemeriksaan yg akan dilakukan.
4. Siapkan lingkungan, pakai penyekat ruangan apabila perlu,
terutama penderita wanita.
5. Pasang kabel power ke listrik, hidupkan mesin EKG.
6. Buka pakaian bagian atas penderita.
7. Gosokan jelly pada bagain-bagian atau tempat sandapan EKG :
a. Tangan kanan ( untuk warna merah )
b. Tangan kiri ( untuk warna kuning )
c. Kaki kanan ( untuk warna hitam )
PROSEDUR KERJA d. Kaki kiri ( untuk warna hijau )
e. V1 : daerah intercostae keempat parasternal kanan.
f. V2 : daerah intercostae keempat parasternal kiri.
g. V3 : daerah intercostae kelima antara V2 dan V4.
h. V4 : daerah intercostae kelima garis tengah klavikula.
i. V5 : daerah intercostae kelima garis axilla anterior.
j. V6 : daerah intercostal kelima garis tengah axilla
8. Hubungkan tiap – tiap sadap tersebut dengan
elektrode yang sesuai
9. Sebelum merekam lead, buatlah rekaman kalibrasi.
10. Setelah selesai merekam bersihkan lead dan
tubuh penderita dari sisa jelly, rapikan alat dan
kembalikan elektrode dan alat EKG ke tempatnya.

III. PERHATIAN :
1. Selama proses merekam sebaiknya penderita
rileks dan tidak bergerak.
2. Kedua ekstremitas bawah tidak boleh saling
menempel.

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


PEMBERIAN OBAT STREPTOKINASE

No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


RSUD PROF. DR. W.Z. 50/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr.
1 Januari 2016 W.Z.Johanes Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Obat streptokinase adalah salah satu obat trombolitik yang tersedia di
dalam bentuk serbuk injeksi dan diberikan secara intravena untuk
mencairkan dan menghilangkan bekuan darah dan nana serta menekan
inflamasi yang disebabkan oleh trauma,tromboplebitis,sinusitis
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian streptokinase
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan.
I. SYARAT-SYARAT :
PROSEDUR 1. Surat persetujuan dari keluarga
2. Penderita harus dirawat di CVCU
3. Monitor EKG dan Tekanan Darah harus terpasang
4. EKG sebelum pemberian streptokinase

II. PROSEDUR KERJA :


1. Cuci tangan
2. Pake APD
3. Semua alat dibawa dekat pasien
4. Infus D5% atau Nacl 0,9% terpasang
5. Dosis dan cara pemberian

a. Untuk Acute Myocard Infark


1.5 juta unit streptokinase dilarutkan 100 cc D5% atau Nacl 0,9%
dan di berikan secara intra vena per infus selama 1 jam atau 1.5 juta
unit streptokinase dilarutkan 50 cc D5% atau Nacl 0,9% dan
diberikan secara intra vena selama satu jam dengan menggunakan
shiringe pump.
b. Untuk Deep Venous Thrombosis (DVT), Acute Massive Pulmonary
Embolism (PE), Acute Arterial Thrombosis and Embolism:
III. 250 ribu unit streptokinase dilarutkan 100 cc D5% atau Nacl 0,9% dan
diberikan secara intra vena per infus selama lebih dari 30 menit. Dosis
pemeliharaannya 100 ribu unit perjam selama 3 hari
1. Dibuat rekaman EKG 12 lead segera setelah infus streptokinase habis
2. Flush infus dengan D5% atau Nacl 0,9% selanjutnya dengan tetesan
lambat (8 s/d 10 tetes permenit)
3. Lepas APD
4. Cuci tangan
5. Pemantauan melalui monitor adanya aritmia dan didokumentasikan
6. Dibuat rekaman EKG 6 jam dan 12 jam setelah pemberian streptokinase
7. Observasi adanya komplikasi setelah pemberian streptokinase, bila ada
segera lapor dokter

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


PENGUKURAN TEKANAN
VENA SENTRAL
No. Dokumen Revisi Halaman 1/1
51/Kep/I/2016 01
RSUD PROF. DR. W.Z.
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
Pengukuran tekanan vena sentral (CVP) merupakan tata cara mengukur
PENGERTIAN tekanan vena sentral untuk menilai fungsi jantung (terutama yang
kanan) sebagai pompa dan memperkirakan volume darah atau cairan
dalam tubuh. Harga normal dari CVP : 5 – 15 cmH2O
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengukuran tekanan
TUJUAN vena sentral.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
KEBIJAKAN Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan.
I. PERSIAPAN ALAT
PROSEDUR 1. Manometer
2. Water pas/ Pipa U
II.CARA PENGUKURAN
1. Peralatan disiapkan
2. Pasien diberitahu dan dijelaskan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
3. Tentukan titik nol(0) pada atrium kanan (setinggi intercostae II-III
pada garis anterior axilaris tengah kanan).
4. Ukur dengan waterpas titik ini sama tinggi dengan titik nol pada
manometer air di tiang infus yang dihubungkan dengan kran 3
arah.
5. Tutup kran yang menuju jantung, kemudian slang yang menempel
pada manometer diisi dengan cairan perlahan-lahan.
6. Setetelah selang yang menempel di manometerterisi cairan,
tetesan infus distop lalu buka katup yang menutup jantung.
7. Cairan pada manometer akan turun pelan-pelan sambil tampak
pulsasi sampai berhenti. Angka yang ditunjukan adalah nilai
CVP.
8. Catat nilai yang didapat dilembar pemantauan
9. Tutup lagi katup yang menuju jantung.
UNIT TERKAIT IGD, IRNA

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

No. Dokumen Revisi Halaman 1/1


RSUD PROF. DR. W.Z. 52/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr.
1 Januari 2016 W.Z.Johanes Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGETIAN Memberikan oksigen pada paru melalui saluran nafas dengan
menggunakan alat khusus untuk memenuhi kekurangan oksigen dan
sebagai tindak pengobatan dengan tujuan mengurangi ischemi miokard
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian terapi oksigen
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
KEBIJAKAN Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR I. PERSIAPAN ALAT
1. Nasal canule/ masker oksigen
2. Botol pelembab harus terisi air secukupnya

II. PROSEDUR
1. Cuci tangan sebelum pemberian
2. Penderita diberi penjelasan
3. Pasang nasal canule/ masker melingkari kepala dan kencangkan
4. Hubungkan ujung satunya dengan botol pelembab.
5. Buka klep oksigen dengan dosis aliran oksigen sesuai dengan
diinstruksikan oleh dokter.
6. Bila selesai/ tidak diperlukan lagi, matikan oksigen, lepas nasal
canule/ masker dan penderita dirapikan
7. Peralatan dibereskan.
8. Cuci tangan setelah pemberian
1. Dosis yang diberikan
DOKUMENTASI 2. Tanggal dan jam pemberian

UNIT TERKAIT IGD, IRNA

MENYIAPKAN INFUS DOPAMIN

No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


RSUD PROF. DR. W.Z. 53/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari 2016 Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Dopamin merupakan salah satu obat inotropik yang diberikan melalui
intravena (drip) untuk memperkuat kontraksi otot jantung dan perfusi
repal
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian dopamin
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
KEBIJAKAN Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR A. Menggunakan Infusion Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Infusion pump
2. Dopamin 200mg (per ampule)
3. Dextrose 5% atau Normal Salin 500 ml
4. Konektor (infus set)

Prosedur:
1. Larutkan dopamin 200mg dalam Dextrose 5% atau Normal Saline
200ml atau 500ml dan hubungkan dengan infus set
2. Pasang infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
3. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya
4. Tekan tombol “ON” → displai merah 000
5. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
6. Tekan start untuk memulai

B. Menggunakan Syringe Pump:


Alat yang di perlukan:
1. Syringe pump
2. Dopamin 200mg (per ampule)
3. Dextrose 5% atau Normal Saline secukupnya
4. Spuit 50cc
5. Konektor (extension tube)
Prosedur
1. Larutkan dopamin dalam spuit 50cc dan tambahkan dextrose 5%
atau normal saline sampai 50ml dan hubungkan dengan extension
tube
2. Pasang syring pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
3. Letakan spuit pada syringe pump
4. Tekan tombol “ON” tunggu sampai keluar OPS pada display
5. Tekan “F” → display 00,0
6. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
7. Tekan start untuk memulai

Cara Perhitungan
Patokan
a. Bila menggunakan infusion pump:
• Dalam 500 cc D5% + 200mg Dopamin, maka per ml larutan tersebut
mengandung (konsentrasi) 400µg Dopamin
• Dalam 200cc D5% + 200mg Dopamin, maka per ml laritan tersebut
mengandung (konsentrasi) 1000µg Dopamin
b. Bila menggunakn Syringe Pump: dalam 50 cc D5% + 200mg Dopamin,
maka per ml larutan tersebut mengandung (konsentrasi) 400µm
Dopamin.

Contoh:
Seorang penderita dengan berat badan 50 kg membutuhkan dopamin
6µg/BB/mnt. Berapa floe ratenya?
Jawab:
a. Dengan infusion pump:
Per 1µm/BB/mnt-nya = 50 x 1 = 50µm
Dalam 1 jam (60 menit) maka = 60 x 50µg = 3000µg/jam
 Untuk (konsentrasi 400µg/cc) maka flow ratenya =
3000/400=7,5ml/jam
Untuk dosis 6 µg/BB/mnt, maka flow ratenya = 6x7,5ml/jam =
45ml/jam
 Untuk (konsentrasi 1000µg/cc) maka flow ratenya =
3000/1000=3ml/jam
Untuk dosis 6 µg/BB/mnt, maka flow ratenya = 6x3ml/jam =
18ml/jam

b. Dengan syringe pump:


Dalam 1 jam maka = 60x50µg = 3000µg/jam → flow ratenya =
3000/4000 = 0,75ml/jam
Untuk dosis 6µg/bb/mnt, maka flow rate = 6x0,75ml/jam = 4,5ml/jam
UNIT TERKAIT IGD, IRNA

MENYIAPKAN INFUS DOBUTAMIN


No. Dokumen Revisi Halaman 1/1
RSUD PROF. DR. W.Z. 54/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari 2016 Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Dobutamin merupakan obat sintetik katekolammin yang diberikan
secara intravena (drip) untuk :
1. Meningkatkan inotropik jantung
2. Menurunkan LVEDP (Left Ventriculer End Diastolic Preasure)
3. Mengurangi oksigen demand
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian dobutamin
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR A. Menggunakan Infusion Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Infusion pump
2. Dobutammin 250mg (per ampule)
3. Dextrose 5% atau Normal Salin 500 ml
4. Konektor (infus set)
Prosedur:
1. Larutkan dobutamin 250mg dalam Dextrose 5% atau Normal
Saline 200ml atau 500ml dan hubungkan dengan infus set
Pasang infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
2. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya
3. Tekan tombol “ON” → displai merah 000
4. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
5. Tekan start untuk memulai

B. Menggunakan Syringe Pump:


Alat yang di perlukan:
1. Syringe pump
2. Dobutamin 250mg (per ampule)
C. Menggunakan Infusion Pump:
Alat yang diperlukan:
5. Infusion pump
6. Dobutammin 250mg (per ampule)
7. Dextrose 5% atau Normal Salin 500 ml
8. Konektor (infus set)
Prosedur:
6. Larutkan dobutamin 250mg dalam Dextrose 5% atau Normal
Saline 200ml atau 500ml dan hubungkan dengan infus set Pasang
infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan sumber
listrik
7. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya
8. Tekan tombol “ON” → displai merah 000
9. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
10. Tekan start untuk memulai
D. Menggunakan Syringe Pump:
Alat yang di perlukan:
3. Syringe pump
4. Dobutamin 250mg (per ampul)

PROSEDUR
PROSEDUR 5. Dextrose 5% atau Normal Saline secukupnya
6. Spuit 50cc
7. Konektor (extension tube)
Prosedur
1. Larutkan dobutamin dalam spuit 50cc dan tambahkan dextrose
5% atau normal saline sampai 50ml dan hubungkan dengan
extension tube
2. Pasang syring pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
3. Letakan spuit pada syringe pump
Tekan tombol “ON” tunggu sampai keluar OPS pada display
4. Tekan “F” → display 00,0
5. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
6. Tekan start untuk memulai

CARA PERHITUNGAN Patokan


a. Bila menggunakan infusion pump:
 Dalam 500 cc D5% + 250mg Dobutamin, maka per ml larutan
tersebut mengandung (konsentrasi) 500µg Dobutamin
 Dalam 200cc D5% + 250mg Dobutamin, maka per ml larutan
tersebut mengandung (konsentrasi) 1000µg Dobutamin
b. Bila menggunakn Syringe Pump: dalam 50 cc D5% + 250mg
Dobutamin, maka per ml larutan tersebut mengandung (konsentrasi)
5000µm Dobutamin.

Contoh:
Seorang penderita dengan berat badan 50 kg membutuhkan dobutamin
7µg/BB/mnt. Berapa floe ratenya?
Jawab:
a. Dengan infusion pump:
Per 1µm/BB/mnt-nya = 50 x 1 = 50µm
Dalam 1 jam (60 menit) maka = 60 x 50µg = 3000µg/jam
 Untuk (konsentrasi 400µg/cc) maka flow ratenya =
3000/500=6ml/jam
Untuk dosis 7 µg/BB/mnt, maka flow ratenya = 7x6ml/jam =
42ml/jam
 Untuk (konsentrasi 1000µg/cc) maka flow ratenya =
3000/1000=3ml/jam
Untuk dosis 7 µg/BB/mnt, maka flow ratenya = 7x3ml/jam =
21ml/jam

b. Dengan syringe pump:


Dalam 1 jam maka = 60x50µg = 3000µg/jam → flow ratenya =
3000/5000 = 0,6ml/jam
Untuk dosis 7µg/bb/mnt, maka flow rate = 7x0,6ml/jam = 4,2ml/jam
PEMBERIAN MORFIN SECARA
PARENTERAL

RSUD PROF. DR. W.Z. No. Dokumen Revisi Halaman 1/1


JOHANNES KUPANG 55/Kep/I/2016 01
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari 2016 Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Morfin sulfat merupakan obat golongan Opiat yang tersedia dalam
larutan injeksi dan diberikan secara intravena dengan tujuan
mengurangi beban jantung atau analgesik dan sedasi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian morfin.

KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR I. PERSIAPAN ALAT
1. Spuit 10/20 Cc
2. Aquadest Steril
3. Morfin Sulfat 10mg/ Ampul
II.PROSEDUR
1. Morfin 10 mg/ ampul diencerkan dengan aquadest sampai 10 cc,
sehingga konsentrasinya 1 cc = 1 mg.
Pada spuid diberi label : nama obat, konsentrasi, tanggal
dibuat.
2. Morfin sulfat bisa diberikan secara intravena harus secara
perlahan-lahan
3. Dosisi sesuai yang diinstrusikan oleh dokter berkisar antara 1 –
5mg, umumnya 2 mg
4. Sebelum diberikan harus diamati frakuensi nafas > 20x/mnt, tensi
sistolik > 100 mmhg
5. Selama pemberian morfin, diamati ada tidaknya efek samping
yang timbul yaitu depresi nafas, penurunan kesadaran, mual,
muntah, lapor dokter dan pemberian dihentikan
KOMPLIKASI 1. Depresi nafas
2. Penurunan kesadaran
3. Mual, muntah
DOKUMENTASI 1.Tanggal dan jam pemberian
2.Dosis yang diberikan
3.Nama pasien, umur, alamat dan no. Register,nama dokter yg meminta

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


PEMBERIAN LANOXIN PARENTERAL

No. Dokumen Revisi Halaman 1/1


RSUD PROF. DR. W.Z. 56/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari 2016 Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Lanoxin parenteral adalah salah satu obat digitalis yang tersedia
didalam larutan injeksi dan diberikan secara intravena untuk
memperkuat kontraksi otot jantungdan aritmia.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian lanoxin
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal
bidang kesehatan.
PROSEDUR I. PERSIAPAN ALAT:
1. Obat Lanoxin (0,25 mg/cc)
2. Aquadest/ water for injection
3. Spuit 10 cc
4. Kapas alkohol
5. Bak injeksi
6. Perlak dan alas
7. Tourniquet
II. PROSEDUR:
1. Beritahu pasien tentang tujuan dan manfaat pemberian Lanoxin
2. Dekatkan alat-alat pada pasien
3. Pasang perlak dan alas pada daerah yang akan ditusuk, pasang
juga tourniquet
4. Buka Lanoxin 1 ampul (0,5mg), encerkan dengan aquadest
menjadi 10 cc
5. Disinfeksi daeerah vena yang akan disuntik dengan kapas
alkohol
6. Masukan obat sesuai dengan advis dokterpelan-pelan
7. Bersihkan alat dan rapikan penderita
8. Observasi penderita 15 menit setelah injeksi terhadap reaksi
obat
9. Rekam ulang EKG setelah 4 jam pemberian obat.
DOKUMENTASI 1. Tanggal dan jam pemberian
2. Dosis yang diberikan, EKG sebelum dan sesudah pemberian obat.

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


MENYIAPKAN INFUS HEPARIN

No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


57/Kep/I/2026 01
RSUD PROF. DR. W.Z.
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari 2016 Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Heparin merupakan salah satu obat anti koagulan yang diberikan
melalui intravena (drip) untuk mencegah proses koagulasi dan
pembentukan gumpalan fibrin.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian heparin
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR A. Menggunakan Infusion Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Infusion pump
2. Heparin 24000 iu atau 12000 iu
3. Dextrose 5% atau Normal Saline 500 ml
4. Konektor (infus set)

Prosedur:
1. Larutkan heparin 24000 iu atau 12000 iu dalam dextrose 5% atau
Normal Saline 500ml dan hubungkan dengan infus set.
2. Pasang infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik.
3. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya.
4. Tekan tombol “ON” → display merah 000
5. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
6. Tekan start untuk memulai
B. Menggunakan Syringe Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Larutkan heparin 24000 dalam spuit 50cc dan tambahkan
dextrose 5% atau normal saline sampai 50ml dan hubungkan
dengan extension tube
2. Pasang syring pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
3. Letakan spuit pada syringe pump
4. Tekan tombol “ON” tunggu sampai keluar OPS pada display
5. Tekan “F” → display 00,0
6. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
Tekan start untuk memulai
C. PEMANTAUAN
1. Monitor tanda-tanda perdarahan, bila terjadi perdarahan stop
heparin → lapor dokter
2. Cek PPT/aPTT setelahheparin berjalan 6 jam. Dosis berhasil
bila hasil PPT/aPTT 1,5 – 2 kali kontrol
D. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Trombositopemia

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


PEMBERIAN HERBESSER PARENTERAL

No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


RSUD PROF. DR. W.Z. 58/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
1 Januari 2016 Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Herbesser parenteral adalah salah satu obat anti hipertensi dan
vasodilator yang tersedia didalam larutan injeksi dan diberikan secara
intravena untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian herbesser
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR A. Menggunakan Infusion Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Infusion pump
2. Herbesser 50 mg (per ampule)
3. Dextrose 5% atau Normal Saline 100 ml
4. Konektor (infus set atau microdrip set)

Prosedur:
1. Larutkan herbesser D5% atau Normal Saline 100ml dan
hubungkan dengan infus set atau microdrip set
2. Pasang infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik.
3. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya.
4. Tekan tombol “ON” → display merah 000
5. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
6. Tekan start untuk memulai

B. Menggunakan Syringe Pump:


Alat yang diperlukan:
1. Larutkan herbesser 10 mg atau 50 mg dalam spuit 50cc dan
tambahkan dextrose 5% atau normal saline sampai 50ml dan
hubungkan dengan extension tube

2. Pasang syring pump pada tiang infus dan hubungkan dengan


sumber listrik
3. Letakan spuit pada syringe pump
4. Tekan tombol “ON” tunggu sampai keluar OPS pada display
5. Tekan “F” → display 00,0
6. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
7. Tekan start untuk memulai
UNIT TERKAIT IGD, IRNA
PEMBERIAN AMIODARONE
PARENTERAL

RSUD PROF. DR. W.Z. No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


JOHANNES KUPANG 59/Kep/I/2016 01
SPO Tanggal Terbit Ditetapkan
1 Januari 2016 Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Amiodarone parenteral adalah salah satu obat anti aritmia yang tersedia
didalam larutan injeksi dan diberikan secara intravena

TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian amiodarone

KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
PROSEDUR A. Menggunakan Infusion Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Infusion pump
2. Herbesser 50 mg (per ampule)
3. Dextrose 5% atau Normal Saline 100 ml
4. Konektor (infus set atau microdrip set)

Prosedur :
1. Larutkan Herbeser 50 mg dengan dextrose 5% atau Normal
Saline 100 ml dan dengan infus set.
2. Pasang infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik.
3. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya.
4. Tekan tombol “ON” → display merah 000
5. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
6. Tekan start untuk memulai
B. Menggunakan Syringe Pump:
Alat yang diperlukan:
1. Larutkan herbesser 10 mg atau 50 mg dalam spuit 50cc dan
tambahkan dextrose 5% atau normal saline sampai 50ml dan
hubungkan dengan extension tube
2. Pasang syring pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
3. Letakan spuit pada syringe pump
4. Tekan tombol “ON” tunggu sampai keluar OPS pada display
5. Tekan “F” → display 00,0
6. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
7. Tekan start untuk memulai

UNIT TERKAIT IGD. IRNA


PEMBERIAN ISOSORBID DINITRAT
PARENTERAL

RSUD PROF. DR. W.Z. No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


JOHANNES KUPANG 60/Kep/I/2016 01
SPO Tanggal Terbit Ditetapkan
21 Januari 2016 Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Isosorbid Dinitrat (ISDN) parenteral merupakan salah satu obat
vasodilator yang tersediadi dalam larutan injeksi dan diberikan melalui
intravena (drip)
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian Isisosorbid Dinitrat
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan.
TANGGUNG JAWAB Pemberian Isosorbid Dinitrat parenteral dilakukan atas perintah dokter,
disiapkan oleh perawat atau dokter. Isosorbid Dinitrat parenteral
deiberikan secara infus yang kontinyu.
PROSEDUR A. Mengguakan Infusion Pump :
Alat yang diperlukan:
1. Infusion Pump
2. Isosorbid Dinitrat (Cedokard/ Isoket) 10 mg/ampul
3. Dextrose 5% atau Normal Saline 200 ml
4. Konektor (infus set)

Prosedur :
1. Larutkan Isosorbid Dinitrat 20 mg dalam dextrose 5% atau Normal
Saline 200 ml dan hubungkan dengan infus set.
2. Pasang infusion pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik.
3. Lewatkan selang infus pada lekukan yang tersedia pada alat dan
kemudian tutup lagi penjepitnya.
4. Tekan tombol “ON” → display merah 000
5. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
6. Tekan start untuk memulai

B. Menggunakan Syringe Pump :


1. Syringe Pump
2. Isosorbid Dinitrat (Cedokard/ Isoket) 10 mg/ampul
3. Dextrose 5% atau Normal Saline secukupnya
4. Spuit 50 cc
5. Konektor (extension tube)
Prosedur :
1. Larutkan Isososrbid Dinitrat 20 mg dalam Spuit 50 cc dan
tambahkan dextrose 5% atau Normal Salinesampai 50 ml dan
hubungkan dengan extension tube
2. Pasang syring pump pada tiang infus dan hubungkan dengan
sumber listrik
3. Letakan spuit pada syringe pump
4. Tekan tombol “ON” tunggu sampai keluar OPS pada display
5. Tekan “F” → display 00,0
6. Masukan data rate yang dikehendaki (data terlampir)
7. Tekan start untuk memulai
KOMPLIKASI 1. Sakit kepala
2. Hipotensi
3. Bradikardi

UNIT TERKAIT IGD, IRNA


PEMBERIAN OBAT ARIXTRA

No. Dokumen Revisi Halaman 1/2


RSUD PROF. DR. W.Z. 61/Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Tanggal Terbit Ditetapkan
21 Januari 2016 Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Obat Arixtra adalah obat antikoagulan (pengencer darah) untuk
mencegah pembentukan gumpalan darah, dapat juga digunakan
bersamaan dengan Morfin untuk mencegah Deep Vein Thrombosis
(DVT) termasuk pengobatan pembuluh darah paru-paru
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian obat Arixtra
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal
bidang kesehatan.
PROSEDUR I. Syarat-syarat:
1. Surat persertujuan dari keluarga
2. Penderita harus dirawat di CVCU atau ruangan biasa dengan
pemantauan perdarahan secara ketat
3. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga sebelum pemberian arixt
II. Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Pakai APD
3. Siapkan kapas alkohol/ alkohol swap

Untuk ACS (acut coronari syndrome)


2,5 mg/ 0,5 cc Arixtra diberikan secara SC 2 cm disekitar umbilikus,
sebelum pemberian lokasi penyuntikan didisinfeksi dengan kapas
alkohol atau alkohol swap secara sirkuler dari dalam keluar.

4. Memberikan suntikan arixtra


5. Rapikan alat-alat yang digunakan
6. Lepas APD dan cuci tangan
7. Observasi adanya perdarahan secara ketat

UNIT TERKAIT UGD, IRNA


PEMBERIAN OBAT FUROSEMID

No. Dokumen Revisi Halaman 1/1


RSUD PROF. DR. W.Z. /Kep/I/2016 01
JOHANNES KUPANG
SPO Tanggal Terbit Ditetapkan
1 Januari 2016 Direktur RSUD Prof.Dr. W.Z.Johanes
Kupang

Drg.Dominikus Minggu, M.Kes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1001
PENGERTIAN Obat yang digunakan untuk meningkatkan produksi urine. Fungsinya
untuk mengurangi pembengkakan dan retensi cairan yang disebabkan
oleh berbagai masalah kesehatan termasuk penyakit jantung atau hati,
juga digunakan untuk terapi perawatan pada penderita HT
TUJUAN Sebagai acuan penerapan dalam pemberian obat Furosemide
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. SK Menkes Nomor 1457 Tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal
bidang kesehatan.
KONTRA INDIKASI 1. Gangguan fungsi ginjal/ hati
2. Anuria
3. Hepatic
4. Hipokalemia
5. Hiponatremia
6. Hipovolemi dengan atau tanpa hipotensi

Anda mungkin juga menyukai