Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN

KONTINUITAS PELAYANAN (ARK)


RS SUMBER HIDUP – GPM

JLN. ANTHONY RHEEBOK NO.11


AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Karunianya sehingga pedoman akses ke rumah sakit dan kontinuitas pelayanan
(ARK) dapat diselesaikan, kami mengharapkan usul saran demi perbaikan Pedoman
ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga Pedoman akses ke rumah sakit dan kontinuitas pelayanan (ARK)dapat
diselesaikan. Akhir semoga Pedoman ini dapat membantu meningkatkan mutu
layanan Rumah Sakit Sumber Hidup sehingga lebih bermutu.

Tim Akreditasi
DAFTAR ISI

Halama Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Surat Keputusan iv
A. Kebijakan Umum 1
B. Kebijkan Khusus 2
1. Skrining Kontak Pertama 2
2. Skrining Di Unit Layanan
3. Skrining Di Luar Rumah Sakit
4. Triase
5. Pelayanan Menahan untuk Observasi
6. Penundaan Pelayanan/
7. Identifikn hambatan dalam pelayanan
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Kriterian Pasien Rawat Inap
10. Kriteria Pasien Pulang
11. Kriteria Pasien Stabil
12. Kriteria Pasien Masuk Ruang Pengawasan (HCU)
13. Kriteria Pasien Keluar Ruang Pengawasan (HCU)
14. Pasien Cuti Rawat Inap
15. Kriteria Pasien di Rujuk Ke Rumah Sakit Lain
16. Kriteria Pendampingan Pasien Saat Tranfer
17. Transfer di dalam Rumah Sakit
18. Tranfer Keluar Rumah Sakit/Rujukan
19. Rujukan Tidak Mungkin Dilaksanakan
20. Resume Medis
21. DPJP
22. Tranportasi
YAYASAN KESEHATAN GPM
RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP
Jl. Anthoni Rheebok, No.11 Telp. (0911) 352373-351654
SURAT KEPUTUSAN
Nomor :032/SKEP/RS.SH/E.2/02/2019
TENTANG
PEDOMAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS
PELAYANAN (ARK)
RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP
DIREKTUR RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP

MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di


Rumah Sakit Sumber Hidup, diperlukan Pedoman Akses Ke
Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) Rumah
Sakit Sumber Hidup;
b. Pedoman ARK sebagaimana tersebut di point a adalah
pedomanan pelayanan yang wajib ditaati dimulai dari
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap dan Instalasi
Rawat Jalan;
c. bahwa untuk maksud point a dan b perlu ditetapkan dengan
keputusan Direktur Rumah Sakit Sumber Hidup
MENGINGAT : 1. Peraturan Menteri Kesehatan repoblik Indonesi No 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien
2 Peraturan Menteri Kesehatan repoblik Indonesi No 7 Tahun
2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
3 Peraturan Menteri Kesehatan repoblik Indonesi No 4 Tahun
Tentang standar Tekniks Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standae Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
4 Peraturan Menteri Kesehatan repoblik Indonesi No 7 Tahun
2019 Tentang Administrasi Rumah Sakit
5 Peraturan Menteri Kesehatan repoblik Indonesi No 2 Tahun
2019 Tentang Pelayanan operasional Pengguna Data Alokasi
Fisik Bidang Kesehatan
6. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Edisi
III Juli 2015
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 4
Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien
8 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 47
Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawat Daruratan
9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 34
Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 19
Tahun 2016 Tentang Sistem Penyelanggaran Gawat darurat
Terpadu
12 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 24
Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan
Prasarana Rumah Sakit
MEMPERHATIKAN : Usul dan saran Kelompok Kerja (POKJA) ARK Standar I
Akreditasi Versi Snars Edisi I

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : Keputusan Direktur Rumah Sakit Sumber Hidup tentang
Pedoman Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
(ARK) Rumah Sakit Sumber Hidup
PERTAMA : Menetapkan dan mengesahkan Pedoman Akses Ke Rumah
Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) Rumah Sakit Sumber
Hidup sebagaimana terlampir;
KEDUA : Setiap unit layanan Rumah Sakit Sumber Hidup wajib menaati
dan melaksanakan Pedoman Akses Ke Rumah Sakit dan
Kontinuitas Pelayanan (ARK) Rumah Sakit Sumber Hidup
dengan penuh rasa tanggung jawab;
KETIGA : Pedoman Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
(ARK) Rumah Sakit Sumber Hidup akann dari tinjua kembali
setelah 3 (tiga) tahun pelaksanaannya dan atau jika ada hal-hal
yang bersifat mendadak berdasarkan usul saran dari Komite
Medis dan atau Komite Keperawatan;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliriun dalam penetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Ambon
Pada tanggal : 11 Juni 2019

Direktur RS Sumber Hidup GPM

Dr. Heni Tipka


Lampiran SK Direktur RS Sumber Hidup Nomor : 032/SKEP/RS.SH/E.2/10/2018
Tentang : Pedoman Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) Rumah
Sakit Sumber Hidup

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan Rumah Sakit Sumber Hidup GPM harus mematuhi undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan memberikan respon terhadap setiap laporan dari lembaga
pengawasan dan regulator.
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta
kasih,pelayanan yang seragam, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatian (option for the
poor).
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien,
keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan
Tujuan Rumah Sakit Sumber Hidup GPM
4. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat
5. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali radiologi jam
12.00 – 17.00 selanjutnya on call, kecuali cito. unit laboratorium jam 08.00 – 20.00
selanjutnya on call. Kecuali cito. Dan pelayanan rawat jalan (poliklinik umum jam
08.00-12.00 WIT)
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu.
7. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah
sakit dan melibatkan berbagai individu
8. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan, mengendalikan,
mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk mencapai visi-misi
unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
9. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi
dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan
memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).
10. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6
(enam) sasaran Keselamatan Pasien.
11. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara
teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.
12. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
13. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan
profesi dan ketentuan yang berlaku
14. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi,
standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua
peraturan rumah sakit yang berlaku.
15. Disemua fase pelayanan Rumah Sakit menempatkan staf yang berkompoten sebagai
orang yang bertanggung jawab terhadap koordinasi dan kesinambungan pelayanan
pasien. (case manejer/ menejer pelayan pasien).
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan
pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan
informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk meningkatkan
kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan tahunan
kepadamanajemen rumah sakit
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui (enam) standar
keselamatan pasien, dan 6 (enam) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
21. Rumah Sakit melaksanakan penanggulangan Tuberkulosa (TB) dan pelayanan HIV/
AIDS
22. RS melakukan proses pendaftaran pasien rawat jalan, pasien rawat inap, pasien gawat
darurat. Proses penerimaan pasien gawat darurat ke unit ranap dalam 24 jam sesuai
dengan prosedur yang berlaku
23. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia di rumah sakit, maka pasien
harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan
pasien/ keluarga (pasien dalam keadaan stabil).
24. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
25. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis
pasien yang dilayani.
26. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal
ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
27. Proses pelayanan pasien yang mendesak saat pasien pulang harus dijelaskan dengan
sederhana, dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga sehingga pasien dapat control
ke RS/fasilitas kesehatan terdekat saat keadaan mendesak yang berkaitan dengan
kondisi pasien
28. Staf RS yang berkompoten dapat memberikan penjelasan tentang resiko jika pasien
rawat jalan/rawat inap menolak nasihat medis dan memilih pulang dan apabila ada
dokter keluarga kepadanya diberitahu
29. Rumah sakit mempertimbangkan rencana pemulangan pasien, pelayanan penunjang
dan kelanjutan pelayanan medis.
30. Rumah sakit mengidentifikasi organisasi dan penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungan di mana pasien tersebut berasal yang berhubungan dengan pelayanan
yang ada di Rumah sakit serta populasi pasien.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. SKRINING KONTAK PERTAMA.
1) Setiap petugas Rumah Sakit dapat melakukan skrining awal secara visual
dan verbal untuk membantu mengarahkan pasien sesuai dengan
kebutuhannya.
2) Skrining secara visual, dilakukan dengan cara mengamati keadaan secara
umum,ekspresi rasa kesakitan, pucat, ikterus, sianosis,sesak nafas. Dan
Kesadaran
3) Pasien yang telah dilakukan skrining bila sesuai dengan fasilitas rumah
sakit pasien tersebut akan diterima, jika tidak sesuai fasilitas atau pasien
kritis pasien akan dirujuk

2. SKRINING DI UNIT LAYANAN


Di IGD RS Sumber Hidup GPMpelayanan triase sehari-hari menggunakan
START (Simple Tryase and Rapid Treadmant)
Untuk triase bencana menggunakan START (Simple Triase And Rapid
Treadmant)
a. Gawat Darurat -MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa
yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.Pelayanan
segera kurang dari 5 menit.
b. Darurat tidak gawat dan gawat tidak darurat -kuning. Pasien
memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.
Dan pasien mengalami ancaman jiwa tetapi tidak memerlukan tindakan
definitive ,pelayanan kurang dari 10 menit.
c. Tidak gawat tidak Darurat -HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal,
dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan.Pelayanan 15-30 menit
d. Expextant (0)-HITAM. Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
tidak mungkin diresusitasi.

Tes diagnosa sebelum ditentukan pasien masuk rawat inap, rawat jalan atau
dirujuk, antara lain:
1) Pasien dewasa
a) Darah lengkap (sesuai indikasi)
b) Gula darah sewaktu. (sesuai indikasi)
2) Pasien dengan usia lebih dari 40 tahun
a) Darah lengkap (sesuai indikasi)
b) Gula darah sewaktu (sesuai indikasi)
c) ECG
3) Pasien Febris
Febris 2 hari. :
• Darah rutin / DDR
Febris lebih dari 5 hari
✓ Darah rutin.
✓ Widal

4) Pasien GE
✓ Darah rutin (sesuai indikasi).
5) Pasien operasi.
Paket operasi anak.
a) Darah rutin,CT/BT.
b) Gol. Darah,Hbsag (sesuai indikasi),
c) Konsul dokter anak.
d) Konsul anestesi.
Paket operasi dewasa.
a) Darah Rutin, CT/BT, GDS.
b) Ureum,Creatinine ,Hbsag (sesuai indikasi)
c) SGOT/SGPT,
d) urine lengkap (sesuai indikasi).
e) ECG dan thorax foto di atas 45 tahun.
f) Konsul dokter anasthesi
g) Konsul dokter Penyaki Dalam
6) Pasien nyeri dada.
❖ ECG.
❖ Thorak foto AP (sesuai indikasi).

7) Pasien cedera kepala.


❖ Darah rutin (sesuai indikasi)
❖ Foto kepala AP/lateral
8) Pasien anak:
a) Darah rutin.

3. SKRINING DILUAR RUMAH SAKIT


Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di unit kesehatan lain dan akan
dirujuk kerumah sakit Sumber Hidup GPM, petugas IGD yang menerima
telepon, melakukan skrining dengan petugas yang akan merujuk. Sehingga
petugas IGD bisa mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan.

4. SKRINING PENERIMAAN PASIEN UNTUK KEBUTUHAN


PELAYANAN PREVENTIF, PALIATIF, KURATIF DAN
REHABILITATIF
a) Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau
antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian
yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyaraka.t

Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit


dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Pemberian Vitamin A,
b. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
c. Deteksi dini kasus dan faktor resiko (maternal, balita, penyakit).

d. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita


b) Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang
berfokus pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan
pelayanan paliatif adalah mengurangi beban penyakit, meringankan
penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah
diagnosis. Tujuan ini dicapai melalui intervensi yang mempertahankan
kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan
komunikasi dan koordinasi pelayanan, memastikan pelayanan yang
layak secara budaya dan konsisten dengan nilai-nilai dan preferensi
pasien, memberi bantuan konkrit jika diperlukan dan meningkatkan
kemungkinan bahwa pasien meninggal dengan penderitaan minimal.

c) Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota
keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis
penderita TB
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d) Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC
(latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan
melalui tahapan berikut :
1. Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan pada saat
kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman. Penilaian
awal umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 - 5 menit. Penilaian
awal tersebut dilaksanakan melalui kriteria triase yang menggunakan
skala triase Australia, selanjutnya petugas melaksankan penilaian
lanjutan.
2. Skrining dilakukan melalui :
a. Kriteria triase (SPO Triase pasien),………….
b. Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
c. Pertanyaan ( anamnesa pasien )
d. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
e. Psikologik,
f. Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
g. Ketersediaan kamar rawatan
h. Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan preventif,
paliatif, kuratif, dan rehabilitatif
3. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis IGD yang
mencakup :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
e. Diagnosis pasien
4. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik di
admisi yang mencakup:
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan penunjang
5. TRIASE
Pasien Datang ke RS Sumber Hidup GPM di seleksi/TRIASE
berdasarkan kegawatannya menurut START (Simple Tryase and Rapid
Treadmant).

6. PELAYANAN MENAHAN PASIEN UNTUK OBSERVASI


1) Bila kamar penuh ruangan observasi IGD dapat digunakan untuk pasien
yang menunggu kamar.
2) Untuk pasien yang menunggu kamar di ruang observasi dibatasi sesuai
dengan jumlah tempat tidur observasi yang ada di IGD
3) Menahan pasien observasi maximal hanya 2 jam selanjutnya harus
dipastikan apakah pasien harus rawat inap, pulang atau dirujuk dan
diberikan informasi serta edukasi.
4) Untuk pasien yang bisa mobilisasi dan mandiri atau dapat berjalan
dipersilahkan untuk pulang dahulu bila ada kamar petugas admisi akan
menghubungi pasien.
5) Jika seluruh fasilitas tempat tidur di RS Sumber Hidup GPM semua
penuh maka pasien disarankan dirujuk ke Rumah sakit lain dengan
keadaan yang stabil
6) Jika pasien menolak dirujuk RS lain maka harus menandatangani
penolakan rujukan
7. PENUNDAAN PELAYANAN
1) Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu
ataupenundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
2) Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
3) Informasikan ke pasien tentang tertundanya jadwal keberadaan
dokter,kerusakan alat,keadaan pasien yang tidak memungkinkan,
4) Sampaikan permintaan maaf tentang pelayanan atau pengobatan yang
batal di dapatkan
5) Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka ( SPO Pemberian Informasi Penundaan Pelayanan )
6) Penundaan yang lebih dari 2 jam dijelaskan dan diminta mengisi form
penundaan, dan yang menjelaskan Penanggung jawab ruangan (PJ), bila di
IGD atau poliklinik adalah dokter.
7) Penundaan pelayanan yang harus memakai formulir Yng dicatat dalam
rekam medis, misalnya kerusakan alat, dokter berhalangan hadir, keadaan
pasien yang tidak memungkinkan (penurunan kesadaran, sesak nafas,
nyeri hebat), Ketidaktersedianya biaya, lamanya proses administrasi
pasien pulang.
8) Penundaan pelayanan yang tidak memakai form, misalnya pasien yang
tidak bisa menahan kencing, tidak tahan puasa.

8. IDENTIFIKASI HAMBATAN DALAM PELAYANAN


• Hambatan bahasa
Bekerja sama dengan keluarga atau pendamping pasien untuk
penggalian informasi dalam kepentingan pelayanan.
Hambatan kendala fisik
a. Bisu dan tuli
Komunikasi yang digunakan dengan tulisan, bahasa isyarat dan
bahasa tubuh.
b. Buta
Mobilisasi dibantu oleh keluarga atau pendamping pasien ataupun
perawat.
c. Hambatan motorik
Mobilisasi dibantu dengan kursi roda dan dibantu oleh petugas
(satpam atau perawat) bagi pasien yg datang dengan kursi roda. Bagi
pasien penyandang cacat akan diberi jalan terlebih dahulu dengan
menggunakan kursi roda dibantu oleh satpam/keluarga yang
mengantar.
• Hambatan tidak sadar
bekerjasama dengan pengantar keluarga/ pengantar pasien untuk
melakukan anamnesa pasien.
• Hambatan budaya
Pasien dan keluarga di edukasi bahwa tidak ada hubungannya antara
pulang hari sabtu dengan penyakit pasien.
Daftar penterjemah bahasa,antara lain:
✓ Bahasa inggris: Yenita Satumalay 081240985450
Gloria Halawet 085215606071

9. KRITERIA PASIEN RAWAT INAP


• Gangguan pernafasan ( adanya Bunyi nafas ngorok atau gargling)
• Trauma atau luka bakarlebih 10 % ( atau yang mengenai daerah wajah
sampai leher, dan mengenai saluran pernafasan.)
• Perdarahan lebih dari 500 cc.
• Sesak nafas RR lebih dari 30 x/mnt.
• Nafas kurang dari 10 x/menit
• SPO2 kurang dari 90%
• sianosis
• Capillary refill lebih dari 2 detik
• Acral dingin
• Nadi lemah
• TD sistolik kurang dari 70 mmHg atau lebih dari 160 mmHg
• Hipertermia.(suhu39’c disertai penurunan kesadaran)
• Cedera kepala ringan sampai sedang (gangguan kesadaran,disorientasi
sampai dengan tidak sadar)
• Serangan jantung,
• Stroke
• Trauma abdomen
• Hipotermi berat
• Trauma mata
• Fractur
10. KRITERIA PASIEN PULANG DARI RANAP.
a. Sembuh/Membaik
1) Hemodinamik stabil antara lain:
a) Nadi : 60-100x/mnt
b) TD stabil antara systole antara 100-140 mmHg, diastole; 60-90
mmHg.
2) Pernapasan
a) Dewasa : Frekuensi 12 -20x/mnt
b) Anak frekuensi:
• (New born) = 90-180x/mnt
• ( 1 thn ) = 80-160 x/mnt
• ( 1-4 thn ) = 80-120x/mnt
• (5- 12 thn) = 70-110x/mnt
3) NyeriSkala 1-4
4) Suhu
Antara 36-37 C
5) Kesadaran: compos mentis
a) Belum sembuh
b) Perbaikan
c) Rujuk
d) Pulang atas permintaan sendiri
e) Meninggal
f) Melarikan diri
g) Kondisi luka : basah/ kering

11. KRITERIA PASIEN STABIL


Dewasa:
b. Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas, bila ada sudah di atasi.
c. SPO2 lebih dari 90 %
d. Tanda- tanda Vital :
1. Capillary Refill Time kurang dari 3 detik
2. Nadi : kuat, Frekuensi : lebih dari 60 x/menit dan kurang dari 150
x/menit
3. TD lebih dari 80 mmHg dan kurang dari 170 mmHg
4. Respirasi : kurang dari 35 x/menit dan lebih dari 12 x/menit
5. Suhu lebih dari 36 derajat Celsius dan 37,5 derajat cesius
6. Skala Nyeri : 0 – 5
7. Bila telah memenuhi 4 kriteria dari 6 kriteria tersebut sudah
dinyatakan stabil
8. Setelah dinyatakan stabil observasi maksimal 2 jam baru pasien
boleh dipindahkan ke hcu atau dirujuk.
9. Kejang sudah teratasi, tidak berulang dalam 30 menit
10. Masalah metabolik sudah teratasi.
11. Kadar gula darah sewaktu > 80 mmHg dan < 300 mmHg
12. Gambaran EKG : Sinus rythm
13. Masalah spesifik pasien sudah dilakukan manajemen medis
14. Resusitasi cairan
15. Imobilisasi : cervical, fraktur, lumbal
16. Menghentikan perdarahan luka

Anak:
a. Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas.
b. SPO 2 > 90 %

12.KRITERIA MASUK RUANG PENGAWASAN (HCU)


KRITERIA / INDIKASI PASIEN MASUK HCU
Pasien yang memerlukan perawatan HCU adalah pasien dengan krisis atau
kegagalan pada :
a. Sistem pernapasan
b. Sistem saraf pusat
c. Sistem endokrin dan metabolik
d. Over dosis obat, reaksi obat dan keracunan
e. Sistem hemodinamik
f. Sistem pembekuan darah
g. Infeksi berat (sepsis).

Indikasi pasien masuk HCU dapat di bagi menjadi 3 prioritas yaitu :


1. Prioritas Pertama
Pasien kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan tindakan terapi intensive
dan agresive. Untuk mengatasinya, perlu adanya bantuan ventilasi, infuse
obat-obat vasoaktif dan lain – lain. Pada pasien ini terapi tidak dibatasi
contohnya :
a. Edema paru
b. Status konvulsi
c. Savety shock

2. Prioritas Kedua
Pasien golongan ini pada saat masuk tidak dalam keadaan kritis terapi
kondisi klinisnya membutuhkan pemantauan intensive baik secara invansive
maupun non invansive atau keadaan – keadaan yang dapat menimbulkan
ancaman gangguan pada sistem organ vital. Pada pasien seperti ini terapi
juga tidak dibatasi, misalnya:
a. Pasca Bedah Intensive
b. Pasca Henti Jantung Pada Keadaan Stabil.

3. Prioritas Ketiga
Pasien dalam keadaan kritis dengan harapan kecil untuk penyembuhannya.
Pasien kelompok ini memerlukan terapi intensive terbatas untuk mengatasi
krisis penyakit, tetapi tidak dilakukan terapi invansive seperti, Intubasi dan
Resusitasi, misalnya pasien dengan Metastase keganasan penyakit jantung
dan paru terminal dengan komplikai akut.

13. KRITERIA KELUAR RUANG PENGAWASAN (HCU)


KRITERIA / INDIKASI PASIEN KELUAR HCU
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan yang intansif lebih lanjut. Contoh :
gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah di tanggulangi, perdarahan
telah dihentikan.
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intansif tidak
bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada
waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus ( seperti
ventilasi mekanis).
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di HCU
d. Pasien yang telah menninggal dunia.
KRITERIA / INDIKASI PASIEN YANG TIDAK BISA DIRAWAT DI HCU
a. Pasien dengan diagnosa TB
b. Pasien dengan HbsAg positif
c. Pasien dengan diagnosa HIV

14. PASIEN CUTI RAWAT INAP


a. Krteria Pasien Cuti Rawat Inap :
1) Untuk melakukan second opinion.
2) Untuk keperluan pribadi atau keluarga yang tidak bisa ditinggalkan
(Mengikuti ujian, menikah atau menikahkan, ada keluarga yang
meninggal )
3) Pasien mendapat ijin dari DPJP.
4) Pasien diijinkan cuti rawat inap apabila dalam kondisi hemodinamik
stabil:
a) Nadi : 60-100x/mnt
b) TD stabil selama masa perawatan.
c) Pernapasan Dewasa Frekuensi 12 -16x/mnt, anakfrekuensi: 16-
20x/menit.
d) Pasien dan keluarga sudah menandatangani form cuti.
e) Alat kesehatan Infus dan Oksigen yang di gunakan harus di lepas dan
akan di pasang kembali setelah pasien kembali ke ruang rawat
Inap Yang tidak perlu dilepas adalah NGT dan DC.
f) Batasan izin cuti adalah 1x 8 jam, Satu Jam sebelum waktu Cuti
selesai Perawat Rawat Inap menghubungi Keluarga/Pasien via telpon
dan mengingatkan bahwa waktu cuti akan berakhir.
g) Jika pasien melebihi batasan cuti selama 8 jam dan sebelum batasan
cuti pasien/keluarga sudah dihubungi namun belum kembali ke rawat
inap, maka pasien akan dianggap pulang atau Pulang APS.
h) Keluarga untuk segera menyelesaikan administrasi pasien pulang.

b. Pasien tidak diizinkan cuti Rawat Inap bila :


1) Sedang memerlukan terapi intensif seperti bantuan alat nafas,
pemberian obat vaso aktif.
2) Pasien menderita penyakit yang beresiko dapat mengancam jiwa
misalnya:ckb, ami, fraktur cervical, trauma capitis dll
3) Pasien dalam masa observasi ketat atau bedrest total.
15. KRITERIA PASIEN DI RUJUK KE RUMAH SAKIT LAIN.
Rujukan Sementara:
1) Tujuan diagnostik (USG second opinion,Head CT SCAN)
2) Dimana Rumah SakitSumber Hidup GPM tidak mempunyai fasilitas.
Rujukan Pasien ke Rumah Sakit Lain:
a) Pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain untuk mendapatkan layanan
sesuai dengan kebutuhan pasien yang tidak dimiliki oleh RS.
Sumber Hidup GPM.
b) Semua Pasien yang dirujuk perlu mendapatkan surat rujukan dan
hasil pemeriksaan medis milik Pasien disertakan..
Pindah Rawat :
1) Pasien pindahrawat ke RS lain karena alasan medis (misalnya
ketidakketersediaan alat,pemeriksaan penunjang, dokter spesialis yang
tidak ada di RS Sumber Hidup GPM, permintaan pasien atau Keluarga
dan tempat penuh.
2) Pasien yang tidak ada indikasi rawat dan minta dirawat di RS lain, RS
Sumber Hidup GPM tidak perlu memberikan pendampingan petugas.

16. KRITERIA PENDAMPINGAN PASIEN SAAT TRANSFER


Proses pendampingan pasien saat transfer dilakukan oleh perawat yang
bersetivikasi. Perawat yang melakukan pendampingan dibekali dengan obat dan
peralatan emergensi selama transportasi .
Pasien di dampingi oleh perawat jika :
1) Pasien dalam kondisi stabil yang tidak menderita penyakit yang beresiko
dapat mengancam jiwa mis: febris, gastritis, DM tanpa asidosis,
Hipertensi ringan – sedang dll)
2) Pasien yang dirujuk untuk menjalani prosedur diagnosis atau tindakan
medis ke RS lain dengan kondisi stabil.
3) Pasien yang di rujuk dengan indikasi medis (misalnya
ketidakketersediaan alat,pemeriksaan penunjang, dokter spesialis yang
tidak ada Di RS Sumber Hidup GPM)

17. TRANSFER PASIEN DIDALAM RUMAH SAKIT


Proses transfer/ perpindhan pasien di dalam lingkungan rumah sakit
1) Pasien yang berada dalam kondisi tidak stabil / mengalami kedaruratan,
dalam proses transfer pasien harus dalam kondisi stabil dan diberikan
pendampingan oleh petugas yang berkompeten serta dilengkapi dengan
fasilitas emergency kit.
2) Sebelum pasien dipindahkan ke bagian lain, petugas harussaling
berkomunikasi untuk menjamin kelengkapan administratif dan kesiapan
SDM, sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Perawat yang mendampingi saat transfer melakukan pelaporan singkat
perlisan tentang keadaan pasien saat itudengan melakukan pengecekan
vital sign ulang,ukur saturasi bila diperlukan.

18. TRANFER KELUAR RUMAH SAKIT / RUJUKAN


1) Rumah sakit yang merujuk dan yang menerima rujukan memiliki
perjanjian kerja sama
2) Pasien yang berada dalam kondisi tidak stabil / mengalami kedaruratan,
dalam proses transfer pasien harus dalam kondisi stabil dan diberikan
pendampingan oleh petugas yang berkompeten serta dilengkapi dengan
fasilitas emergency kit.
3) Sebelum pasien dipindahkan ke RS lain, petugas harus saling
berkomunikasi untuk menjamin kelengkapan administratif dan kesiapan
SDM, sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Sebelum pasien dipindahkan ke RS lain harus ada komunikasi dengan RS
yang dituju tentang ketersediaan tempat tidur, sarana medis yang
dibutuhkan, juga catat nama petugas yang menerima informasi dari RS
yang dituju.
5) Setiap pasien dirujuk harus menggunakan ambulance RS, apabila
keluarga menolak harus membuat surat penolakan dan alkes dilepas
setelah mendapatkan penjelasan dan memahami risiko yang mungkin
terjadi, kecuali apabila pasien dijemput oleh ambulance dan tenaga medis
dari RS yang dituju.
6) Petugas mengantar pasien ke rumah sakit yang akan dirujuk dengan
menggunakan ambulance dan dalam perjalanan petugas memonitor dan
mencatat perkembangan pasien selama perjalanan di lembar monitoring
pasien kemudian dimintakan tanda tangan pada petugas rumah sakit yang
dituju.Lembar monitoring pasien dimasukan dalam status pasien.
7) Pasien hanya boleh dirujuk / dipindahkan ke RS lain apabila hasil
pemeriksaan penunjang diagnostik sudah tersedia.
8) Observasi selama proses transfer di dokumentasikan pada form observasi
saat rujukan, serta dicatat segala perubahan dari kondisi pasien selama
prosesn rujukan.
9) Pasien yang dirujuk tanpa pendampingan apabila pasien telah
diperbolehkan pulang oleh dokter dengan keadaan umum baik dan stabil
10) Transfer pasien kerumah sakit ditujukan kepada dokter yang
berkompeten di bidangnya atau bidang spesialisasi terkait.
11) RS Sumber Hidup GPM menjalin kerjasama dengan RS lain demi
kelancaran proses rujukan pasien.
12) Rumah sakit Sumber Hidup GPM menjalin kerja sama dengan rumah
sakit lain,diantaranya:
a) Rumah sakit Umum Daerah Haulussy dengan type B
1) Fasilitas Layanan
1. Pelayanan Medis
2. Medical Chek Up
3. Dokter Umum
4. Dokter spesialis/ sub-spesilais
➢ Dokter Anak
➢ Dokter Bedah ( Bedah Tulang, Bedah Digestif, Bedah
Oncology, Bedah Mulut)
➢ kebidanan & Kandungan
➢ Penyakit Dalam
➢ Syaraf
➢ THT
➢ Mata
➢ Paru
➢ Kulit & Kelamin
➢ Jiwa
➢ Jantung
5. IGD 24 jam
6. ICU, ICCU, NICU, PSA, IMC
7. Instalasi Rawat Inap & Rawat Jalan, IGD, IBS

2) Fasilitas Penunjang
• Laboratorium Patologi Klinik & Patologi Anatomi
• X-Ray
• Whole Body CT-Scan
• Ms CT- 3 Dimensi
• USG
• Endoskopi
• Konsultasi Gizi
• ECG
• EEG
• Treadmill
• Laparoskopi
• Instalasi Gizi
• Farmasi
• Instalasi Rehabilitasi Medik
• Hemodialisa
b) Rumah sakit Tingkat II Dr.J.ALatumeten type B
FASILITAS LAYANAN
1. Pelayanan Medis
2. Medical Check Up
3. Dokter Umum
4. Dokter Gigi
5. Dokter spesialis / Sub-spesialis
a. Anak
b. Bedah
c. Kebidanan & Kandungan
d. Penyakit Dalam
e. Syaraf
f. THT
g. Mata
h. Kulit & Kelamin
i. Jiwa
j. Anestesi
6. Laboratorium Patologi Klinik
7. X-Ray
8. USG
9. ECG
10. CSSD
11. Konsultasi Gizi
12. Farmasi
13. Hemodialisa
14. Rehabilitasi Medik
15. Ambulance
16. UGD 24 Jam
17. Rawat Inap & Rawat Jalan
18. ICU
19. Instalasi Bedah Sentral
20. Kamar Jenazah

19. RUJUKAN TIDAK MUNGKIN DILAKSANAKAN APABILA:


1) Pasien terminal
2) Pasien tidak stabil yang tidak berhasil dalam proses stabilisasi Critical
Care Unit penuh disemua Rumah Sakit saat dihubungi.

20. KRITERIA PASIEN PULANG DARI IGD


Kriteria yang dipakai dokter jaga IGD untuk memulangkan pasien baik
dari IGD:
1. Untuk pasien IGD, pasien yang akan dipulangkan merupakan pasien
dengan kriteria START (warna hijau)
2. Pasien IGD yang akan dipulangkan, sudah dilakukan screening atas
indikasi rawat inap baik melalui anamnesa , pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
3. Selama observasi maksimal 2 jam di Ruang observasi keluhan pasien
sudah sangat minimal, serta dari hasil pemeriksaan penunjang tidak
ada indikasi untuk rawat inap.
4. Pasien dapat dipulangkan walaupun keadaan pasien tidak sesuai
dengan kriteria diatas ,apabila merupakan merupakan permintaan
pasien/ keluarga pasien dengan terlebih dahulu dilakukan informed
consent oleh dokter jaga IGD. Informed consent dilakukan sesuai
dengan SPO Prosedur Penolakan rawat inap atau tindakan medis Lain.
5. Pada pasien yang dipulangkan/ meminta pulang baik yang setelah
mendapat pelayanan IGD, diberikan instruksi yang jelas mengenai :
- Nama, dan lokasi untuk pelayanan lanjutan ( dapat diberikan yang
terdekat dengan lokasi tempat tinggal, lihat lampiran mengenai daftar
lokasi pelayanan kesehatan sekitar Rumah Sakit Sumber Hidup GPM ).
- Waktu untuk kembali kontrol
- Keadaan mendesak ( kegawatan yang mungkin timbul ) dimana pasien
haru segera ke Rumah Sakit terdekat.
6. Apabila sudah dijelaskan, evaluasi kembali tingkat pemahaman pasien/
keluarga atas penjelasan tersebut, dengan menanyakan kembali
instruksi yang diberikan kepada pasien/ keluarga.
Dokumentasikan hal yang dilakukan pada formulir lembar observasi harian pada
kolom bukti pemberian edukasi /informasi.

21. KRITERIA PASIEN PULANG DARI POLIKLINIK


Pasien Poliklinik yang akan dipulangkan, sudah dilakukan screening
atas indikasi rawat inap baik melalui anamnesa , pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan.

22. KRITERIA PASIEN YANG MEMERLUKAN P3 (DISCHARGE


PLANNING) ATAU PASIEN DENGAN PEMULANGAN KOMPLEKS
1. Usia Lebih dari 65 tahun
2. Keterbatasan mobilitas
3. Pasien memerlukan pengobatan atau perawatan lanjut
4. Pasien yang memerlukan bantuan untuk aktifitas sehari-hari

23. PROFIL RINGKASAN MEDIS RAWAT JALAN (PRMRJ)


Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ) ditempatkan pada urutan teratas
dalam data rekam medis saat pasien berkunjung ke unit rawat jalan
PRMRJ memuat informasi:
a. Identifikasi pasien dengan diagnosa kompleks (penyakit kronis lebi dari 3
diagnosa)
b. Identifikasi informasi yang dibutuhkan oleh DPJP untuk menangani
pasien tersebut
c. Menentukan proses yang digunakan untuk memastikan informasi medis
yang dibutuhkan DPJP bersedia dalam format sehingga muda direview
Tatalaksana penyelenggaraan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ):

• Petugas rekam medis menyiapkan formulir PRMRJ pasien di


masing – masing unit poliklinik.
• Dokter dan PPA lainnya melakukan asessmen kepada pasien di
unit poliklinik.
• Petugas medis di poliklinik memasukkan formulir profil ringkas medis
rawat jalan pada bagian paling atas data rekam medis rawat jalan bila
pasien masuk dalam kriteria.
• Dokter penanggung jawab pasien menuliskan hasil temuan pada
formulir profil ringkas medis rawat jalan.
• Case Manager mengevaluasi formulir profil ringkas medis rawat jalan
setiap 3 bulan sekali.

24. RESUME MEDIS


1) Resume Medis dibuat DPJP sebelum Pasien pulang
2) Resume Medis di dokumentasikan dalam rekam medis di berikankepada
pasien pulang serta di berikan kepada rumah sakit rujukan
3) Bila pasien diijinkan pulang via telephone dan DPJP belum mengisi
resume,maka pasien tetap dibawakan pulang lembar resume asli dan
dimintakan pengisian resume tersebut saat kontrol.
4) Resume Medis pasien rawat jalan, di dokumentasikan dalam rekam
medis, dan 1 lembar diberikan terbatas pada: pasien
a. Paien RJ dengan kasus kronik seperti DM,HT,TB paru Hepatitis B
b. Pasien rawat jalan yang memerlukan pelayanan dan pengobatan
berkelanjutan yaitu pasien yang memerlukan lebih dari 2x kunjungan
untuk kasus yang sama seperti pasien kangker, pasien pasca oprasi
c. Pasien rawat jalan yang meminta resume medis yang digunakan
untuk kepentingan pasien dengan pihak ke 3 misalnya klem asuransi
5) Resume medis pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan
perujuk.(jika pasien memerlukan) .
6) Resume Medis berisi :
a. Diagnosa Awal
b. Alasan Di rawat
c. Keluhan utama
d. Riwayat penyakit
e. Ringkasan Pemeriksaan Fisik (keadaan umum, Tekana darah, nadi,
respirasi rate, suhu)
f. Riwayat alergi/ reaksi obat
g. Pemeriksaan Laboratorium
h. Pemeriksaan Radiologi/ Diagnostik Lain
i. Diagnosa utama,
j. Diagnosa sekunder
k. Diagnosa komplikasi
l. Operasi/ Tindakan
m. Keadaan Luka
n. Tindak Lanjut/ Kontrol
o. Terapi Pulang
p. Keadaan Keluar (sembuh,belum sembuh, perbaikan, rujuk, pulang atas
permintaan sendiri, meninggal, lain-lain)
q. Tindak lanjut/ intruksi/ edukasi waktu pulang.

25. DPJP
Kebijakan pelayanan pasien.
Setiap pasien yang dirawat harus memiliki DPJP yaitu Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan yang merawat pasien tersebut dan memberikan
asuhan medis sesuai prosedur tetap pelayanan DPJP.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tersebut adalah dokter spesialis
sesuai dengan penyakit pasien. Bila pasien dirawat bersama oleh beberapa
dokter dari berbagai disiplin ilmu harus segera ditunjuk satu orang sebagai
DPJP utama dan Dokter lainya sebagai DPJP tambahan sesuai dengan bidang
penyakit Tertentu.
Dokter Penanggung jawab ruangan adalah dokter umum yang membantu
dokter DPJP dalam hal visite pasien. Keberadaan dokter penanggung jawab
ruangan (DPJR) bertujuan untuk menampung keluhan pasien dan memeriksa
kondisi pasien agar pasien tidak terlalu lama dalam bertemu dengan DPJP.

1. Penentuan DPJP.
Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit
baik dari IGD maupun Poliklinik.
2. konsulen jaga.
• Surat Rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis terkait.
Dokter spesialis yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien yang
dimaksud.
• Atas permintaan pasien/keluarga. Khusus pasien Umum Pasien dan
keluarga berhak meminta salah seorang dokter sebagai DPJP yang
memiliki SIP di RS Sumber Hidup GPM
3. Pola Operasional DPJP Rawat Bersama.
• Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan dibidang kompetensi dan
keahliannya saja. Bila ditemukan penyakit yang memerlukan
penanganan disiplin profesi lain harus dikonsulkan dan ditunjuk DPJP
tambahan sesuai kebutuhan, dan ditentukan siapa yang menjadi DPJP
utama sebagai koordinator dan DPJP tambahannya.
4. Pengalihan DPJP di IGD.
• Dalam pelayanan di IGD, demi keselamatan pasien,dokter jaga menjadi
dokter DPJP pada asuhan medis awal/ penanganan kegawatdaruratan.
Kemudian saat dikonsul/ rujuk di tempat (on side) atau lisan ke dokter
spesialis, dan dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis ( termasuk
instruksi secara lisan) maka dokter tersebut telah menjadi dokter DPJP p
asien yang bersangkutan.

26. TRANSPORTASI
a. Pasien dirujuk kepusat layanan lain/siap dipulangkan dari rawat inap/rawat
jalan dapat menggunakan ambulance dan asesmen sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien.
b. Pelayanan permintaan ambulans di RS SH GPM terdiri dari jalur langung
(untuk pasien RJ/RI di RSSH GPM), jalur tidak langsung/perimntaan dari
luar RS.
c. RS Sumber Hidup GPM dimonitor dari segi kualitas Ambulance, keamanan
dan pemeliharaan termasuk penanggapan keluhan.
d. Semua kendaraan transportasi dilengkapi dengan peralatan yang memadai
perbekalan dan medika mentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawah
e. RS melakukan upaya monev untuk memonitor kualitasn dan keaman
transpotrasi di RS termasuk proses menanggapi keluhan
f. Asesmen kebutuhan transportasi dan peralatan kesehatan disesuaikan dengan
kondisi pasien termasuk pasien rawat jalan
g. Kebutuhan obat, bahan habis pakai, alkes dan peralatan medis disesuaikan
dengan kondisi pasien
h. RS Sumber Hidup mengupayakan transportasi yang memenuhi persyaratan
PPI
i. RS mengupayakan proses penanganan pengaduaan/keluhan dalam proses
rujukan.

Ditetapkam di : Ambon
Pada Tanggal : 11 Ferbuari 2019
Direktur RS Sumber Hidup

(dr. Heni Tipka, )

Anda mungkin juga menyukai