( ICU )
BAB I :PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
D. BATASAN OPERASIONAL
E. LANDASAN HUKUM
BAB V : LOGISTIK
BAB IX : PENUTUP
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam atau
potensial yang mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible.
ICU menyediakan sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan- keadaan tersebut.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi
mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri Intensive Care Medicine. Ruang lingkup
pelayanannya meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan, kardiosirkulasi,
susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainnya, baik pada pasien dewasa atau pasien anak dan
neonatus.
Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi
rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU yang professional dan berkualitas dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Pada unit perawatan intensif (ICU), perawatan untuk pasien
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga professional yang terdiri dari multidisiplin ilmu
yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya
tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi
efisiensi, keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di rumah sakit.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di rumah sakit.
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di rumah sakit.
Bidang kerja ICU meliputi pengelolaan pasien, administrasi unit, pendidikan dan pelatihan
4
1. Pengelolaan pasien langsung
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter Intensivist / dokter Spesialis
Anestesiologi dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis,
menjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat pasien. Cara
kerja demikian mencegah pengelolaan yang terkotak-kotak dan menghasikan pendekatan yang
terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
2. Administrasi unit
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang menjamin pelayanan yang
aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini diperlukan partisipasi dokter
Intensivist pada aktivitas manajemen.
3. Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian
ICU melakukan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga medis dan non medis mengenai hal-
hal yang terkait dengan ICU meliputi :
a. Pelatihan pemantauan (monitoring);
b. Pelatihan ventilasi mekanis;
c. Pelatihan terapi cairan, elektrolit, dan asam basa;
d. Pelatihan penatalaksanaan infeksi; dan
e. Pelatihan manajemen ICU.
f. Perawatan dasar pasien kritis
C. BATASAN OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Intensif Care ( ICU ) ini adalah pedoman untuk memberikan pelayanan di ruang
ICU dan PICU di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
D. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/ MENKES/ PER/ III/ 2011
tentang PedomanPenyelenggaran Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah
Sakit.
2. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit ( ICU) mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1778/MENKES/SK/2010 Tanggal 13 Desember 2010.
3. Keputusan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.04/I/1966/11 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaran Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Di Rumah Sakit.
4. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang No 441/ 443/ 308/2008
tentang Pemberlakuan Kebijakan Pelayanan Intensif Di RSUD Dr Saiful Anwar Malang.
5. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang No …/ …./ …/2014
tentang Pemberlakuan Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Rawat Intensif Di RSUD Dr Saiful
Anwar Malang
BAB II
5
STANDAR KETENAGAAN
Jumlah perawat pada ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilator mekanik. Perbandingan perawat : pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak
menggunakan ventilator mekanik adalah 1:2.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pembagian tenaga di ruang ICU dibagi menjadi 2, sebagian tenaga perawat yang sudah memiliki
ketrampilan dan sertifikat ICU di tempatkan di ICU dewasa, sebagian perawat yang sudah bersertifikat
PIZCU ditempatkan di ruang ICU. Saat ini si ruang ICU ada sekitar 27 orang perawat, 9 orang tenaga
pekarya. Sedangkan di PICU ada 13 orang Perawat.
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Dokter konsultan
Pengaturan jaga untuk dokter konsultan diatur tiap satu bulan di tugaskan satu dokter khusus menjadi
konsultan di ICU dan PICU, sedangkan bila dokter konsultan yang sedang jaga berhalangan amaka
diwakilkan oleh dokter lainnya.
6
PPDS PICU yang stase dan jaga di PICU adalah PPDS yang sedang menjalami stase PICU semester 7 –
8, sedangkan yang jaga di PICU adalah dokter PPDS IKA semester 6.
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau mempunyai
akses yang mudah ke IGD, laboratorium, radiologi.
B. DESAIN
8
C.STANDAR PERALATAN
9
10
BAB IV
A. PELAYANAN ICU/PICU
Kebutuhan pelayanan pasien ICU/PICU adalah tindakan resusitasi jangka panjang
yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas),
Breathing (fungsi pernapasan), Ciculation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi
organ lain, disertai dengan diagnosis dan terapi definitive.
Kerja sama multidisipliner dalam masalah medik kompleks dasar pengelolaan pasien
ICU dan PICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu
terkait yang dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja
sama di dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter Intensivist / dokter Spesialis
Anestesiologi sebagai ketua tim.
Sistem kerja tim multidisiplin dalam merawat pasien adalah sebagai berikut:
a. Sebelum masuk ICU dan PICU, DPJP yang merawat pasien melakukan evaluasi sesuai
bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi.
b. Kepala ICU-PICU/ DPJP ICU-PICU / dokter jaga ICU / PICU melakukan evaluasi
menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis
dengan mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.
c. Kepala ICU berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-usulan
anggota tim.
Untuk efektifitas, keselamatan dan efisiensi pelayanan ICU/PICU, maka perlu
dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi ( High Care Unit = HCU ). Fungsi utama HCU
adalah menjadi unit perawatan antara dari ICU/PICU dan bangsal perawatan. Di HCU tidak
diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan
pemantauan yang tinggi.
Pelayanan yang harus ada di ruang ICU antara lain:
3. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang
mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur medis,
trauma atau penyakit lain.
4. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit
5. Memberikan bantuan terapi inhalasi dengan ventilator mekanik maupun alat terapi oksigen
lainnya.
6. Pemasangan vena sentral, arteri, swan ganz dan ICP monitor.
7. Pemantauan EKG, pulse oksimetri, tekanan darah non invasive, tekanan darah infasif, swan
ganz dan ICP Monitor, CVP monitor
8. Pelaksanaan terapi secara titrasi
9. Pemberian nutrisi enteral dan panenteral
10. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
11
11. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama transportasi pasien
gawatMelakukan fisioterapi dada
12. Melakukan prosedur isolasi
13. Melakukan hemodialisa intermiten dan kontinyu dengan CRRT
14. Menfasilitasi hemodialisa ke kidney center.
15. Managemen menurunkan Tekanan Intracranial
16. Penatalaksanaan Shock
17. Penatalaksanaan Gagal nafas
18. Penatalaksanaan Disritmia mengancam
19. Pengelolaan akhir kehidupan
E. KEMAMPUAN PELAYANAN DI PICU
1. Melakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dalam beberapa menit sampai beberapa hari dan penyakit tersebut
diharapkan bias reversble
2. Memberikan batuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh dan melakukan penatalaksanaan
spesifik terhadap permasalahan yang mendasarinya.
3. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital serta melakukan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang terjadi akibat penyakitnya atau akibat iatrogenic
4. Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarga pasien yang kehidupan pasien
sangat bergantung dengan mesin.
12
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasari, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat di ICU pada
golongan ini sangat kecil.
Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-
pasien golongan ini sewaktu-waktu harus bisa keluar dari ICU agar bisa digunakan untuk
pasien prioritas 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga).
Pasien yang digolongkan ini antara lain:
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan yang agresif dan
hanya demi “perawatan yang aman” atau pasien dengan perintah “DNR”(Do Not
Resuscitate)”
b. Pasien dalam keadaan vegetative permanen.
c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak namun hanya karena
kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU. Tujuan perawatan di ICU
hanya untuk menunjang fungsi organ sebelum dilakukan pengambilan organ untuk
donasi.
b. Secara perkiraan dan penghitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat
atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien tidak
menggunakan alat bantu khusus (seperti ventilasi mekanis).
Sebelum dipindahkan / keluar dari ICU keluarga pasien diberi penjelasan tentang kondisi
pasien :
a. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU ( keluar atas
permintaan sendiri).
b. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien lain
lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi lebih intensif. Pasien ini dipindah
ke ruang yang khusus untuk pemantauan secara intensif yaitu HCU.
Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1), lebih didahulukan dibandingkan dengan
pasien yang hanya memerlukan pemantauan intensif (prioritas 2). Penitaian objektif atas keparahan dan
prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk
ke PlCU.
13
Pasien Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis dan tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
tertitrasi, yaitu:
a. Pasien dengan ancaman atau yang mengalami gagal nafas, yang ditandai oleh salah satu
dari kriteria:
i. Peningkatan work of breathing yang secara klinis ditandai oleh adanya retraksi otot-
otot nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis, dan perubahan status mental
ii. Saturasi oksigen di bawah 90% atau adanya kecenderungan mengalami desaturasi
tanpa suplemen oksigen
i. Pasien dengan gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi,
contoh: fibrilasi atrial, blok atrioventrikular, takikardia supraventrikular,
takikardia/fibrilasi ventrikular
14
l. Pasien pasca henti jantung (cardiac arrest) yang mengalami return of spontaneous
circulation (ROSC)
n. Pasien gagal ginjal akut dengan edema paru yang berpotensi mengalami gagal nafas sesuai
kriteria (a).
o. Pasien hipertensi krisis dengan komplikasi gangguan susunan saraf pusat dan
kardiorespiratorik
Kelompok ini memerlukan pamantauan di PICU dan belum memerlukan terapi intensif, namun
berisiko mengalami kondisi yang memerlukan terapi intensif secepatnya. Kelompok pasien ini dapat
dirawat di High Care Unit (HCU) bila tidak ada tempat di PICU. Pasien yang termasuk dalam kelompok
ini adalah:
b. Pasien dengan penurunan kesadaran yang masih mampu mempertahankan patensi jalan
nafas dan fungsi kardiorespiratorik
o. Pasien hiperpireksia
15
p. Pasien gagal hati akut
Kelompok ini adalah pasien sakit kritis yang kemungkinan sembuhnya dan atau manfaat terapi di
PICU sangat kecil. Pengelolaan pada pasien ini hanya untuk mengatasi kegawatan akut, dan usaha terapi
mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru. Kelompok pasien ini dapat
dirawat di High Care Unit (HCU) bila tidak ada tempat di PICU. Pasien yang termasuk dalam kelompok
ini adalah:
Kelompok pasien ini dapat menjadi prioritas 1 bila kondisi kritisnya reversibel atau tidak berkaitan
langsung dengan penyakit yang mendasarinya.
1.4 Pengecualian
Dengan pertimbangan khusus dan persetujuan kepala PICU, indikasi masuk pada beberapa
kelompok pasien dapat dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien tersebut sewaktu-waktu harus
bisa dikeluarkan dari PICU agar dapat digunakan untuk pasien prioritas 1-3. Pasien yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup agresif dan
hanya demi "perawatan yang aman". Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di PICU untuk meningkatkan kemungkinan
kesintasannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah pasien do not resuscitate (DNR).
c. Pasien mati batang otak yang akan melakukan donor organ, dengan tujuan menunjang
fungsi organ sebelum didonasikan.
Pasien dipindahkan dari PICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala PICU dan tim yang
16
merawat, yaitu bila:
a. Penyakit atau kondisi pasien telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak memerlukan
pemantauan dan terapi intensif
b. Berdasarkan perkiraan atau perhitungan, pemantauan dan terapi intensif tidak bermanfaat
atau tidak memberi hasil berati bagi pasien. Pada kelompok ini, keluarga pasien harus
diberikan penjelasan mengenai alasan dikeluarkannya pasien dari PICU
d. Terdapat pasien dengan prioritas lebih tinggi. Pada kasus ini, pasien yang dikeluarkan dari
PICU akan dipindahkan ke HCU.
B. INFORMED CONSENT
Sebelum pasien dirawat di ICU, pasien dan atau keluarganya harus mendapatkan
penjelasan tentang dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU,
serta berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien
dirawat di ICU dan prognosis penyakit yang diderita pasien.
Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala ICU / DPJP ICU / dokter jaga ICU. Pernyataan
pasien dan atau keluarganya ( setuju atau menolak) harus dinyatakan dalam formulir yang
ditanda tangani (Informed Concent) seperti terlampir dalam pedoman ini.
D. ALUR PELAYANAN
Pasien yang membutuhkan pelayanan di ICU berasal dari : Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap dan rujukan dari rumah sakit lain.
17
Bagan : Alur Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif
PASIEN
MENINGGAL
HCU IRNA
MENINGGAL / SEMBUH
18
BAB V
LOGISTIK
Persediaan logistik untuk memberikan pelayanan di ruang ICU/PICU meliputi :
1. Ketersediaan alat tulis kantor
2. Ketersediaan linen
3. Ketersediaan mebeleir
4. Ketersediaan bed khusus ICU
5. Bed Khusus PICU/Infant warmer
6. Ketersediaan Sembako bagi petugas
7. Ketersediaan obat emergency
8. Ketersediaan obat/cairan untuk dekontaminasi dan sterilisasi
9. Alat rumah tangga.
19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Konsep keselamatan pasien harus dijunjung tinggi
2. Hak dan kewajiban pasien dan petugas harus diperhatikan.
Hindari komplikasi akibat perawatan dan pengobatan di rumah sakit
20
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K 3)
Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
3. Untuk alat-alat yang menggunakan listrik harus memakai arde dan stabilisator.
4. Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
5. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan, dan pemilihan material harus sesuai ketentuan
dengan ketentuan yang mengacu pada keselamatan pasien.
6. Hindari tusukan benda tajam
7. Hindari transmisi kuman
8. Penatalaksanaan paska pajanan
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Meliputi :
1. Angka kejadian luka dekubitus grade II/lebih akibat perawatan di rumah sakit di ICU/PICU ( 5% )
2. Angka kejadian infeksi aliran darah primer (IADP) (1,5 – 2,1 ‰ )
3. Ketersediaan alat pelindung diri ( APD ) ( 100% )
4. Angka kejadian infeksi daerah operasi (IDO) ( < 5% )
5. Angka kejadianventilator associated pneumonia (VAP) ( < 4,4‰ )
6. Angka kejadian hospital aquired pneumonia ( HAP ) (<3 % )
7. Angka kejadian infeksi saluran kemih (ISK) ( 0,23 – 0,91 ‰ )
8. Kepatuhan penggunaan gelang identitas pasien rawat inap ( 100% )
9. Ketepatan melakukan TBAK saat memberi/ menerima instruksi verbal & telepon( 100% )
13. Audit kepatuhan penyimpanan obat elektrolit pekat di ruang rawat ( 100% )
14. Kepatuhan pelaporan insiden pasien jatuh( 100% )
15. Audit kebenaran pelaksanaan cuci tangan sesuai dengan 6 langkah( 100%)
D. Kegiatan evaluasi
1. Evaluasi internal
Rapat audit berupa pertemuan tim anestesia yang membahas
permasalahan layanan (termasuk informed consent, keluhan pasien,
komplikasi tindakan, efisiensi dan efektifitas layanan).
Audit medik dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja
keseluruhan pelayanan anestesia oleh komite medik.
22
2. Evaluasi eksternal
Lulus akreditasi rumah sakit (Standar Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi intensif di Rumah Sakit) pada 16 layanan.
23
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan di ICU ini hendaknya dijadikan acuan bagi pelaksana pelayanan
di Ruang ICU/PICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. dibutuhkan dukungan dari
semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar
mutu pelayanan ICUdapat senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anestesiologi.
24
Formulir 1
Nama :
Umur ;
Jenis kelamin :
Alamat :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
No Rekam Medis :
Cara kerja, tujuan dan komplikasi serta resiko yang mungkin terjadi dari tindakan tersebut telah
dijelaskan pada saya oleh dokter tersebut di atas.
Kepada saya juga telah dijelaskan mengenai pilihan tindakan alternatif seperti dibawah ini:
1.
2.
3.
1. Bahwa berdasarkan penjelasan dokter di ICU, tindakan apapun yang dilakukan selalu mengandung
beberapa konsekuensi dan resiko. Resiko potensial yang terjadi termasuk perubahan tekanan
darah, reaksi obat( alergi obat ), henti jantung, kerusakan otak, kelumpuhan, kerusakan saraf
bahkan kematian. Saya menyadari hal ini dan resiko serta komplikasi lain yang mungkin dapat
terjadi.
2. Bahwa dalam praktek ilmu kedokteran, bukan merupakan ilmu pengetahuan yang pasti (exact
science) dan saya menyadari tidak seorangpun dapat menjanjikan atau menjamin sesuatu yang
berhubungan denga tindakan medis di ICU.
3. Bahwa obat- obatan yang digunakan sebelum prosedur di ICU dapat saja menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu sudah menjadi kawajiban dan tanggung jawab saya untuk
25
memberikan informasi kepada dokter semua obat-obatan yang saya sendiri/ istri/ suami/ anak/
ayah/ ibu gunakan, termasuk aspirin,kontrasepsi, obat-obatan flu, narkotik, marijuana,kokain dan
lain-lain.
4. Bahwa selama pasien dirawat di ICU,dapat dilakukan tindakan-tindakan medis sesuai kondisi
pasien berdasarkan pertimbangan medis termasuk intubasi, pemakaian ventilator, kateter vena
sentral, arteri line serta transfusi darah dan / atau produk-produk darah.
5. Bahwa dokter ICU yang bertugas dapat melakukan konsultasi atau mendapat bantuan dari dokter
lain yang berkaitan jika dirasakan perlu.
6. Bahwa apabila staf ICU yang bertugas di ICU mengalami luka tusuk atau terpapar cairan tubuh
pasien, pasien setuju untuk diperiksa darahnya.
Saya menyadari dan mengerti sepenuhnya bahwa pada tindakan medis, berbagai risiko dan komplikasi
yang tidak didiskusikan sebelumnya mungkin dapat timbul.Saya juga menyadari bahwa selama
berlangsungnya tindakan tersebut, ada kemungkinan timbulnya kondisi-kondisi yang tidak terduga
dimana hal tersebut memerlukan tindakan-tindakan perluasan yang berhubungan dengan perawatan yang
sedang dilakukan, untuk itu saya menyetujui dilakukannya tindakan tersebut apabila diperlukan.
Selanjutnya saya menyadari bahwa tidak ada jaminan atau janji-janji yang diberikan kepada saya
sehubungan dengan hasil dari segala tindakan dan atau perawatan.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Tanggal……….Bulan……….Tahun……….
1.
2.
……………………………..
…………………………….. …………………………….. Tanda tangan dan Nama jelas
Tanda tangan dan Nama jelas Tanda tangan dan Nama jelas (Huruf Balok)
(Huruf Balok) (Huruf Balok)
26