Anda di halaman 1dari 57

INTENSIVE CARE

UNIT
( ICU )
Dr.Faridnan,SpAn
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIKETAHUI
TENTANG ICU
Berdasarkan falsafah dasar

“Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan dan


keselamatan pasien”

maka semua kegiatan ICU bertujuan dan berorientasi


untuk dapat secara optimal, memperbaiki kesehatan
pasien.
1. Indikasi yang Benar

Pasien yang dirawat di ICU adalah yang memerlukan:


a. Pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi
dan berkelanjutan, sehingga dapat dilakukan
pengawasan yang konstan dan terapi titrasi.
b. Pemantauan kontinyu terhadap pasien-pasien dalam
keadaan kritis yang dapat mengakibatkan terjadinya
dekompensasi fisiologis.
c. Intervensi medis segera oleh tim intensive care.
2. Kerja Sama Multidisipliner dalam Masalah Medis Kompleks
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan
multidisiplin dengan tenaga kesehatan dari beberapa
disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya
sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama dalam
tim, dengan dipimpin dengan seorang intensivist sebagai
ketua tim.

3. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Pasien


Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang
meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti
airway (fungsi jalan pernafasan), breathing (fungsi
pernafasan), circulation (fungsi sirkulasi), brain (fungsi
otak), dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis
dan terapi definitif.
4. Peran Koordinasi dan Integrasi dalam Kerja Sama Tim
Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang tersebut
dalam butir 2 dan 4 di atas, maka pembagian kerja tim
multidisiplin adalah sebagai berikut:
a. Dokter yang merawat pasien sebelum masuk ICU
melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan
memberi pandangan atau usulan terapi.
b. Intensivist, selaku ketua tim, melakukan evaluasi
menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.
c. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan
mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim.
5. Hak dan Kewajiban Dokter
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke ICU sesuai
dengan indikasi masuk ke ICU, karena keterbatasan
jumlah tempat tidur ICU maka berlaku asas prioritas
dan indikasi masuk.
6. Sistem Manajemen Peningkatan Mutu Terpadu
Demi tercapai koordinasi dan peningkatan mutu
pelayanan di ICU, diperlukan tim kendali mutu yang
anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan
tugas utamanya memberi masukan dan bekerja sama
dengan staf struktural untuk selalu meningkatkan
mutu pelayanan ICU.
7. Kemitraan Profesi
Kegiatan pelayanan pasien di ICU di samping
multidisiplin juga interprofesi, yaitu profesi medik,
profesi perawat, dan profesi lain agar dicapai hasil
optimal maka perlu ditingkatkan mutu SDM secara
berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua
kelompok profesi.

8. Efektivitas, Keselamatan, dan Ekonomis


Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi,
teknologi tinggi, multi disiplin dan multi profesi
berdasarkan atas efektivitas, keselamatan, dan
ekonomis.
9. Kontinuitas Pelayanan
Untuk efektivitas, keselamatan dan ekonomisnya
pelayanan ICU, maka perlu dikembangkan unit
pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit = HCU).
HCU fungsi utamanya menjadi unit perawatan-antara
bangsal rawat dan ICU.
Di HCU tidak diperlukan peralatan canggih seperti
ICU, yang diperlukan utamanya adalah kewaspadaan
yang lebih tinggi.
Intensive Care Unit
(Unit Perawatan/Terapi Intensif)
 ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam
rumah sakit, memiliki staf khusus, peralatan khusus
ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena
penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi.
 Staf khusus adalah dokter, perawat terlatih atau
berpengalaman dalam “intensive Care
(perawatan/terapi intensif)” yang mampu memberikan
pelayanan 24 jam; dokter ahli atau berpengalaman
(intensivis) sebagai kepala ICU; tenaga ahli
laboratorium diagnostik; tekhnisi alat-alat pemantauan,
alat untuk menopang fungsi vital dan alat untuk
prosedur diagnostik.
Kemampuan Minimal ICU
 Resusitasi jantung paru
 Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan
penggunaaan ventilator
 Terapi oksigen
 Pemantauan EKG terus menerus
 Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan gawat
 Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
 Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan
menyeluruh
 Pemakaian pompa infuse atau semprit untuk terapi secara titrasi
 Kemampuan melakukan tekhnik khusus sesuai dengan keadaan
pasien
 Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portabel
selama transportasi pasien gawat
Klasifikasi Pelayanan ICU
 Pelayanan ICU primer (standar minimal)
Mampu melakukan resusitasi dan memberikan
ventilasi bantu kurang dari 24 jam serta mampu
melakukan pemantauan jantung
 Pelayanan ICU sekunder (menengah)
Mampu memberikan ventilasi Bantu lebih lama,
melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu
kompleks
 Pelayanan ICU tersier (tertinggi)
Mampu melaksanakan semua aspek perawatan/terapi
intensif
Pelayanan ICU Primer
(standar minimal)
Kekhususan yang harus dimiliki;
 Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang
darurat dan ruangan perawatan lain
 Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk keluar
serta rujukan
 Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala
 Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung
paru (A,B,C,D,E,F)
 Konsulen yang membantu harus selalu siap dipanggil
 Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar telah
terlatih
 Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, roentgen,
kemudahan diagnostik dan fisioterapi
Pelayanan ICU Sekunder
(menengah)
 Mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama,
melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu
kompleks, kekhususan yang harus dimiliki
 Memiliki ruangan tersendiri; berdekatan dengan kamar
bedah, ruang darurat dan ruang perawatan lain
 Memiliki kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
 Memiliki dokter spesialis yang dapat menanggulangi
setiap saat bila diperlukan
 Memiliki seorang kepala ICU yang bertanggung jawab
secara keseluruhan (intensivis), dokter jaga minimal
mampu RJP (A,B,C,D,E,F)
Pelayanan ICU Sekunder
(menengah)
 Mampu mengadakan tenaga perawat dengan
perbandingan pasien : perawat 1:1 pada setiap saat jika
diperlukan
 Memiliki perawat yang bersertifikat terlatih
perawatan/terapi intensif
 Mampu meberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa
lama dan dalam batas tertentu melakukan pemantauan
invasive dan usaha bantuan hidup
 Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, roentgen,
kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama 24 jam
 Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur
isolasi
Pelayanan ICU Tersier (tertinggi)
Kekhususan yang harus dimiliki:
 Memiliki tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
 Memiliki kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
 Memiliki dokter spesialis yang dapat menanggulangi
setiap saat bila diperlukan
 Memiliki seorang kepala ICU yang bertanggung jawab
secara keseluruhan (intensivis), dokter jaga minimal
mampu RJP (A,B,C,D,E,F)
 Memiliki lebih dari satu staf intensivis
Pelayanan ICU Tersier (tertinggi)
 Mampu menyediakan tenaga perawat dengan
perbandingan pasien:perawat 1:1 pada setiap shif untuk
kasus berat dan tidak stabil
 Memiliki lebih banyak staf perawat bersertifikat terlatih
perawatan/terapi intensif
 Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan
perawatan/terapi intensif
 Mampu melayani pemeriksaaan laboratorium, roentgen,
kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama 24 jam
Pelayanan ICU Tersier (tertinggi)
 Memiliki paling sedikit seorang ahli dalam mendidik
staf perawat dan dokter muda agar dapat bekerja sama
dalam pelayanan pasien
 Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan
pengkajian
 Didukung oleh semua yang ahli dalam diagnostik dan
terapi; seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah saraf, ahli
kebidanan dan lain-lain
 Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga
administrasi, tenaga rekam medis, tenaga untuk ilmiah
dan penelitian
 Memiliki alat-alat untuk pemantauan khusus, prosedur
diagnostik dan terapi khusus.
Pelayanan Perawatan/Terapi (ICU)
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU :
 Diagnosis dan penantalaksanaan spesifik
penyakit-penyakit akut yang mengancam
nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa menit sampai beberapa hari
 Memberikan bantuan dan mengambil alih
fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaaan spesifik problema dasar
Pelayanan Perawatan/Terapi (ICU)
 Pemantauan fungsi vital tubuh terhadap komplikasi :
1. Penyakit
2. Penatalaksanaan spesifik
3. Sistem bantuan tubuh
4. Pemantauan itu sendiri
 Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi akibat
koma yang dalam, immobilitas berkepanjangan,
stimulasi berlebihan dan kehilangan sensori
 Memberikan bantuan emosional terhadap pasien yang
nyawanya pada saat itu bergantung pada fungsi
alat/mesin dan orang lain
Indikasi Masuk dan Keluar ICU
 Prosedur medis yang menyangkut criteria masuk dan keluar
ICU seharusnya disusun bersama antar disiplin terkait oleh
semacam tim tersendiri dari dokter, perawat dan tenaga
administrasi rumah sakit. Pelayanan ICU meliputi
pemantauan dan terapi intensif, karena itu secara umum
prioritas terakhir adalah pasien dengan prognosis buruk
untuk sembuh.
 Persyaratn masuk dan keluar ICU hendaknya juga
didasarkan pada manfaat terapi di ICU dan harapan
kesembuhannya. Kepala ICU atau wakilnya memutuskan
apakah pasien memenuhi syarat masuk ICU dan keluar,
kepala icu dan wakilnya akan memutuskan pasien mana
yang harus diprioritaskan
Indikasi Masuk ICU
 Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif
melalui infuse secara terus menerus (contoh; gagal napas berat,
pasca bedah jantung terbuka, syok septik)
 Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau
non invasive sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau
dikurangi (contoh: pasca bedah besar dan luas; pasien dengan
penyakit jantung, paru, ginjal atau lainnya)
 Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi
komplikasi-komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU ini sedikit
(contoh: pasien dengan tumor ganas metastasis dengan
komplikasi infeksi, tamponade jantung, sumbatan jalan napas)
Kriteria Masuk

ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang


canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan
penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas satu -1) didahulukan
dirawat di ICU, dibandingkan pasien yang memerlukan
pemantauan intensif (prioritas dua-2) dan pasien sakit kritis
atau terminal dengan prognosis yang jelek untuk sembuh
(prioritas tiga-3). Penilaian objektif atas beratnya
penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk pasien.
Pasien Prioritas 1 (Satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan
ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu, dan lain-lainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain pascabedah
kardiotoraksik, atau pasien shock septic. Mungkin ada
baiknya beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk
masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi di bawah
tekanan darah tertentu.
Pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas
ditinjau dari macam terapi yang diterimanya.
Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari
ICU. Jenis pasien ini berisiko sehingga memerlukan terapi
intensif segera,
karenanya pemantaun intensif menggunakan metode seperti
pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis
pasien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar
jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah
mengalami pembedahan major. Pasien prioritas 2 umumnya
tidak terbatas macam terapi yang diterimanya mengingat
kondisi mediknya senantiasa berubah.
Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil di mana status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau
penyakit akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya,
sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini antara
lain pasien dengan keganasan metastase disertai penyulit
infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan jalan napas,
atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat. Pasien-pasien
prioritas 3 (tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.
Pengecualian
Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang
sesuai untuk masuk ICU, dan hanya dapat masuk dengan
pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa, atas
persetujuan kepala ICU. Lagi pula pasien-asien
tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas
1, 2, 3 (satu, dua, tiga). 1. Pasien yang telah dipastikan
mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu dapat
dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor
organ, tetapi hanya untuk tujuan menunjang fungsi-fungsi
organ sementara menunggu donasi organ.
2. Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi ”perawatan
yang nyaman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan
perintah ”DNR”. Sesungguhnya, pasien-pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di
ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
3. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4. Pasien yang secara fisiologis stasbil yang secara statistik
risikonya rendah untuk memerlukan terapi ICU. Contoh
pasien kelompok ini antara lain, pasien pascabedah
vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa
komplikasi, keracunan obat tetapi sadar, concussion,
atau payah jantung kongestif ringan. Pasien-pasien
semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit
intermediet untuk terapi definitif dan atau observasi.
Tidak Perlu Masuk ICU
 Pasien mati batang otak (dipastikan secara
klinis dan laboratorium) kecuali keberadaannya
diperlukan sebagai donor organ
 Pasien menolak terapi bantuan hidup
 Pasien secara medis tidak ada harapan dapat
disembuhkan lagi (contoh: karsinoma stadium
akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan
keadaan vegetatif).
Indikasi Keluar ICU
 Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan
membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu
dekat akan memburuk serta manfaaat terapi intensif sangat
kecil. Dalam hal yang kedua perlu persetujuan dokter yang
mengirim.
 Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak
memerlukan tindakan atau terapi intensif lebih lama
 Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu
diteruskan lagi pada :
 Pasien usia lanjut dengan gagal 3 organ atau lebih yang tidak
memberikan respon terhadap terapi intensif selama 72 jam
 Pasien mati otak atau koma (bukan karena trauma) yang menimbulkan
keadaan vegetatif dan sangat kecil kemungkinan untuk pulih
 Pasien dengan bermacam-macam diagnosis seperti PPOM, jantung
terminal, karsinoma yang menyebar
Kriteria Keluar

Pasien Prioritas 1 (Satu)


Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan
untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah
gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif
kontinu kecil. Contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga
atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespons
terhadap pengelolaan agresif.
Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk
mendadak memerlukan terapi intensif telah berkurang.
Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan
untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, tetapi mereka
mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif
kontinu kecil. Contoh dari hal terakhir antara lain adalah
pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit
jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar
luas dan lain-lainnya yang telah tidak berespons terhadap
terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang
prognosis jangka pendeknya secara statistik rendah, dan
yang tidak ada terapi yang potensial untuk memperbaiki
prognosisnya).
Pelaksanaan ketiga butir terakhir ini hendaknya
dilakukan atas persetujuan dokter yang
mengirim. Apabila tempat ICU penuh, ada
pasien lain lebih kritis yang memenuhi syarat
prioritas pertama, maka pasien yang tidak kritis
tetapi memenuhi kriteria keluar terpaksa
dikembalikan ke ruangan, hendaknya dengan
persetujuan dokter yang mengirim.
Banyak dokter yang kurang memahami
mengenai indikasi merujuk pasien ke ICU,
sehingga banyak pasien yang sudah tidak ada
harapan hidup dirujuk ke ICU.

Harus ditekankan bahwa ICU bukan tempat


merawat pasien-pasien kasus terminal, atau
dengan kata lain bukan bandar udara untuk
memberangkatkan pasien ke alam baka.
SARANA DAN PRASARANA ICU
LEVEL I (Minimal)
No MACAM JUMLAH KETERANGAN

1 Lokasi -  Dianjurkan satu kompleks dengan


K.bedah dan K. pulih
 Letak antara out patien/in patien

2 Bangunan -  Terisolasi
 Standar tertentu terhadap :
o Bahaya api
o Bakteriologis
o Kabel monitor
o Ventilasi
o Pipa air
o Komunikasi
o AC
o Exhaust fan
 Lantai
o Mudah dibersihkan, keras dan rata
o Unit terbuka ukuran 12-16 m2 pert.
Tidur atau
o Unit tertutup ukuran 16-20 m2 per t.
Tidur
o Jarak antara t. tidur minimal 2 m
3 Alat komunikasi 1 buah Intern – ekstern RS

4 Tempat cuci tangan 1 set Model bak dengan 3 – 4 rak yang dapat
dibuka tutup dengan siku/kaki
NO MACAM JUMLAH KETERANGAN
5 Ruang dokter jaga - -
6 Ruang tempa buang kotoran - -
7 Ruang tempat menyimpan barang dan - -
obat
8 Ruang tunggu keluaga pasien - -
9 Ruang perawat - -
10 Ruang pencuci alat - -
11 Dapur - -
12 Sumber air 1 unit Bakteriologis
13 Sumber listrik cadangan 1 set  Ada sumber cadangan
 220 V
 voltage regulator
14 Penerangan ruang - Lampu TL 10 Watt/m2
15 Lampu tindakan 1 lampu per 4 tidur sesuai Lampu sorot dengan reflector 60 Watt
dengan kebutuhan
16 Tempat tidur ICU Sesuai dengan kebutuhan  Dari metal
I. 2 – 4  Terdapat penghalang kanan kiri
II. > 4 – 6  Dapat diubah posisi
III. > 6 (Trendelemburg/Fowler)
17 Sumber oksigen Sesuai dengan jumlah  Silinder
tempat tidur  Sentral dengan wall outlets
 Ada flowmeter
 Medicaloksygen
18 Udara tekan  Sumber udara tekan medi
 Tekan 50 – 70 PSI
NO MACAM JUMLAH KETERANGAN
19 Pendingin ruangan / AC Sesuai dengan luas ruangan  Split/Wall type
 PK sesuai luas ruangan
 Suhu 22 – 25 C
 Humidity : 50 – 70 %
20 Alat penghisap Sesuai dengan jumlah Mesin tersendiri/sentral
tempat tidur
21 Tensimeter Sesuai dengan tempat tidur  Manual tensimeter 1/bed
 Automatic ( non invasive ) 1 per 2 bed
22 EKG -1 EKG / bed  Sendiri 2 / sentral
-1 defibrilator / 4 bed  Kemampuan
 Recorder
 Monitor
23 Pressure monitor -1 set / 6 bed  Dengan angka dan wave form
-3 module  Untuk CVP, arteri intra jantung, ICP
 Infuser for blood bag inflatable
 Monitor kit
24 Pulse oxymeter 1 per 5 bed

25 Copnorgraph (optional) 1 per 6 bed  Monitor RR


 Monitor PCO2
26 Ventilator type I 1 per 2 bed  CMV
 Assisted ventilation
 Alarm (low, high pressure)
27 Ventilator type II 1 per 4 bed  Volume, CMV, ASS, SIMV, PEEP, alarm
low-high pressure, humidifier, nebulizer
CPAP
NO MACAM JUMLAH KETERANGAN
28 Infant ventilator 1 per 3 bed

29 Alat resusitasi Sesuai dengan ventilator  Manual resuscitation


 Bag 7 mask resuscitator (adult and pediatric)
 Naso dan oropharyngeal airway (berabgai ukuran
mappelson tipe C
30 Water’s system without 1 set / ICU
cannister

31 Peralatan intubasi :
- Laryngoscope, - 1 set
McIntosh type
complete with 4
blades
- 2 set
- Orotracheal tube with
cuff (no. 6 – 9,5)
- Nasotracheal tube - 1 set
with cuff (no. 6 – 9)
- ET tube, plain (no. 2,5 - 1 set
– 5,5)
- ET stylette - 1 set - Berbagai ukuran
- Magill forcep - 1 set - Berbagai ukuran
- Pembuka mulut - 1 set - Berbagai ukuran
(mouth sore-ader) tipe
Ferguson
- Et brush - 1 set - Berbagai ukuran
- Antibite device - 1 set - Berbagai ukuran

32 Emergency lit + Minimal 2 buah Tempat obat-obat gawat darurat


emergency trolley
33 Thermometer air raksa 1 buah per bed -
NO MACAM JUMLAH KETERANGAN
34 Elektronik thermometer 1 per 2 bed Temperature monitor dengan anal/nasal
probe

35 Sarana pendukung - Sentralisir di lab. RS - 24 jam sehari


- Bila bed >16  lab. Elektronik, kadar gula, kimia
darah
 analisis gas darah
 portable X-ray
36 Gantung infuse Sesuai dengan kebutuhan Mobile dan gantung

37 Pakaian khusus secukupnya - baju perawat


- jas dokter
- baju pengunjung
- sandal

38 Jam dinding 1 – 2 buah - Dengan jarum detik


- Quarts

39 Nurse station 1 buah

40 Lemari instrumen 1 – 2 buah - Metal dan kaca


- 4 tingkat per rak

43 Negatoscop (optional) 1 – 2 buah - Double viewer


- Dengan lampu
NO MACAM JUMLAH KETERANGAN
44 Minor surgery set 1 set Dalam rol

45 Venous cut down set 1 set Dalam rol

46 Cricothyrothomy set 1 set Dalam rol

47 Tracheostomy 1 set Dalam rol

48 Treatment trolley 1 set Mobile

49 Titik keluar listrik 4 outlets - Standard 220 V


- Minimal 75 cm dari lantai

50 Papan resusitasi Minimal 2 Dari bahan yang keras

51 Matras anti decubitus 1 per 4 bed Bubbling mattress

52 Lemari pendingin 1 buah - Suhu 4 – 5 C


- Untuk menyimpan obat dll

53 Tromol segala ukuran secukupnya - Kecil, sedang, besar


- Tempat linen steril

54 Infuser for blood bag 1 buah Mediquick / felwall

55 Fiberoptik broncoscope 1 set Dewasa dan anak

56 Transcutaneous gas monitor - 1 set Mengukur Pt O2 dan Pt CO2


- optional 1
 LEVEL II : Mempunyai alat-alat ventilasi
mekanik dan pemantauan yang lebih canggih
(non-invasif dan invasive)
 LEVEL III : Mempunyai alat-alat ventilasi
mekanik dan pemantauan yang lebih canggih
dan kemampuan melakukan bantuan hidup
ekstra korporatif
Unit - Unit Khusus
ICCU, Renal Unit, Burn Unit, Standard
dan Manajemennya diserahkan kepada
disiplin ilmu terkait.
PROSEDUR TETAP RUJUKAN
PASIEN UNTUK MASUK
DI RUANG ICU
PROSEDUR RUJUKAN PASIEN UNTUK
MASUK DI RUANG ICU

1.Dokter spesialis atau asistennya jika


dokter ahli tidak ada ditempat mengkonsul
pasien yang ada indikasi masuk ICU
kepada dokter spesialis anestesi di ICU
secara tertulis.

2.Dokter anestesi atau intensivist memeriksa


pasien dan perawatan intensif diambil alih
oleh ICU, dokter ICU memeberikan terapi
intensif kepada pasien, dengan menuliskan
semua instruksi pada status rekam medis(
lembar observasi ICU ) dan tanggung jawab
sepenuhnya ada pada dokter ICU.
3.Dalam keadaan-keadaan tertentu diperlukan
rawat bersama maka yang bertindak sebagai
koordinator adalah dokter spesialis anestesi;
dokter yang mengirim pasien tanpa diminta
melakukan evaluasi pasien serta memberikan
saran-saran kepada dokter anestesi.

4.Dokter intensivist / perawat icu dibawah


supervisi dokter anestesi mencatat
penetalaksanaan lanjutan dari pasien yang
masuk ICU.
5.Dokter spesialis yang terlibat dalam rawat bersama
pada waktu melakukan visite didampingi oleh
perawat icu. Dokter spesialis terkait menulis
semua saran-sarannya di dalam status pasien
dan bukan pada lembaran instruksi ICU.
Saran-saran ini dilaporkan oleh perawat ICU
kepada dokter spesialis anestesi dan
mempertimbangkan saran-saran tersebut.
Saran – saran yang dianggap perlu oleh dokter
anestesi untuk diterapkan ditulis pada
lembaran instruksi ICU oleh dokter
anestesi.Perawat ICU akan melaksanakan
instruksi-instruksi tertulis pada lembar
instruksi ICU , bukan yang tertulis masih
dalam bentuk saran.
6.Semua tindakan-tindakan yang dilakukan
berdasarkan instruksi dicatat, jam
pelaksanaan dan hasil- hasil pemantauan pada
lembar observasi yang disediakan.

7.Jika terjadi perubahan-perubahan penting


pada pasien (KU memburuk), maka perawat
wajib melaporkannya pada dokter anestesi,
demikian pula pada dokter yang terlibat
dalam rawat bersama.
8.Perawatan intensif pasca operasi besar diberi
tahu 1-2 hari sebelumnya dan dikonfirmasikan
pagi-pagi sebelum pembedahan.

9.Pasien yang dikirim ke ICU dari RS


lain/Puskesmas/dokter swasta harus melaluiUGD
dan telah diperiksa oleh dokter spesialis
terkait.Pada keadaan-keadaan tertentu dokter
spesialis terkait sulit dihubungi tetapi secara
obyektif ada indikasi jelas bahwa pasien perlu
tertapi insentif dokter jaga berwenang mengirim
pasien ke ICU dengan persetujuan dokter ICU.
10.Untuk mempersiapkan prosedur pasien yang
dikirim oleh dokter spesialis sedang dokter
anestesi sulit dihubungi maka untuk
keselamatan pasien dokter spesialis pengirim
dapat memberikan terapi intensif sementara
sampai pasien diperiksa oleh dokter spesialis
anestesi.

11.Jika konsul permintaan perawatan ICU


menyangkut penanganan khusus dari dokter
spesialis anestesi misalnya pemasangan
ventilator maka konsult tersebut harus segera
sampai kepada dokter spesialis anestesi .
12.Perawat ICU dapat menolak perawatan
intensif bila:

 Jelas tidak ada indikasi masuk ICU dengan


memberikan penjelasan yang sebaik-baiknya
kepada sipengirim.

 Pasien dikirim tanpa surat pengantar/


rujukan/konsult tertulis dan pasien jelas tidak
perlu dirawat intensif.

 Pasien dengan penyakit yang menimbulkan


bau, psychosis, penyakit menular, kanker
terminal dan lain-lain.
13.Bila prosedur administrasi medis belum
lengkap sedang pasien ada indikasi
memerlukan terapi insentif segera, maka
perawat ICU segera menerima pasien untuk
dirawat intensif sedang prosedur-prosedur
yang diperlukan dipenuhi kemudian.

14.Pasien terminal yang sedang menghadapi


sakratul maut dipindahkan ke kamar terminal
supaya tidak menggangu pasien lain.
ICU RSUD Undata
(2005)
ICU RSUD Undata ( 2007)
ICU RSUD Dr.Soetomo ( 2007 )
ICU RS. Mitra Keluarga Bekasi ( 2008)
Kedepannya.. ICU RSUD Undata thn ?????????

Anda mungkin juga menyukai