A. Pengertian
Demam dengue (dengue fever/DF) adalah demam akut sebagai respon
tubuh terhadap salah satu serotipe virus dengue yang masuk kedalam aliran
darah bersama air liur nyamuk. Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan oleh
nyamuk bergenus Aedes (Suriadi & Yuliani, 2011).
Respon tubuh terhadap virus dengue bermacam ragam mulai dari
asimptomatik, demam yang sembuh dengan sendirinya, infeksi dengue yang
parah seperti pada demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever/DHF),
ataupun berlanjut sebagai dengue shock syndrome (DSS) (Effendy 2015).
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin, 2011:
1. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu:
a) Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupaka sel darah yang telah berdeferensiasi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Pada pria jumlah
eritrosit 5-5,5 juta/mmk dan wanita 4,5-5 juta/mm3.
b) Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5000-9000/mm3.
lekosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat
setengah cair) organisme asing dan melakukan fungsinya di dalam
jaringan ikat, melakukan gerakan amuboid, membantu untuk
menerobos dinding pembuluh darah ke dalam jaringan ikat.
c) Trombosit(SelDarahMerah)
Keping darah berwujud cakaram. Protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya bervariasi antara 200.000-
300.000/mm3 darah. Fungsi trombosit penting dalam pembekuan
darah. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit dengan cepat
menggumpal melekat satu sama lain dan menjadi fibrin. Masa
trombosit yang menggumpal dan fibrin adalah dasar untuk
pembekuan.
2. Struktur Sel:
a) Membran Sel (Selaput Sel)
Membran sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis, tebalnya
hanya 7,5-10nm (nano meter). Hampir seluruhnya terdiri dari
keping0keping halus gabungan protein lemak yang merupakan tempat
lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas
untuk mengatur hidup sel dan menerima segala bentuk rangsangan
yang datang.
b) Plasma (Sitoplasma)
Bahan-bahan yang terdapat dalam plasma adalah bahan anorganik
(garam, mineral, air, oksigen, karbon dioksida dan amoniak), bahan
organis (karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam
nukleat) dan peralatan sel yang disebut organes sel yang terdiri dari
ribosom, retikulum endoplasma, mitokondria, sentrosom, alat golgi,
lisosom dan nukleus.
C. Etiologi
3. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies yang paling utama sebagai
vektor penular dengue. Spesies nyamuk lain yang dapat menularkan
penyakit ini adalah Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes
scutellaris. Serangga penyebar penyakit ini masuk ke dalam klasifikasi
ilmiah dalam filum Arthropoda, sehingga virus dengue ini juga dinamakan
sebagai Arbovirus.
Menurut WHO :
Penyebaran dari virus dengue yaitu:
1) Telur
Telur Aedes Aegypti diletakkan satu persatu pada permukaan lembab
tepat di atas batas air. Masa perkembangan embrio adalah 48 jam pada
lingkungan yang hangat dan lemba, telur menetap bila wadah tergenang
air.
2) Jentik dan Pupa
Tempat bertelur Aedes Aegypti adalah di perumahan yaitu, wadah air
buatan manusia, meliputi botol minuman, bak mandi, bambu, botol,
kaleng, cangkir, plastik, pipa saluran dan perangkap semut di kaki
meja.
3) Kebiasaan menghisap darah
Menggigit aktif di siang hari, nyamuk betina mempunyai dua waktu
aktifitas menggigit, yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam
sebelum gelap.
4) Kebiasaan hinggap
Aedes Aegypti lebih suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab.
Misalnya: tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Tempat
berisitirahat di dalam rumah di bawah perabotan benda-benda yang
digantung, seperti baju, tirai dan dinding.
5) Jangkauan terbang
Nyamuk betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari
tempat bertelur. Morbilitas dan mortalitas demam berdarah dengue
bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status
imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue,
virulensi virus dan kondisi geografi setempat.
6) Siklus penularan
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya terinfeksi virus dengue pada saat
nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah dari seseorang yang sedang
berada pada tahap demam akut. Setelah melalui periode inkubasi
ekistik selama 8-10 hari, kelenjar ludah yang bersangkutan akan
menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut
mengigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke
tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-14
hari timbul gejala-gejala awal penyakit secara mendadak yang ditandai
dengan demam, pusing, myalgia, hilangya nafsu makan dan berbagai
tanda dan gejala non-spesifik seperti nausea, muntah dan ruam pada
kulit.
D. Patofisiologis
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila
replikasi virus bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan
sum-sum tulang. Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi
virus akan rusak sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang
diproduksi. Kekurangan trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan
darah dan meningkatkan risiko perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi
DHF. Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie,
purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soegijanto (2012), pemeriksaan diagnostik pada pasien Dengue fever /
DBD/ DHF meliputi:
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (PDL):
a. Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau lebih)
b. Trombositopenia (Trombosit 100.000/mm3 atau kurang)
c. Perpanjanga masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protombin.
d. Asidosis
e. Hiponatremia
f. Hipokalemia.
2. Uji Torniquet Positif
Menurut Depkes RI (2010), uji torniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai titik antara tekana sistolik dan diastolik selama
+ 5 menit. Hasil dipastikan positif apabila terdapat 10 ptekie atau lebih dalam
2,5cm2. pada DHF biasanya uji ini memberikan hasil positif yang kuat
dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji ini bisa saja negatif atau hanya
positif ringan selama masa shock dan menunjukkan hasil positif bila
dilakukan setelah masa pemulihan fase shock.
3. Radiologi photo thorax
50% ditemukan efusi pleura, terjadi karena adanya rembesan plasma.
4. Uji laboratorium
5. Uji hambatan Hemaglutinasi
6. Uji Fiksasi komplemen
H. Penatalaksanaan
Menurut Depkes RI, 2010, hal 26, penatalaksanaan dari Demam Dengue/ DHF/
DBD adalah sebagai berikut:
1. Kasus ringan sampai sedang (derajat i dan ii), pemberian terapi cairan i.v
bagi pasien dilakukan selama jangka waktu 2-24 jam.
2. Pasien yang menunjukkan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit
kurang dari 50.000/mm3 atau menunjukkan perdarahan spontan selain
ptekie harus dirawat.
3. Tatalaksana demam dbd adalah memberikan obat antipiretik tetapi jangan
diberikan salisilat.
4. Demam tinggi, anoreksia, mual dan muntah akan menyebabkan rasa haus
dan dehidrasi, oleh karena itu harus terus menerus diberi minum sampai
pada batas kemampuannya. Cairan rehidrasi oral yaitu cairan yang biasa
digunakan untuk mengobati diare dan atau jus buah lebih dianjurkan dari
pada air putih.
5. Pemeriksaan hematokrit berkala akan mencerminkan tingkat kebocoran
plasma dan kebutuhan pemberian cairan i.v. kadar hematokrit harus pula
diamati setiap hari, terhitung mulai hari ketiga sampai suhu tubuh menjadi
normal kembali selam satu atau dua hari.
6. Penggantian cairan plasma pada pasien dengue syok syndrome.
7. Koreksi gangguan elektrolit dan metabolik harus dilakukan secara berkala.
Tindakan awal pemberian cairan pengganti dan tindakan awal koreksi
asidosis dengan natrium bikarbonat akan memberikan hasil yang
memuaskan.
8. Pemberian obat sedatif kadang diperlukan untuk menenangkan pasien yang
gelisah.
9. Terapi oksigen harus diberikan pada pasien yang mengalami syok.
10. Transfusi darah dianjurkan untuk diberikan pada kasus yang menunjukkan
tanda perdarahan.
11. Penggantian cairan pada dbd harus sama dengan jumlah cairan elektrolit
yang hilang, jadi harus diberika 10mg/kgbb untuk seiap 1% hilangnya berat
badan.
I. Komplikasi
Menurut WHO 2012, komplikasi Demam Dengue/ Dengue Haemorhagic
fever/ DBD adalah:
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan
shock atau tanpa shock.
2. Kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini mungkin
hanya kejang demam sederhana, karena cairan cerebrospinal ditemukan
normal.
3. Oedema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses
penggantian cairan.
4. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah
baring yang lama.
5. Sepsis gram negatif dapat terjadi karena penggunaan i.v line terkontaminasi.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DEMAM DENGUE/ DHF/ DBD
A. Pengkajian
1. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
tahun. Endemik didaerah Asia tropic.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan
lembab, demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati,
konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang
DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada
yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas and ban bekas.
7. ADL
Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim
hujan dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh
tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit
hipotensi,nadi cepat dan lemah.
Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
(kadang).
Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada
keadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
Pemeriksaan Penunjang : Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di
jumpai: Hb dan PCV meningkat (≥20%), Trombositopenia
(≤100.000/ml), Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis),
Ig.D.dengue positif, Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan:
hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia, Urium dan PH darah
mungkin meningkat, Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO
rendah, SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien DHF adalah :
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran
plasma darah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ektravaskuler
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan; perpindahan
cairan intravaskuler ke ektravaskuler
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ; mual muntah
8. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan
darah (trombositopeni).
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan ( NOC ) ( NIC )
1 Ketidakefektifan Respiratory status : Ventilation Airway Management
pola napas Respiratory status : Airway Buka jalan nafas,
berhubungan patency guanakan teknik chin
dengan Vital sign Status lift atau jaw thrust
hipoventilasi Kriteria Hasil : bila perlu
Posisikan pasien untuk
Mendemonstrasikan batuk
memaksimalkan
efektif dan suara nafas yang
ventilasi
bersih, tidak ada sianosis
Identifikasi pasien
dan dyspneu (mampu
perlunya pemasangan
mengeluarkan sputum,
alat jalan nafas buatan
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips Pasang mayo bila
perlu
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak Lakukan fisioterapi
merasa tercekik, irama nafas, dada jika perlu
frekuensi pernafasan dalam Keluarkan sekret
rentang normal, tidak ada dengan batuk atau
suara nafas abnormal) suction
Tanda Tanda vital dalam Auskultasi suara nafas,
rentang normal (tekanan catat adanya suara
darah, nadi, pernafasan) tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi
pasien
observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
Smeltzer, S.C, (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta
Soeparman, 2010, Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta
Suriadi & Yuliani, 2011, Asuhan Keperawatan Pada Anak, EGC, Jakarta