Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN TEORITIS

BAYI PREMATUR

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang
atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan
lahir. (Donna L Wong 2013)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37,
dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai
periode kehamilan memendek. (Nelson.2011 dan Sacharin, 2011)
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara
bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang
saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan
morbilitas dan mortalitas neonatus.

B. Etiologi
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor
yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor genetik atau kromoson
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Radiasi
5. Insufisiensi atau disfungsi placenta
6. Faktor nutrisi
7. Faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa
hamil, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan
sebagainya.
(Aplikasi askep Nanda NIC-NOC 2015).
C. Patofisiologi
Mekanisme pertama di tandai dengan stres dan anxietas yang biasa
terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik.
Adanya stress fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur
dari Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan
timbul insufisiensi uteroplacenta dan mengakibatkan kondisi stres pada
janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan
pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CHR), perubahan
pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), Prostaglandin, Reseptor
oksitosin, Matrix Metaloproteinase (MMP), interleukin-8,
cyclooksigenase Dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis,yaitu infeksi
bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini
merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi
intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-
inflamatori sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α). Sitokin akan
merangsang pelepasanCRH, yang akan merangsang aksis HPA janin
dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini
bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan
endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan
dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan
perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan
perdarahan placenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein
yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada
placenta dan desidua menyebabkan aktivitas dari faktor pembekuan Xa
(Protombinase). Protombinase akan mengubah protombin menjadi
trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi
kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus
yang bisa disebabkan oleh kehamilan kembar, polihydramion atau
distensi berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses
operasi pada serviks. Mekanisme ini di pengaruhi oleh IL-8,
prostaglandin, dan COX-2.
D. Pathway Keperawatan
E. Manifestasi Klinik

Menurut Manuaba IBG (2014) karakteristik bayi prematur adalah :


1.      Berat badan kurang dari 2500 gram
2.      Panjang badan kurang dari 45 cm
3.      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4.      Lingkar dada kurang dari 30 cm
5.      Kepala lebih besar dari badan
6.      Kulit tipis transparan
7.      Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan
tangan.
8.       Lemak subkutan kurang.
9.      Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labiA
mayora (pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun.
10.  Rambut tipis, halus.
11.  Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.
12.  Putting susu belum terbentuk dengan baik.
13.  Pergerakan kurang dan lemah.
14.  Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnae.
15.  Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek
BAYIbatul belum sempurna.
16.  Kulit tampak mengkilat dan licin.
F. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Perawatan dalam Inkubataor
b. X. Ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya
abnormalitas
c. Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ
d. Stik Glukosa untuk menentukan kadar glukosa
e. Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi
hipokalsemia
f. Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan ( karena
pada bayi prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia).
g. Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah,
urinalisis, analisis feses dan lain sen, analisis feses dan lain
sebaainya.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi Prematur
mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi
harus dipertahankan dengan ketat
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan
dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
c. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan menunjukkan
kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
oleh karena itu penimbangan dilakukan dengan ketat.
e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering
dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
f. Kepala bayi di tutup topi, beri oksigen kalau perlu
g. Tali pusat dalam keadaan bersih
h. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
G. Komplikasi
1. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi,
sianosis, peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik,
hipotensi dan syok
2.  Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas
(ROP). Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal,
trakea, dan faring. (Whaley & Wong, 1995)
3. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
4. Necrotizing Enterocolitas (NEC) 
(Whaley & Wong, 2013)

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kehamilan
 Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan
rendah.
 Kehamilan kembar
 Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk
 Kemungkinan penyakit genetik
 Riwayat kelahiran prematur
 Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain
sebagainya
 Kondisi seperti toksemia, prematur ruptur membran,abruptio
placenta, dan prolaps umbilikus
 Penyalagunaan obat, merokok, konsumsi kafeine, dan alkohol.
 Golongan darah, faktor Rh, amiocentesis.
2. Status bayi baru lahir
 Umur kehamilan antara 24 – 37 minggu, berat badan lahir
rendah atau besar masa kehamilan
 Berat badan dibawah 2500 gram
 Kurus, lemak subkutan minimal
 Adanya kelainan fisik yang terlihat
 APGAR skore 1 – 5 menit : 0 – 3 mengindikasikan distress
berat, 4 – 6 menunjukkan disstres sedang dan 7 – 10 merupakan
nilai normal.
3. Kardiovaskular
 Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan
irama teratur
 Saat kelahiran, terdengar murmur
4. Gastrointestinal
 Protruding abdomen
 Keluaran mekonium setelah 12 jam
 Kelemahan menghisap dan penurunan refleks
 Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital
5. Integumen
 Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna
kuning
 Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh
 Kurus
 Edema general atau lokal
 Kuku pendek
 Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis
6. Muskuloskeletal
 Cartilago pada telinga belum sempurnah
 Tengkorak lunak
 Keadaan rileks, inaktive atau lethargi
7. Neurologik
 Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi
 Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk
lemah atau tidak efektif
 Tidak ada atau minimalnya tanda neurologik
 Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26
minggu
 Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik
8. Pulmonary
 Respiratory rate antara 40 – 60 x/menit dengan periode apnea
 Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi
(interkostal, suprasternal, substrenal)
 Terdengar crakles pada auskultasi
9. Renal
 Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir
 Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution dalam
urine
10. Reproduksi
 Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga
tampak menonjol
 Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong
skrotum, mungkin terdapat inguinal hernia.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakefektifan pola napas behubungan dengan imaturitas otot-
otot pernapasan dan penurunan ekspansi paru.
2. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas.
3. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan
prematuritas, ketidaadekuatan/imatur aktifitas peristaltik didalam
sistem gastrointestinal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas
peristaltik gastrointestinal.
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak
subkutan.
6. Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak
adekuat.
7. Ikterus Neonatus berhubungan dengan bilirubin tak terkonjungasi
dalam sirkulasi.
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Ketidakefektifan  Respiratory status : Airway Management
pola napas b.d Ventilation - Buka jalan nafas,
imaturitas otot-otot  Respiratory status : gunakan teknik chin lift
pernapasan dan Airway patency atau jaw thrust bila perlu
penurunan ekspansi  Vital sign Status - Posisikan pasien untuk
paru. Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan - Identifikasi pasien
batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
nafas yang bersih, tidak jalan nafas buatan
ada sianosis dan dyspneu - Pasang mayo bila perlu
(mampu mengeluarkan - Lakukan fisioterapi dada
sputum, mampu bernafas jika perlu
dengan mudah, tidak ada - Keluarkan sekret dengan
pursed lips) batuk atau suction
 Menunjukkan jalan nafas - Auskultasi suara nafas,
yang paten (klien tidak catat adanya suara
merasa tercekik, irama tambahan
nafas, frekuensi - Lakukan suction pada
pernafasan dalam rentang mayo
normal, tidak ada suara - Berikan bronkodilator
nafas abnormal) bila perlu
 Tanda Tanda vital dalam - Berikan pelembab udara
rentang normal (tekanan Kassa basah NaCl
darah, nadi, pernafasan) Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan
status O2

Oxigen Therapy

- Bersihkan mulut, hidung


dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas
yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
- aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
2. Diskontinuitas  Breastfeding ineffective Bottle Feeding
pemberian ASI b.d  Breathing Pattern - Posisikan bayi semi-fowler
prematuritas ineffective - Letakan pentil dot diatas
 Breasfeeding lidah bayi
interupted - Monitor atau evaluasi
Kriteria hasil : reflek menelan sebelum
 Menyusui secara mandiri memberikan susu
 Tetap mempertahankan - Tentukan sumber air yang
laktasi digunakan untuk
 Pertumbuhan dan mengencerkan susu
perkembangan bayi formula yang kental atau
dalam batas normal dalam bentuk bubuk
 Mengetahui tanda-tanda - Tentukan kandungan
penurunan suplai Asi fluoride air yang
 Ibu mampu digunakan untuk
mengumpulkan dan mengencerkan formula
menyimpan asi secara bubuk atau konsentrat dan
aman rujuk penggunaan
 Penyapihan pemberian suplemen fluor, jika
ASI diskontinuitas diindikasikan.
progresif pemberian ASI - Pantau berat badan bayi,
jika diperlukan
 Kemampuan penyedia
- Ingatkan orang tua atau
perawatan untuk
pengasuh bayi tentang
mencairkan,
penggunaan oven
menghangatkan dan
microwave untuk
menyimpan ASI secara
menghangatkan formula
aman
- Instruksikan dan
 Menunjukan tekhnik
demonstrasikan kepada
dalam memompa ASI
orang tua teknik
 Berat badan bayi = masa
tubuh membersihkan mulut bayi
 Tidak ada respon alergi setelah bayi diberikan susu
sistematik
 Respirasi status: jalan Lactation Supresion
napas, pertukaran gas, - Fasilitasi proses bantuan
dan ventilasi napas bayi interaktif untuk membantu
adekuat mempertahankan
 Tanda-tanda vital bayi keberhasilan proses
dalam batas normal pemberian ASI
- Sediakan informasi tentang
laktasi dan teknik
memompa ASI (secara
manual atau dengan pompa
elektrik), cara
mengumpulkan dan
menyimpan ASI
- Tunjukan dan
demonstrasikan berbagai
jenis pompa payudara,
tentang biaya, keefektifan
dan ketersediaan alat
tersebut
- Ajarkan pengasuh bayi
mengenai topik-topik, serta
penyimpanan dan
pencairan ASI dan
penghindaran memberi
susu botol pada dua jam
sebelum ibu pulang
- Ajarkan orang tua
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan dan
kemungkinan pemberian
tambahan susu formula
- Apabila penyapihan
diperlukan, informasi ibu
mengenai kembalinya
proses ovulasi dan seputar
alat kontrasepsi yang
sesuai

Lactation Counseling
- Menggunakan bantuan
interaktif untuk membantu
ibu mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI
- Beri dorongan untuk tetap
melanjutkan menyusui
sepulang kerja atau
sekolah
-
3. Disfungsi motilitas  Gastrointestinal Tube Care Gastrointestinal
gastrointestinal b.d Function - Monitor TTV
prematuritas,  Bowel Continence - Monitor status cairan dan
ketidakadekuatan / Kriteria hasil: elektrolit
imatur aktivitas  Tidak ada distensi - Monitor bising usus
peristaltic di dalam abdomen - Monitor irama jantung
system  Tidak ada kram abdomen - Catat intake dan output
gastrointestinal  Tidak ada nyeri abdomen secara akurat
 Peristaltic usus dalam - Kaji tanda-tanda gangguan
batas normal 15-30 x/mnt keseimbangan cairan dan
 Frekuensi, warna, elektrolit (membran
konsistensi, banyaknya mukosa kering, sianosis,
feses dalam batas normal jaundice)
 Tidak ada darah di feses - Kelola pemberian
suplemen elektrolit sesuai
 Tidak ada diare
instruksi dokter
 Tidak ada mual dan
- Kolaborasi dengan ahli
muntah
gizi jumlah kalori dan
 Nafsu makan meningkat jumlah zat gizi yang
dibutuhkan
- Pasang NGT jika
diperlukan
- Monitor warna dan
konsistensi dari naso
gastric output
- Monitor diare

Bowel Inkontinence Care


- Perkirakan penyebab fisik
dan psikologi dari
inkontimemsia fekal
- Jelaskan penyebab
masalah dan rasional dari
tindakan
- Jelaskan tujuan dari
managemen bowel pada
pasien/keluarga
- Diskusikan prosedur dan
kriteria hasil yang
diharapkan bersama pasien
- Instruksikan
pasien/keluarga untuk
mencatat keluaran feses
- Cuci area perianal dengan
sabun dan air lalu
keringkan
- Jaga kebersihan baju dan
tempat tidur
- Lakukan program latihan
BAB
- Monitor efek samping
pengobatan
- Bowel training
- Rencanakan program BAB
dengan pasien dan pasien
yang lain
- Konsul ke dokter jika
pasien memerlukan
suppositoria
- Ajarkan ke pasien/keluarga
tentang prinsip latihan
BAB
- Anjurkan pasien untuk
cukup minum
- Jaga privasi klien
- Kolaborasi pemberian
suppositoria jika
memungkinkan
- Evaluasi status BAB
secara rutin
- Modifikasi program BAB
jika diperlukan
Bowel Irrigation
Gastrointestinal Tube
Medication Administration:
Enteral
4. Ketidakseimbangan  Nutritional Status : Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b.d food and Fluid Intake makanan
ketidakmampuan  Nutritional Status : - Kolaborasi dengan ahli
menerima nutrisi, nutrient Intake gizi untuk menentukan
imaturitas peristaltic  Weight control jumlah kalori dan nutrisi
gastrointestinal Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
 Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin C
 Mampu mengidentifikasi - Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
 Tidak ada tanda tanda dimakan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk
 Menunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi - Berikan makanan yang
pengecapan dari menelan terpilih ( sudah
 Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan
berat badan yang berarti ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
- Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan 
dan tindakan tidak selama
jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
5. Resiko  Termoregulasi Newborn Care
ketidakseimbangan  Termoregulasi : - Pengaturan suhu:
suhu tubuh b.d Newborn mencapai dan atau
kegagalan Kriteria Hasil mempertahankan suhu
mempertahankan  Suhu kulit normal tubuh dalam range normal
suhu tubuh,  Suhu badan 36o – 37o C - Pantau suhu bayi baru
penurunan jaringan  TTV dalam batas normal lahir sampai stabil
lemak subkutan - Pantau tekanan darah, nadi
 Hidrasi adekuat dan pernapasan dengan
 Tidak hanya mengggigil tepat
 Gula darah DBN - Pantau warna dan suhu
 Keseimbangan asam basa kulit
DBN - Pantau dan laporkan tanda
 Bilirubin DBN dan gejala hipotermia dan
hipertemi
- Tingkatkan keadekuatan
masukan cairan dan nutrisi
- Tempatkan bayi baru lahir
pada ruangan isolasi atau
bawahpemanas
- Pertahankan panas tubuh
bayi
- Gunakan matras panas dan
selimut hangat yang
disesuaikan dengan
kebutuhan
- Berikan pengobatan
dengan tepat untuk
mencegah atau kontrol
menggigil
- Gunakan matras sejuk dan
mandi dengan air hangat
untuk menyesuaikan
dengan suhu tubuh dengan
tepat

Temperature regulation
(Pengaturan suhu)
- Monitor suhu minimal tiap
2 jam
- Rencanakan monitor suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi dan RR
- Monitor warna dan suhu
kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hiportermi
- Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien/orang
tua cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
- Beritahu tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari
hiportermi
- Dan penanganan yang
diperlukan
- Berikan anti piretik jika
perlu

Temperature regulation:
intraoperative
- Mempertahan suhu tubuh
interaoperatif
6. Resiko infeksi b.d  Immune Status Infection Control (Kontrol
pertahanan  Knowledge : Infection infeksi)
imunologis tidak control - Bersihkan lingkungan
adekuat  Risk control setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : - Pertahankan teknik isolasi
 Klien bebas dari tanda - Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi perlu
 Menunjukkan - Instruksikan pada
kemampuan untuk pengunjung untuk
mencegah timbulnya mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
 Jumlah leukosit dalam berkunjung meninggalkan
batas normal pasien
 Menunjukkan perilaku - Gunakan sabun
hidup sehat antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi
k/p
- Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif

7. Ikterus neonatus b.d  Breasfeeding inefektif Phothoterapy: Neonate


bilirubin tak  Breasfeeding - Meninjau sejarah ibu dan
terkonjugasi dalam Interupted bayi untuk faktor resiko
sirkulasi  Liver Function, Risk of untuk hiperbilirubinemia
Impaired (misalnya, ketidakcocokan
 Blood Glucose, Risk Rh atau ABO, polisitemia,
for Unstable sepsis, prematuritas, mal
Kriteria hasil: presentasi)
 Menyusui secara mandiri - Amati tanda-tanda ikterus
 Tetap mempertahankan - Agar serum bilirubin
laktasi tingkat sebagai protokol
 Pertumbuhan dan peryang sesuai atau
perkembangan bayi permintaan praktisi primer
dalam batas normal - Melaporkan nilai
 Mengetahui tanda-tanda laboratorium untuk
penurunan suplai ASI praktisi primer
 Ibu - Tempat bayi di Isolette
mampu
mengumpulkan - Instruksikan keluarga pada
dan
menyimpan ASI secara prosedur fototerapi dan
aman perawatan
 Penyapihan - Terapkan tambalan untuk
pemberian
ASI menutup kedua mata,
diskontinuitas
progresif pemberian ASI menghindari tekanan yang
 Kemampuan berlebihan
penyedia
perawatan - Hapus tambalan mata
untuk
mencairkan, setiap 4 jam atau ketika
menghangatkan lampu mati untuk kontak
dan
menyimpan ASI secara orangtua dan makan
aman - Memantau mata untuk
 Menunjukan edema,
teknik drainase dan
dalam memompa ASI warna
 - Tempat fototerapi lamp di
Berat badan bayi = masa
tubuh atas bayi pada ketinggian
 Tidak ada respon alergi yang sesuai
sistemik - Periksa intensitas lampu
sehari-hari
 Respirasi status: jalan
- Memonitor tanda-tanda
napas, pertukaran gas dan
vital per protokol atau
ventilasi napas bayi
sesuai kebutuhan
adekuat
- Ubah posisi bayi setiap 4
 Tanda-tanda vital bayi
jam atau per protokol
dalam batas normal
- Memantau tingkat
 Penerimaan: kondisi
bilirubin serum per
kesehatan protokol atau permintaan
 Dapat mengontrol kadar praktisi
glukosa darah - Mengevaluasi status
 Dapat memanajemen dan neurologis setiap 4 jam
mencegah penyakit
atau per protokol
semakin parah - Amati tanda-tanda
 Tingkat pemahamandehidrasi (misalnya,
untuk dan pencegahan depresi fontanel, turgor
komplikasi kulit mengerut, kehilangan
 Dapat meningkatkanberat badan)
istirahat - Timbang setiap hari
 Status nutrisi adekuat- Mendorong delapan kali
 Kontrol resiko proses menyusui perhari
infeksi - Dorong keluarga untuk
berpartisipasi dalam terapi
cahaya
- Intruksikan keluarga pada
fototerapi dirumah yang
sesuai
Sumber Aplikasi Askep berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC
DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2013. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi


8. Jakarta : EGC..

Saccharin, Rossa M. 2011. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2


Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2014. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta,


EGC

Huda Amin (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. EGC. Jakarta

Nanda (2015), Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2015-2017.


Edisi 10. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai