BAYI PREMATUR
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang
atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan
lahir. (Donna L Wong 2013)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37,
dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai
periode kehamilan memendek. (Nelson.2011 dan Sacharin, 2011)
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara
bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang
saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan
morbilitas dan mortalitas neonatus.
B. Etiologi
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor
yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor genetik atau kromoson
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Radiasi
5. Insufisiensi atau disfungsi placenta
6. Faktor nutrisi
7. Faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa
hamil, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan
sebagainya.
(Aplikasi askep Nanda NIC-NOC 2015).
C. Patofisiologi
Mekanisme pertama di tandai dengan stres dan anxietas yang biasa
terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik.
Adanya stress fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur
dari Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan
timbul insufisiensi uteroplacenta dan mengakibatkan kondisi stres pada
janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan
pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CHR), perubahan
pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), Prostaglandin, Reseptor
oksitosin, Matrix Metaloproteinase (MMP), interleukin-8,
cyclooksigenase Dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis,yaitu infeksi
bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini
merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi
intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-
inflamatori sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α). Sitokin akan
merangsang pelepasanCRH, yang akan merangsang aksis HPA janin
dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini
bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan
endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan
dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan
perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan
perdarahan placenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein
yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada
placenta dan desidua menyebabkan aktivitas dari faktor pembekuan Xa
(Protombinase). Protombinase akan mengubah protombin menjadi
trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi
kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus
yang bisa disebabkan oleh kehamilan kembar, polihydramion atau
distensi berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses
operasi pada serviks. Mekanisme ini di pengaruhi oleh IL-8,
prostaglandin, dan COX-2.
D. Pathway Keperawatan
E. Manifestasi Klinik
Oxigen Therapy
Lactation Counseling
- Menggunakan bantuan
interaktif untuk membantu
ibu mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI
- Beri dorongan untuk tetap
melanjutkan menyusui
sepulang kerja atau
sekolah
-
3. Disfungsi motilitas Gastrointestinal Tube Care Gastrointestinal
gastrointestinal b.d Function - Monitor TTV
prematuritas, Bowel Continence - Monitor status cairan dan
ketidakadekuatan / Kriteria hasil: elektrolit
imatur aktivitas Tidak ada distensi - Monitor bising usus
peristaltic di dalam abdomen - Monitor irama jantung
system Tidak ada kram abdomen - Catat intake dan output
gastrointestinal Tidak ada nyeri abdomen secara akurat
Peristaltic usus dalam - Kaji tanda-tanda gangguan
batas normal 15-30 x/mnt keseimbangan cairan dan
Frekuensi, warna, elektrolit (membran
konsistensi, banyaknya mukosa kering, sianosis,
feses dalam batas normal jaundice)
Tidak ada darah di feses - Kelola pemberian
suplemen elektrolit sesuai
Tidak ada diare
instruksi dokter
Tidak ada mual dan
- Kolaborasi dengan ahli
muntah
gizi jumlah kalori dan
Nafsu makan meningkat jumlah zat gizi yang
dibutuhkan
- Pasang NGT jika
diperlukan
- Monitor warna dan
konsistensi dari naso
gastric output
- Monitor diare
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
5. Resiko Termoregulasi Newborn Care
ketidakseimbangan Termoregulasi : - Pengaturan suhu:
suhu tubuh b.d Newborn mencapai dan atau
kegagalan Kriteria Hasil mempertahankan suhu
mempertahankan Suhu kulit normal tubuh dalam range normal
suhu tubuh, Suhu badan 36o – 37o C - Pantau suhu bayi baru
penurunan jaringan TTV dalam batas normal lahir sampai stabil
lemak subkutan - Pantau tekanan darah, nadi
Hidrasi adekuat dan pernapasan dengan
Tidak hanya mengggigil tepat
Gula darah DBN - Pantau warna dan suhu
Keseimbangan asam basa kulit
DBN - Pantau dan laporkan tanda
Bilirubin DBN dan gejala hipotermia dan
hipertemi
- Tingkatkan keadekuatan
masukan cairan dan nutrisi
- Tempatkan bayi baru lahir
pada ruangan isolasi atau
bawahpemanas
- Pertahankan panas tubuh
bayi
- Gunakan matras panas dan
selimut hangat yang
disesuaikan dengan
kebutuhan
- Berikan pengobatan
dengan tepat untuk
mencegah atau kontrol
menggigil
- Gunakan matras sejuk dan
mandi dengan air hangat
untuk menyesuaikan
dengan suhu tubuh dengan
tepat
Temperature regulation
(Pengaturan suhu)
- Monitor suhu minimal tiap
2 jam
- Rencanakan monitor suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi dan RR
- Monitor warna dan suhu
kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hiportermi
- Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien/orang
tua cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
- Beritahu tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari
hiportermi
- Dan penanganan yang
diperlukan
- Berikan anti piretik jika
perlu
Temperature regulation:
intraoperative
- Mempertahan suhu tubuh
interaoperatif
6. Resiko infeksi b.d Immune Status Infection Control (Kontrol
pertahanan Knowledge : Infection infeksi)
imunologis tidak control - Bersihkan lingkungan
adekuat Risk control setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : - Pertahankan teknik isolasi
Klien bebas dari tanda - Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi perlu
Menunjukkan - Instruksikan pada
kemampuan untuk pengunjung untuk
mencegah timbulnya mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
Jumlah leukosit dalam berkunjung meninggalkan
batas normal pasien
Menunjukkan perilaku - Gunakan sabun
hidup sehat antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi
k/p
- Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif