Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progesif. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang
dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat
perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti
dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer, 2014).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap. Katarak adalah opasitas lensa kristalina
yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh
didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-
serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi
berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa
yang dalam keadaan normal seharusnya transparan(Istiqomah, 2014).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa beberapa abad yang
lalu apabila pengurangan visus diperkirakan oleh suatu tabir (layar) yang
diturunkan di dalam mata, agak seperti melihat air terjun. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan
di dalam mata, seperti melihat air terjun (Guyton & Hall, 2014).

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
2

2. Anatomi dan Fisiologi

Mata memungkinkan kita untuk melihat dan menafsirkan bentuk, warna, dan
dimensi benda di dunia dengan mengolah cahaya mereka mencerminkan atau
memancarkan. Mata mampu mendeteksi cahaya terang atau cahaya redup, tetapi
tidak dapat merasakan benda ketika cahaya tidak ada.

Istilah Keterangan dan Fungsi

Aqueous humor adalah zat seperti jelly yang terletak di ruang


Aqueous
anterior mata.
Humour
(beranda depan)
Lapisan koroid terletak di belakang retina dan menyerap
radiasi yang tidak terpakai.
Koroid
Otot siliari Otot siliaris adalah otot berbentuk cincin melekat pada iris.
Hal ini penting karena kontraksi dan relaksasi otot siliaris

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
3

mengontrol bentuk lensa.

Kornea adalah tonjolan yang jelas yang kuat terletak di depan


mata (di mana ia menggantikan sklera–yang membentuk
permukaan luar dari sisa mata).
Permukaan depan kornea dewasa memiliki radius sekitar
8mm.
Kornea memberikan kontribusi untuk proses image-
pembentuk oleh pembiasan cahaya yang masuk ke mata.
Kornea
Fovea adalah depresi kecil (kira-kira. 1,5 mm) pada retina.
Ini adalah bagian dari retina yang visi-resolusi tinggi detail
halus mungkin.
Fovea

Diafragma hyaloid memisahkan aqueous humor dari vitreous


humor .
Hyaloid
diafragma iris dengan ukuran yang dapat berubah yang
berfungsi untuk menyesuaikan ukuran pupil untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Iris adalah bagian berwarna dari mata (digambarkan dengan
warna biru di atas, namun di alam mungkin salah satu dari
banyak nuansa biru, hijau, coklat, atau abu-abu).
Iris
Lensa mata adalah unit fleksibel yang terdiri dari lapisan
jaringan tertutup dalam kapsul yang kuat. Hal ini tergantung
dari otot-otot siliaris oleh serat zonule.
Lensa
Saraf optik adalah saraf kranial kedua dan bertanggung jawab
untuk penglihatan.
Setiap saraf mengandung sekitar satu juta serat transmisi
informasi dari sel-sel batang dan kerucut retina.
Serat optik
Papilla Papilla ini juga dikenal sebagai “bintik buta” dan terletak di
posisi yang saraf optik meninggalkan retina.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
4

pupil adalah bukaan yang dilalui cahaya yang memasuki


mata. Ukuran iris dapat meningkat atau menurun.
Pupil

Retina dapat digambarkan sebagai “layar” di mana gambar


dibentuk oleh cahaya yang masuk ke mata melalui kornea,
aqueous humor, pupil, lensa, kemudian hyaloid dan akhirnya
vitreous humor sebelum mencapai retina.
Retina mengandung unsur fotosensitif (disebut batang dan
kerucut) yang mengkonversi cahaya yang terdeteksi menjadi
impuls saraf yang kemudian dikirim ke otak melalui syaraf
optik.
Retina
Sklera adalah lapisan putih keras di sekitar bagian luar mata-
bola.
Ini adalah bagian dari mata yang disebut dengan istilah
sehari-hari “putih mata”.
Sklera
Definisi sederhana dari “poros visual” adalah “sebuah garis
lurus yang melewati kedua pusat pupil dan pusat fovea”.
Namun, ada juga definisi yang lebih ketat (dalam hal poin
nodal) yang penting untuk spesialis dalam optik.
Visual Aksis
Vitreous Humor (juga dikenal sebagai “badan vitreous”)
adalah zat seperti jelly.
Vitreous
Humour
Para zonules (atau “serat zonula”) menempelkan lensa ke
otot-otot siliaris.
Zonula

Proses menglihat
Gelombang cahaya dari suatu objek (seperti pohon) masuk ke mata pertama
melalui kornea, yang merupakan kubah yang bening di depan mata. Kornea ini
seperti sebuah jendela yang memungkinkan cahaya untuk memasuki mata.
Cahaya kemudian berjalan melalui pupil, pembukaan melingkar di tengah iris.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
5

Fluktuasi intensitas cahaya yang masuk akan mengubah ukuran pupil mata.
Saat cahaya yang masuk mata menjadi lebih cerah, pupil akan menyempit
(semakin kecil), karena respon cahaya pupil. Saat cahaya yang masuk menjadi
lebih redup, pupil akan melebar (membesar).

Awalnya, gelombang cahaya akan bengkok atau berkumpul pertama pada


kornea, dan kemudian lebih lanjut oleh lensa kristal (terletak tepat di belakang iris
dan pupil), ke titik nodal (N) yang terletak tepat di belakang permukaan belakang
lensa. Pada saat itu, gambar menjadi terbalik (berbalik ke belakang) dan terbalik
(berubah terbalik).
Cahaya terus melalui vitreous humor, gel bening yang membentuk sekitar
80% dari volume mata, dan kemudian, idealnya, kembali ke fokus yang jelas pada
retina, di belakang vitreous. Daerah pusat kecil retina adalah makula, yang
menyediakan penglihatan terbaik dari setiap lokasi di retina. Jika mata dianggap
jenis kamera (meskipun, merupakan alat yang sangat kompleks), retina setara
dengan film dalam kamera, menerima foton cahaya dan berinteraksi dengan itu.
Dalam lapisan retina, impuls cahaya diubah menjadi sinyal listrik. Kemudian
mereka dikirim melalui saraf optik, sepanjang jalur visual, ke korteks oksipital di
posterior (belakang) dari otak. Di sini, sinyal listrik yang ditafsirkan atau “dilihat”
oleh otak sebagai citra visual.
Sebenarnya, saat itu, kita tidak “melihat” dengan mata kita, melainkan dengan
otak kita. Mata kita hanya merupakan awal dari proses visual.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
6

Jika cahaya yang masuk dari objek jauh berfokus sebelum sampai ke bagian
belakang mata, kesalahan bias mata yang disebut “miopia” (rabun jauh). Jika
cahaya yang masuk dari sesuatu yang jauh belum terfokus pada saat mencapai
bagian belakang mata, kesalahan bias mata yang disebut “hiperopia” (rabun dekat).
Dalam kasus mata “Silindris,” satu atau lebih permukaan kornea atau lensa
(struktur mata yang memfokuskan cahaya yang masuk) tidak bulat (berbentuk
seperti sisi basket) tetapi, sebaliknya, adalah silinder atau toric (berbentuk sedikit
seperti sisi sepak bola). Silindris adalah kesalahan bias yang paling umum.
3. Etiologi
Menurut Mansjoer (2014) penyebab katarak adalah:
a. Ketuaan (Katarak Senilis)
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun
keatas.
b. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan
keadaan ini disebut katarak traumatik.
c. Penyakit mata lain (Uveitis)
d. Penyakit sistemik (Diabetes Mellitus)
e. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti
German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit
keturunan (diwariskan secara autosomal domonan) atau bisa disebabkan oleh :
1) Infeksi kongenital, seperti campak jerman (German measles)
2) Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula
yang meningkat).
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
1) Penyakit metabolik yang diturunkan
2) Riwayat katarak dalam keluarga
3) Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi:

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
7

1) Faktor keturunan.
2) Cacat bawaan sejak lahir.
3) Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5) Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
6) Gangguan pertumbuhan.
7) Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
8) Rokok dan Alkohol.
9) Operasi mata sebelumnya.
10) Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
1) Kadar kalsium yang rendah
2) Diabetes melitus
3) Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
4) Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik
5) Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet)

4. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambah usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
8

Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol,
merokok, DM, dan asupan vitamin antioksi dan yang kurang dalam jangka waktu
lama (Istiqomah, 2014).

5. Pathway
Faktor usia dan trauma Penyakit sistemik (DM), Obat-obatan, rokok dan
alkohol
Kelainan kongenital

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa

Katarak

Kerusakan fungsi sensori penglihatan

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
9

Pandangan kabur
Prosedur tindakan invasif

Kurang terpapar Trauma insisi


informasi Cemas

Riskiko Injuri
Nyeri Resiko infeksi

Kurang pengetahuan

6. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya
apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks
cahaya pada mata menjadi negatif (Istiqomah, 2014)
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki
penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk
menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan
mengenakan topi berkelopak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan
pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
10

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Peka terhadap sinar atau cahaya.
c. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Kesulitan melihat pada malam hari
b. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
c. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari )
Gejala lainnya adalah :
a. Sering berganti kaca mata
b. Penglihatan sering pada salah satu mata.
c. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di
dalam mata (glaukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri (Istiqomah, 2014).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut :
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes provokatif: menentukan adanya / tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
11

g. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi.


EKG, kolesterol serum, lipid
h. Tes toleransi glukosa: kontrol DM
i. Keratometri.
j. Pemeriksaan lampu slit.
k. A-scan ultrasound (echography).
l. Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
m. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan
lensa buatan.
a. Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan yang biasa digunakan untuk mengangkat
lensa:
1) Pembedahan ekstrakapsuler: lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
2) Pembedahan intrakapsuler: pengangkatan lensa beserta kapsulnya. Namun, saat
ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
b. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan
lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini
merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa
intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
12

Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat


penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes
mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya
menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai
luka pembedahan benar-benar sembuh. Adapun penatalaksanaan pada saat post
operasi antara lain :
1) Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan
diperbolehkan:
a) Menonton televisi, membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama
b) Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
c) Pada awal mandi pakai waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau
pancuran
d) Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi: condongkan
sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut
2) Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari: mengenakan
kacamata pada siang hari
3) Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak
dioperasi, dan tidak boleh telungkup
4) Aktivitas dengan duduk
5) Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
6) Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7) Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
a) Tidur pada sisi yang sakit
b) Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
c) Mengejan saat defekasi
d) Memakai sabun mendekati mata
e) Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
f) Berhubungan seks
g) Mengendarai kendaraan
h) Batuk, bersin, dan muntah
i) Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan
punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
13

9. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah
inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2013).

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien. Pada pasien dengan katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia
di bawah 1 tahun, sedangkan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia <
40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun,
dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
14

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya
memicu resiko katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur /
tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di
ruang gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotophobia (glaukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada
pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan
(glaukoma berat dan peningkatan air mata).
f. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba /
berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan 
b. Resiko cidera
c. Ansietas
d. Defisiensi pengetahuan
Post Operasi

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
15

a. Intoleran aktivitas
b. Nyeri akut
c. Defisiensi pengetahuan
d. Resiko injuri

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
16

3. Intervensi
Pre Operasi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Gangguan persepsi sensori-perseptual Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
penglihatan berhubungan dengan  keperawatan selama 3x24 jam terlibat.
gangguan penerimaan sensori/status diharapkan masalah presepsi 2. Orientasikan klien tehadap lingkungan.
organ indera ditandai dengan menurunnya sensori penglihatan teratasi 3. Observasi tanda-tanda disorientasi.
ketajaman penglihatan 4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan
Kriteria Hasil : menyentuh.
Mengenal gangguan sensori dan ber 5. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang
kompensasi terhadap perubahan. tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan
Mengidentifikasi/memperbaiki perifer hilang.
potensial bahaya dalam lingkungan.
6. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil
dalam jangkauan/posisi yang sehat
2. Resiko cidera dengan faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan apa yang terjadi pada paska operasi tentang
risiko keterbatasan penglihatan. keperawatan selama 3x24 jam nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
diharapkan: cedera dapat dicegah 2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi
Kriteria Hasil : yang tak sakit sesuai keinginan.
Menyatakan pemahaman faktor 3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,
yang terlibat dalam kemungkinan menggaruk mata, membungkuk.
cedera 4. Ambulasi dengan bantuan: berikan kamar mandi khusus bila
Mengubah lingkungan sesuai sembuh dari anastesi.
indikasi untuk meningkatkan
keamanan
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda-tanda
pada status kesehatan. keperawatan selama 3x24 jam verbal dan nonverbal.
diharapkan: tidak terjadi kecemasan 2. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran
pada klien dan tidak ada perubahan dan perasaan takutnya.
status kesehatan. 3. Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
Kriteria Hasil : 4. Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi,

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
17

Pasien mengungkapkan dan harapan dan akibatnya.


mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.
Pasien tampak rileks tidak tegang
dan melaporkan kecemasannya
berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe
dengan kurang informasi tentang keperawatan selama 3x24 jam prosedur/lensa.
penyakit. diharapkan : 2. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang
Klien lebih mengerti akan dijual bebas.
penyakitnya 3. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu
Kriteria Hasil : untuk melaporkan penglihatan berawan.
Klien menyatakan pemahaman 4. Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip,
mengenai kondisi/proses penyakit mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membungkuk
dan pengobatan. pada panggul, meniup hidung.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
18

Post operasi
No Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
a. Tirah baring atau imobilisasi b. Toleransi aktivitas
b. Kelemahan menyeluruh aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c. Ketidakseimbangan antara c. Konservasi 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
suplai oksigen dengan kebutuhan energi 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
Gaya hidup yang dipertahankan. Setelah dilakukan tindakan secara berlebihan
keperawatan selama …. Pasien 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
DS:
bertoleransi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
1. Melaporkan secara verbal adanya
dengan Kriteria Hasil : perubahan hemodinamik)
kelelahan atau kelemahan.
1. Berpartisipasi 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
2. Adanya dyspneu atau
dalam aktivitas fisik tanpa disertai 7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
ketidaknyamanan saat beraktivitas.
peningkatan tekanan darah, nadi merencanakan program terapi yang tepat.
DO :
dan RR 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
2. Mampu dilakukan
1. Respon abnormal dari tekanan darah
melakukan aktivitas sehari hari 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
atau nadi terhadap aktifitas
(ADLs) secara mandiri dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
2. Perubahan ECG: aritmia, iskemia
3. Keseimbangan 10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
aktivitas dan istirahat yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
19

2 Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), a. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
kerusakan jaringan b. Pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
c. Comfort level presipitasi
DS: Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Laporan secara verbal keperawatan selama ….Pasien tidak 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO: mengalami nyeri, dengan kriteria menemukan dukungan
1. Posisi untuk menahan nyeri hasil: 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
2. Tingkah laku berhati-hati 1. Mampu seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
3. Gangguan tidur (mata sayu, tampak mengontrol nyeri (tahu 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
capek, sulit atau gerakan kacau, penyebab nyeri, mampu 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
menyeringai) menggunakan tehnik 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,
4. Terfokus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
mengurangi nyeri, mencari 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
5. Fokus menyempit (penurunan persepsi
bantuan) 9. Tingkatkan istirahat
waktu, kerusakan proses berpikir,
2. Melaporkan 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
penurunan interaksi dengan orang dan
bahwa nyeri berkurang dengan berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
lingkungan)
menggunakan manajemen nyeri ketidaknyamanan dari prosedur
6. Tingkah laku distraksi, contoh: jalan-
3. Mampu 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
jalan, menemui orang lain dan/atau
mengenali nyeri (skala, analgesik pertama kali
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
intensitas, frekuensi dan tanda
7. Respon autonom (seperti diaphoresis, nyeri)
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, 4. Menyatakan rasa
nadi dan dilatasi pupil) nyaman setelah nyeri berkurang
8. Perubahan autonomik dalam tonus otot 5. Tanda vital
(mungkin dalam rentang dari lemah ke dalam rentang normal
kaku) 6. Tidak mengalami
9. Tingkah laku ekspresif (contoh: gangguan tidur
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
10. Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
20

3 Defisiensi Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan: keterbatasan kognitif, a. Knowledge : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
interpretasi terhadap informasi yang salah, disease process 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, b. Knowledge : hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. health Behavior cara yang tepat.
Setelah dilakukan tindakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
keperawatan selama …. pasien penyakit, dengan cara yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah menunjukkan pengetahuan tentang 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, proses penyakit dengan kriteria 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
perilaku tidak sesuai hasil: yang tepat
1. Pasien dan 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
keluarga menyatakan dengan cara yang tepat
pemahaman tentang penyakit, 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
kondisi, prognosis dan program pasien dengan cara yang tepat
pengobatan 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
2. Pasien dan 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
keluarga mampu melaksanakan mendapatkan sekond opinion dengan cara yang tepat atau
prosedur yang dijelaskan secara diindikasikan
benar 10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
3. Pasien dan dengan cara yang tepat
keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
4 Risiko Injuri NOC : NIC: Environment Management (Manajemen
Faktor-faktor risiko : Risk Kontrol lingkungan)
Eksternal Immune status 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
1. Fisik (contoh: rancangan struktur dan Safety Behavior 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
arahan masyarakat, bangunan dan atau Setelah dilakukan tindakan dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
perlengkapan; mode transpor atau cara keperawatan selama…. klien tidak riwayat penyakit terdahulu pasien
perpindahan; Manusia atau penyedia mengalami injuri dengan kriteria 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
pelayanan) hasil: (misalnya memindahkan perabotan)
2. Biologikal ( contoh: tingkat imunisasi 1. Klien 4. Memasang side rail tempat tidur
dalam masyarakat, mikroorganisme) terbebas dari cedera 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
21

3. Kimia (obat-obatan: agen farmasi, 2. Klien 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, mampu menjelaskan dijangkau pasien.
kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; cara/metode untuk mencegah 7. Membatasi pengunjung
racun; polutan) injuri/cedera 8. Memberikan penerangan yang cukup
Internal 3. Klien 9. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
1. Psikologik (orientasi afektif) mampu menjelaskan faktor 10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
2. Mal nutrisi risiko dari lingkungan/perilaku 11. Memindahkan barang-barang yang dapat
3. Bentuk darah abnormal, contoh : personal membahayakan
leukositosis/leukopenia 4. Mampu 12. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
memodifikasi gaya hidup untuk pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
4. Perubahan faktor pembekuan,
mencegah injuri penyebab penyakit.
5. Trombositopeni
6. Sickle cell 5. Menggun
7. Thalassemia, akan fasilitas kesehatan yang
ada
8. Penurunan Hb,
9. Imune-autoimun tidak berfungsi.
6. Mampu
mengenali perubahan status
10. Biokimia, fungsi regulasi (contoh :
kesehatan
tidak berfungsinya sensoris)
11. Disfungsi gabungan
12. Disfungsi efektor
13. Hipoksia jaringan
14. Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
15. Fisik (contoh: kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan dengan mobilitas)

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep
22

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall (2014), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Doenges marilynn (2014), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Guyton and Hall (2014), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2019


Nuratna, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai