A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progesif. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang
dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat
perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti
dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer, 2014).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap. Katarak adalah opasitas lensa kristalina
yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh
didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-
serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi
berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa
yang dalam keadaan normal seharusnya transparan(Istiqomah, 2014).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa beberapa abad yang
lalu apabila pengurangan visus diperkirakan oleh suatu tabir (layar) yang
diturunkan di dalam mata, agak seperti melihat air terjun. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan
di dalam mata, seperti melihat air terjun (Guyton & Hall, 2014).
Mata memungkinkan kita untuk melihat dan menafsirkan bentuk, warna, dan
dimensi benda di dunia dengan mengolah cahaya mereka mencerminkan atau
memancarkan. Mata mampu mendeteksi cahaya terang atau cahaya redup, tetapi
tidak dapat merasakan benda ketika cahaya tidak ada.
Proses menglihat
Gelombang cahaya dari suatu objek (seperti pohon) masuk ke mata pertama
melalui kornea, yang merupakan kubah yang bening di depan mata. Kornea ini
seperti sebuah jendela yang memungkinkan cahaya untuk memasuki mata.
Cahaya kemudian berjalan melalui pupil, pembukaan melingkar di tengah iris.
Fluktuasi intensitas cahaya yang masuk akan mengubah ukuran pupil mata.
Saat cahaya yang masuk mata menjadi lebih cerah, pupil akan menyempit
(semakin kecil), karena respon cahaya pupil. Saat cahaya yang masuk menjadi
lebih redup, pupil akan melebar (membesar).
Jika cahaya yang masuk dari objek jauh berfokus sebelum sampai ke bagian
belakang mata, kesalahan bias mata yang disebut “miopia” (rabun jauh). Jika
cahaya yang masuk dari sesuatu yang jauh belum terfokus pada saat mencapai
bagian belakang mata, kesalahan bias mata yang disebut “hiperopia” (rabun dekat).
Dalam kasus mata “Silindris,” satu atau lebih permukaan kornea atau lensa
(struktur mata yang memfokuskan cahaya yang masuk) tidak bulat (berbentuk
seperti sisi basket) tetapi, sebaliknya, adalah silinder atau toric (berbentuk sedikit
seperti sisi sepak bola). Silindris adalah kesalahan bias yang paling umum.
3. Etiologi
Menurut Mansjoer (2014) penyebab katarak adalah:
a. Ketuaan (Katarak Senilis)
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun
keatas.
b. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan
keadaan ini disebut katarak traumatik.
c. Penyakit mata lain (Uveitis)
d. Penyakit sistemik (Diabetes Mellitus)
e. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti
German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit
keturunan (diwariskan secara autosomal domonan) atau bisa disebabkan oleh :
1) Infeksi kongenital, seperti campak jerman (German measles)
2) Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula
yang meningkat).
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
1) Penyakit metabolik yang diturunkan
2) Riwayat katarak dalam keluarga
3) Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
1) Faktor keturunan.
2) Cacat bawaan sejak lahir.
3) Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5) Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
6) Gangguan pertumbuhan.
7) Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
8) Rokok dan Alkohol.
9) Operasi mata sebelumnya.
10) Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
1) Kadar kalsium yang rendah
2) Diabetes melitus
3) Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
4) Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik
5) Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet)
4. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambah usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol,
merokok, DM, dan asupan vitamin antioksi dan yang kurang dalam jangka waktu
lama (Istiqomah, 2014).
5. Pathway
Faktor usia dan trauma Penyakit sistemik (DM), Obat-obatan, rokok dan
alkohol
Kelainan kongenital
Katarak
Pandangan kabur
Prosedur tindakan invasif
Riskiko Injuri
Nyeri Resiko infeksi
Kurang pengetahuan
6. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya
apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks
cahaya pada mata menjadi negatif (Istiqomah, 2014)
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki
penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk
menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan
mengenakan topi berkelopak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan
pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut :
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes provokatif: menentukan adanya / tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan
lensa buatan.
a. Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan yang biasa digunakan untuk mengangkat
lensa:
1) Pembedahan ekstrakapsuler: lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
2) Pembedahan intrakapsuler: pengangkatan lensa beserta kapsulnya. Namun, saat
ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
b. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan
lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini
merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa
intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
9. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah
inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2013).
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya
memicu resiko katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur /
tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di
ruang gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotophobia (glaukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada
pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan
(glaukoma berat dan peningkatan air mata).
f. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba /
berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
b. Resiko cidera
c. Ansietas
d. Defisiensi pengetahuan
Post Operasi
a. Intoleran aktivitas
b. Nyeri akut
c. Defisiensi pengetahuan
d. Resiko injuri
3. Intervensi
Pre Operasi
Post operasi
No Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
a. Tirah baring atau imobilisasi b. Toleransi aktivitas
b. Kelemahan menyeluruh aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c. Ketidakseimbangan antara c. Konservasi 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
suplai oksigen dengan kebutuhan energi 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
Gaya hidup yang dipertahankan. Setelah dilakukan tindakan secara berlebihan
keperawatan selama …. Pasien 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
DS:
bertoleransi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
1. Melaporkan secara verbal adanya
dengan Kriteria Hasil : perubahan hemodinamik)
kelelahan atau kelemahan.
1. Berpartisipasi 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
2. Adanya dyspneu atau
dalam aktivitas fisik tanpa disertai 7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
ketidaknyamanan saat beraktivitas.
peningkatan tekanan darah, nadi merencanakan program terapi yang tepat.
DO :
dan RR 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
2. Mampu dilakukan
1. Respon abnormal dari tekanan darah
melakukan aktivitas sehari hari 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
atau nadi terhadap aktifitas
(ADLs) secara mandiri dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
2. Perubahan ECG: aritmia, iskemia
3. Keseimbangan 10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
aktivitas dan istirahat yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
3. Kimia (obat-obatan: agen farmasi, 2. Klien 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, mampu menjelaskan dijangkau pasien.
kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; cara/metode untuk mencegah 7. Membatasi pengunjung
racun; polutan) injuri/cedera 8. Memberikan penerangan yang cukup
Internal 3. Klien 9. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
1. Psikologik (orientasi afektif) mampu menjelaskan faktor 10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
2. Mal nutrisi risiko dari lingkungan/perilaku 11. Memindahkan barang-barang yang dapat
3. Bentuk darah abnormal, contoh : personal membahayakan
leukositosis/leukopenia 4. Mampu 12. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
memodifikasi gaya hidup untuk pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
4. Perubahan faktor pembekuan,
mencegah injuri penyebab penyakit.
5. Trombositopeni
6. Sickle cell 5. Menggun
7. Thalassemia, akan fasilitas kesehatan yang
ada
8. Penurunan Hb,
9. Imune-autoimun tidak berfungsi.
6. Mampu
mengenali perubahan status
10. Biokimia, fungsi regulasi (contoh :
kesehatan
tidak berfungsinya sensoris)
11. Disfungsi gabungan
12. Disfungsi efektor
13. Hipoksia jaringan
14. Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
15. Fisik (contoh: kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan dengan mobilitas)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall (2014), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Guyton and Hall (2014), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.