Anda di halaman 1dari 58

MANAJEMEN KEPERAWATAN

INTENSIF

Kuntadi Siswantoro, SKep.,Ns


ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PENDAHULUAN

UU. KES. NO 23 tahun 1992

SEHAT ADALAH KEADAAN SEJAHTERA DARI


BADAN, JIWA DAN SOSIAL YANG
MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG HIDUP
PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMIS.
INTENSIF CARE UNIT ( ICU )

 Ruang rawat rumah sakit dengan staff

dan perlengkapan khusus untuk


mengelola pasien dengan penyakit,
trauma atau komplikasi yang
mengancam jiwa. ( TE OH, 1995)
ICU

 Ruang rawat dilengkapi staff dan


peralatan khusus untuk merawat dan
mengobati pasien yang terancam jiwa
oleh kegagalan/ disfungsi satu organ
atau ganda akibat penyakit, bencana
atau komplikasi yang masih ada harapan
hidup (RSUP DR SARDJITO, 2010)
 Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu
bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan),
dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa.(Depkes,2010)
Ruang Lingkup Pelayanan ICU
 Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-
penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai
beberapa hari;
 Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital
tubuh;
 Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan
terhadap komplikasi yang mungkin timbul; dan
 Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang
kehidupannya sangat tergantung pada alat/mesin dan
orang lain.

Bidang kerja ICU : pengelolaan pasien, administrasi,


pendidikan -pelatihan dan penelitian.
Falsafah ICU
1. Indikasi yang benar
Pasien yang dirawat di ICU adalah:
 Pasien yang memerlukan intervensi medis segera
oleh tim intensive care.
 Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem
organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan
sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
konstan dan metode terapi titrasi.
 Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan
kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah
timbulnya dekompensasi fisiologis.
2. Kerja sama multidisipliner dalam masalah medik
kompleks
 Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan
multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa disiplin
ilmu terkait, yang dapat memberikan kontribusinya
sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja
sama di dalam tim yang dipimpin oleh seorang
dokter intensif care sebagai ketua tim.
 Cara kerja demikian mencegah pengelolaan yang
terkotak-kotak dan menghasilkan pendekatan yang
terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
3. Kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan
resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk
fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan
napas), Breathing (fungsi pernapasan),
Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak)
dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan
diagnosis dan terapi definitif.
4. Efektivitas, keselamatan dan ekonomis
Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi,
teknologi tinggi, multi disiplin dan multi profesi
berdasarkan asas efektivitas, keselamatan dan
ekonomis.

5. Kontinuitas pelayanan
Untuk efektivitas, keselamatan dan ekonomisnya
pelayanan ICU, maka perlu dikembangkan unit
pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit = HCU).
Fungsi utama HCU adalah menjadi unit
perawatan-antara dari bangsal rawat dan ICU.
Di ruang HCU, tidak diperlukan peralatan canggih
seperti ICU tetapi yang diperlukan adalah
kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi.
BEBERAPA KOMPONEN
ICU
 Pasien yang dirawat dalam keadaan
kritis
 Desain ruangan dan sarana yang
khusus
 Peralatan berteknologi tinggi dan
mahal
 Pelayanan dilakukan oleh staf yang
profesional, berpengalaman, mampu
menggunakan alat yg canggih dan
mahal
KLASIFIKASI ICU

Klasifikasi ditentukan oleh ketenagaan, sarana dan


prasarana, peralatan dan kemampuan pelayanan.

1. ICU PRIMER
 Memberikan pelayanan pd pasien yg memerlukan
perawatan ketat (high care)
 Mampu melakukan resusitasi jantung paru dan
memberikan ventilasi bantu 24 - 48 jam
 Ruang tersendiri, dekat kamar bedah,ruang darurat, dan
ruang rawat pasien lain
 Memiliki kebijakan/kriteria pasien masuk dan keluar
 Memiliki seorang anestesiologi sbg kepala
 Dokter jaga 24 jam dng kemampuan RJP
 Konsulen harus siap dipanggil
 Memiliki 25% jumlah perawat bersertifikat pelatihan kep
intensif, minimal satu orang tiap shift
 Mampu melayani pemeriksaan lab tertentu,rontgen utk
kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisiotherapi
2. ICU SEKUNDER
 Pelayanan khusus, mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama
 Mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu komplek
 Ruang tersendiri,dekat kamar bedah, ruang darurat dan ruang rawat lain
 Kriteria pasien masuk,keluar dan rujukan
 Dokter spesialis sbg konsultan, dapat menanggulani pasien setiap saat
bila diperlukan
 Kepala ICU dokter konsultan intensif care, bila tidak ada dokter spesialis
anestesi yg bertanggung jawab keseluruhan dan dokter jaga yg mampu
melakukan RJP
 Perawat > 50% bersertifikat ICU,minimal berpengalaman di unit Penyakit
Dalam dan Bedah selama 3 tahun
 Mampu melayani pemeriksaan lab tertentu, rontgen untuk kemudahan
diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
 Memiliki ruang isolasi, mampu melakukan prosedur isolasi
3. ICU TERSIER
 Mampu melaksanakan semua
aspek perawatan intensif
 Mampu memberikan pelayanan
tertinggi, dukungan atau
bantuan hidup multi sistem yg
kompleks dlm jangka waktu yg
tdk terbatas
 Mampu melakukan bantuan
renal ekstrakorporal
 Pemantauan kardiovaskular
invasif dlm jangka waktu yg
terbatas
KEKHUSUSAN ICU
TERSIER
 Tempat khusus tersendiri di dalam RS
 Kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
 Dokter spesialis dan sub spesialis on call
 Dikelola ahli anestesiologi konsultan intensif care atau dokter
ahli konsultan intensif care yg lain, memiliki dokter jaga yg
mampu melakukan RJP
 Perawat > 75% bersertifikat ICU, pengalaman kerja di Unit
Penyakit Dalam atau Bedah selama 3 tahun
 Mampu melakukan pemantauan dan perawatan intensif,
invasif maupun non infasif
 Mampu melayani pemeriksaan lab,rontgen utk kemudahan
diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
 Staf tambahan lain : administrasi, tenaga rekam medik,
tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian
PASIEN KRITIS
 Menurut TE OH ( 1995 ) adalah pasien yang
terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan
atau disfungsi satu atau lebih organ dan
masih mempunyai kemungkinan untuk dapat
disembuhkan, melalui perawatan, pemantauan dan
pengobatan intensif.
Pasien Kritis menurut DEPKES ( 1992 )

1. Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang


memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator,
pemberian obat vasoaktif melalui infus secara
kontinyu.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasif
atau non invasif sehingga komplikasi berat dapat
dihindarkan atau dikurangi.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk
mengatasi komplikasi-komplikasi akut sekalipun
manfaat ini sedikit seperti tumor metastase dengan
komplikasi infeksi, tamponed jantung maupun
sumbatan jalan nafas.
Indikasi pasien masuk ICU (Standar
pelayanan ICU, 2003)
Critical ILL dan potensial critical ILL yang reversible.
 Gagal nafas / impending gagal nafas dengan kriteria
klinis.
 Shock semua penyebab
 Sepsis / awal sepsis
 Post operasi besar/berat/operasi lama
 Post resusitasi jantung paru.
 Cardiovaskuler-respirasi tidak stabil ( contoh : pasien
decompensasi jantung dengan gagal nafas )
 Critical ill yang lain dengan prognosis reversible.
PERAWAT INTENSIF

Adalah perawat staff critical unit dengan kemampuan


minimal ( Depkes, 2003 ) :
 Resusitasi jantung paru
 Pengelolaan jalan nafas
 Terapi oksigen
 Elektokardiografi
 Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan darurat
 Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat
 Pemakaian pompa infus untuk terapi titrasi
 Kemampuan melakukan teknik khusus sesuai dengan
keadaan pasien
 Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portable
selama transport pasien gawat
Standar jumlah tenaga keperawatan
menurut Depkes 2003

 Rasio pasien perawat 1 : 1


 Rasio pasien perawat bisa 1 : 2 jika pasien
dengan berbagai macam alat terpasang seperti
ventilator, CRRT, IABP dll
TUJUAN KEPERAWATAN
INTENSIF (ICU)
 Menyelamatkan kehidupan
 Mencegah kondisi memburuk
dan komplikasi melalui observasi
dan monitoring ketat
 Meningkatkan kualitas hidup,
mempertahankan kehidupan
 Mengoptimalkan kemampuan
fungsi organ tubuh
 Menurunkan angka kematian,
kecacatan pasien kritis dan
mempercepat proses
penyembuhan
RUANG LINGKUP
PELAYANAN PERAWATAN
INTENSIF (ICU)
 Diagnosis dan penatalaksanaan
spesifik penyakit akut yg
mengancam nyawa dan dpt
menimbulkan kematian dlm
beberapa menit
 Memberi bantuan dan
mengambil alih fungsi vital
 Pemantauan fungsi vital dan
penatalaksanaan komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit
atau iatrogenik
 Memberikan bantuan psikologis
pasien yg tergantung pd alat
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
INTENSIF (KEMENKES RI 2010)
 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF
adalah acuan minimal asuhan keperawatan yang
harus diberikan oleh perawat di Unit/ Instalasi
Rawat Intensif

 ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF


adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yg
diberikan pada pasien/keluarga, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yg merupakan
metode ilmiah dan panduan dalam memberikan
asuhan keperawatan yg berkualitas guna mengatasi
masalah pasien
ASUHAN KEPERAWATAN
INTENSIF
 Pengkajian
 Penetapan masalah/diagnosa keperawatan
 Perencanaan tindakan keperawatan
 Implementasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan
 Dokumentasi keperawatan
PENGELOLAAN RUTIN
PASIEN ICU
1. PENDEKATAN PASIEN
 Anamnesis
 Penatalaksanaan dahulu kemudian anamnesis untuk
diagnosa difinitif
 Serah terima pasien
 Pemeriksaan fisik
 Kajian hasil pemeriksaan, monitoring dan pengobatan
 Identifikasi masalah dan strategi penanggulangannya
 Informasi ke keluarga dan teman
2. PEMERIKSAAN FISIK
 Sekurang-kurangnya setiap
shift jaga
 Kaji tingkat kesadaran
(GCS)
 Lakukan secara cepat
pengkajian ABC
URUTAN PRIORITAS
PENANGANAN KEGAWATAN
DIDASARKAN PADA 6 B
 B-1 Breath : Sistem pernafasan
 B-2 Bleed : Sistem peredaran darah
 B-3 Brain : Sistem syaraf pusat
 B-4 Blader : Sistem urogenital
 B-5 Bowel : Sistem pencernaan
 B-6 Bone : Sistem tulang & persendian
AIRWAY

 Suara pernafasan
 Sumbatan
 Pergerakan dinding dada

 BREATHING
 Pola napas
 Saturasi oksigen
 Cianotik
 Terapi oksigen.
PERNAPASAN

 Lihat dada (pergerakan


sama kanan dan kiri)
 Auskultasi suara paru
 Cek mode pemberian
oksigen
 Cek saturasi oksigen dan
AGD
CIRCULATION

 HR dan irama EKG


 Tekanan Darah
 Keadaan ekstremitas (dingin,
lembab, cianotik)
 Intake dan output
KARDIOVASKULAR

 Tanda-tanda vital (HR,


TD, Suhu, CVP)
 Auskultasi suara Jantung
 Kaji IV line
 Sirkulasi perifer (warna,
kehangatan dan nadi )
PENCERNAAN

 Cek NGT
 Cek jenis diet, kecepatan
dan toleransi
 Auskultasi peristaltik
 Kelola pemberian diet
GINJAL

 Cek Urin Output


 Balance cairan komulatif
 Kadar ureum dan kretainin

 ENDOKRIN
 Cek Kadar Gula Darah
 Pemberian Insulin
KULIT
 Kaji resiko dikubitus dan perubahan posisi yang
harus dilakukan
 Cek adanya luka dan pelaksanaan dresing
3. OBSERVASI DAN MONITORING RUTIN
4. TERAPI INTRAVENA
5. INTUBASI DAN AIRWAY
6. CAIRAN: INTAKE - OUTPUT
7. PERDARAHAN GASTRO INTESTINAL
8. NUTRISI
9. PENGGUNAAN ALAT BANTU
EVALUASI DAN PENGENDALIAN
MUTU
BEBERAPA INDIKATOR DAN PENGENDALIAN MUTU
PELAYANAN KEPERAWATAN INTENSIF (ICU)

 Angka kematian < 48 jam dan > 48 jam


 Kejadian VAP
 ILO
 Sepsis
 Flebitis ( Blood stream infeksi )
 Auto ektubasi
 ISK
 Readminis
 Pluging dengan reintubasi
METODE SP2KP
BEBERAPA SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN
KEPERAWATAN PROFESIONAL DI INTENSIF (ICU)

 Pada Prinsipnya sama dengan di ruang biasa


 Pertimbangan:
- Kompetensi SDM
- Ketersediaan SDM
- Tipe/Kualifikasi ICU

 Sistem:
- Metode Tim
- Metode Primer
- Case Management
SUMBER DAYA MANUSIA
DI ICU
STAF DI PELAYANAN
PERAWATAN INTENSIF
 Kelompok dokter
 Perawat
 Tenaga penunjang (elektro
medik,farmasi,analis,fisiote
api,ahli gizi, radiografer,dan
pekerja sosial)
 Tenaga administrasi
 Pramuhusada/RT
 Cleaning Service
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN

 Pelaku/pemberi asuhan keperawatan


langsung kepada pasien dengan pendekatan
proses keperawatan
 Advokat klien
 Pendidik klien
 Kolaborator
 Koordinator
 Pembaharu
 Pengelola
5 Dimensi cakupan kompetensi
1. Task Skill : mampu menyelesaikan tugas
pertugas
2. Task management skill : mampu mengelola
beberapa tugas yg berbeda dlm pekerjaan
3. Contingency management skill : tanggap
terhadap adanya kelainan / hambatan
/gangguan pada rutinitas kerja
4. Enviromental skill / job role : mampu
menghadapi tanggung jawab dan harapan dari
lingkungan kerja (dapat beradaptasi )
5. Transfer skill : mampu mentransfer kompetensi
yg dimiliki dalam setiap situasi yg berbeda
dilandasi SQ & EQ
Transfer skill…

Membangun :
  komunikasi yang santun
  sikap melayani yang tulus
  kesadaran untuk bekerja dalam tim
  dilandasi kejujuran dan kepentingan
bersama
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
 Standar Asuhan Keperawatan
 Standar Operational Prosedur
 Penyelesaian masalah etik
keperawatan
infeksi nosokomial
 Indikasi pasien masuk, keluar ICU
 Pengendalian pemakaian obat
 Pengendalian infeksi
 Tata tertib petugas dan pengunjung
 Koordinasi lintas departemen
/bidang/instalasi/unit
STRES PERAWAT DI ICU

 Kerja di ICU merupakan kebanggaan yang


memberikan kepuasan bagi perawat
 ICU diyakini sebagai tempat kerja yang penuh dengan
stresor
 Stres kerja yang tidak terselesaikan dengan baik
dapat menimbulkan kematian semangat kerja dan
frustasi profesional ( Prayetni, 2001 )
 Bentuk dampak stress kerja antara lain: gangguan
kesehatan, gangguan hubungan dengan keluarga,
karir yang buruk, kesulitan bergaul dengan orang lain
ANTISIPASI DAN
PENGELOLAAN STRESS
KERJA
 Penyediaan ruang rehat dengan
fasilitas minum, snack dan
makan
 Rekreasi dan pertemuan
keluarga diluar dinas
 Kunjungan seminar, simposium,
pelatihan keluar RS, selain
menambah ilmu juga untuk
rekreasi
PENGEMBANGAN STAF

 In Service Education
 Pendidikan berkelanjutan
 program sertifikasi
 Pendidikan berkelanjutan
 program pendidikan
formal keperawatan
spesialis
DAMPAK PSIKOSOSIAL PASIEN

 Selama 24 jam pasien di lingkungan asing dengan


berbagai macam peralatan disekelilingnya 
merupakan stresor
 Harus mengatasi rasa takut/stres akan penyakitnya
 Perhatian, sentuhan perawat yang dikemas dalam
komunikasi terapetik dapat menurunkan intensitas
stresor
 Orientasi asuhan keperawatan tidak hanya pada
penyakit tetapi pada manusia secara holistik baik
fisik maupun psikisnya
Isu yang berpengaruh pada
asuhan keperawatan kritis
 Peningkatan pasien kritis
 Peningkatan teknologi yang makin
komplek
 Peningkatan populasi usila
 Dilema etik
 Patient safety
 Esensi asuhan keperawatan kritis tidak
berdasarkan pada lingkungan khusus
atau alat-alat yang khusus tetapi dalam
proses pengambilan keputusan yang
didasarkan pada pemahaman yang
sungguh-sungguh tentang fisiologi dan
psikologi pasien dan keluarga.
 Penerimaan pasien di ICU menandakan
adanya ancaman terhadap kehidupan
dan kesejahteraan
 Disisi lain persepsi keluarga dan pasien
yang di rawat di ICU, merupakan tanda
akan tiba kematian.
Kemarahan
anggota keluarga
sering terjadi
 Perbedaan persepsi antara perawat dengan
pasien dan keluarga tentang keperawatan kritis
harus diantisipasi.
 Faktor-faktor : spiritual, keyakinan dan nilai-
nilai, pengetahuan, cinta yang tulus, rasa
memiliki, empati merupakan faktor pendukung
yang bisa menjembatani perbedaan persepsi
tersebut
 Intinya asuhan keperawatan kritis tidak hanya
terpaku pada masalah patofisiology tetapi harus
berorientasi juga pada psikososial sesuai
dengan hirarki kebutuhan dasar manusia
menurut maslow.

 Menumbuhkan koping yang yang efektif pada


pasien dan keluarga harus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai