Anda di halaman 1dari 32

BAB II

A. STANDAR PELAYANAN ICU DAN STANDAR KEPERAWATAN INTENSIVE


(ICU)

1. Definisi Pelayanan Intensive (ICU)

Intensive Care Unit (ICU) menurut Keputusan Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan No. HK.02.04/I/1996/ll tentang petunjuk teknis

penyelenggaraan pelayanan intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian

dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf yang khusus perlengkapan yang

khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien

yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa

atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia yang diharapkan

masih reversibel.

Menurut buku pedoman pelayanan keperawatan ICU di rumah sakit

tahun 2011 yang dimaksud dengan pelayanan keperawatan ICU adalah

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis di

ruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang

terlatih dan berpengalaman dibidang critical care. Sedangkan menurut Teoh,

Intensive Care manual edisi 4, 1997 "An Intensive Care Unit (ICU) is a

specially staffed and equipped hospital ward dedicated to management of

patients with lefe-threatening illnesses injuries or complications ".

2. Falsafah pelayanan ICU


a. Etika Kedokteran
Berdasarkan falsafah dasar "saya akan senantiasa mengutamakan

kesehatan pasien" maka semua kegiatan di ICU bertujuan dan berorientasi


untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien.Oleh

karena itu perlu mempertimbangkan prinsip prinsip etika pelayanan pasien

yaitu:

1) Autonomy : hak dari pasien untuk menentukan apa yang terbaik bagi
dirinya.
2) Benefiscence : kewajiban dokter untuk memberikan apa yang terbaik
dan bermanfaat bagi pasien.
3) Non-maleficenceti : tidak melakukan hal hal yang membahayakan
pasien.
4) Justice : kewajiban untuk memberikan pelayanan yang sama bagi
setiap pasien.
b. Indikasi yang benar pasien yang dirawat di ICU adalah yang memerlukan:
1) Pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan
berkelanjutan, sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan
dan terapi titrasi .
2) Pemantauan kontinyu terhadap pasien-pasien dalam keadaan kritis

yang dapat mengakibatkan teriadinya dekompensasi fisiologis.

3) Intervensi medis segera oleh tim intensive care.

c. Kebutuhan pelayanan kesehatan pasien

Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan

hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas),

Breathing (fungsi pernafasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi

otak) dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi

definitif.

d. Kerjasama multidisipliner dalam masalah medik kompleks

Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dengan

tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat

memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja


sama dalam tim, dengan dipimpin oleh seorang intensivist sebagai ketua

tim.

e. Azas prioritas

Setiap dokter primer dapat mengusulkan agar pasiennya dapat dirawat di

ICU dengan tetap mempertimbangkan kesesuaian dengan indikasi pasien

masuk dengan benar. Namun mengingat keterbatasan pelayanan

ketersediaan di ICU, maka berlaku azas prioritas. Dan keputusan akhir

merupakan kewenangan penuh Kepala ICU.

f. Sistem manajemen peningkatan mutu terpadu

Demi tercapai koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ICU,

diperlukan tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin

ilmu, dengan tugas utamanya memberi masukan dan bekerja sama

dengan staf struktural ICU untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan

ICU.

g. Kemitraan profesi

Kegiatan pelayanan pasien di ICU disamping multi disiplin juga inter

profesi, yaitu profesi medik, profesi perawat dan profesi lain agar dicapai

hasil optimal maka perlu ditingkatkan mutu SI)M secara berkelanjutan,

menyeluruh dan mencakup semua kelompok profesi.

h. Efektivitas, keselamatan dan ekonomis

Untuk efektivitas keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU, maka

perlu dikembangkan unit

3. Pelayanan Intensive
Tingkat pelayanan ICU harus disesuakan dengan kelas rumah sakit. Tingkat

pelayanan ini di tentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayan penunjang.,

jumlah dan macam pasien yang dirawat.

Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :

 Resusitasi jantung paru

 Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan

penggunaan ventilator sedet

 Terapi oksigen

 Pemantauan EKG, pulse oksimetri terus menerus

 Pemberian nutrisi enteral dan parenteral

 Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

 Pelaksanaan terapi secara titrasi

 Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi

pasien

 Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama

transportast pasien gawat

 Kemampuan melakukan fisioterapi dada

3.1 Klasifikasi pelayanan ICU

Dalam menyelenggarakan pelayanan di rumah sakit, pelayanan ICU

dibagi dalam beberapa klasiflkasi pelayanan. Jenis tenaga dan

kelengkapan pelayanan menentukan klasifikasi pelayan ICU di rumah

sakit, yaitu pelayanan ICU primer, ICU sekunder dan ICU tersier.

a. Pelayanan ICU Primer

Pelayanan lCU primer pada rumah sakit tipe C yang mampu

memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien sakit


gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan mempunyai

peran penting dalam pemantauan pencegahan penyulit pada pasien

medik dan bedah yang beresiko. Dalam ICU dilakukan ventilasi

mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama

beberapa jam.

b. Pelayanan ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder memberikan standar ICU umum yang

tinggi pada tipe rumah sakit B, yang mendukung peran rumah sakit

yang lain yang telah digariskan, misalnya kedokteran umum, bedah,

pengelolaan trauma, bedah saraf, bedah vaskuler dan lain-lainnya,

ICU hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis

Iebih lama melakukan dukungan/ bantuan hidup lain tetapi tidak

terlalu kompleks

c. Pelayanan ICU Tersier

Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk ICU pada

rumah sakit tipe A, memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk

dukungan/bantuan hidup multi-sistim yang kompleks dalam jangka

waktu yang tak terbatas. ICU ini melakukan ventilasi mekanis

pelayanan dukungan/ bantuan renal ekstrakorporal dan

pemantauan kardiovaskuler invasif dalam jangka waktu yang

terbatas dan mempunyaİ dukungan pelayanan penujang medik.

Semua pasien yang maşuk kedalam unit harus dirujuk untuk

dikelola oleh spesialis intensive care.

Table 1.1 Kemampuan Pelayanan ICU

N Kemampuan Pelayanan
Primer Sekunder Tersier
o
1 Resusitasi jantung paru. Resusitasi jantung Resusitasi jantung
paru. paru.
2 Pengelolaan jalan napas, Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan
termasuk intubasi trakeal napas, termasuk napas, termasuk
dan ventilasi mekanik. intubasi trakeal intubasi trakeal
dan ventilasi dan
mekanik. ventilasi mekanik.
3 Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4 Pemasangan kateter Pemasangan Pemasangan
vena sentral. kateter vena kateter vena
sentral dan sentral, arteri,
arteri. Swan Ganz dan
ICP monitor.
5 Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan
pulsoksimetri dan pulsoksimetri dan EKG,
tekanan darah non tekanan darah non pulsoksimetri,
invasif. invasif. tekanan darah
non
invasif dan
invasif,
Swan Ganz dan
ICP serta ECHO
Monitor
6 Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi
secara titrasi. secara titrasi. secara titrasi.
7 Pemberian nutrisi enteral Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi
dan parenteral. enteral dan enteral dan
parenteral. parenteral.
8 Pemeriksaaan Pemeriksaaan Pemeriksaaan
laboratorium khusus laboratorium laboratorium
dengan cepat dan khusus khusus
menyeluruh. dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh. menyeluruh.
9 Memberikan tunjangan Memberikan Memberikan
fungsi vital dengan tunjangan tunjangan
alat-alat portabel fungsi vital dengan fungsi vital dengan
selama transportasi alat-alat portabel alat-alat portabel
pasien gawat. selama selama
transportasi pasien transportasi pasien
gawat. gawat.
10 Kemampuan melakukan Kemampuan Kemampuan
fisioterapi melakukan melakukan
dada. fisioterapi dada. fisioterapi dada.
11 - Melakukan Melakukan
prosedur isolasi prosedur isolasi.
12 - melakukan melakukan
hemodialisis hemodialisis
intermiten dan intermiten dan
kontinyu kontinyu
Sumber : Kepmenkes no. 1778, 2010

a. Ketenagaan

Ketenagaan yang terlibat dalam pemberian pelayanan di ICU terdiri dari dokter

intensive, dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan ICU dan perawat

terlatih atau tersertifikasi pelatihan ICU. Tenaga tersebut menyelenggarakan

pelayanan ICU sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing- masing

yang diatur oleh rumah sakit sesuai dengan klasifikasi, yang tercantum dalam

tabel dibawah ini.

Table 1.2 Ketenagaan di ICU

N Jenis Klasifikasi Pelayanan ICU


o tenaga Primer Sekunder Tersier
1 Kepala - Dokter spesialis - Dokter intensive - Dokter intensive

ICU Anestesi - Dokter spesialis

- Dokter spesialis (jika belom ada

lain yang intensive)

terlatih ICU

(jikabelum ada

dokter spesialis
anestesii)

2 Tim - Dokter spesialis - Dokter spesialis -Dokter spesialis

Medis sebagai sebagai konsultan sebagai konsultan

konsultan (yang (yang dapat (yang dapat

dapat dihubungi dihubungi setiap dihubungi setiap

setiap diperlukan diperlukan

diperlukan - Dokhter jaga 24 -Dokhter jaga 24 jam

- Dokhter jaga 24 jam dengan dengan kemampuan

jam dengan kemampuan ALS/ACLS dan FCCS

kemampuan ALS/ACLS dan

resusistasi FCCS

jantung paru

yang

bersertifikat

bantuan hidup

dasar dan

bantuan hidup

lanjut.

3 Perawat Perawat terlatih Minimal 50% dari Minimal 70% dari

bantuan hidup jumlah seluruh jumlah seluruh

dasar dan bantuan perawat telah perawat telah terlatih

hidup lanjut. terlatih dan dan memeiliki sertifikat

memeiliki sertifikat pelatihan ICU.

pelatihan ICU.

4 Tenaga - Tenaga - Tenaga - Tenaga


non administrasi di administrasi di administrasi di ICU

medis ICU harus ICU harus harus mempunyai

mempunyai mempunyai kemampuan

kemampuan kemampuan mengoperasikan

mengoperasikan mengoperasikan komputer yang

komputer yang komputer yang berhubungan

berhubungan berhubungan dengan masalah

dengan masalah dengan masalah administrasi.

administrasi. administrasi. - Tenaga

- Tenaga - Tenaga laboraturium

perkarya perkarya - Tenaga farmasi

- Tenaga - Tenaga - Tenaga rekam

kebersihan kebersihan medis

- Tenaga perkarya

- Tenaga kebersihan

- Tenaga untuk

kepentingan

- Tenaga ilmiah dan

penelitian

Sumber : Kepmenkes no. 1778, 2010

b. Kriteria Prioritas Pasien Masuk

Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas

sedangkan kebutuhan pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka

diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas. Kepala ICU


bertanggungjawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien ICU. Bila

kebutuhan pasien masuk di ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala

ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan

dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijkan ini harus dijelaskan

secara rinci untuk tiap ICU.

Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang memerlukan terapi intensif

(prioritas 1) lebih didahulukan dibanding dengan pasien yang hanyak

memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas berat dan

prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam

menentukan prioritas masuk ke ICU.

a) Pasien prioritas 1

Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah pasien sakit kritis, tidak

stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan /

bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ / system yang lain, infus

obat-obat vasoaktif / inotropic, obat anti aritmia, serta pengobatan lain –

lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Pasien yang termasuk prioritas 1

adalah pasien pasca bedah kardiotorasik, sepsis berat, gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam jiwa. Institusi

setempat dapat juga membuat kriteria spesifik yang lain seperti derajat

hipoksemia, hipotensi di bawah tekanan darah tertentu. Terapi pada

kriteria pasien prioritas 1 demikian, umumnya tidak mempunyai batas.

b) Pasien prioritas 2

Kriteria pasien ini memerlukan pelayanan canggih di ICU, sebab sangat

beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya

pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Pasien


yang tergolong dalam prioritas 2 adalah pasien yang menderita penyakit

dasar jantung – paru, gagal ginjal akut dan berat, dan pasien yang telah

mengalami pembedahan mayor. Pasien yang termasuk prioritas 2,

terapinya tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa

berubah.

c) Pasien prioritas 3

Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak

stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang

mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Ke

mungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada kriteria ini sangat

kecil, sebagai contoh adalah pasien dengan keganasan metastatic disertai

penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, dan pasien

penyakit jantung dan penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit

akut berat. Pengelolaan pada pasien kriteria ini hanya untuk mengatasi

kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai

melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

d) Pengecualian

Jenis pasien umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masiuk

ICU, dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan

luar biasa atas persetujuan kepala ICU.

c. Kriteria Priorias Pasien Keluar

Kriteria pasien keluar dari ICU mempunyai 3 prioritas yaitu :

1. Pasien prioritas I

Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi

perawatan intensif, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka


pendek buruk, sedikit kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan,

sebagai contoh : pasien dengan tiga atau lebih gagal system organ yang

tidak berespon terhadapt pengelolaan agresif.

2. Pasien prioritas 2

Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa

perawatan intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif selanjutnya

tidak diperlukan lagi.

3. Pasien prioritas 3

Pasien dipindahkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak

ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan

kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu diketahui

kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil, keuntungan dari terapi

intensif selanjutnya sangat sedikit. Pasien yang tergolong dalam prioritas

ini adalah pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit

jantung atau hepar terminal, karsinoma yang telah menyebar luas dan lain -

lainnya) yang tidak berespon terhadap terapi ICU untuk penyakit akut

lainnya.

d. End of life care ( Perawatan Terminal kehidapan )

Pasien demikian perlu disediakan ruangan khusus bagi pasien diakhir

kehidupannya pasien tersebut mendapatkan pelayanan dalam pemenuhan

kebutuhan dasar.

3.2 Informed consent

Sebelum pasien dimasukan ke ICU , pasien dana tau keluarganya harus

mendapatkan penjelasan secara lengkap alasan dan pertimbangan mendapat

perawatan di ICU, serta berbagai tindakan kedokteran yang mungkin akan


dilakukan selama pasien dirawat di ICU seerta prognosa penyakit yang diderita

pasien. Penjelasan diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas kepada

pasien atau keluarga pasien (baik menerima atau tidak menerima) dalam bukti

tanda tangan pada formulir informed consent.

3.3 Alur Pelayanan

Pasien yang memerlukan pelayanan di ICU dapat berasal dari :

a. Pasien dari IGD

b. Pasien dari HCU

c. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain, seperti : kamar bersalin,

ruang endoskopi, ruang dialysis dan lain sebagaimana,

d. Pasien dan dari bangsal ( Rawat Inap).

3.4 Sarana dan Prasarana Dan Peralatan

a. Lokasi

Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan

atau mempunyai akses yang mudah ke UGD, laboraturium dan radiologi.

b. Desain

Standar ICU dibagi menjadi beberapa area antara lain :

1) Area Pasien :

- Unit terbuka 12-16 m² / tempat tidur

- Unit tertutup 16 – 20 m² / ttempat tidur

- Jarak antara tempat tidur : 2 meter

- Unit terbuka mempunyai 1 tempat tidur dan cuci tangan .

Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU

tersier paling sedikit 3 outlet udara-tekan, pada 3 pompa hisap dan

minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur.


Pencahayaan yang cukup dan adekuat untuk observasi klinis

dengan lampu TL day light 10 watt/ m². jendela dan akses tempat

tidur menjamin kenyyamanan pasien dan personil. Disain dari unit

juga memperhatikan privasi pasien.

2) Area kerja meliputi

Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visusal

perawat dengan pasien.

Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan

penyimpanan obat dan alat ( termasuk lemari pendingin ).

Ruang yang cukup untuk mesin X-ray mobile dan mempunyai

negative skop. Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain,

kompter dan koleksi data jiga tempat untuk penyimpanan lat tulis

dan terdapat ruang yang cukup untuk resepsionis dan petugas

administrasi.

3) Lingkungan

Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu

dan kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22º-25 º

kelembaban 50-70%.

4) Ruang isolasi

Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian

sendiri.

5) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih

Untuk menyimpan monitor, ventilator, pompa infus dan pompa

syiring peralatan dialysis, alat – alat sekali pakai, cairan,


penggantung infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen jdan

tempat penyimpanan barang dan alat bersih.

6) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor

Ruang untuk membersihkan alat-alat, pengososngan dan

pembersihan pispot dan botol urine . desain unit untuk menjamin

tidak ada kontaminasi.

7) Ruang perawat

Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang

bertugas dan pimpinannya

8) Ruang Staf Dokter

Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor

Kepala bagian dan staf dan kepustakaan.

9) Ruang tunggu keluarga pasien

10) Laboratorium

Harus dipertimbangkan pada unit yang tida mengandalkan

pelayanan terpusat.

c. Peralatan

Peralatan ICU adalah peralatan yang digunakan untuk menunjang

operasional pelayanan di icu yang digunakan pada pasien dengan

kondisi kritis.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada peralatan ICU adalah :

1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan

fungsi ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan

dengan standar yang berlaku

2. Terdapat procedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.


Peralatan dasar meliputi :

1. Ventilator

2. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas

3. Alat hisap

4. Peralatan akses vaskuler

5. Peralatan monitor invasif dan non invasif

6. Defibrillator dan alat pacu jantung

7. Alat pengukur suhu pasien

8. Peralatan drain thorak

9. Pompa infus, dan pompa syiringe

10. Peralatan portable untuk transportasi

11. Tempat tidur khusus

12. Lampu untuk tindakan

13. Continuous Renal Replacement Therapy

Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk

prosedur diagnostic atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara

klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU

Protocol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu

tersedia untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah –langkah untuk

mengatasi apabila terjadi malfungsi.

3.5 Sistem Rujukan

Terdapat 2 jenis rujukan adalah

a. Rujukan eksternal

1) Rujukan vertikal adalah rujukan antar fasilitas kesehatankepada

fasilitas kesehatan kepada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya


yang mampu menjangkau dalam suatu jenis pelayanan yang

berbeda.

2) Rujukan horizontal adalah rujukan antar nfasilitas kesehatan kepada

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dalam satu tingkatan

yang sama.

b. Rujukan internal adalah rujukan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan

dari tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan yang lainnya. ( Dokter ke

dokter , residen ke spesialis, rujukan triage).

3.6 Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan kegiatan pelayanan pasien di ICU dibuat dan dibawah

Tanggung jawab dokter ICU. Lingkup pencatatan terdiri dari diagnosis

lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, tanda – tanda vtal,

pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan lain-lain) secara

berkala, pemantauan nutrisi, cairan, terapi serta jumlah pengeluaran cairan

tubuh pasien. Pemantauan dilakukan oleh perawat minimal setiap satu jam

atau sewaktu waktu dalam kondisi khusus.

4. Standar Kompetensi Perawat ICU

Menurut buku Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit, Direktorat

Bina Upaya Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, Direktorat

Jendral bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, 2011, Standar

Kompetensi Perawat ICU dibedakan berdasarkan klasifikasi ICU pada sebuah

rumah sakit, antara lain:

1). Kompetensi Untuk Perawat di ICU Primer

 Memahami konsep keperawatan kritis

 Memahami issue etik dan hukum


 Mempergunakan keterampilan komunikasi yang efektif

 Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang di dapat

 Pengelolaan jalan nafas

 Melakukan fisioterapi dada

 Memberikan terapi oksigen

 Mengukur saturasi oksigen

 Memonitoring hemodinamik non-invasive

 Melakukan BLS dan ALS

 Meerekam EKG dan menginterpretasi EKG

 Melakukan pengabmbilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium

 Mengetahui dan dapat menginterpretasikan hasil analisa gas darah

(AGD)

 Mempersiapkan dan asistensi pemasangan drainage thoraks

 Mempersiapkan dan melakukan pemberian terapi secara titrasi

 Melakukan pemberian nutrisi pada pasien kritis

 Pengelolaan pemberian terapi cairan dan elektrolit intravena

 Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial

 Mampu mengkaji dan mendukung mekanisme koping pasien yang

efektif.

2) Kompetensi untuk perawat ICU Sekunder

 Memahami konsep keperawatan kritis

 Memahami issue etik dan hukum

 Mempergunakan keterampilan komunikasi yang efektif

 Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang di dapat


 Pengelolaan jalan nafas

 Melakukan fisioterapi dada

 Memberikan terapi oksigen

 Mengukur saturasi oksigen

 Memonitoring hemodinamik non-invasive

 Melakukan BLS dan ALS

 Meerekam EKG dan menginterpretasi EKG

 Melakukan pengabmbilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium

 Mengetahui dan dapat menginterpretasikan hasil analisa gas darah

(AGD)

 Mempersiapkan dan asistensi pemasangan drainage thoraks

 Mempersiapkan dan melakukan pemberian terapi secara titrasi

 Melakukan pemberian nutrisi pada pasien kritis

 Pengelolaan pemberian terapi cairan dan elektrolit intravena

 Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial

 Mampu mengkaji dan mendukung mekanisme koping pasien yang

efektif

 Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanik

 Pengelolaan pasien dengan drainege thoraks

 Mempersiapkan pemasangan monitoring invasif (tekanan vena central,

tekanan arteri sistemik dan pulmonal)

 Melakukan pengukuran tekanan vena sentral dan arteri

 Melakukan pengelolaan terapi thrombolitik

 Melakukan persiapan renal replecement therapi

3). Kompetensi Untuk Perawat di ICU Tersier


 Memahami konsep keperawatan kritis

 Memahami issue etik dan hukum

 Mempergunakan keterampilan komunikasi yang efektif

 Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang di dapat

 Pengelolaan jalan nafas

 Melakukan fisioterapi dada

 Memberikan terapi oksigen

 Mengukur saturasi oksigen

 Memonitoring hemodinamik non-invasive

 Melakukan bls dan als

 Meerekam ekg dan menginterpretasi ekg

 Melakukan pengabmbilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium

 Mengetahui dan dapat menginterpretasikan hasil analisa gas darah

(agd)

 Mempersiapkan dan asistensi pemasangan drainage thoraks

 Mempersiapkan dan melakukan pemberian terapi secara titrasi

 Melakukan pemberian nutrisi pada pasien kritis

 Pengelolaan pemberian terapi cairan dan elektrolit intravena

 Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial

 Mampu mengkaji dan mendukung mekanisme koping pasien yang

efektif

 Pengelolaan pasien dengan ventilasi mekanik

 Pengelolaan pasien dengan drainege thoraks

 Mempersiapkan pemasangan monitoring invasif (tekanan vena central,

tekanan arteri sistemik dan pulmonal)


 Melakukan pengukuran tekanan vena sentral dan arteri

 Melakukan pengelolaan terapi thrombolitik

 Melakukan persiapan renal replecement therapi

 Mengetahui persiapan pemasangan intraaortic artery balloon pomp

(iabp)

 Melakukan persiapan countinous renal replacement therapi (crrt)

5. Jenjang karir keperawatan ICU

a. Perawat klinik I (PK 1)

Posisi Jabatan Kualifikasi Kompetensi Standar

PK I ICU 1. D3 keperawatan + 1. Memahami konsep


(Asociate pengalaman kerja di keperawatan intensif
Nurse) ICU 0 tahun 2. Memahami standar asuhan
2. S1 Keperawatan + keperawatan pada pasien
pengalaman kerja di kritis di unit intensif
ICU 0 Tahun 3. Mampu melakukan
3. Orientasi program/ pendokumentasian di
praktek dan teori 360 lembar harian pasien
jam 4. Mengetahui prosedur tetap
4. Lulus uji kompetensi (protap) pencegahan
dasar ICU infeksi nosocomial di ICU
5. Kompeten melakukan
asuhan keperawatan dasar
umum

b. Perawat klinik 2 (PK 2)

Posisi Jabatan Kualifikasi Kompetensi Standar

PK 2 ICU 1. D3 keperawatan + 1. Mampu melakukan tugas


(Asociate pengalaman kerja di pokok PK 1
Nurse) ICU 3 tahun 2. Melakukan asuhan
2. S1 Keperawatan + keperawatan pasien
pengalaman kerja di dengan gangguan
ICU Tahun respirasi, kardiovaskuler
3. Telah mengikuti dana tau neurologi secara
pelatihan mandiri.
keperawatan intensif 3. Melakukan kolaborasi
/telah mengikuti dengan tim kesehatan
kursus dasar lainnya.
pencegahan infeksi
nosocomial RS,
BCLS
4. Lulus uji kompetensi
perawat intensif PK 1

c. Perawat klinik 3 (PK 3)

Posisi Jabatan Kualifikasi Kompetensi Standar

PK 3 ICU 1. D3 keperawatan dan 1. Mampu menjadi perawat


(Nurse S1 keperawatan penanggung jawab dalam
Educator, serta telah menjadi tim dinaas sore atau malam
Nurse perawat intensif PK 2 2. Mampu melaporkan
Clinical) selama 3 tahun. dengan tepat mengenai
2. Telah lulus uju permasalahan pasien
kompetensi PK 2 kepada tim medis
3. Lulus uji menjadi 3. Menyususn rencana
perawat penanggung keperawatan sesuai kondisi
jawab shift. pasien secara sistematis
4. Telah mengikuti 4. Mengevaluasi efektifitas
pelatihan Standar tindakan keperawatan yang
Asuhan Keperawatan dirrencanakan dan telah
diimplementasisikan
5. Melakukan supervise dan
bimbingan kepada perawat
intensif PK 1 dan PK 2
6. Melakukan evaluasi kinerja
keperawatan perawat
intensif PK 1 dan PK 2.

d. Perawat klinik 4 (PK 4)

Posisi Jabatan Kualifikasi Kompetensi Standar

PK 4 ICU 1. S1 keperawatan dan 1. Melatih tenaga baru dalam


(Nurse telah menjadi PK 3 kegiatan program orientasi
Manager, selama 5 tahun. ICU
Nurse 2. Telah lulus uji 2. Memberikan bimbingan dan
Educator, kompetensi PK 3 arahan kepada PK 1, PK 2
Nurse 3. Telah mengikuti dan PK 3 dalam
Clinical) pelatihan Pelayanan pelaksanaan kegiatan
Prima, Pelatihan keperawatan ICU.
Clinical Instruktur 3. Menerima laporan dari
Primary Nurse terkait
permasalahan pasien dan
sarana atau prasarana ICU
4. Menilai kinerja Primary
nurse dan perawat
Asosiate (kinerja Spesifik,
DP3 dan remunisasi).
5. Membuat laporan terkait
masalah SDM, sarana dan
prasana ICU kepada
kepala ICU
6. Melakukan ronde
keperawatan satu kali
dalam seminggu terkait
kasus ICU
7. Membuat jadwal dinas
pegawai
8. Membuat analisa
kebutuhan 5 M ( Man,
Material, Methode, Money,
Machine)
9. Melakukan koordinasi
mengenai permasalahan
ICU dengan kepala ICU
10. Melakukan Monitoring
evaluasi terhadap seluruh
manajemen mutu
pelayanan ICU.
D. VENTILASI MEKANIK DASAR DAN PROSES WEANING

1. Ventilasi Mekanik

a. Pengertian

Ventilasi mekanik adalah alat bantu nafas yang memberikan bantuan

nafas dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih semua

fungsi pernafasan guna untuk mempertahankan hidup (Manjoer, 2005).

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif positif

yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama

waktu yang lama (Brunner&Suddarth, 2001).

b. Tujuan Ventilasi Mekanik

Manjoer (2005), mengatakan ventilasi mekanik bertujuan untuk:

a. Mengatasi hipoksemia

b. Mengatasi asidosis pernafasan akut

c. Meringankan gangguan pernafasaan

d. Mencegah atelektasis

e. Mengistirahatkan otot-otot pernafasan

c. Klasifikasi
Ventilasi mekanik secara umum diklasifikasikan menjadi dua yaitu

(Smeltzer & Bare, 2002):

a. Ventilator tekanan negatif yaitu yang memberikan tekanan

negatif pada intrathorak selama inspirasi memungkinkan

udara mengalir ke dalam paru. Ventilator ini digunakan

pada kegagalan pernapasan kronik dengan gangguan

neurovascular seperti miastenia gravis poliomyelitis, distrofi

muscular dan sklerosis lateral amiotrifik.

b. Ventilasi tekanan positif; yang meliputi pressure cycle

ventilation, time cycle ventilation dan volume cycle ventilation

yang paling banyak digunakan. Ventilator ini memberikan

tekanan positif pada jalan nafas sehingga mendorong

alveoli untuk mengembang selama inspirasi, sehingga

memerlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator

ini digunakan pada penyakit/gangguan paru primer.

d. Indikasi

Indikasi klinik pemasangan ventilasi mekanik yaitu (Mansjoer,

2005):

a. Kegagalan ventilasi yaitu depresi system saraf pusat, penyakit

neuromuscular, penyakit system saraf pusat, penyakit

muskulosceletal, ketidakmampuan torak untuk melakukan

ventilasi.

b. Kegagalan pertukaran gas yaitu kegagalan pernapasan akut,

kegagalan pernapasan kronik, gagal jantung kiri,

ketidakseimbangan ventilasi/perfusi.
e. Prinsip Dasar Ventilasi Mekanik

Positive pressure ventilator terdiri dari emapat tipe :

1. Volume

Di disain untuk memberikan nafas/ menghantarkan gas

berdasarkan volume yang disetting dan membiarkan ekspirasi

terjadi secara pasif. Ideal untuk asien dengan bronkospasme

karena meski ada sumbatan jalan nafas (bronkus) tidal volume

yang masuk tidak berubah (konstan).

Keuntungan :

Tidal volum konstan meski ada sumbatan atau kelainan paru.

Sehingga tidak menyebabkan hipoventilasi/ hiperkarbia.

Kerugian :

Ddapat menimbulkan volumtrauma / barotrauma karena

mempunyai peak pressure.tipe ini banyak digunakan di icu dan

mesin ventilatr anastesi.

2. Pressure

Mengantarkan gas berdasarkan pada pressure yang sudah diset,

membiarkan ekspresi terjadi secara pasif . ideal untuk pasien usia

tua, ARDS atau pneumonia berat.

Keuntungan :

Menurunkan resiko volumtrauma/ barotrauma

Kerugian :

Dapat terjadi hipoventilasi/ hiperkarbia karena tidal volume yang

masuk berubah-berubah sesuai dengan compliance dan

resistensi jalan nafas pasien.


3. Flow

Menghantarkan gas sampai setting time dicapai.

f. Mode Ventilator

Mode operasional volume cycle ventilation pada klien

dewasa meliputi respiratory rate (RR) per menit; tidal volume;

konsentrasi oksigen (FiO2) dan positive end respiratory

pressure (PEEP). Konsentrasi oksigen diberikan berdasarkan

nilai prosentase O2 dalam analisa gas darah (AGD). Frekuensi

pernafasan antara 10-20 x/menit; Tidal Volume sekitar 8-10 ml/kg BB

tegantung dari compliance,resistence dan jenis kelainan paru. Pasien

dengan paru normal tolerate dengan tidal volume 6-15 ml/KgBB,

sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8cc/KgBB. Untuk

pasien ARDS memakai konsep permissive hipercapnea( membiarkan

PaCO2 tinggi >45mmHg, asal PaO2 normal, dengan cara

menurunkan tidal volume yaitu yaitu 4-6 ml/kgbb). PEEP digunakan

untuk mencegah alveolar kolaps dan meningkatkan alveolar capillary

diffusion. Nilai PEEP dimulai dari 5 cmH2O setiap perubahan PEEP

harus berdasarkan analisa gas darah, toleransi dari PEEP,

kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular. Jika PaO2 rendah

sedangkan FIO2 sudah 60% mmaka PEEP merupakan pilihan

utama sampai nilai 15 cmH20.

Mode operasional ventilasi mekanik terdiri dari :

a. Controlled Mandatory Ventilation (CMV).

Mengontrol volume dan frekuensi pernapasan dengan

indikasi tidak dapat bernafas spontan, Untuk


mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam

waktu yang lama serta meningkatkan kerja pernapasan.

Pada ventilasi ini mesin masih mengontrol laju pernafasan.

Volume (TV) dan laju yang telah diset diberikan tanpa

memperhatikan pola pernafasan pasien. Biasanya diperlukan

obat sedasi atau paralitik (misalnya, pavulon).

b. Assist Control Ventilation (ACV).

Biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian

ventilasi mekanik, untuk mengontrol ventilasi, kecepatan dan

volume tidal. Mode ini dapat melakukan fungsi ventilasi secara

otomatis.

c. Intermitten Mandatory Ventilation (IMV).

Digunakan untuk pernapasan spontan yang tidak

sinkron seperti hiperventilasi dan sewaktu-waktu dapat

mengambil alih peranan.

d. Syncronised Intermitten Mandotory Ventilation (SIMV).

Diberikan pada pernapasan spontan dengan tidal

volume dan RR yang kurang adekuat untuk ventilasi

dengan tekanan rendah, efek barotrauma minimal serta

mencegah otot pernapasan tidak terlalu kelelahan Ini adalah

metode yang bisa digunakan sebelum proses penyapihan.

e. Positive End Expiratory Pressure (PEEP).

Untuk menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan

tujuan untuk mencegah atelektasis, diberikan pada klien

ARDS (adult respiratory distresss sindroma) dan pneumonia


diffuse Prinsipnya sama dengan CPAP namun pada modus

non-spontan.

f. Continous positive airways pressure (CPAP)

Untuk meningkatkan fungsional residual capacity (FRC),

biasanya digunakan dalam proses weaning/penyapihan ventilasi

Mode ini digunakan jika pada pasien yang sudah dapat

bernafas spontan dengan complience pasru adekuat.

Bantuan yang diberikan mode ini berupa PEEP dan FiO2

saja atau mode ini sama dengan mode PS dengan seting

IPL 0 cmH2O. Penggunaaan mode ini cocok pada

pasien yang siap ekstubasi.

(Vannesa, 2013)

g. Komplikasi Penggunaan Ventilasi Mekanik

Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik diantaranya

(Sheen,2009) :

a. Risiko pada intubasi endotrakeal, termasuk kesulitan intubasi,

sumbatan pipa endotrakeal oleh sekret

b. Intubasi endotrakheal jangka panjang dapat menyebabkan

kerusakan laring terutama pita suara dan odema laring

c. Efek akibat humidifikasi yang kurang dalam ventilasi

menyebabkan iritasi jalan napas dan retensi sekret sehingga

dapat menimbulkan infeksi

d. Pemberian sedasi/anestesi memiliki efek terhadap depresi

jantung, penurunan mobilitas fisik, gangguan pengosongan

lambung dan proses pemulihan lebih lama


e. Ventilator Associted Pneumonia (VAP)

f. Gangguan haemodinamik

g. Barotrauma seperti pneumothorak dan kolaps alveoli.

h. Weaning/Penyapihan Ventilasi Mekanik

Weaning adalah proses penyapihan pada ketergantungan paru

terhadap bantuan ventilasi mekanik sehingga paru kembali

melakukan fungsi secara mandiri. Menyapih pasien yang

ketergantungan pada ventilator menyebabkan pada ventilator terjadi

dalam tiga tahapan. Pasien disapih secara bertahap dari (1)

ventilator, (2) selang dan (3) oksigen. Penyapihan dari ventilasi

mekanis dilakukan pada waktu sedini mungkin, konsisten dengan

keselamatan pasien. Penting artinya bahwa keputusan dibuat atas

dasar fisiologi ketimbang sudut padang mekanis. Pemahaman yang

menyeluruh tentang status klinis pasien diperlukan dalam membuat

keputusan ini.

Penyapihan dimulai ketika pasien telah pulih dari tahap akut

masalah medika dan bedah dan ketika penyebab gagal napas telah

diperbaiki dengan menyeluruh.

Kriteria untuk penyapihan, ukuran objek kapasitas ventilasi pasien

termasuk :

1. Suatu kemampuan untuk membangkitkan kapasitas vital minimal

10 sampai 15 ml/kg berat badan atau kapasitas vital dua kali lebih

besar dari volume tidal istrahat normal. Volume minimal yang di

perlukan biasanya berkisar 1000 ml pada orang dewasa normal.

2. Inspirasi kuat spontan pada tekanan sedikitnya-20 cm H2O


3. PaO2 lebih besar dari 60% dengan FIO2 kurang dari 40%

4. Tanda –tanda vital stabil


(Smeltzer & Bare, 2002)

Daftar pustaka

 Standar pelayanan keperawatan ICU di Rumah Sakit, direktorat bina


pelayanan keperawatan dan keteknisan medik, direktorat jenderal bina upaya
kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2011
 Pedoman penyelenggaraan pelayana intensive Unit di rumah sakit, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 177/menkes/SK/XII/2020
 Aliana, DKK. 2014. Modul Pelatihan Keprawatan Intensive Unit Dasar.
Cetakan Ketiga. Jakarta: penerbit In Media.

Anda mungkin juga menyukai