Anda di halaman 1dari 15

INTENSIVE CARE UNIT

(ICU)

Pembimbing :

dr. HENRI JONES DAMANIK, Sp. An

Disusun Oleh :

Rara Naomi Noveria Tampubolon


(17010031)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
RSUD DR. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan kasih-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah
anestesi ini yang berjudul “Intensive Care Unit (ICU)” yang disusun untuk
melengkapi Tugas Kepanitraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Anestesi pada Rumah Sakit
Umum Daerah dr.Djasamen Saragih Pematang Siantar.

Pada kesempatan ini penulis ingin meyampaikan terima kasih kepada dr.
Henri Jones Damanik, Sp.An atas bimbingan dan arahannya sehingga paper ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun yang
akhirnya dapat meningkatkan manfaat yang diperoleh dari paper ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk


menambah wawasan dan pengetahuan kita.

Pematangsiantar, Desember 2018

Penyusun

Rara Naomi Noveria Tampubolon

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
A.Defenisi ICU................................................................................................... 2
B.Tujuan ICU...................................................................................................... 2
C.Jenis Jenis ICU................................................................................................ 2
D.Prosedur ICU................................................................................................... 3
E.Syarat Ruang ICU............................................................................................ 3
F.Sarana dan Prasarana ICU................................................................................ 4
G.Pembagian ICU............................................................................................... 5
H.Indikasi Pasien ICU......................................................................................... 6
I.Kontraindiskasi Pasien ICU.............................................................................. 8
J.Pengelolaan Pasien ICU................................................................................... 8
K.Indikasi Keluar ICU........................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu pelayanan yang sentral di Rumah Sakit adalah pelayanan Intensive
Care Unit (ICU). Saat ini pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani
pasien pasca bedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa dan anak
yang mengalami satu atau lebih disfungsi atau gagal organ. Kelompok pasien ini
dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Perawatan, ataupun
kiriman dari Rumah Sakit lain.1
Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk
melakukan perawatan pada pasien- pasien gawat darurat dengan potensi “reversible
life thretening organ dysfunction”, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital
pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur
intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital.1
Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan manajemen yang efektif dan
efisien, maka ICU harus dikelola sesuai dengan perkembangan Intensive Care
Medicine.1

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi ICU
Intensive Care Unit (ICU) adalah bangsal rumah sakit yang menyediakan
perawatan intensif untuk pasien yang dalam kondisi kritis mengancam hidup yang
bertujuan untuk menunjang fungsi-fungsi vital.1 Pasien yang berada di ICU
membutuhkan perhatian medis secara konstan untuk mempertahankan dan menjaga
fungsi tubuh.1,2
Yang membedakan ICU dengan ruang perawatan lain adalah keperawatannya
dan peralatan yang digunakan. ICU dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien kritis atau yang mengalami disfungsi satu organ
atau lebih akibat penyakit berat yang mengancam nyawa atau komplikasi yang masih
ada harapan hidupnya (reversible). Dalam mengelola pasien ICU, diperlukan dokter
ICU yang memahami teknologi kedokteran, fisiologi, farmakologi dan kedokteran
konvensional dengan perawat yang terlatih, dan apoteker.1,2

B. Tujuan ICU
Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang
intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan
komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan
mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi
angka kematian dan mempercepat proses penyembuhan pasien.1,2

C. Jenis-jenis ICU
Menurut fungsinya intensive care unit (ICU) dibagi menjadi beberapa unsur yaitu :
a. ICU Khusus
Dimana pasien dirawat dari satu jenis penyakit. Adapun contohnya yaitu :
1) ICCU (Intensive Coronary Care Unit) yaitu ruang untuk
pasien yang dirawat dengan gangguan pembuluh darah Coroner.
2) Respiratory Unit yaitu ruang untuk
pasien yang dirawatdengan mengalami gangguan pernafasan.
3) Renal Unit yaitu ruang untuk pasien yag dirawat dengan gangguan
gagal ginjal.

2
b. ICU Umum
Dimana pasien dirawat di semua bagian RS. Menurut umur, ICU anak &
neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa.

D. Prosedur ICU
Sebelum pasien masuk ke ICU, dokter primer yang merawat pasien baik di IGD
atau bangsal melakukan evaluasi terhadap pasien dan memastikan indikasi masuk ke
ICU. Setelah itu dokter primer melakukan konsultasi dengan dokter ICU, konsultasi
bersifat tertulis namun dalam keadaan yang mendesak dapat dilakukan konsultasi
secara lisan namun tetap diikuti dengan konsultasi secara tertulis.1,2
Pasien dan atau keluarganya wajib diberikan penjelasan secara lengkap tentang
dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di ICU, serta
berbagai macam tindakan yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di
ICU dan prognosa pasien. Kemudian keputusan pasien dan atau keluarganya
dinyatakan di dalam formulir informed consent yang kemudian ditandatangani.1,2

E. Syarat ruang ICU1,2


a. Letaknya di sentral rumah sakit dan dekat dengan kamar bedah serta kamar
pulih sadar (Recovery Room).
b. Suhu ruangan diusahakan 22-25°C, nyaman.
c. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar.
d. Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca-kaca.
e. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus.
f. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
g. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi.
h. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien.

F. Sarana dan Prasarana ICU1,2


 Lokasi: Satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room.
 RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk R.ICU antara 1-2
% dari jumlah pasien secara keseluruhan.
 Bangunan: Terisolasi
 Dilengkapi dengan: Monitor, alat komunikasi, AC, pipaair, exhousefan untuk
mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras dan rata, tempat cuci

3
tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan, dan pengering setelah cuci
tangan.
 R. Dokter & R. Perawat
 R.Tempat buang kotoran
 R. Tempat penyimpanan barang & obat
 R. Tunggu keluarga pasien
 R. Pencucian alat
 Pengering setelah cuci tangan
 Sumber air
 Sumber listrik cadangan/generator
 Emergency lamp
 Sumber O2 sentral
 Suction sentral
 Lemari instrumen & obat
 Laborat kecil
 Alat–alat penunjang: Ventilator, nebulaizer, Jacksion Reese, monitor ECG,
tensimeter mobile, defibrilator, termometer elektrik dan manual, infus pump,
syringe pump, O2 transport, CVP, standart infuse, trolly emergency, papan
resusitasi, alat SPO2, suction continous pump dll.

PERALATAN1,2
 Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi
ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.
 Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat. Peralatan dasar
meliputi: Ventilator, alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas, alat
hisap, peralatan akses vaskular, peralatan monitor invasif dan non-invasif.
 Defibrilitor dan alat pacu jantung
 Alat pengatur suhu pasien
 Peralatan drain thorax
 Pompa infus dan pompa syringe
 Peralatan portable untuk transportasi

4
 Tempat tidur khusus
 Lampu untuk tindakan
Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisis dan lain-lain) untuk prosedur
diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada indikasi
dan untuk mendukung fungsi ICU.
Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan paramedik perlu tersedia
untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila
terjadi malfungsi.

G. Pembagian ICU1,2
 Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir yang
sakit atau prematur.
 Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit kritis,
anak-anak, dan remaja.
 Post Anesthesia Care Unit (PACU)
PACU adalh unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien setelah
operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU untuk waktu
terbatas, dan harus memenuhi kriteria sebelum transfer kembali ke bangsal.
 Surgical Intensive Care Unit (SICU)
Sebuah layanan khusus di rumah sakit yang lebih besar yang menyediakan rawat
inap untuk pasien sakit kritis pada layanan bedah.

5
H. Indikasi pasien ICU1,2
Kriteria penerimaan ICU memilih pasien yang mungkin memperoleh manfaat
dari perawatan ICU. Penilaian ini sulit ditentukan bila hanya dengan diagnosis saja,
oleh karena itu disarankan agar praktisi ICU memahami alat untuk menilai keparahan
penyakit dan prognosis. Keputusan masuk ICU didasarkan pada beberapa prioritas,
diagnosis, dan parameter obyektif.3
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya
sewaktu waktu karena kegagalan atau disfungsi satu organ atau lebih atau sistem dan
masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan
dan pengobatan intensif. Selain adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi
sosial yang memungkinkan seorang pasien dapat dirawat di ICU. Beberapa contoh
kondisi pasien yangdapat dipakai sebagai indikasi masuk ke ICU antara lain:
a. Ancaman/kegagalan sistem pernafasan: Gagal nafas, impending gagal nafas.
b. Ancaman/kegagalan sistem hemodinamik: Shock
c. Ancaman/kegagalan sistem syaraf pusat: Stroke, penurunan kesadaran.
d. Overdosis obat, reaksi obat dan intoksikasi: Depresi nafas
e. Infeksi berat : sepsis4
Dalam menentukan tindakan kepada pasien harus memperhatikan tingkat
prioritas pasien sehingga penanganan yang diberikan sesuai dan tepat. Prioritas
pasien antara lain :
 Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu,
dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain pasien dengan shock septic.
Pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari terapi yang
diterimanya.
 Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien
ini berisiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, seperti pemantauan intensif
menggunakan metode seperti pulmonary arterial catheter. Contoh jenis pasien ini
antara lain mereka yang menderita penyakit jantung, paru, atau ginjal akut yang telah
mengalami pembedahan mayor. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam
terapi yang diterimanya.

6
 Prioritas 3
Pasien prioritas 3 sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-
masing atau kombinasinya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastase disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan
jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi
intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.5
Jenis pasien berikut umumnya tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk
masuk ICU dan hanya dapat masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar
biasa atau atas persetujuan kepala ICU. Pasien-pasien tersebut dapat dikeluarkan dari
ICU agar fasilitas yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2,
3 yaitu:
a. Pasien dengan penyakit terminal yang ireversibel (terlalu sakit untuk
mendapatkan perawatan ICU). Untuk contoh: kerusakan otak yang
irreversible, kegagalan sistem multi-organ ireversibel, kanker metastatic, tidak
responsif terhadap kemoterapi dan atau terapi radiasi (kecuali pasien adalah
pada protokol pengobatan khusus), pasien dengan kapasitas pengambilan
keputusan yang menolak perawatan intensif dan atau pemantauan invasif dan
yang menerima perawatan kenyamanan saja, mati batang otak, pasien dalam
keadaan vegetatif persisten, pasien yang tidak sadar secara permanen.
b. Sedikit atau tidak adanya manfaat yang diantisipasi dari perawatan ICU
berdasarkan risiko rendah intervensi aktif yang tidak aman bisa diberikan
dalam pengaturan non-ICU (terlalu baik untuk mendapatkan keuntungan dari
perawatan ICU). Contoh termasuk pasien dengan bedah vaskular perifer,
ketoasidosis diabetik hemodinamik stabil, gagal jantung kongestif ringan,
overdosis obat.

I. Kontraindikasi pasien ICU1,2

7
Kontraindikasi yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan
penyakit yang sangat menular, misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang
masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai riwayat penyakit menular.

J. Pengelolaan pasien ICU1,2


Pengelolaan rutin pasien ICU dapat meliputi:
a. Pendekatan pasien seperti anamnesis, serah terima pasien, pemerikasaan fisik,
kajian hasil pemerikasaan, identifikasi masalah beserta penanggulangannya,
dan informasi kepada keluarga.
b. Pemeriksaan fisik dari seluruh aspek fisiologis dan data demografi minimal 1
kali sehari.
c. Pemeriksaan, observasi dan monitoring rutin.
 Kardiovaskuler: Peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP.
 Respirasi: Menghitung pernafasan, setting ventilator,
menginterprestasikan hasil BGA, keluhan, pemeriksaan fisik dan foto
thorax.
 Ginjal: Jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam.
 Pencernaan: Pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah,
diare.
 Tanda infeksi: Peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi),
pemeriksaan kultur, berapa lama antibiotic diberikan.
 Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh
proses perawatan.
d. Jalur intra vaskuler.
e. Intubasi dan pengelolaan trachea.
f. Pengelolaan cairan.
g. Perdarahan gastro intestinal.
h. Nutrisi

8
K. Indikasi Keluar ICU
 Prioritas 1 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kecil.
 Prioritas 2 dikeluarkan bila kemungkinan untu mendadak memerlukan terapi
intensif telah berkurang.
 Prioritas 3 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah
tidak ada lagi, tetapi mungkin pasien dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kecil.

Pasien tidak perlu lagi berada di ICU apabila :


 Meninggal dunia
 Tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa sehingga dirawat di ruang
biasa atau dapat pulang.
 Atas permintaan keluarga atau pasien. Untuk kasus seperti ini keluarga
atau pasien harus menandatangani surat keluar ICU atas permintaan
sendiri.
 Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.
 Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.
 pasien tidak menggunakan ventilator. Pasien mengalami mati batang
otak.

9
BAB III
KESIMPULAN

Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat


perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi
pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada
pasien yang memerlukan observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak
dapat diberikan diruang perawatan umum
Ruangan ICU adalah suatu unit di RS yang dibandingkan dengan ruangan lain,
banyak perbedaan, tingkat pelayanannya. Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh
jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan macam pasien yang dirawat,
untuk itu harus ditunjang oleh tenaga yang memenuhi kualifikasi standar ICU.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bader AM, Fischer SP, Sweitzer B. Preoperative Evaluation. In : Miller’s


Anesthesia. 8th ed. Editor: Miller RD. USA. Churchill Livingstone; 2009.p.1002.
2. Arifin J, Harahap MS, Sasongko H. Persiapan Preanestesi. In : Anestesiologi.
Editors: Jatmiko HD, Soenarjo. Semarang. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2010.h. 85 – 100.
3. Sessler CN, Gosnell M, Grap MJ, Brophy GT et al. The Richmond Agitation
Sedation Scale: Validity and Reliability in Adult Intensive Care Patients. Am. J.
Respir. Crit. Care. Med; 2006.p.1338 – 44.
4. Ely EW, Truman B, Shintani A et al. Monitoring Sedation Status Over Time in
ICU Patients: The Reliability and Validity of The Richmond Agitation Sedation
Scale (RAAS). JAMA; 2007. p. 289: 2983 – 91.
5. Barone CP, Barone GW, Pablo CS. Postanesthetic Care in The Critical Care
Unit. Crit. Care. Nurse; 2006; 24: 38-45.

11

Anda mungkin juga menyukai