Anda di halaman 1dari 52

TUTORIAL KASUS

Suryani Rahman N 111 18 061


Putu Gita Diah Savitri N 111 18 066
Syarifah Ayu Rahmanisa N 111 18 067
Nur Aulia Pratiwi N 111 18 072
Muh Ghaly Syadzali N 111 18 074
Identitas pasien

Nama : Tn. Iriyanto Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : PNS

Agama : Islam
Deskripsi kasus
Pasien laki-laki usia 36 tahun, datang ke Poli Jiwa RSUD
Palu pada tanggal 25 Februari 2019 dengan keluhan leher
terasa tegang, kepalanya terasa berat, nyeri ulu hati, susah
tidur, gangguan cemas. keluhan ini dirasakan apabila
pasien berhenti mengkonsumsi obat.
Hendaya/disfungsi

Sosial (-)

Pekerjaan (-) Waktu senggang (-)


Faktor stressor psikososial
• Pekerjaan (-)
• Pekerjaan (+) berupa adanya permasalahan dengan
istrinya terkait penjualan rumah tanpa sepengetahuan
pasien.
Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat penyakit sebelumnya

• Riwayat Penyakit Dahulu

Kejang (-), Penyakit infeksi (-), Riwayat Trauma (-),


Riwayat DM (-), Riwayat Hipertensi (+) .

• Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

NAPZA (+) (pasien merokok)


• Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya

Terdapat gangguan psikiatrik sebelumnya. 10 tahun yang


lalu pasien mengalami gangguan depresi berupa putus
asa, pasien tidak memiliki minat atau gairah kerja, tidak
ingin pergi bekerja karena merasa cemas untuk
berpergian keluar rumah, pasien juga merasakan curiga
terhadap orang-orang yang melihatnya dengan tatapan
yang sinis serta merasa ketakutan ketika mendengarkan
suara sirine ambulance, pasien merasa takut akan dirinya
yang mau mati ketika mendengar sirine tersebut. Pasien
memiliki dorongon dari dalam dirinya untuk melakukan
bunuh diri.
Riwayat Kehidupan Pribadi (Past
Personal History)
• Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien tinggal dirumah peninggalan orang tuanya sendiri.
Pasien merupakan anak bungsu dan pasien telah
berkeluarga. Hubungan dengan istri kurang baik
dikarenakan istri pasien yang kurang jujur terhadap
masalah yang ia hadapi dengan pasien. Pasien menikah
pada tahun 2008 dan Pasien sudah tidak tinggal bersama
istrinya sejak tahun 2009 akibat tuntutan pekerjaan.
Menurut pasien orang tuanya meninggal sejak tahun
90an, dan bapaknya lebih dulu meninggal.
• Situasi Sekarang
Pada saat dilakukan anamnesis pasien kooperatif dan
mau menjawab pertanyaan.
PEMERIKSAAN FISIK DAN
NEUROLOGIS
Sistem Internus :
Keadaan Umum : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD = 120/80 mmhg.
N = 78x/menit
R = 20x/menit
S= 37,30 C
Kepala : Anemis (-/-), ikterik (-/-), normocephal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Dada : Paru = bunyi paru : Vesicular
Anggota Gerak : Akral hangat, oedema (-)

Status Neurologis
GCS : E4M6V5
STATUS MENTAL
• Deskripsi Umum

Penampilan

Seorang laki-laki berpakaian dinas pns. Tinggi 162 cm


dengan berat badan 60 kg. Rambut pendek, terlihat
tidak rapi, tampakan wajah pasien sesuai dengan
umurnya. Perawakan sesuai dengan usia. Perawatan
diri baik.

Kesadaran: Compos mentis


Perilaku dan aktivitas psikomotor: tenang, tidak
melakukan gerakan-gerakan aneh
Pembicaraan: spontan, artikulasi jelas dan volume suara
normal
Sikap Terhadap Pemeriksa: Kooperatif

• Keadaan Afektif dan Perasaan :

Mood : Eutimia
Afek : Luas
Empati : Tidak dapat diraba rasakan
• Fungsi Intelektual (Kognitif)

Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :

Sesuai

Daya konsentrasi : baik

Orientasi (waktu,tempat,dan orang) : Baik

Daya Ingat : Baik

Pikiran Abstrak : Baik

Bakat Kreatif : Belum dapat dinilai

Kemampuan untuk menolong diri sendiri : Baik


• Gangguan Persepsi

Halusinasi : Tidak ada

Ilusi : Tidak ada

Depersonalisasi : Tidak ada

Derealisasi : Tidak ada


• Proses Berpikir

Produktivitas : cukup ide

Kontinuitas : relevan

Hendaya Berbahasa :Tidak ada

Isi Pikiran

 Preokupasi : Tidak Ada

 Gangguan isi pikir : Tidak ada waham

• Pengendalian Impuls : Baik


• Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik

• Tilikan (insight)
Derajat 6 : Pasien menyadari bahwa ia sakit dan
terdapat upaya untuk melakukan penyembuhan.

• Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

• Pasien laki-laki usia 36 tahun, datang ke Poli Jiwa RSUD

Palu pada tanggal 25 Februari 2019 dengan keluhan


leher terasa tegang, kepalanya terasa berat, nyeri ulu
hati, susah tidur, gangguan cemas. keluhan ini dirasakan
apabila pasien berhenti mengkonsumsi obat.

• Adanya permasalahan di keluarga, berupa adanya

permasalahan dengan istrinya terkait penjualan rumah


tanpa sepengetahuan pasien.
• Sebelumnya pasien mempunyai riwayat hipertensi. Selain
itu juga terdapat gangguan psikiatrik sebelumnya. 10
tahun yang lalu pasien mengalami gangguan depresi
berupa putus asa, tidak ingin pergi bekerja karena
merasa cemas untuk berpergian keluar rumah, pasien
juga merasakan curiga terhadap orang-orang yang
melihatnya dengan tatapan yang sinis serta merasa
ketakutan ketika mendengarkan suara sirine ambulance,
pasien merasa takut akan dirinya yang mau mati ketika
mendengar sirine tersebut. Pasien memiliki dorongon dari
dalam dirinya untuk melakukan bunuh diri.
• Pada tahun 2009, pasien mengalami susah tidur dan ada
dorongan untuk bunuh diri karena tidak ada semangat
bekerja
• Pada tahun 2010, pasien pertama kali berobat dengan
keluhan diatas, awalnya pengobatannya tidak teratur,
namun 5 tahun belakangan pengobatan mulai teratur
Permasalahan
 Hubungan stress dengan gejala yang timbul pada pasien
dengan penyakit yang diderita ?
 Latar belakang psikologis yang menyebabkan pasien ini
mengalami gangguan/penyakit ?
 Latar belakang neurobiologi yang terlibat pada pasien
yang memiliki kondisi depresi dan cemas ?
 Bagaimana cara adaptasi pada pasien ini ?
 Apa saja ciri kepribadian yang dialami pasien tersebut ?
 Apa stressor yang dialami oleh pasien ini ?
 Apa diagnosis dan dd pada pasien ini ?
 Apa saja terapi yang diberikan kepada pasien ini ?
 Prognosis pada pasien ini ?
• Neurotransmiter yang sering berperan pada kondisi ini,
ada 3 : Norepinefrin, serotonin, dan GABA.
Pertemuan ke II
Hubungan stress dengan gejala yang timbul pada
pasien dengan penyakit yang diderita ?
Secara fisiologis, situasi stres mengaktivasi
hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem
neuroendokrin yaitu sistem simpatis, sistem saraf otonom
dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik
berespon terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu
dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang
berada di bawah pengendaliannya. Sistem saraf simpatis
juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk
melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.
Pada kondisi stres juga meningkatkan aktivitas sistem
saraf otonom.
Hubungan stress dengan gejala yang timbul pada
pasien dengan penyakit yang diderita ?
Gejala yang timbul pada pasien, terkait dengan respon sistem
saraf terhadap stres antara lain :
a) Sistem saraf simpatis
Sistem saraf simpatis berhubungan erat dengan reaksi
stres tubuh. Sistem saraf simpatis meningkatkan respon-respon
yang mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktifitas fisik yang
berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat.
Ketika saraf ini dirangsang, akan menyebabkan jantung
berdenyut lebih cepat, tekanan darah meningkat karena
konstriksi umum pembuluh darah, saluran pernapasan terbuka
lebar untuk memungkinkan aliran udara maksimal, glikogen dan
simpanan lemak dipecah untuk menghasilkan bahan bakar
tambahan dalam darah, dan pembuluh darah yang mensuplai
otot-otot rangka berdilatasi. Semua respon ini ditujukan untuk
meningkatkan aliran darah yang kaya akan O2 dan menutrisi
otot-otot rangka sebagai antisipasi terhadap aktivitas fisik yang
berat
Lanjutan..
b) Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom mengatur aktivitas organ
viseral, diantaranya mengontrol detak jantung dan organ-
organ lainnya seperti intestin, gaster, hati, dan paru-paru
secara psikologis, sistem saraf ini sangat mempengaruhi
dinamika emosi, perasaan suasana hati dan mood.
Latar belakang psikologis yang menyebabkan pasien
ini mengalami gangguan/penyakit ?
• Depresi
Peristiwa Hidup dan Stres Lingkungan. Terdapat
pengamatan klinis yang bertahan lama bahwa peristiwa hidup
yang penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode
gangguan mood yang mengikuti. Hubungan ini telah dilaporkan
untuk pasien gangguan depresi berat dan gangguan bipolar 1.
Sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan pengamatan
ini adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama
mengakibatkan perubahan yang bertahan lama did alam biologi
otak. Perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan
sistem pemberian sinyal intraneuron, perubahan yang bahkan
dapat mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak
sinaps yang berlebihan. Akibatnya, seseorang memiliki resiko
tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya, bahkan
tanpa stresor eksternal.
Lanjutan..
Sejumlah klinisi yakin bahwa peristiwa hidup
memegang peran utama dalam depresi; klinisi lain
mengajukan bahwa peristiwa hidup hanya memegang
peran terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data
yang paling meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa
hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya depresi
di kemudian hari pada seseorang adalah kehilangan
orangtua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang
paling sering menyebabkan awitan episode depresi
adalah kematian pasangan. Faktor resiko lain adalab
PHK-seseorang yang keluar dari pekerjaan tiga kali lebih
cenderung memberikan gejala episode depresi berat
daripada orang yang bekerja.
Lanjutan..
• Cemas
Dua kelompok pikiran utama mengenai faktor psikososial
yang menyebabkan timbulnya gangguan ansietas menyeluruh
adalah kelompok perilaku-kognitif dan kelompok psikoanalitik.
Menurut kelompok perilaku-kognitif, pasien dengan gangguan
ansietas menyeluruh memberikan respons pada hal-hal yang
secara tidak benar dan tidak akurat dianggap sebagai bahaya.
Ketidakakuratan jni ditimbulakn melalui perhatian selektif
terhadap hal kecil negatif di lingkungan dengan distorsi
pemerosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif
terhadap kemampuan beradaptasi diri sendiri.
Kelompoknpsikoanalitik mendalilkan bahwa ansietas adalah
gejala konflik yang tidak disadari dan tidak terselesaikan.
Latar belakang neurobiologi yang terlibat pada pasien
yang memiliki kondisi depresi dan cemas ?
• Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter
aminergik. Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin.
Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau
kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan
sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.
• Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin
yaitu reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat
dalam mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon pada
semua golongan anti depresan.
• Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena
menurunnya pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya
kemampuan neurotransmisi serotogenik). Beberapa peneliti menemukan
bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter lain yang
berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan
dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau
beberapa neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak,
terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia depresi dapat
diterangkan sebagai berikut:
Lanjutan..
1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau
menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik.
2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin,
terganggunya regulasi aktivitas norepinefrin dan
meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor
presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin. Pada pasien depresi,
jalur dopamin mesolimbik mungkin mengalami
disfungsi pada depresi dan bahwa reseptor dopamin
tipe 1 (D1) mungkin hipoaktif pada depresi.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Lanjutan..
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya
neurotransmisi akibat kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung
oleh bukti-bukti klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada
pemberian obat-obat golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian
obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme
neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang
menyebutkan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas
neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau
kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan
gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai
gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan
ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective
Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin
dan bukan menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi
lebih cepat dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya
memperbaiki gejala-gejala depresi. Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui
tersebut menjadi dasar penggunaan dan pengembangan obat-obat anti
depresan.
Lanjutan..
• Cemas
Siklus Stres diawali dengan kadar endorfin di otak menjadi
rendah, dan secara otomatis akan memicu peningkatan dopamin,
sehingga meningkatkan kewaspadaan dan timbul kegelisahan. Tingginya
dopamine menyebabkan kelelahan emosi. Kadar endorfin rendah juga
menyebabkan menurunnya neurotransmiter GABA. Ketika hal ini terjadi,
timbul perasaan gelisah, ketidakamanan dan panik. GABA yang rendah,
otomatis membuat tubuh melawan kecemasan dengan melepaskan
norefineprin. Zat kimia ini mendorong respons emosi seperti marah,
mudah tersinggung, frustasi dll.
Kadar norefineprin yang tinggi menyebabkan pelepasan adrenalin
dari kel. adrenal dan menyebabkan denyutan jantung yang lebih cepat
disertai aliran darah yang lebih kuat. Kadar rendah GABA akan
menurunkan serotonin dan dapat membuat tidur menjadi sulit. Orang
yang kurang tidur menjadi tidak rasional, mudah marah, dan dapat
histeris. Kurang tidur menyebabkan stres berat dan pernah dilaporkan
bahwa obat-obatan/alkohol dapat melelahkanmental, dengan
kecenderungan gangguan kejiwaan. Serotonin selanjutnya akan
mendorong level opioid semakin rendah.
Bagaimana cara adaptasi pada pasien ini ?

Mekanisme pertahanan diri atau yang biasa disebut


"Defence Mechanisms" merupakan bentuk pertahanan diri
dari setiap individu. Sebagian dari cara individu untuk
mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun
konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri
baik yang dia lakukan secara sadar ataupun tidak. Sigmund
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri
(Defence Mechanisms) untuk menunjukkan proses tdak sadar
yang melindungi si individu dari kecemasan melalui
pemutarbalikkan kenyataan. Artinya mekanisme pertahanan
diri ini merupakan bentuk penipuan diri. Mekanisme
pertahanan diri itu sebenarnya ada 11, tapi disini saya akan
menjabarkan 7 mekanisme yang paling sering dipakai, yaitu:
Lanjutan..
Lanjutan..
1) Represi (Repression)
Merupakan cara individu untuk menekan perasaan
frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan
sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. individu
mencoba merepresikan perasaannya dengan melakukan
usaha seperti, lebih sering mengomunikasikan berita baik
daripada berita buruk, selalu mengingat hal positif
daripada hal yang negatif. contoh, individu bermimpi
bahwa orang tersayangnya meninggal dunia. ini akan
menimbulkan kecemasan dari dalam dirinya. Untuk
menekan perasaan cemasnya, dia mencoba berfikir
positif, bahwa yang tadi dia mimpikan tidak akan mungkin
terjadi.
Lanjutan..
2) Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Individu melakukan pembentukan reaksi ketika dia
berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang
sesungguhnya dan menampilkan wajah yang berlawanan dari
ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebenarnya.
Sigmund Freud berpendapat bahwa pembentukan reaksi
digunakan banyak orang yang kelihatannya "bermoral"
sebenarnya berjuang dengan susah payah melawn
ketidakbermoralan mereka sendiri. Contohnya, seorang ustad
yang berkotbah menentang Free Sex (Sex bebas) pada
kalangan remaja, ternyata dia sendiri melakukan hal tersebut.
Apakah pendeta berperilaku suci karena sebenarnya merasa
jahat dan tidak suci?? Pembentukan reaksi (Reaction
Formation) merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri
yang paling sering digunakan di kalangan masyarakat.
Lanjutan..
3) Fiksasi
Fiksasi merupakan bentuk pertahanan diri dimana
individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang
membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan, sehingga
membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk
menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya
terhenti untuk sementar atau selamanya. Fikasi menyebabkan
individu menjadi tergantung kepada individu yang lain. Contoh,
seorang remaja yang disuruh orang tuanya mencari pekerjaan.
remaja tersebut merasa kalau dia kerja nanti, akan ada
masalah-masalah baru terutama dalam dirinya. Seperti,
dimarahi atasan, tidak diterima pekerjaan, diejek temannya
karena pekerjaan yang sebagai pelayan, ataupun yang lainnya.
Hal ini membuat individu tadi terfikasi dan akhirnya tidak jadi
bekerja. Hal ini bisa berlangsung sementara atau selamanya.
Lanjutan..
4) Pengalihan(Displacement)
Pengalihan merupakan bentuk pertahanan diri menghadapi
anxietas adalah dengan cara memindahkannya dari objek yang
mengancam kepada objek yang lebih aman hostilitasnya di rumah
kepada anak-anaknya. contohnya, seorang mahasiswa yang dimarahi
dosennya karena telat mengumpulkan tugas, akan mencoba mencari
bentuk pengalihan seperti bermain tinju untuk melampiaskan
amarahnya, atau bermain game. Intinya dia mencari objek lain sebagai
bentuk pengalihan dari rasa amarah, cemas, takut, dll. Ini juga
merupakan mekanisme pertahanan diri yang sering dipakai.
5) Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan diri dimana impuls yang
menyebabkan kecemasan dikeluarkan dengan cara mengarahkan
kecemasan tersebut ke orang lain. jadi intinya, kecemasan yang
dihadapinya dilampiaskan ke orang lain. Akan tetapi, hal ini berbeda
dengan pengalihan. Contoh dari proyeksi misalnya, seorang laki-laki
menyukai seorang wanita, ketika ditanya sahabat dari laki-laki ini, laki-
laki tersebut mengatakan bahwa wanita itulah yang menyukai dan
mengejar-ngejar dia. Dia mencoba memproyeksikan kecemasanya.
Lanjutan..
6) Rasionalisasi
Bentuk mekanisme pertahanan diri adalah cara individu memproduksi
alasan-asalan "baik" untuk menjelaskan egonya yang terhantam. Rasionalisasi
membantu untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan membantu
untuk melemahkan pukulan yang berkaitan dengan kekecewaan. contohnya,
seorang mahasiswa yang telat datang ke kampus. Ketika ditanya dosen, dia
mengatakan bahwa di jalan macet. Padahal yang sebenarnya, bahwa dia telat
bangun pagi. Dia menggunakan alasan "MACET" sebagai bentuk suatu yang
dapat diterima akal (rasional).
7) Menyangkal Kenyataan (Denial)
Penyangkalan merupakan sebuah tindakan menolak mengaku adanya
stimulus yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Bila individu menyangkal
kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman
yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
Contohnya, seorang anak yang telah divonis dokter mengidap kanker hati, ketika
anak tersebut menanyakan kepada orang tuanya sakit apa yang sedang
diidapnya, orang tua menjawab bahwa kamu hanya sakit perut biasa, nanti
minum obat juga sembuh. Orang tuanya mencoba menyangkal kenyataan yang
ada, agar tidak menimbulkan kecemasan. Intinya berbohong kepada diri sendiri.
Apa saja ciri kepribadian yang dialami pasien tersebut
?

1. Kepribadian histrionic
Pola pervasif emosionalitas yang berlebihan dan mencari
perhatian, dimulai pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan dengan lima (atau lebih) hal berikut :
1) Tidak nyaman didalam situasi saat ia bukanlah pusat perhatian
2) Interaksi dengan orang lain sering ditandai dengan perilaku merayu
secara seksual atau provokatif yang tidak tepat
3) Menunjukkan pergeseran yang cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal
4) Terus menerus menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian
pada dirinya
5) Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak rinci
6) Menunjukkan dramatisasi diri, teaterikal, ekspresi emosi yang
berlebihan
7) Mudah dirasakan, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau
keadaan.
8) Menganggap hubungan lebih intim daripada yang sebenarnya
Lanjutan..
2. Kepribadian obsesi kompulsif
Pola pervasif preokupasi dengan keteraturan, kesempurnaan, dan pengendalian
mental serta interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi,
dimulai pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks seperti yang
ditunjukkan dengan empat atau lebih hal berikut :
1) Preokupasi dengan hal yang rinci, peraturan, datar, penyusunan, atau jadwal sampai
tingkat bahwa titik utama aktivitas tersebut menghilang
2) Menunjukkan kesempurnaan yang mengganggu penyelesaian tugas (contohnya : tidak
mampu menyelesaikan suatu proyek karena standar mereka yang terlalu kaku tidak
terpenuhi)
3) Sangat berlebihan mengabdi untuk pekerjaan dan produktivitas sehingga menyingkirkan
aktivitas menyenangkan serta persahabatan ( bukan disebabkan oleh kebutuhan
ekonomi yang jelas)
4) Terlau teliti, cermat, dan tidak fleksibel mengenai masalah moralitas, etika, atau nilai (
bukan disebabkan oleh identifikasi budaya atau agama
5) Tidak mampu membuang barang bekas atau tidak berharga bahkan yang tidak memiliki
nilai sentimental
6) Enggan mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali mereka menuruti
cara mereka melakukannya
7) Mengadopsi gaya menggunakan uang yang kikir pada dirinya dan orang lain; uang
dipandang sebagai suatu yang harus ditimbun untuk bencana dimasa mendatang.
8) Menunjukkan kekakuan dank eras kepala
Lanjutan..
3. Gangguan kepribadian ambang
Pola pervasive ketidak stabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, serta
impulsivitas yang nyata, yang dimulai saat masa dewasa awal da nada dalam berbagai
konteks seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) hal berikut :
1) Upaya “gila” untuk menghindari pengabaian khayalan ataupun yang sebenarnya. Catatan
: tidak mencakup perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang dimaksud didalam kriteria lima
2) Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens ditandai dengan perubahan
antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem.
3) Gangguan identitas : citra diri atau rasa diri yang secara menetap dan nyata tidak stabil
4) Impulsivitas pada sedikitnya dua area yang berpotensi merusak diri (contoh : berbelanja,
seks, penyalahgunaan, menyetir dengan ceroboh, makan berlebih-lebihan). Catatan :
tidak mencakup perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang dimaksud didalam kriteria 5.
5) Perilaku, sikap atau ancaman bunuh diri berulang atau perilaku mutilasi diri
6) Ketidakstabilan afektif akibat reaktifitas mood yang nyata (contoh : disforia episodic yang
intens, irritabilitas, atau anxietas yang biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang
lebih dari beberapa hari.
7) Perasaan kosong yang kronis
8) Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk mengendalikan kemarahan
(contoh : sering menunjukkan kemarahan, terus menerus marah, perkelahian fisik
berulang)
9) Gagasan paranoid terkait sress yang terjadi sementara atau gejala disosiatif berat .
Apa stressor yang dialami oleh pasien ini ?

1) Orang tua meninggal sejak pasien masih kecil


2) Pasien terpaksa ditinggal istrinya karena tuntutan
pekerjaan
3) Istri pasien menjual rumah pasien tanpa
sepengetahuan pasien
Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien ini ?

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• AXIS I :
1) Berdasarkan autoanamnesis didapatkan ada gejala klinik bermakna dan
menimbulkan penderitaan (distress) berupa sulit tidur, gelisah dan
menimbulkan (disabilitas) berupa hendaya yaitu hendaya waktu senggang,
social dan pekerjaan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan
Jiwa
2) Berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status internus,
tidak adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang
menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita pasien ini, sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Non
Organik
3) Pada pasien tidak terdapat hendaya berat dalam menilai realita, sehingga
pasien didiagnosa Sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
4) Berdasarkan gambaran kasus, pasien ini mengalami gejala gangguan cemas
berupa kekhawatiran berlebihan yang terjadi hampir setiap hari selama
setidaknya 6 bulan, pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya,
serta terdapat gejala penyerta seperti mudah marah, otot tegang, dan
gangguan tidur. Selain itu, pasien memiliki riwayat gangguan depresi yang
tidak sembuh sempurna, sehingga pasien didiagnosis dengan Gangguan
Cemas dan Depresi Campuran.
Lanjutan..
• AXIS II
Tidak didapatkan ciri kepribadian khas
• AXIS III
Tidak ditemukan kelainan
• AXIS IV
Masalah berkaitan dengan kehidupan rumah tangga
pasien
• AXIS V
Gaf scale 70-61: Beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
Lanjutan..
• Diagnosis banding:
1) Gangguan cemas menyeluruh
2) Gangguan depresi berat
3) Insomnia
Apa saja terapi yang diberikan kepada pasien ini ?

• Farmakologi
Dapat diberikan obat antiansietas, obat antidepresi,
atau keduanya. Diantara obat ansiolitik, sejumlah data
menunjukan bahwa penggunaan tribenzodiazepin
(alprazolam) dapat diindikasikan karena efektivitasnya
dalam mengobati depresi yang disertaii dengan ansietas.
Diantara obat antidepresan serotonergik (contohnya
fluoxetin) dapat menjadi obat yang paling efektif dalam
mengobati gangguan campuran ansietas-depresif.
Lanjutan..
Lanjutan..
Lanjutan..
• Non Farmakologi
Dapat dilakukan pendekatan psikoterapeutik seperti
terapi kognitif dan modifikasi perilaku.
Prognosis pada pasien ini ?

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien


tampak sama besar kemungkinannya untuk memiliki
gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif yang
menonjol, atau campuran kedua gejala dengan besar
yang sama saat awitan. Selama perjalanan penyakit,
dominasi gejala ansietas dan depresif dapat bergantian.
Prognosisnya tidak diketahui.
Hal yang dapat mempengaruhi prognosis
1. Tidak ada faktor genetik
2. Tidak ada dukungan keluarga
3. Terkena pada usia muda
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai