Agama : Islam
Deskripsi kasus
Pasien laki-laki usia 36 tahun, datang ke Poli Jiwa RSUD
Palu pada tanggal 25 Februari 2019 dengan keluhan leher
terasa tegang, kepalanya terasa berat, nyeri ulu hati, susah
tidur, gangguan cemas. keluhan ini dirasakan apabila
pasien berhenti mengkonsumsi obat.
Hendaya/disfungsi
Sosial (-)
Status Neurologis
GCS : E4M6V5
STATUS MENTAL
• Deskripsi Umum
Penampilan
Mood : Eutimia
Afek : Luas
Empati : Tidak dapat diraba rasakan
• Fungsi Intelektual (Kognitif)
Sesuai
Kontinuitas : relevan
Isi Pikiran
• Tilikan (insight)
Derajat 6 : Pasien menyadari bahwa ia sakit dan
terdapat upaya untuk melakukan penyembuhan.
1. Kepribadian histrionic
Pola pervasif emosionalitas yang berlebihan dan mencari
perhatian, dimulai pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan dengan lima (atau lebih) hal berikut :
1) Tidak nyaman didalam situasi saat ia bukanlah pusat perhatian
2) Interaksi dengan orang lain sering ditandai dengan perilaku merayu
secara seksual atau provokatif yang tidak tepat
3) Menunjukkan pergeseran yang cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal
4) Terus menerus menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian
pada dirinya
5) Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak rinci
6) Menunjukkan dramatisasi diri, teaterikal, ekspresi emosi yang
berlebihan
7) Mudah dirasakan, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau
keadaan.
8) Menganggap hubungan lebih intim daripada yang sebenarnya
Lanjutan..
2. Kepribadian obsesi kompulsif
Pola pervasif preokupasi dengan keteraturan, kesempurnaan, dan pengendalian
mental serta interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi,
dimulai pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks seperti yang
ditunjukkan dengan empat atau lebih hal berikut :
1) Preokupasi dengan hal yang rinci, peraturan, datar, penyusunan, atau jadwal sampai
tingkat bahwa titik utama aktivitas tersebut menghilang
2) Menunjukkan kesempurnaan yang mengganggu penyelesaian tugas (contohnya : tidak
mampu menyelesaikan suatu proyek karena standar mereka yang terlalu kaku tidak
terpenuhi)
3) Sangat berlebihan mengabdi untuk pekerjaan dan produktivitas sehingga menyingkirkan
aktivitas menyenangkan serta persahabatan ( bukan disebabkan oleh kebutuhan
ekonomi yang jelas)
4) Terlau teliti, cermat, dan tidak fleksibel mengenai masalah moralitas, etika, atau nilai (
bukan disebabkan oleh identifikasi budaya atau agama
5) Tidak mampu membuang barang bekas atau tidak berharga bahkan yang tidak memiliki
nilai sentimental
6) Enggan mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali mereka menuruti
cara mereka melakukannya
7) Mengadopsi gaya menggunakan uang yang kikir pada dirinya dan orang lain; uang
dipandang sebagai suatu yang harus ditimbun untuk bencana dimasa mendatang.
8) Menunjukkan kekakuan dank eras kepala
Lanjutan..
3. Gangguan kepribadian ambang
Pola pervasive ketidak stabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, serta
impulsivitas yang nyata, yang dimulai saat masa dewasa awal da nada dalam berbagai
konteks seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) hal berikut :
1) Upaya “gila” untuk menghindari pengabaian khayalan ataupun yang sebenarnya. Catatan
: tidak mencakup perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang dimaksud didalam kriteria lima
2) Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens ditandai dengan perubahan
antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem.
3) Gangguan identitas : citra diri atau rasa diri yang secara menetap dan nyata tidak stabil
4) Impulsivitas pada sedikitnya dua area yang berpotensi merusak diri (contoh : berbelanja,
seks, penyalahgunaan, menyetir dengan ceroboh, makan berlebih-lebihan). Catatan :
tidak mencakup perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang dimaksud didalam kriteria 5.
5) Perilaku, sikap atau ancaman bunuh diri berulang atau perilaku mutilasi diri
6) Ketidakstabilan afektif akibat reaktifitas mood yang nyata (contoh : disforia episodic yang
intens, irritabilitas, atau anxietas yang biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang
lebih dari beberapa hari.
7) Perasaan kosong yang kronis
8) Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk mengendalikan kemarahan
(contoh : sering menunjukkan kemarahan, terus menerus marah, perkelahian fisik
berulang)
9) Gagasan paranoid terkait sress yang terjadi sementara atau gejala disosiatif berat .
Apa stressor yang dialami oleh pasien ini ?
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• AXIS I :
1) Berdasarkan autoanamnesis didapatkan ada gejala klinik bermakna dan
menimbulkan penderitaan (distress) berupa sulit tidur, gelisah dan
menimbulkan (disabilitas) berupa hendaya yaitu hendaya waktu senggang,
social dan pekerjaan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan
Jiwa
2) Berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status internus,
tidak adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang
menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita pasien ini, sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Non
Organik
3) Pada pasien tidak terdapat hendaya berat dalam menilai realita, sehingga
pasien didiagnosa Sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
4) Berdasarkan gambaran kasus, pasien ini mengalami gejala gangguan cemas
berupa kekhawatiran berlebihan yang terjadi hampir setiap hari selama
setidaknya 6 bulan, pasien merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya,
serta terdapat gejala penyerta seperti mudah marah, otot tegang, dan
gangguan tidur. Selain itu, pasien memiliki riwayat gangguan depresi yang
tidak sembuh sempurna, sehingga pasien didiagnosis dengan Gangguan
Cemas dan Depresi Campuran.
Lanjutan..
• AXIS II
Tidak didapatkan ciri kepribadian khas
• AXIS III
Tidak ditemukan kelainan
• AXIS IV
Masalah berkaitan dengan kehidupan rumah tangga
pasien
• AXIS V
Gaf scale 70-61: Beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
Lanjutan..
• Diagnosis banding:
1) Gangguan cemas menyeluruh
2) Gangguan depresi berat
3) Insomnia
Apa saja terapi yang diberikan kepada pasien ini ?
• Farmakologi
Dapat diberikan obat antiansietas, obat antidepresi,
atau keduanya. Diantara obat ansiolitik, sejumlah data
menunjukan bahwa penggunaan tribenzodiazepin
(alprazolam) dapat diindikasikan karena efektivitasnya
dalam mengobati depresi yang disertaii dengan ansietas.
Diantara obat antidepresan serotonergik (contohnya
fluoxetin) dapat menjadi obat yang paling efektif dalam
mengobati gangguan campuran ansietas-depresif.
Lanjutan..
Lanjutan..
Lanjutan..
• Non Farmakologi
Dapat dilakukan pendekatan psikoterapeutik seperti
terapi kognitif dan modifikasi perilaku.
Prognosis pada pasien ini ?