Anda di halaman 1dari 13

KUMPULAN SOAL UJIAN

Disusun Oleh :

ANNISA ISTIQAMAH AHMAD


N 111 19 023

Penguji:

dr. BENYAMIN F.L. SITIO, M.Sc, Sp. THT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK-


KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2021
OTOLOGI
1. Mengapa orang yang sudah berusia lanjut lebih sering mengalami
gangguan terkait serumen impaksi?
Jawaban : Pada orang yang sudah berusia lanjut, kelenjar serumen dan kulit
telinga mengalami atrofi karena proses penuaan dan menjadi semakin sedikit
jumlahnya. Kelenjar sebasea dan serumen juga memproduksi minyak pelumas
yang lebih sedikit sehingga kotoran telinga cenderung lebih kering. Selain itu,
rambut pendengaran juga akan lebih kasar. Hal ini menyebabkan serumen sulit
untuk dibawa oleh mekanisme konveyor epitel sehingga migrasi serumen
terhambat dan terjadi impaksi.

2. Mengapa penggunaan headset menyebabkan gangguan pendengaran dan


solusinya!
Jawaban : Hal ini dikarenakan headset dapat menjadi media untuk lebih
mendekatkan sumber suara yang diterima oleh telinga, sehingga lebih besar pula
jumlah paparan yang langsung diterima oleh telinga. Tingkat tekanan suara dari
perangkat headset dapat menghasilkan tingkat suara hingga 121 dB pada
pengaturan kontrol volume tertinggi, dan tingkat puncak dapat mencapai 139 dB.
Penggunaan earphone dalam jangka waktu yang lama dan dengan tingkat volume
yang tinggi dapat memediasi peningkatan kerusakan struktur sel rambut seperti
mitokondria, lisosom yang dikarenakan meningkatnya kebutuhan oksigen untuk
metabolisme sel-sel rambut tersebut. Setelah terjadinya kerusakan sel rambut,
kemudian dapat terjadi lisis sel dan robekan di membran Reissner. Selain itu,
pajanan bising menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah koklea yang berperan
dalam kerusakan organ Corti. Hal inilah yang akan menyebabkan pendengaran
terganggu.
Solusi untuk mencegah gangguan pendengaran akibat headset adalah dengan
mengatur volume suara tidak lebih dari 60% dengan batas pemakaian maksimal
60 menit dalam sehari.
3. Mengapa tidak boleh mengorek telinga dengan menggunakan cotton bud?
Jawaban : - Menimbulkan trauma lokal yang berpotensi mengalami infeksi
- Mendorong serumen lebih dalam ke liang telinga
- Memicu refleks nervus vagus

4. Jelaskan tentang Meniere disease!


Jawaban : Meniere disease adalah gangguan pada telinga dalam yang terjadi
akibat hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi
mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh : 1. meningkatnya tekanan
hidrostatik pada ujung arten, 2. berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler, 3.
meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, 4. Jalan keluar sakus
endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Terdapat trias dari sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli
sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo
disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan
terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu,
meskipun keadaannya berangsur baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan
gejala penyakit bisa hilang sama sekali. Pada serangan ke dua kalinya dan
selanjutnya dirasakan lebih ringan, tidak seperti serangan yang pertama kali.

5. Mengapa bisa terjadi ruptur membrane timpani pada waktu menyelam?


Jawaban : Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara
dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama di atas bumi,
dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat
menyelam dibandingkan saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan realitf tingginya
insidens barotrauma telinga pada saat menyelam.
Peningkatan tekanan udara lingkungan, udara dalam telinga tengah dan
tuba eustachius menjadi tertekan dan cenderung menyebabkan penciutan tuba
eustachius. Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan
sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100 mmHg), bagian kartilaginosa
tuba eustachius akan sangat menciut. Semakin bertambahnya perbedaan tekanan
menyebabkan berlanjutnya keadaan vakum relative dalam rongga telinga tengah,
selanjutnya akan terjadi rangkaian kerusakan, mula-mula gendang telinga tertarik
ke dalam menyebabkan membran teregang dan pecahnya pembuluh-pcmbuluh
darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang
telinga. Semakin meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah pada mukosa
telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotimpanikum,
kadang-kadang dapat rnenyebabkan ruptur membran timpani.

RHINOLOGI
1. Jelaskan tentang siklus hidung
Jawaban : Mekanisme fisik yang mendasari siklus hidung adalah asimetri aliran
darah yang menyebabkan pembengkakakn jaringan ereksi di bagian anterior
septum dan turbinate inferior salah satu lubang hidung. Jaringan yang membesar
secara asimetri ini secara fisik menghalangi bagian udara di satu lubang hidung,
mekanisme ini dikaitkan dengan saraf otonom simpatis dan parasimpatis yang
bersifat unilateral. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa siklus ini berfungsi
dalam transport mukosiliar.

2. Jelaskan tentang konka bullosa!


Jawaban : Konka bullosa merupakan kelainan anatomi pada konka media akibat
pneumatisasi atau terisinya konka oleh udara. Hal ini menyebabkan obstruksi pada
meatus nasi media dan gangguan aliran drainase sinus maksilla sehingga konka
bullosa merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya Rhinosinusitis
maksillaris.

3. Jelaskan tentang Fraktur Le Fort


Jawaban : Fraktur Le Fort merupakan fraktur maksilofasial yang terjadi akibat
trauma pada wajah.
Le Fort I (Horizontal) : Trauma pada bagian bawah rima alveolar maksilaris pada
arah bawah
Le Fort II (Piramidal) : Trauma pada mid maksila
Le Fort III (Transversa): Dinamakan craniofasial disjunction, dapat mengikuti
trauma pada nasal bridge atau maksila bagian atas.

4. Jelaskan cara mengukur besar adenoid!


Jawaban : Ukuran adenoid biasanya dideteksi dengan menggunakan foto polos
true lateral. Hal ini memiliki kekurangan karena hanya menggambarkan ukuran
nasofaring dan massa adenoid dua dimensi. Pengambilan foto polos leher lateral
juga bisa membantu dalam mendiagnosis hipertrofi adenoid jika endoskopi tidak
dilakukan karena ruang postnasal kadang sulit dilihat pada anak-anak, dan dengan
pengambilan foto lateral bisa menunjukkan ukuran adenoid dan derajat obstruksi.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, namun yang paling sering
digunakan adalah metode Fujioka. Rasio adenoid-nasofaring yang diusulkan oleh
Fujioka dkk, didefinisikan sebagai rasio antara ketebalan adenoid (A) dengan
nasofaring (N) dengan menggunakan cavum xray. Di mana A adalah garis tepi
anterior tulang basiooksipital yang tegak lurus ke puncak tonsil faring (adenoid);
dan N adalah jarak antara bagian posterosuperior dari palatum durum dan tepi
anterior dari sinkondrosis sfenooksipital. Skema ini ditunjukkan oleh gambar.
Adapun kategori menurut Fujioka adalah:
 A/N ≤ 0,8 : normal
 A/N > 0,8 : pembesaran

Gambar 1. Skema Adenoid-Nasofaring menurut Fujioka dkk.


A: adenoid, N: nasofaring.
Pembesaran adenoid juga dapat ditentukan dengan persentase oklusi jalan
napas yang diukur dengan lateral neck soft tissue radiographs (LNXR), yang
dinilai sebagai rasio tebal adenoid yang didefinisikan oleh Johanneson dengan
jarak dari tuberkel faring di basis crania ke permukaan superior dari palatum
molle. Skema ini ditunjukkan oleh gambar. Adapun klasifikasi menurut
persentase oklusi jalan napas, yang juga ditunjukkan oleh gambar adalah :
 Grade I: Besar adenoid kurang dari 25% dari jalan napas nasofaring
 Grade II: Adenoid sebesar 25% hingga 50% dari jalan napas nasofaring
 Grade III: Adenoid sebesar 50% hingga 75% dari jalan napas nasofaring
 Grade IV: Besar adenoid lebih dari 75% jalan napas nasofaring.

Gambar 2. Metode untuk menilai pembesaran adenoid pada lateral neck


radiography
5. Jelaskan penyebab epistaksis anterior!
Jawaban : Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui
penyebabnya, Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung atau
kelainan sistemik. Kelainan lokal misalnya trauma, kelainan anatomi, kelainan
pembuluh darah, infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan.
Kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi
sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal dan kelainan kongenital.

LARING-FARING
1. Jelaskan tentang Angina Ludwig!
Jawaban : Angina Ludwig adalah adalah suatu selulitis pada ruang suprahioid
yang ditandai dengan pembesaran seluruh ruang submandibula. Angina Ludwig
dikenal juga dengan nama Angina Ludovici, yang merupakan salah satu bentuk
abses leher dalam. Penyebabnya adalah infeksi dari gigi premolar atau molar oleh
bakteri Streptococcus viridians atau Staphylococcus. Angina Ludwig terjadi pada
dua kompartemen, yakni kompartemen sublingual dan kompartemen submental
dan submaxilla. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek
atau cabut gigi, gejala dan tanda klinik. Gejala yang sering didapatkan yaitu
adanya nyeri tenggorokan dan leher, pembengkakan pada daerah submandibula
yang hiperemis dan teraba keras, serta adanya sesak yang terjadi karena lidah
terdorong ke atas dan kebelakang menutup jalan nafas.

2. Jelaskan sumbatan jalan napas menurut Jackson!


Jawaban : Stadium I : Retraksi suprasternal
Stadium II : Retraksi suprasternal dan epigastrium
Stadium III : Retraksi suprasternal, epigastrium dan intercostals
Stadium IV : Lemas, penurunan kesadaran, pasien dapat lupa bernapas

3. Jelaskan tentang keseimbangan asam-basa!


Jawaban : Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui
koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan. Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen,
bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer
adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan
asam organik pada cairan ekstraseluler.
2. Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3. Ginjal mengatur keseimbangan
asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat.
3. Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan
ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai
respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan
parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulant yang
kuat untuk respirasi. Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan
meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar
(untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi
pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).

4. Jelaskan perbedaan faringitis kronik akibat GERD dan Non-GERD!


Jawaban : Faringitis kronik terbagi menjadi dua, yaitu faringitis kronik
hiperplastik dan atrofi. Pada faringitis kronik yang diakibatkan oleh GERD, iritasi
terjadi akibat refluks dari asam lambung sehingga dapat dijumpai gejala heatburn
akibat disfungsi sphincter esophagus bagian bawah. Selain itu, pada pemeriksaan
penunjang, dapat ditemukan pH yang cenderung lebih asam pada daerah
laringofaring. Sedangkan pada faringitis kronik yang tidak disebabkan GERD,
iritasi kronik terjadi karena peradangan steril.
5. Jelaskan mekanisme terjadinya vocal nodul!
Jawaban : Bagian pita suara yang berperan dalam vibrasi hanya 2/3 anterior
(bagian membranosa), karena kartilago aritenoidea terdapat pada 1/3 posterior
bukaan glotis (glottic aperture). Vibrasi yang berkepanjangan atau terlalu
dipaksakan dapat menyebabkan kongesti vaskular setempat dengan edema bagian
tengah membranosa pita suara, tempat kontak tekanan paling besar. Akumulasi
cairan pada submukosa akibat vocal abuse menyebabkan pembengkakan
submukosa (terkadang disebut insipien atau nodul awal). Voice abuse yang lama
dapat mengakibatkan hialinisasi Reinke’s space dan penebalan epitelium dasar
sehingga terbentuknya vocal nodul.

BRONKO-ESOPHAGOLOGY
1. Jelaskan perbedaan bronkus kiri dan kanan!
Jawaban : Bronkus kanan memiliki diameter lumen yang lebih besar dan
ukurannya lebih pendek namun posisinya lebih vertical karena posisinya lebih
tinggi dibandingkan dengan arteri pulmonalis. Bronkus kiri memiliki diameter
lumen yang lebih sempit ukurannya lebih panjang dibandingkan bronkus kanan
namun posisinya lebih mendatar.

2. Jelaskan penyempitan esofagus!


Jawaban : - Konstriksi cervical (pharyngoesophageal)  vertebra cervical VI
- Konstriksi aortobronchial (arcus aorta)  vertebra thorakal IV
- Konstriksi diaphragmatica  setinggi vertebra X
- Distal esofagus

3. Kenapa ISPA pada anak menjadi kasus emergency di UGD?


Jawaban : Ukuran saluran nafas anak-anak lebih kecil dibandingkan dengan orang
dewasa. Sehingga saat terjadi edema saluran nafas ketika anak-anak ISPA, maka
saluran pernafasan akan tersumbat.
4. Jelaskan kaitan Streptococcus beta hemolitikus dengan ginjal pada infeksi
faring!
Jawaban : Terdapat sebuah antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus
(unsure membran plasma streptokokal spesifik)  terbentuk kompleks antigen
atibodi didalam darah  bersirkulasi kedalam glomerulus dan secara mekanis
terperangkap oleh membrane basalis glomerulus  komplemen akan terfiksasi
dan menyebabkan lesi serta peradangan  lesi dan peradangan akan menarik
leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju ke tempat ini  terjadi
fagositosis dan pelepasan enzim lisosom  merusak endotel dan membrane
basalis glomerulus  sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbul proliferasi
sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel 
semakin meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus  protein dan darah dapat
keluar ke dalam urin (proteinuria dan hematuria).

5. Jelaskan akalasia esofagus!


Jawaban : Akalasia ialah ketidakmampuan bagian distal esofagus untuk relaksasi
dan peristaltic esofagus berkurang, karena diduga terjadi inkoordinasi
neuromuskuler. Akibatnya.bagian proksimal dari tempat penyempitan akan
melebar dan disebut mega-esofagus. Pada akalasia terdapat gangguan peristaltic
pada daerah duapertiga bagian bawah esofagus. Tegangan sfingter bagian bawah
lebih tinggi dari normal dan proses relaksasi pada gerak menelan tidak sempurna.
Akibatnya esofagus bagian bawah mengalami dilatasi hebat dan makanan
tertimbun di bagian bawah esofagus. Biasanya gejala yang ditemukan adalah
disfagia, regurgitasi, nyeri di daerah substernal dan pehurunan berat badan.
Gambaran radiologik memperlihatkan dilatasi pada daerah dua pertiga distal
esofagus dengan gambaran peristaltik yang abnormal atau hilang sama sekali serta
gambaran penyempitan di bagian distal esofagus menyerupai ekor tikus (mouse
tail appearance). Pada pemeriksaan esofagoskopi, tampak pelebaran lumen
esofagus dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-sisa makanan dan
cairan di bagian proksirnal daerah penyempitan. Mukosa esofagus berwarna
pucat, edema dan kadang-kadang terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi
makanan.

ONKOLOGI
1. Mengapa bisa terjadi kanker?
Jawaban : Kanker terjadi akibat hilangnya kontrol dalam siklus sel. Pada sel
kanker, tidak terdapat sistem kontrol yang mencegah sel tubuh bereplikasi secara
berlebihan dan penyusupan sel ke jaringan lain. Abnormalitas ini terjadi karena
mutasi gen yang mengatur pembelahan sel (DNA) sehingga menyebabkan sel-sel
yang bermutasi memperbanyak diri jauh lebih cepat dibandingkan sel yang
normal.
Sel imun khususnya limfosit T sitotoksik (CTL), sel NK (Natural Killer) dan
makrofag berperan dalam immune surveillance terhadap sel kanker. Setelah
pengenalan sel kanker sebagai sel asing, sel-sel inilah yang akan menghancurkan
sel kanker. CTL dan sel NK membunuh sel target dengan cara mensekresikan
perforine dan granzyme serta menggunakan reseptor family TNF seperti Fas,
TNF serta TNF-related apoptosis inducing ligand (TRAIL) untuk menginduksi
apoptosis. Sehingga, kegagalan sel NK juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya kanker.

2. Jelaskan hal-hal yang perlu disiapkan dalam pengobatan kanker!


Jawaban : - Siap mental
- Siap biaya pengobatan
- Siap alat pemeriksaan
- Siap alat pengobatan

3. Jelaskan kedokteran nuklir dalam pengobatan kanker!


Jawaban : - Pemanfaatan sinar X untuk diagnostik maupun terapi (radioterapi)
- Radioisotop dapat digunakan untuk pengobatan kanker, sebagai contoh
1-131 untuk kanker dan hiperfungsi kelenjar gondok, P-32 untuk
keganasan sel darah merah, dan Sm-153 EDTMP untuk penyebaran
tumor ganas pada tulang.

4. Mengapa orang yang dilakukan radiasi harus dirawat di Rumah Sakit?


Jawaban : - Untuk dilakukan pemantauan terhadap keadaan umum dan efek
samping
- Tubuh pasien yang mendapatkan terapi radiasi akan mengandung radiasi,
sehingga pasien perlu diisolasi untuk mencegah penyebaran radiasi

5. Jelaskan pembesaran kelenjar getah bening leher berdasarkan asal


kanker!
Jawaban :
a. Preaurikula : umumnya disebabkan oleh tumor primer dari kelenjar parotis atau
metastasis tumor ganas dari kulit muka, kepala dan telinga homolateral.
b. Servikal superior posterior : berasal dari tumor ganas di nasofaring, orofaring
dan bagian posterior sinus maksila.
c. Submental : dapat berasal dari tumor ganas di kulit hidung atau bibir, atau dasar
mulut bagian anterior.
d. Submandibula : dapat disebabkan oleh tumor primer pada kelenjar
submandibula atau metastasis tumor yang berasal dari kulit muka homolateral,
bibir, rongga mulut atau sinus paranasal.
e. Jugularis interna superior : tumor ganas di rongga mulut, orofaring posterior,
nasofaring, dasar lidah atau laring.
f. Jugularis media : tumor primer pada laring, hipofaring atau tiroid.
g. Jugularis bagian bawah : tumor pada subglotis, laring tiroid atau esofagus
bagian servikal.
h. Suboksipital : metastasis tumor yang berasal dari kulit kepala bagian posterior
atau tumor primer di aurikula.
i. Supraklavikula : tumor primer di infraklavikula, tumor esofagus bagian servikal
atau tumor tiroid.
Gambar 3. Metastasis Tumor Servikal

Anda mungkin juga menyukai