Oleh :
Nim : 2108436706
Pembimbing :
PEKANBARU
2021
NODUL PITA SUARA
I. DEFINISI
Nodul pita suara adalah lesi mukosa jinak pada pita suara bilateral dengan
ukuran bervariasi yang ditemukan pada bagian tengah membran pita suara. Nodul
ini memiliki karakteristik berupa penebalan epitel dengan tingkatan reaksi inflamasi
yang berbeda pada lapisan superfisial lamina propia. 1
II. ANATOMI
1
Gambar 1 . Gambar laring dan pita suara 2
III. EPIDEMIOLOGI
Nodul pita suara umumnya terjadi pada anak laki-laki yang aktif dan suka
berteriak dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1. Pada dewasa nodul
pita suara sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Lesi biasanya
berasal dari trauma pada mukosa pita suara yang tertekan saat vibrasi yang
berlebihan. Prevalensi nodul pita suara pada populasi umumnya tidak diketahui
pasti tetapi telah dilaporkan bahwa hal ini menyebabkan suara serak pada
23,4% anak-anak, 0,5-1,3% pasien klinik THT dan 6% pasien klinik phoniatric.
Pada sebuah studi, prevalensi yang ditemukan adalah 43% dari 218 kasus
disfonia dari 1046 guru wanita di Spanyol. Para guru rata-rata berbicara selama 102
menit per 8 jam. Pada penyanyi yang bersuara serak, 25% mengalami nodul
pita suara.3
2
IV. ETIOLOGI
V. PATOFISIOLOGI
Nodul pita suara disebabkan oleh penggunaan suara yang salah yaitu bicara
yang terlalu keras ,terlalu lama atau terlalu tinggi. Lesi terjadi pada pertemuan 1/3
anterior dan 2/3 posterior dari tepi bebas pita suara yaitu pada tengah atau pusat
dari pita suara. Sebagai akibat trauma mekanis ini akan timbul reaksi radang.
Kemudian terjadi perubahan-perubahan yang selanjutnya menimbulkan penebalan,
pengerasan setempat yang akhirnya membentuk nodul. Nodul ini yang
menghalangi kedua pita suara saling merapat pada waktu fonasi sehingga timbul
gangguan suara (parau). Nodul ini pada awalnya masih “reversible” artinya bisa
pulih kembali jika diperbaiki dengan cara bicaranya yang benar dengan bantuan
binawicara (speechtherapy). Tapi jika nodulnya sudah lama dan permanen maka
diperlukan operasi bedah laring mikroskopis. Nodul dapat terjadi secara bilateral
dan simetris pada pertemuan sepertiga anterior dan dua pertiga posterior pita suara.
Pada daerah ini terjadi kerja maksimal yang membebani pita suara seperti aktivitas
berteriak dan bernyanyi. Lesi biasanya berasal dari trauma pada mukosa pita
suara sewaktu vibrasi yang berlebihan dan dijumpai adanya daerah penebalan
mukosa yang terletak pada pita suara. Nodul berkembang sebagai penebalan
hiperplastik dari epitelium karena vocal abuse. Pada tepi bebas pita suara, terdapat
3
ruang potensial subepitel (Reinke’s Space) yang mengalami peningkatan
vaskularisasi subepitel berkembang, menghasilkan pelebaran pembuluh darah,
penipisan endotel, dan peningkatan fenestra, menyebabkan peningkatan
permeabilitas vaskular yang mudah diinfiltrasi oleh cairan edema atau darah,
dan mungkin inilah yang terjadi pada lesi yang disebabkan oleh trauma akibat
penggunaan suara berlebih. Karena nodul merupakan reaksi inflamasi terhadap
trauma mekanis, terlihat perubahan inflamasi yang progresif. Nodul yang
baru biasanya lunak dan berwarna merah. Ditutupi oleh epitel skuamosa dan
stroma di bawahnya mengalami edema serta memperlihatkan peningkatan
vaskularisasi, dilatasi pembuluh darah dan pendarahan sehingga menimbulkan
nodul polipoid dalam berbagai tingkat pembentukan. Jika trauma atau
penyalahgunaan suara ini berlanjut, maka nodul menjadi lebih matang dan
lebih keras karena mengalami fibrosis dan hialinisasi. Nodul yang matang
seperti pada penyanyi profesional tampak pucat dan fibrotik. Epitel permukaannya
menjadi tebal dan timbul keratosis, akantosis, dan parakeratosis. Nodul yang
fibrotik dan matang jarang ditemukan pada anak-anak dan biasanya ditemukan
terlambat.5,6
VI. DIAGNOSIS
4
Gambar 2. Laringoskop indirek dan laringoskop direk7
5
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Laringitis kronis non spesifik yaitu kelainan radang kronis sering mengenai
mukosa laring dan menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi ada salah satu atau lebih
penyebab iritasi laring yang menetap, seperti penggunaan suara yang
berlebihan, bahan yang dihirup seperti asap rokok dan asap industri.
2. Polip pita suara yaitu juga mengeluhkan keluhan suara serak hingga afoni.
Bila polip menonjol di antara pita suara, pasien merasakan ada sesuatu yang
menganggu di tenggorokannya.
3. Papiloma laring merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak yang
memiliki gejala suara serak disertai dengan tangis yang lemah. Papiloma
dapat membesar sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas yang
mengakibatkan sesak dan stridor sehingga memerlukan trakeostomi.
4. Keratosis laring yaitu penyakit dengan gejala suara serak persisten, rasa
mengganjal di tenggorokan tetapi tanpa rasa sakit dan disfagia. Pada
keratosis laring terjadi penebalan epitel.
5. Pachydemia laring yang merupakan suatu pembentukan hiperplasia lokal
dari epitel pada pita suara yang terjadi akibat proses yang kronik. Lesi
bersifat bilateral simetris dan daerah yang terkena pada posterior suara dan
interaritenoid. Gejala yang ditimbulkan adalah serak yang kronis, rasa
kering dan batuk. Masa bilateral pada pita suara dan interaritenoid dengan
benjolan kemerahan.
1. Istirahat suara
Merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk
suara. Pasien di instruksikan untuk tidak berbicara selama 4 hari.
6
2. Eksisi mikrolaring
Nodul yang terbentuk adalah nodul fibrotik, nodul besar dan dicurigai
keganasan. Nodul yang sudah matur juga bisa diangkat dengan laser CO2
menggunakan teknik shaving. hal ini dilakukan jika terdapat beberapa keadaan
seperti nodul pita suara dicurigai terjadi pada anak dan ketidak patuhan penderita
dalam menjalani pemeriksaan. Pada dewasa jika ekstirpasi nodul memang
diinginkan dan jika diagnosis masih samar. Pasca tindakan penderita harus
istirahat suara total, sekurang-kurangnya seminggu, sebaiknya 2 minggu.
3. Terapi Operatif
Terapi dengan pengangkatan nodul dengan menggunakan tehnik
microdissection. Kemudian, setelah operasi pasien diminta untuk istirahat berbicara
selama 4 hari dan pada awal hari ke4 pasien diperbolehkan menggunakan suara
secara perlahan-lahan di bawah supervisi ahli terapi wicara.
IX. PROGNOSIS
7
DAFTAR PUSTAKA
8
10. Garcia RT, Garcia RA, Diaz RT, Canizo FRA. The outcome of hydration in
functional dysphonia. An Otorrinolaringol Ibero Am 2002;29(4):377-391.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12462931/
11. Benninger MS. Vocal cord nodule in current diagnosis and treatment
otolaryngology head & neck surgery second edition. 2002.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3884536/
12. Koufman J A, Belafsky P C. Unilateral or localized Reinke's edema
(pseudocyst) as a manifestation of vocal fold paresis: the paresis podule.
National of library medicine. 2009;111(4):576-580.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1097/00005537-20010400000005