PENDAHULUAN
Bentuk keganasan prostat yang tersering adalah Adenokarsinoma prostat,
bentuk lain yang jarang adalah: sarkoma (0,1-0,2%), karsinoma sel transisional
(1-4%), limfoma dan leukemia.1 Oleh karena itu bila kita membicarakan Kanker
prostat berkonotasi sebagai. Adenokarsinoma prostat
Kanker prostat saat ini merupakan jenis keganasan non-kulit yang terbanyak di
negara barat atau keganasan tersering ke 4 pada pria di seluruh dunia setelah
kanker kulit, paru dan usus besar. 2,3,4,5
Di seluruh dunia, lebih dari 670.000 pria per tahun didiagnosis Kanker
2,3
prostat. Diperkirakan 1 dari 6 pria Amerika Serikat (AS) terkena penyakit ini
selama masa hidupnya, sedangkan di banyak negara Asia dan sedang berkembang
kasus ini tidak banyak, meskipun insidensi tiap negara berbeda tetapi tetap
meningkat.3 Insidensi terendah di Asia (Shanghai) sebesar 1,9 per 100.000
penduduk dan tertinggi di Amerika Utara dan Skandinavia, terutama keturunan
Afro-Amerika sebesar 272 per 100.000 penduduk.4,5,6
Data di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% Kanker prostat ditemukan
pada stadium dini dan regional, dengan angka kesintasan (Survival rate) 5 tahun
mendekati 100%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun yang
lalu, yang hanya mencapai 69%.2 Barnes pada tahun 1969 menemukan angka
kesintasan 10 tahun dan 15 tahun untuk Kanker prostat stadium dini hanya sebesar
50% dan 30%.6 Rasio insidensi terhadap mortalitas sebesar 5.3 pada tahun 2000.7
Angka mortalitas juga berbeda pada tiap negara, yang tertinggi di Swedia (23 per
100.000 penduduk) dan terendah di Asia (<5 per 100.000 penduduk).4
Di Indonesia belum ada data yang pasti, data Globocan tahun 2008 menunjukan
Kanker prostat di Indonesia menempati urutan ke 5.9
Dari data Indonesian Society of Urologic Oncology (ISUO) 2011 selama
periode 2006-2010 terdapat 971 penderita Kanker prostat. Usia rerata 68.3 tahun,
terbanyak pada selang usia 70- 79 tahun sebesar 37.6%. Modalitas diagnostik
yang digunakan terutama biopsi 563 kasus (57.9%). Stadium terbanyak yang
ditemukan adalah stadium 4 berjumlah 490 penderita (50.5%), berturut-turut
stadium 1; 83 (8.5%), 2; 271 (27.9%) dan 3; 28 (2.9%).
Orkhidektomi masih merupakan terapi awal yang paling banyak digunakan, yaitu
sebanyak 307 kasus (31%), obat hormonal 182 (18%), prostatektomi radikal 89
(9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah pemantauan aktif, kemoterapi dan
kombinasi.10
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel urethra
posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan masuk
pada sisi postero lateralis leher vesika. Drainase vena prostat bersifat difus dan
bermuara ke dalam pleksus santorini. Persarafan prostat terutama berasal dari
simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut yang berasal dari nervus sakralis ketiga
dan keempat melalui pleksus sakralis. Drainase limfe prostat ke nodi limfatisi
obturatoria, iliaka eksterna dan presakralis, serta sangat penting dalam
mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat. 15
Dasar dari prostat terletak pada leher kandung kemih dan bagian apeks
pada diafragma urogenital. Fascia Denonvillier merupakan suatu jaringan ikat
tipis yang memisahkan prostat dan vesikel seminal dari rektum posterior. Serabut-
serabut otot skeletal dari diafragma urogenital meluas ke bagian apeks prostat
sampai bagian anterior midprostat. Zona perifer terdiri dari seluruh jaringan
kelenjar prostat pada bagian apeks dan bagian posterior dekat kapsul. Pada zona
ini lebih sering dijumpai carcinoma, prostatitis kronik dan atropi post
inflammatory. Zona sentral merupakan suatu daerah yang berbentuk kerucut
dengan bagian apeks meliputi duktus ejakulasi dan uretra prostatik pada
verumontanum. Zona transisi terdiri dari dua bagian jaringan kelenjar pada
bagian lateral uretra dari bagian tengah kelenjar. Pada zona ini sering terjadi
benign prostatic hyperplasia (BPH). Stroma fibromuskular anterior membentuk
kecembungan kelenjar ini pada bagian permukaan anterior. Bagian apeks dari area
ini kaya dengan otot lurik yang bercampur dengan kelenjar dan otot dari
diafragma pelvis. Menuju bagian basal, lebih dominan otot polos bercampur
dengan serabut-serabut dari leher kandung kemih. Bagian distal dari stroma
fibromuskular anterior penting untuk fungsi voluntary sphincter, sedangkan
bagian proksimal penting untuk fungsi involuntary sphincter. 15
3
Gambar 2.Anatomi zona dari kelenjar prostat yang dideskripsi oleh McNeal (Dikutip dari:
Hammerich KH, Ayala GE, Wheeler TM. Anatomy of the prostate gland and surgical pathology of
prostate cancer. Cambrige University Press, 2009).
Gambaran histologi dari kelenjar prostat terdiri dari duktus kelenjar yang
bercabang-cabang. Kelenjar dan duktus terdiri dari dua lapisan sel yaitu lapisan
sel kolumnar sekresi luminal dan lapisan sel basal. Pada lumen dari kelenjar dan
duktus prostat sering dijumpai massa eosinofilik yang berlapis-lapis (corpora
amylacea) yang lebih umum dijumpai pada laki-laki yang lebih tua. Kapsul
prostat terdiri dari jaringan fibrous yang mengelilingi kelenjar dan merupakan
suatu lapisan yang lebih fibrous dari otot yang terletak di antara stroma prostat
dengan jaringan lemak di luar prostat. 15
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung
kalsium, ion sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin. Selama
pengisian, simpai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas
deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat
menambah jumlah semen lebih banyak lagi. Sifat cairan prostat yang sedikit basa
mungkin penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens
relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan
sebagai akibatnya, akan menghambat fertilisasi sperma. Selain itu, sekret vagina
bersifat asam (pH 3,5−4). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH
sekitarnya meningkat menjadi 6−6,5. Akibatnya, cairan prostat yang sedikit basa
4
mungkin dapat menetralkan sifat asam cairan 12 seminalis lainnya selama
ejakulasi, dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma.15,16
B. Definisi
C. Epidemiologi
Berdasarkan data, rata-rata per tahun penderita kanker prostat yang berobat di
RS Dharmais dan RSCM Jakarta mencapai 30 hingga 60 orang. Ini baru data dari
dua rumah sakit, belum yang lainnya. Ancaman kanker prostat tak hanya
mengintai kaum pria di Indonesia. Kaum pria di Amerika Utara dan Eropa,
terutama di kawasan Skandinavia bahkan tercatat memiliki angka tertinggi untuk
penderita kanker prostat. Bahkan di Amerika Utara, penyakit kanker prostat
menjadi penyakit kanker pembunuh tertinggi bagi para pria Afro Amerika di sana.
Berdasarkan hasil penelitian para pakar urologi, setiap pria di dunia berpotensi
terkena penyakit prostat. Mulai dari pembengkakan ringan pada kelenjar prostat
sampai dengan serangan kanker prostat. Setiap pria memang memiliki resiko
terkena penyakit prostat. Bagi pria, penyakit prostat dipicu oleh hormon
testosteron yang diproduksi testis pria. Makin tua usia pria, hormon ini berubah
menjadi dihydrotestosteron yang mempengaruhi perkembangan sel prostat hingga
kelenjar prostat tumbuh menjadi besar. Jumlah kanker prostat sangat bervariasi di
5
dunia. Namun jarang terjadi di Asia Timur dan Selatan; sering terjadi di Eropa
dan Amerika Serikat. Menurut American Cancer Society, kanker prostat paling
jarang di pria Asia dan paling sering terjadi di orang hitam, dan orang Eropa di
tengahnya.17
D. Etiologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma prostat
adalah:
6
(5) infeksi.
Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari binatang,
daging merah (red meat), dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat.
Beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan insiden kanker prostat, di antaranya
adalah vitamin A, beta karoten, isoflavon atau fitoestrogen yang banyak terdapat
pada kedelai, likofen (antioksidan karotenoid yang banyak terdapat pada tomat),
selenium (terdapat pada ikan laut, daging, biji-bijian), dan vitamin E. Kebiasaan
merokok dan paparan bahan kimia Cadmium (Cd) yang banyak terdapat pada alat
listrik dan baterai berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat. Kebiasaan
seksual memiliki hubungan dengan kanker prostat diakibatkan oleh berhubungan
seksual sebelum umur yang matang, jumlah partner seksual, dan partner seksual
yang terinfeksi human papiloma virus dan kanker serviks.18,19
E. Patogenesis
Kemungkinan tahapan patogenesis kanker adalah: kelenjar prostat
normal PIN (Prostat Intraepitelial Neoplasia) karsinoma prostat
karsinoma prostat stadium lanjut karsinoma prostat matastasis HRPC
(Hormon Refractory Prostat Cancer).
7
Munculnya kanker prostate secara laten pada usia tua banyak terjadi.
Sepuluh persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker prostate dan tidak
bergejala, pertumbuhan dari kanker prostate asimptomatis yang kebetulan
ditemukan lamban sekali.Keganasan prostate 90% biasanya berupa
Adenocarsinoma yang berasal dari kelenjar prostate yang menjadi hipotrofik pada
usia decade kelima sampai ketujuh. Agaknya proses menjadi ganas sudah mulai
pada jaringan prostate yang masih muda. Karsinoma prostate paling sering terjadi
pada zona perifer (75%).18,19,20
Dengan berkembangnya tumor dapat terjadi perluasan langsung ke
urethra, leher kandung kemih, dan vesikula seminalis. Karsinoma prostate dapat
juga menyebar melalui jalur limfatik dan hematogen. Secara berturut tempat yang
paling sering dari metastasis melalui jalur hematogen melalui v.vertebralis adalah
ke tulang-tulang pelvis, vertebra lumbalis, femur, vertebra torasika, dan kosta.
Metastasis ini lebih sering osteoklastik (menyerap tulang) daripada osteoblastik
(membentuk tulang). Pada osteokalstik jaringan tulang diganti jaringan tumor oleh
infiltrasi dan pertumbuhan tumor, sementara pada osteoblastik, tumornya justru
merangsang sel-sel pembentuk tulang di sekitarnya untuk membentuk tulang
ekstra yang jelas dapat dilihat pada foto roentgen.18,19,20
Penyebaran limfogen dapat ditemukan dikelenjar limfe di panggul kecil
dan lewat samping pembuluh darah besar keatas lewat samping dinding perut
belakang (kelenjar limfe retroperitoneal atas).agak jarang tumor ini menyebar ke
sum-sum tulang dan visera, khususnya hati dan paru. Tingkat penyebaran
karsinoma prostate yang lazim dipakai didasarkan pada system tingkat penyebaran
“American Urological Assosiation” (AUA) dan TNM.18,19,20
Prostatic intraepithelial neoplasia (PIN) merupakan proliferasi epitel yang
atipikal pada duktus dan kelenjar prostat. Suatu kelenjar PIN memiliki arsitektur
yang jinak, tetapi dibatasi oleh sel-sel yang secara sitologi atipik. PIN dibagi atas
low grade (LGPIN) dan high grade (HGPIN) berdasarkan derajat atipia selnya.
Tidak terbukti adanya hubungan antara LGPIN dengan adenokarsinoma prostat,
tetapi HGPIN memiliki hubungan erat dengan adenokarsinoma prostat dan
merupakan lesi precursornya.18,19,20
8
Pada sekitar 80% kasus, jaringan prostat yang diambil karena karsinoma
mungkin menunjukkan lesi prekursor yang disebut dengan high grade prostatic
intraepithelial neoplasia (PIN). Lesi ini terdiri dari kelenjar-kelenjar jinak dengan
proliferasi sel-sel yang menunjukkan anaplasia inti. High grade PIN terdiri dari
kelenjar-kelenjar yang terpisah lebih jauh, kelenjar bercabang dengan struktur
papillary. Ini berbeda jauh dengan kanker yang invasif dimana karakteristiknya
adalah kelenjar-kelenjar kecil, tersusun rapat, tepi lumen yang datar (tidak
bercabang). Pada PIN, kelenjar-kelenjarnya dikelilingi oleh lapisan sel-sel basal
dan membran basal yang utuh. 18,19,20
F. Gejala Klinis
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan dan tidak
menimbulkan gejala sampai kanker telah mencapai stadium lanjut. Kadang
gejalanya menyerupai BPH, yaitu berupa kesulitan dalam berkemih dan sering
berkemih. Gejala tersebut timbul karena kanker menyebabkan penyumbatan
parsial pada aliran air kemih melalui uretra. Kanker prostat bisa menyebabkan air
kemih berwarna merah (karena mengandung darah) atau menyebabkan terjadinya
penahanan air kemih mendadak. Pada beberapa kasus, kanker prostat baru
terdiagnosis setelah menyebar ke tulang (terutama tulang panggul, iga dan tulang
belakang) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal). Kanker tulang menimbulkan
nyeri dan tulang menjadi rapuh sehingga mudah mengalami fraktur (patah tulang).
Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami anemia. Kanker
prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan kejang serta gejala mental
atau neurologis lainnya. Gejala lainnya adalah:20,21 segera setelah berkemih,
biasanya air kemih masih menetes
Nyeri ketika berkemih
Nyeri ketika ejakulasi
Nyeri punggung bagian bawah
Nyeri ketika buang air besar
Nokturia (berkemih pada malam hari)
Inkontinensia urin
9
Nyeri tulang atau tulang nyeri jika ditekan
Hematuria (darah dalam air kemih)
Nyeri perut
Penurunan berat badan.
G. Langkah Diagnostik
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan
meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur patologis
ataupun penekanan sumsum tulang.
Untuk itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun, sedangkan yang
mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu
40 tahun.
Pemeriksaan utama dalam menegakkan Kanker prostat adalah anamnesis
perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi
transrektal/ transabdominal. Diagnosa pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat
atau spesimen operasi berupa adenokarsinoma.
Selain itu pemeriksaan histopatologis akan menentukan derajat dan
penyebaran tumor.
1. Pemeriksaan colok dubur
Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat
dideteksi dengan colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat
kecurigaan dari colok dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol,
maka kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas
persen dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur
saja, dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok
dubur dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30%.22
10
3. Transrectal ultrasonography (TRUS) dan biopi prostat
Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak akan selalu
terlihat.5 Gray- scale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker prostat
secara adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak perlu digantikan dengan biopsi
area yang dicurigai. Namun biopsi daerah yang dicurigai sebagai tambahan dapat
menjadi informasi yang berguna.
a. Indikasi biopsi
Tindakan biopsi prostat sebaiknya ditentukan berdasarkan kadar PSA,
kecurigaan pada pemeriksaan colok dubur atau temuan metastasis yang diduga
dari Kanker prostat Sangat dianjurkan bila biopsi prostat dengan guided
TRUS,6,7 bila tidak mempunyai TRUS dapat dilakukan biopsi transrektal
menggunakan jarum trucut dengan bimbingan jari. Untuk melakukan biopsi,
lokasi untuk mengambil sampel harus diarahkan ke lateral.
Jumlah Core dianjurkan sebanyak 10-12. Core tambahan dapat diambil dari
daerah yang dicurigai pada colok dubur atau TRUS. Tingkat komplikasi biopsi
prostat rendah. Komplikasi minor termasuk makrohematuria dan hematospermia.
Infeksi berat setelah prosedur dilaporkan <1 % kasus.
b. Biopsi Ulang
Indikasi Biopsi Ulang :
PSA yang meningkat dan atau menetap pada pemeriksaan ulang setelah 6
bulan
Kecurigaan dari colok dubur
Proliferasi sel asinar kecil yang atipik (ASAP)
High Grade Prostatic intraepithelial (PIN) lebih dari satu core
Penentuan waktu yang optimal untuk biopsi ulang adalah 3-6 bulan.
c. TURP
Penggunaan TURP diagnostik untuk biopsi adalah tidak dianjurkan.
Tingkat deteksinya tidak lebih baik dari 8% dan merupakan prosedur yang tidak
adekuat untuk mendeteksi kanker.
d. Antibiotik
Penggunaan antibiotik oral atau intravena pra-biopsi merupakan
keharusan dengan menggunakkan golongan Kuinolon atau Sefalosporin.
e. Anestesi
Pemberian anestesi sangat dianjurkan. Pemilihan jenis anestesi berupa obat
oral, supposutoria, anestesi umum ataupun anestesi blok peri-prostatik dengan
guided TRUS tergantung dari pilihan operator, fasilitas dan pilihan/kondisi
penderita.18,19,20,21 Pemberian gel Lidokain 2% sebelum dimasukkannya probe akan
menurunkan rasa nyeri di daerah sfingter ani penderita
11
Temuan colok dubur yang tidak normal atau peningkatan serum PSA dapat mengindikasikan
Kanker prostat.
Diagnosis dari Kanker prostat bergantung pada konfirmasi histopatologi.
Biopsi guided Ultrasonografi transrektal (TRUS) adalah metode yang direkomendasikan,
minimal 10-12 core, diarahkan ke lateral.
Biopsi ulang dikerjakan pada kasus yang tetap dicurigai Kanker prostat (colok dubur tidak
normal, peningkatan PSA atau penemuan histopatologi yang diduga keganasan pada biopsi
awal).
Anastesi dalam berbagai cara sangat dianjurkan.
Simpulan panduan diagnosis Kanker prostat
H. Klasifikasi Histologic Dan Stadium
Penentuan diagnosis utama dari Kanker prostat dengan colok dubur,
pengukuran PSA, biopsi prostat dan sidik tulang, ditambah dengan CT atau MRI
dan foto foto thorak.
1. Derajat Keganasan
Derajat Adenokarsinoma prostat dengan sistem skor Gleason (modifikasi).
Skor Gleason adalah salah satu parameter yang memperkirakan adanya risiko
rekurensi setelah prostatektomi.
2. Skor Gleason adalah penjumlahan dari derajat Gleason (Gleason grade)
yang paling dominan dan kedua yang paling dominan.1 Pengelompokan
skor Gleason terdiri dari Diferensiasi baik ≤ 6, sedang/moderat 7 dan buruk
(8-10).
3. Stadium
Sistem staging yang digunakan untuk Kankerprostat adalah
menurut AJCC (American Joint Committee on Cancer) 2010 / sistem TNM 2009.
12
Catatan :
* Tumor ditemukan pada satu atau dua lobus dengan biopsi jarum akan tetapi
tidak teraba atau terlihat dengan pencitraan yang ada diklasifikasikan sebagai
T1c.
**Tumor yang menginvasi apeks prostat atau ke kapsul akan tetapi tidak
menembus, tidak diklasifikasikan sebagai T3 akan tetapi T2.
*** Bila lebih dari satu tempat metastasis, dikategorikan sebagai metastasis
paling tinggi stadiumnya; M1c adalah tingkatan tertinggi.
13
Pengelompokan Stadium (AJCC 2010)2
Penjelasan
1. Stadium T
Penentuan stadium klinis cT dapat ditentukan dengan colok dubur.3 Bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan CT/MRI.
2. Stadium N
Penentuan stadium N hanya dikerjakan bila akan berpengaruh terhadap
keputusan terapi. Hal ini biasanya pada kasus penderita yang direncanakan terapi
kuratif.6
Cara terbaik untuk menentukan stadium N adalah dengan
limfadenektomi, teknik yang digunakan adalah operasi terbuka ataupun
laparoskopik.7
3. Stadium M
Metode sidik tulang paling sensitif untuk mendiagnosis metastasis
tulang, bila tidak ada fasilitas pemerikaan tsb dapat dicari dengan penilaian klinis,
CT Scan, alkali fosfatase serum dan bone survey.
Peningkatan kadar alkali fosfatase mengindikasikan adanya metastasis
tulang pada 70% penderita.10 Pengukuran alkali fosfatase dan PSA secara
bersamaan akan meningkatkan efektivitas penilaian klinis sebesar 98%.11
14
Selain ke tulang, Kanker prostat dapat bermetastasis ke organ lain
umumnya ke KGB jauh, paru-paru, hepar, otak dan kulit. Pemeriksaan fisik, foto
thoraks, ultrasonografi, CT dan MRI adalah metode yang digunakan, terutama
bila gejala menunjukkan adanya kemungkinan metastasis ke jaringan lunak.
Pemeriksaan sidik tulang tidak perlu pada penderita asimptomatik, PSA kurang
dari 20 ng/mL dan berdiferensiasi baik atau moderat.
4. Faktor Prognostik
Faktor prognostik dan prediksi pada Kanker prostat dapat dinilai dari aspek:
Stadium TNM, kadar PSA dan skor Gleason. Tabel Partin (John Hopkins
University: 7n9j
Prediksi bebas progresi, harapan hidup. Tabel Kattan (Memorial Sloan-
Kettering Cancer Center: http://nomograms.mskcc.org/prostate/index.aspx)
Prediksi rekuren sebelum dan sesudah operasi. Tabel Han (John Hopkins
University: http://urology.jhu.edu/prostate/hanTables.php)
Stadium lokal (stadium T) dari Kanker prostat didasarkan pada penemuan colok dubur dan
mungkin CT/MRI. Informasi selanjutnya didapatkan dari jumlah dan lokasi positif pada biopsi
prostat, derajat tumor dan kadar PSA.
MRI menunjukkan tingkat akurasi yang lebih baik.
Stadium N hanya penting diketahui bila akan direncanakan terapi kuratif. Limfadenektomi
merupakan baku emas untuk penentuan stadium N.
Penentuan metastasis ke tulang (stadium M) paling baik dengan sidik tulang. Hal ini tidak
diindikasikan pada penderita yang asimtomatik dengan PSA < 20 ng/mL pada tumor yang
berdiferensiasi baik atau moderat dengan asumsi penderita tidak ada metastasis tulang.
15
BAB III
PENATALAKSANAAN
diagnosis. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat diagnosis
belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu
17
terapi hormon lini kedua, termasuk penghentian anti-androgen, estrogen dan
kortikosteroid. Sedangkan HRPC adalah resisten terhadap semua tindakan
hormonal.
Untuk menegakkan diagnosis kanker prostat refrakter hormon, harus
memenuhi kriteria di bawah ini:
Peningkatan PSA atau peningkatan lesi tulang atau jaringan lunak
walaupun sudah diberikan terapi hormonal sekunder dan Antiandrogen
withdrawal minimal 4 minggu dimana kadar testosteron serum telah
mencapai ambang kastrasi (< 20ng/dL).
Penatalaksanaan Kemoterapi (Cytotoxic Therapy)
1. Pada penderita yang hanya mengalami peningkatan PSA, maka 2 kali
peningkatan PSA berturut-turut di atas batas kadar nadir yang sebelumnya
harus diketahui.
2. Sebelum pengobatan, kadar PSA serum harus di atas > 5 ng/mL untuk
memastikan interpretasi efek pengobatan secara pasti.
3. Keuntungan dan efek samping pengobatan sitotoksik harus didiskusikan
dengan setiap individu penderita.
4. Pada penderita dengen metastasis HRPC, dan kandidat untuk terapi
sitotoksik, docetaxel 75 mg/m2 + Prednison 3x 10mg/hari dengan interval 3
minggu sampai 6 siklus. Terapi ini memberikan keuntungan survival yang
bermakna.
18
19
4. Pemantauan
Pemantauan pasca terapi Kanker prostat perlu dilakukan sebagai
bagian dari penatalaksanaan penderita yang baik dan bertanggung jawab.
Pemantauan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi masing-
masing penderita.22
Secara umum, pemantauan penderita Kanker prostat dapat dibagi
menjadi:
1. Pemantauan setelah terapi kuratif
2. Pemantauan setelah terapi hormonal
Terapi kuratif meliputi operasi prostatektomi radikal atau
radioterapi, baik EBRT atau Brakiterapi permanen, atau kombinasi
keduanya. Terapi hormonal diberikan pada penderita dengan metastasis
atau stadium lanjut lokal (locally advanced). Kegagalan biokimia pada
penderita tersebut seringkali berhubungan dengan progresi simtomatis
yang cepat. Oleh sebab itu, pemantauan diperlukan untuk mendeteksi
progresi secara dini.
o Pemantauan setelah terapi kuratif
Rekurensi dapat terjadi pada setiap saat setelah terapi kuratif. Oleh
karena itu tindakan pemantauan diperlukan mengingat beberapa hal berikut:1
Adanya kemungkinan terapi lini kedua dengan tujuan kuratif jika terjadi
kegagalan terapi lini pertama.
Adanya kemungkinan terapi hormonal dini.
Pemeriksaan yang secara rutin digunakan untuk mendeteksi progresi
atau residual Kanker prostat adalah pemeriksaan fisik (termasuk colok
dubur) dan kadar PSA. Anamnesis spesifik juga perlu dilakukan, meliputi
aspek psikologis, tanda-tanda progresi penyakit, dan komplikasi terkait
terapi
a. Pasca prostatektomi radikal
Progresi PSA didefinisikan sebagai peningkatan kadar PSA lebih
dari 0.2 ng/ml pada dua kali pengukuran berturut-turut.2,3
Pemantauan PSA direkomendasikan pada bulan ke 3, 6, dan 12 pasca
terapi, setiap 6 bulan sampai 3 tahun, dan selanjutnya sekali setahun.
Pemantauan yang dilakukan selain PSA adalah atas indikasi seperti:colok
dubur, TRUS- biopsi, sidik tulang, CT/MRI.
b. Pasca EBRT
Progresi PSA didefinisikan sebagai peningkatan kadar PSA
sebesar 2 ng/ml di atas kadar PSA nadir pasca terapi.4 Pemantauan
20
PSA direkomendasikan pada bulan ke 3, 6, dan 12 pasca terapi, setiap
6 bulan sampai 3 tahun, dan selanjutnya sekali setahun.
c. Simpulan panduan untuk pemantauan pasca terapi kuratif
Pada penderita asimtomatis, anamnesis spesifik, colok dubur, dan pengukuran kadar PSA
merupakan pemeriksaan yang direkomendasikan pada setiap kunjungan. Kunjungan rutin
dilakukan pada bulan ke-3, 6, dan 12 pasca terapi, setiap 6 bulan sampai 3 tahun, dan
selanjutnya sekali setahun.
Pasca prostatektomi radikal, peningkatan kadar PSA serum > 0.2 ng/ml dapat berkaitan
dengan terjadinya rekurensi atau residu tumor.
Pasca terapi radiasi, peningkatan PSA sebesar 2 ng/ml di atas PSA nadir, adalah tanda adanya
rekurensi atau tumor yang persisten
Terabanya nodul pada colok dubur dan peningkatan kadar PSA dapat merupakan tanda
adanya rekurensi lokal
Pemeriksaan TRUS – biopsy, CT/MRI, sidik tulang dikerjakan bila ada indikasi.
Metastasis dapat dideteksi dengan CT scan/MRI pelvis atau sidik tulang. Pada penderita
asimtomatis, PSA <20 ng/ml pemeriksaan ini tidak perlu dilakukan.
Penderita dengan nyeri tulang perlu menjalani sidik tulang, tanpa melihat kadar PSA.
21
Simpulan panduan pemantauan pasca terapi hormonal
Penderita harus dievaluasi minimal pada bulan ke 3-6 setelah terapi hormonal dimulai.
Pemeriksaan kadar PSA, testosteron serum, dan evaluasi gejala untuk menilai respons terapi
dan efek samping yang mungkin timbul.
Jika penderita menjalani IAD (Intermitten Androgen Deprivation), pengukuran PSA dan
testosteron sedikitnya dipantau setiap 3 bulan selama terapi dihentikan.
Jika progresi penyakit terjadi atau jika respons terapi tidak adekuat, pemantauan harus
disesuaikan.
Kontrol nyeri
Pada penderita Kanker prostat lanjut nyeri akan dirasakan terutama di
daerah tulang yang termetastasis, pelvis. Terapi yang dapat digunakan:
bifosfonat (asam Zoledronat), analgetik (parasetamol sampai opioid) dan
radiasi lokal
22
ginjal bila tidak ditangani. Pada kasus tertentu dapat dilakukan pemasangan
kateter, sistostomi maupun stent uretra. Tidak sedikit penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang disebabkan sumbatan ureter karena ekstensi
kanker ke trigonum, pemasangan nefrostomi perkutan dianjurkan.
Kompresi medulla spinalis
Sepuluh persen penderita HRPC mengalami kompresi medulla
spinalis. Terapi yang disarankan berupa stabilisasi tulang belakang baik bedah
maupun non bedah, pemberian kortikosteroid dan radiasi.
Limfedema
Limfedema dapat menimbulkan nyeri dan mudah terinfeksi. Edema
penis dan skrotum menyebabkan keterbatasan penderita untuk berdiri maupun
berkemih. Edema pada tungkai bawah dapat diterapi dengan drainase manual
(tungkai ditinggikan), pemasangan balutan elastik.
B. Metastatic Castration-Resistant Prostate Cancer (mCRPC).
Castration-resistant prostate cancer (CRPC) adalah salah satu bentuk dari kanker
prostat lanjut. Dengan CRPC, kanker tidak lagi sepenuhnya menangani
perawatan yang menurunkan testosteron seperti PSA yang meningkat (khusus
prostat antigen), bahkan dengan tingkat testosteron yang rendah. Dengan
Metastatic CRPC (mCRPC), pengobatan hormon, dapat menyebar ke kelenjar
getah bening di dekatnya, tulang, kandung kemih, rektum, hati, paru-paru, dan
mungkin otak. Gejala mCRPC asimptomatik. Jika ada gejala dari mCRPC,
tergantung pada ukuran tipe tumor dan dimana kanker telah menyebar. Tanda-
tanda mCRPC meliputi:23
• Kesulitan buang air kecil
• Nyeri saat buang air kecil atau darah dalam urin
• Merasa lebih lelah atau lebih lemah dari biasanya
• Penurunan berat badan
• Sesak napas
• Sakit tulang
perbedaan mCRPC dengan jenis tipe Kanker prostat
Kanker prostat dimulai sebagai localized prostate cancer. Hanya ditemukan di
prostat dan pembedahan atau radiasi dapat digunakan untuk mengobati kanker.
Terkadang hormon terapi mungkin juga digunakan. Seiring kemajuan, mungkin
ada biochemical, yang berarti kenaikan level PSA. Kemudian berkembang
menjadi CRPC non-metastasis. Pada Non-Metastatic Castration-Resistant Prostate
Cancer (nmCRPC), kanker tumbuh setelah pengobatan hormon. Pemindaian
23
mungkin menunjukkan bahwa itu belum menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dalam bentuk stadium lanjut kanker prostat, menjadi metastasis dan menyebar di
luar prostat ke bagian lain tubuh. Dengan Metastatic Castration-Resistant
Prostate Cancer (mCRPC), terapi hormon tidak lagi menghentikan pertumbuhan
kanker.
o Pengobatan mCRPC
24
C. Metastatic Hormone-Sensitive Prostate Cancer (mHSPC)
25
kemudian ditanyakan apakah docetaxel akan memberikan manfaat yang
proporsional dan serupa dengan kelangsungan hidup jika digunakan lebih awal
dalam spektrum penyakit. Setelah uji coba ini, penambahan docetaxel ke ADT
menjadi SOC untuk mHSPC di pria yang cukup sehat untuk menerima ini terapi
dan terutama pada pasien penyakit metastasis. Namun, ada kekhawatiran tentang
profil toksisitas dari rejimen ini dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup.
terutama dalam kaitannya dengan kejadian febrile neutropenia (FN) Pada 2015,
uji coba CHAARTED pada pria dengan mHSPC.25 Percobaan ini diacak 790 pria
dengan mHSPC untuk menerima ADT + docetaxel (75 mg / m2 setiap 3 minggu
selama enam siklus) (ADT-DOCE) atau ADT saja, dengan OS sebagai titik akhir
5. Setelah tindak lanjut rata-rata selama 28,9 bulan , kelangsungan hidup
keseluruhan rata-rata adalah 13,6 bulan lebih lama dengan ADT-DOCE
dibandingkan dengan ADT saja (57,6 bulan vs 44,0 bulan; HR 0,61; 95% CI 0,47-
0,80). Lebih lanjut, waktu median untuk perkembangan biokimia, gejala, atau
radiografi adalah 20,2 bulan pada kelompok ADT-DOCE, dibandingkan dengan
11,7 bulan pada kelompok ADT saja (HR 0,61, 95% CI 0,51-0,72). Uji coba ini
mengantarkan ke praktik klinis ADT-DOCE sebagai standar perawatan untuk pria
dengan mHSPC.24
Selama hampir dua tahun, ADT-DOCE adalah SOC untuk pria dengan mHSPC.
Namun, pada tahun 2017, dua RCT fase III yang besar melaporkan hasil yang
menggabungkan ADT + abiraterone acetate + prednisone (ADT-ABI) pada
populasi ini, menambahkan opsi terapeutik tambahan ke repertoar klinis.
LATITUDE adalah uji coba internasional yang mengevaluasi ADT-ABI
dibandingkan untuk ADT saja di antara pria dengan mHSPC risiko tinggi. Risiko
tinggi didefinisikan sebagai memenuhi setidaknya dua dari tiga kriteria:25
26
atau ADT + plasebo (n = 602). Titik akhir co-primer adalah OS dan
kelangsungan hidup bebas perkembangan radiografi (rPFS). Titik akhir
sekunder termasuk waktu untuk perkembangan nyeri, perkembangan
PSA, peristiwa kerangka bergejala berikutnya, kemoterapi, dan terapi
kanker prostat berikutnya. Selama median tindak lanjut selama 30,4
bulan, pasien yang diobati dengan ADT-ABI mengalami penurunan
risiko kematian sebesar 38% (HR 0,62, 95% CI 0,51-0,76)
dibandingkan dengan ADT + plasebo. Median OS belum tercapai pada
kelompok ADT-ABI, dibandingkan dengan 34,7 bulan pada kelompok
ADT + plasebo. Ada juga risiko 53% penurunan perkembangan
radiografi atau kematian untuk pasien yang diobati dengan ADT-ABI
dibandingkan dengan ADT saja (HR 0,47, 95% CI 0,39-0,55). Selain
itu, ada peningkatan yang signifikan secara statistik di semua titik
akhir sekunder untuk ADT-ABI:
3. Waktu untuk kejadian kerangka bergejala berikutnya (HR 0,70, 95% CI 0,54-
0,92)
5. Waktu untuk terapi kanker prostat selanjutnya (HR 0,42, 95% CI 0,35-0,50)
27
selama ≥2 tahun, n = 957) vs ADT-ABI (1000 mg abiraterone acetate +
prednisone 5 mg sehari, n = 960). 25
28
Berdasarkan hasil ini, abiraterone memperoleh AS Persetujuan Food and Drug
Administration (FDA) pada Februari 2018 untuk pengobatan berisiko tinggi
mHSPC, membantu mengkonsolidasikan gagasan bahwa intervensi sebelumnya
dengan pendekatan berbasis hormon mengarah ke respon awal yang lebih
mendalam dan waktu yang lebih lama untuk resistensi dan perkembangan
penyakit, dengan semua manfaat ini mengarah pada peningkatan kelangsungan
hidup. Strategi ini disajikan sebagai alternatif docetaxel dalam pengaturan
mHSPC, membuka jalan untuk diskusi dan debat tentang kombinasi mana yang
paling efektif, dan untuk siapa.
5. Enzalutamida Di Mhspc
29
hipertensi, terjadi pada 3,3% pasien. Waktu tindak lanjut yang lebih lama
diperlukan untuk menganalisis efek penuh dari kemoterapi di mHSPC yang
diobati dengan docetaxel subset (secara bersamaan atau berurutan), terutama
dalam uji coba ENZAMET, meskipun saat ini tidak ada pembenaran untuk
penggunaan triplet terapi. Pada Desember 2019, FDA menyetujui enzalutamide
untuk pasien di mHSPC pengaturan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
prostat: Tindak lanjut jangka panjang dan faktor prediksi survival.
Indonesian Journal of Cancer 2010;4(2):55- 60.
13. Safriadi F. Karakteristik dan pola penanganan Kanker prostat di RS.
Hasan Sadikin Bandung. Indonesian Journal of Cancer. Inpress.
14. Mahadi EP, Widjanarko S. Penanganan karsinoma prostat di RSUD dr.
Moewardi Surakarta selama Januari 2000-Desember 2006. JURI
2009;16(1):25-28.
15. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi: anatomi sistem urogenitalia. Ed 2. Jakarta:
Sagung Seto; 2009, h.7-8.
16. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system : sistem reproduksi.
Jakarta: EGC; 2011, h.827.
17. Umbas R. Karakteristik dan Penanganan Kanker Prostat di Indonesia ;
Pengamatan Sepuluh Tahun dalam Indonesian Journal of Surgery. Edisi
Khusus Urologi. Vol.33. No.4 2005., IKABI. Jakarta.; 2005. H. 107 – 14.
18. Umbas R, Manuputty D, Sukasaih CL, Ni Made S, Achmad IA, Bowolaksono
et all. Karsinoma Prostat. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim, Karnadirhardja W, Theddeus OH, Rudiman
R. Edisi 3. Jakarta: EG.; 2010.h. 890-9.
19. Shirley OE. Kanker Prostat. Dalam: Kanker Genitourinarius dalam
Keperawatan Onkologi. Editor M.Eny. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2005.h. 141-4.
20. Thompson Am, Trasher JB, Burnett AL, Hagino DC, Michael S, Anthony V
D’Amico, et all. Guideline for the management of clinically localized prostate
cancer. Available at https://www.auanet.org/education/guidelines/prostate-
cancer.cfm . accssed on najuary 12 2016.
21. Sagalowsky.Arthur I. Karsinoma Prostat. In : Harrison Principles of Internal
Medicine. Editor Isselbacher. Kurt J..et all., Volume 4. Jakarta: EGC;
2002.h.. 2070-85.
22. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Guidelines. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Prostat. IAUI. 2011.
23. Urologi Foundation Care. Metastatic Castration-Resistant Prostate Cancer
(mCRPC). 2020. p: 2-6
32
24. Hanan Goldberg, MD, Urologic Oncology Fellow (SUO), University of
Toronto, Princess Margaret Cancer Centre @GoldbergHanan at the 34th
European Association of Urology (EAU 2019) #EAU19 conference in
Barcelona, Spain, March 15-19, 2019.
25. Smith,S. Shamash, J. Metastatic Hormone-Sensitive Prostate Cancer
(mHSPC): Advances and Treatment Strategies in the First-Line Setting.
Cancer Institute, University College London. 2020. P: 2-11
33