BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Karsinoma prostat adalah kanker yang terbentuk di jaringan prostat
(kelenjar dalam sistem reproduksi laki-laki ditemukan di bawah kandung kemih dan
di depan rektum). Karsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan
pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak normal/abnormal
yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada saluran perkemihan
khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga timbul nodul-nodul yang
dapat diraba. Kanker prostat biasanya terjadi pada pria yang lebih tua. Karsinoma
prostat merupakan keganasan yang terbanyak di antara keganasan sistem
urogenitalia pria.1
2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO pada trahun 1998 ada 56 ribu kasus kematian di
Eropa yang diakibatkan oleh kanker prostat. Pada waktu itu belum ada strategi
tindakan preventif, sehingga banyaknya jumlah penderita yang akhirnya
meninggal.
Tumor ini menyerang pasien yang berumur di atas 50 tahun, diantaranya
30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun.
Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun.1
Hal tersebut ditunjukkan dengan perbandingan bahwa 1 dari 9 pada kulit
hitam di Amerika Utara akan menderita kanker prostate, sedangkan pada kulit putih
di Amerika Utara hanya 1 dari 11 orang akan mengidap kanker prostate. Sedangkan
di Asia sendiri masih terhitung rendah. Di Indonesia data di bagian Sub bagian
Urologi, Bagian bedah FKUI, selama periode 1995-1998 ditemukan data-data 17
kasus per tahun. Data dari 13 Fakultas Kedokteran Negeri di Indonesia kanker
prostat termasuk dalam 10 penyakit keganasan tersering pada pria dan menduduki
peringkat ke 2 setelah kanker buli-buli (kandung kemih).2
3
Prostat membentuk tiga buah lobus, yakni dua buah lobus lateralis dan
sebuah lobus medius. Kedua lobus lateralis dihubungkan satu dengan yang lain
disebelah ventral urethra oleh isthmus prostatae yang tidak tampak dari luar. Lobus
medius mempunyai ukuran yang bervariasi, terletak menonjol kedalam urethra pars
kranialis pada permukaan posterior dan menyebabkan terbentuknya uvula vesicae.
Hipertrophi lobus medius dapat menghalangi pengeluaran urin. 3
4
60 – 70% berasal dari zona perifer, 10 – 20% dari zona transisional dan 5 – 10%
dari zona sentral.6
2.4. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat. Faktor predisposisi
tesebut antara lain : Genetic, ras, usia, riwayat keluarga, diet tinggi lemak, polusi,
hormonal dan aktivitas seksual.7
Kemungkinan untuk menderita kanker prostat menjadi dua kali jika saudara
laki – lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinan naik menjadi lima kali jika
ayah dan saudaranya jua menderita.1
Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari binatang,
daging merah (read meat), dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat.
Beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan insidens kanker prostat, diantaranya
adalah vitamin A, beta karoten, isoflavon, atau fitoestrogen yang banyak terdapat
pada kedelai, likofen (antioksidan karotenoid yang banyak terdapat pada tomat),
selenium (terdapat pada ikan laut, daging, biji - bijian), dan vitamin E. Kebiasaan
merokok dan paparan bahan kimia kadmium (Cd) yang banyak pada alat listrik dan
baterai berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat.1
2.5. Patofisiologi
Munculnya kanker prostate secara laten pada usia tua banyak terjadi.
Sepuluh persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker prostate “diam” dan
tidak bergejala, pertumbuhan dari kanker prostate asimptomatis yang kebetulan
ditemukan lamban sekali. Keganasan prostate 90% biasanya berupa
Adenocarsinoma yang berasal dari kelenjar prostate yang menjadi hipotrofik pada
usia decade kelima sampai ketujuh. Agaknya proses menjadi ganas sudah mulai
pada jaringan prostate yang masih muda. Karsinoma prostate paling sering terjadi
pada zona perifer (75%).8
Dengan berkembangnya tumor dapat terjadi perluasan langsung ke urethra,
leher kandung kemih, dan vesikula seminalis. Karsinoma prostate dapat juga
6
menyebar melalui jalur limfatik dan hematogen. Secara berturut tempat yang paling
sering dari metastasis melalui jalur hematogen melalui v.vertebralis adalah ke
tulang-tulang pelvis, vertebra lumbalis, femur, vertebra torasika, dan kosta.
Metastasis ini lebih sering osteoklastik (menyerap tulang) daripada osteoblastik
(membentuk tulang). Pada osteokalstik jaringan tulang diganti jaringan tumor oleh
infiltrasi dan pertumbuhan tumor, sementara pada osteoblastik, tumornya justru
merangsang sel-sel pembentuk tulang di sekitarnya untuk membentuk tulang ekstra
yang jelas dapat dilihat pada foto roentgen.9
Penyebaran limfogen dapat ditemukan dikelenjar limfe di panggul kecil dan
lewat samping pembuluh darah besar keatas lewat samping dinding perut belakang
(kelenjar limfe retroperitoneal atas). Agak jarang tumor ini menyebar ke sum-sum
tulang dan visera, khususnya hati dan paru.8,9,10 Tingkat penyebaran karsinoma
prostate yang lazim dipakai didasarkan pada system tingkat penyebaran “American
Urological Assosiation” (AUA) dan TNM.8
2.7. Diagnosis
Diagnosis kanker prostate ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan
fisis dan laboratorium. Sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya ditanyakan
mengenai riwayat, riwayat penyakit kanker dalam keluarga dan gejala-gejala yang
dialami, khususnya yang penyakit berhubungan dengan berkemih. Berdasarkan
anamnesis tersebut barulah dianjurkan pemeriksaan yang akan dilakukan
sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini. Berdasarkan dari ketentuan dari
perhimpunan ahli kanker amerika, dua dari pemeriksaan tersebut, yaitu digital
rectal examination (DRE) dan pemeriksaan prostate-antigen spesifik (PSA),
dianjurkan untuk pasien lebih dari 45 tahun dan memiliki perkiraan masa hidup
kurang dari 10 tahun, serta usia lebih dari 45 tahun yang termasuk dalam resiko
tinggi.12
A. Digital Rectal Examination (DRE)
Karena bentuk prostate berada didepan rectum, maka memudahkan kita
untuk menyentuh prostate dengan memasukkan jari lewat rectum. Palpasi prostate
merupakan pemeriksaan yang mudah, murah tapi terbaik untuk mendeteksi semua
stadium penyakit selain stadium A. Adapun yang dapat dinilai dalam melakukan
pemeriksaan ini tonus sfingther ani dan refleks BCR, menilai apakah ada massa
dalam lumen rectum serta menilai keadaan prostate. DRE pada penderita kanker
prostate akan menunjukkan adanya pembesaran prostate dengan konsistensi keras,
padat, noduler, irregular, permukaan yang tidak rata, atau asimetris. 10,11,12
B. Prostat – Spesifik Antigen (PSA) test
Peningkatan insidens kanker prostat yang pesat dalam dekade terakhir
tidak lepas dari digunakannya PSA sebagai modalitas diagnostik. Walaupun tidak
merupakan petanda tumor spesifik untuk keganasan prostat, bila nilai PSA >4
ng/ml, yaitu nilai yang dipakai sebagai batas normal, umumnya akan dilakukan
biopsi prostat sekalipun tidak ditemukan kelainan pada colok dubur.
Untuk keganasan prostate dikenal petanda tumor yaitu fosfatase asam prostate
(prostate acid phosphatase = PAP) dan antigen khas prostate (prostate specific
antigen = PSA) yang sensivitasnya tinggi dan spesifisitasnya tidak terlalu tinggi,
tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan PAP. 8,12
8
Grade 5. Jaringan sudah tidak memiliki kelenjar yang dapat dikenali. Hanya
terdapat lembaran-lembaran sel disepanjang jaringan yang berada
disekelilingnya.
Dilakukan pemeriksaan patologi terhadap spesimen biopsi dan berusaha
memberikan penilaian terhadap dua bentuk yang paling berbeda. Hasil scoring
tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan nilai akhir untuk score gleason. Contoh;
spesimen prostat yang dibiopsi memperlihatkan dua bentuk yang berbeda salah
satunya diberi angka 2 dan yang lainnya diberi angka 3, maka hasil akhir dari score
gelason.5
Score gleason berguna dalam menegakkan prognosis dari kanker prostat.
Bila digunakan dengan parameter lain, score gleason membantu dalam menentukan
staging kanker prostat yang mana secara tidak langsung akan memberikan
gambaran prognosis dari kanker prostat itu sendiri dan bermamfaat dalam
penentuan terapi yang akan dilakukan.13
Tabel 1. Derajat differensiasi karsinoma prostat menurut Gleason
Grade Tingkat histopatologi
1–4 Well differentiated
4–7 Moderately differentiated
8 - 10 Poorly differentiated
Tindakan ini juga dilakukan pada pasien yang berisiko terhadap terapi bedah radio
terapi maupun terapi hormonal. Terapi lain dapat mulai diberikan apabila sudah
tumbuh gejala atau jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan kanker (misalnya : PSA
yang meningkat cepat, score Gleason yang tinggi pada biopsy dan lain-lain).
Sebagian besar pasien yang mendapat tindakan surveilance biasanya menunjukkan
tanda-tanda pertumbuhan dari tumor, dan terapi biasanya dilakukan 3 tahun
kemudian. Meskipun tindakan surveilance yang dilakukan dapat mencegah resiko
pembedahan dan radiasi, namun resiko dari metastasis dapat meningkat. Pada
pasien usia muda tindakan surveilance tidak ditujukan untuk mencegah
dilakukannya terapi secara bersamaan, tapi bisa menjadi salah satu alasan untuk hal
tersebut beberapa tahun kemudian, selama pengaruh terapi terhadap kualitas hidup
dapat di cegah. Masalah-masalah kesehatan yang berkembang seiring dengan
berkembang usia selama masa observasi juga menyulitkan untuk dilakukannya
pembedahan dan radioterapi.14
II. Terapi Hormonal
Terapi hormonal menggunakan pengobatan atau pembedahan untuk
menghambat asupan Dihidro testosterone (DHT) pada sel kanker prostate, DHT
adalah suatu hormon yang dihasilkan di prostat dan dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan metastasis sel kanker prostate.14 Penghambatan DHT dapat menghentikan
pertumbuhan kanker prostat bahkan menghambat metastasisnya. Namun, terapi
hormon jarang menyembuhkan kanker prostat karena kanker yang berespon
terhadap terapi hormonal biasanya menjadi resisten 1 sampai 2 tahun berikutnya.
Sel hormonal biasa diberikan pada kanker prostat yang sudah mendapat terapi
pembedahan atau radioterapi untuk mencegah timbulnya rekurensi. 14,15
Tujuan dari terapi hormonal adalah menurunkan kadar testosteron atau
untuk menghentikan kerja testosteron. Kanker prostate distimulasi oleh testosteron
dan hormon-hormon pria lainnya (androgen). Pertama-tama kadar DHT yang
rendah dalam darah menstimulasi hipotalamus untuk menghasilkan GnRH. GnRH
kemudian menstimuli kelenjar hipofise untuk menghasilkan LH, yang selanjutnya
LH menstimuli testis untuk menghasilkan testosteron. Pada akhirnya testosteron
dari testis dan dihidro epiandrosteron dari kelenjar adrenal akan menstimuli prostat
13
untuk menghasilkan DHT. Terapi hormonal dapat menurunkan kadar DHT dengan
cara mengganggu telur pembentukkan di atas.14,15
Berikut ini beberapa bentuk dari terapi hormonal.
− Orchiektomy adalah suatu pembedahan yang bertujuan mengangkat testis.
Karena testis yang dihasilkan testosterone, maka apabila testis diangkat maka
stimulasi hormonal terhadap tumor akan terhenti. Terapi ini dapat
menimbulkan impotensi, rasa panas, dan hilangnya keinginan untuk
berhubungan seks
− Menggunakan Agonis dari LHRH, seperti leuprolide (lupron, viaduneligart),
Gossereline (zoladex) atau Busereline (supra Fact), untuk menghentikan
produksi testosterone.
− Anti Androgen yang biasa digunakan adalah flutamide (eulexine) bisa lutamide
(casodex), nilutamide dan asetat siproteron, yang menghambat kerja
testosterone dan DHT pada pasien kanker prosta. Anti androgen dapat
menyebabkan timbulnya mual, muntah, diare, dan pembesaran payudara
− Obat lain yang digunakan untuk menghambat produksi androgen pada kelenjar
adrenal adalah DHEA yang mengandung ketokenazol dan aminoglutethimide.
Karena kelenjar adrenal hanya membentuk 5 % dari androgen seluruh tubuh,
maka pengobatan ini umumnya dikombinasikan dengan pengobatan lain yang
dapat menghambat 95 % dari produksi androgen di testis. Cara kombinasi ini
biasa disebut TAB (Total Androgen Block)
− Estrogen dalam bentuk dietil stilbesfron, dapat juga digunakan untuk menekan
pembentukkan testosteron. Namun estrogen jarang digunakan karena efek
sampingnya yang kuat.
III. Terapi Radiasi
Radio terapi untuk kanker prostate terdiri dari terapi External-Beam radiasi
dan Brachy terapi.
a. Terapi External-Beam Radiasi
Terapi External-Beam radiasi khususnya menggunakan ekseleration linear
berenergi tinggi menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih lama pada pasien
dengan penyakit local. Suatu tehnik yang biasa disebut dengan IMRT (Intensity
14
endopelvic. Angkat semua serat otot yang tersisa (levator ani, pubococcygeus
dan puborectalis) kebagian lateral dari prostat sampai fascia prostat dan vena
dorsalis terlihat. Lakukan jahitan menggunakan benang vicryl 2,0 dibagian
vena dorsalis dan anterior dari urethra. Buat jahitan kontrol dengan benang
vicryl 2,0 sebanyak 8 jahitan di bagian proksimal dari vena dorsalis.
− Pisahkan vena dorsalis menggunakan elektro cauter, buat defek pada fascia
tersebut. Lakukan insisi V pada tepi fascia prostat, secara distal dan proksimal.
− Buatlah sebuah manuver menggunakan gunting Satinsky, lakukan insisi pada
neurovaskuler ke arah urethra dan kandung kemih. Pada keadaan ini fascia
prostat bagian lateral yang berisi neurovaskuler di immobilisasi kearah
posterior. Tempatkan jari telunjuk tangan kiri diantara immobilisasi fascia
prostat dan kapsul prostat tepat dibagian postrior dari prostat. Manuver ini
bertujuan untuk memisahkan fascia denonvilier adheren anterior dari bagian
posterior prostat. Selanjutkan pindahkan ujung jari kiri ke arah kanan dari
apical prostat sampai kearah fascia prostat di bagian yang kontra lateral tepat
diatas neovaskuler kanan. Ujung jari kiri akan menembus prostat lateral kanan
dengan membentuk sudut siku-siku terhadap pengapit
− Pengapit neurovaskuler kanan dikeluarkan dari prostat secara kranial dan
posterior. Pisahkan urethra yang membranius menggunakan elektrocauter.
Biarkan elektrocauter tersebut sampai mancapai 45 derajat untuk mencapai
puncak tersebut. Dalam hal ini serat-serat sisa yang masih sehat dari urethra
eksternal rabdo spinkter yang membungkus bagian anterior dari apeks prostat
selanjutnya dibagi dan diberikan pada urethra. Setelah urethra dipisah lakukan
immobilisasi prostat dan lakukan ligasi vaskuler lateral menggunakan
hemoklips. Pisahkan bagian anterior dari fascia denonvilier dan ampulla
vasdeferens. Diseksi ampulla vasdeferens ke medial dan lakukan mobilisasi
kearah distal. Lakukan diseksi tajam dan mobilisasi vesikel-vesikel yang
kemungkinan bisa berkembang. Lakukan diseksi pada daerah nerovaskuler dan
pleksus pelvik pada daerah lateral dari vesikel untuk mencegah terjadinya
kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.
17
− Lakukan retraksi vesikel dan ampulla vasdeferens serta lakukan diseksi untuk
membebaskannya dari kandung kemih menggunakan elektro cauter. Diseksi
dilakukan dari ujung fascia viceralis kandung kemih yang tegak lurus dengan
fascia denonfilier posterior.
− Angkat serat-serat sirkuler dari kandung kemih dan keluarkan spesimen-
spesimen yang terdapat didalamnya. Lakukan hal itu dengan hati-hati sehingga
tidak perlu dilakukan ekstensi leher kandung kemih. Lakukan jahitan
menggunakan monocryl 3,0 untuk memperbaiki leher kandung kemih. Mulai
jahitan pada arah jam tujuh dan lakukan sampai mukosa kandung kemih
menyatuh dengan fascia parietal
− Akhiri jahitan pada arah jam 5 dan lakukan jahitan pada daerah fascia viceralis
kandung kemih tepat pada arah jam 5 dan jam 7. lakukan anastomose vesiko
urethral direck menggunakan 6 jahitan (menggunakan monocryl 2,0).
Radikal perineal prostatectomy19
− Pasien diposisikan pada posisi litotomi posisi tinggi. Bantal Lioy-Allen atau
pijakan yellowfin digunakan untuk menopang kedua kaki. Suatu gel setebal 6
inci (misalnya jelly guling) ditempatkan dibawah sakrum. Diperlukan
penanganan khusus agar kedua kaki tertopang dengan baik dan mencegah agar
pinggul tidak bergerak. Adanya tambahan tekanan pada saat melakukan posisi
tersebut akan menimbulkan neuropraxia sciatic atau memperlancar sirkulasi ke
ekstremitas bawah dan abdomen bagian bawah. Rhabdomyolisis dapat terjadi
namun jarang ditemukan dan biasanya berhubungan dengan waktu operasi
yang lama dan kesalahan dalam memposisikan pasien. Resection trans urethral
O’Connor-Sullivan ditempatkan pada rectum dengan bantuan jari untuk
memudahkan melakukan palpasi prostat dan dinding rectum selama operasi.
Suatu traktor Lowsley ditempatkan sepanjang urethra sampai kekandung
kemih, dan syapnya dibuka untuk memudahkan dalam memindahkan prostat
ke lapangan operasi.
− Buat insisi U dengan apex di mid perineum sedangkan ujung anteriornya
berada digaris midline 1 cm di medial dari tubersitas ischiadikum. Klem alis
digunakan untuk mengamankan reseksi trans urethral pada kulit.
18
mudah dilakukan dengan bantuan injeksi satu ampul indigo carmine secara
intravena.
− Insisi midline abdomen secara vertikal jarang dilakukan dibanding insisi secara
transversal. Insisi ini dilakukan untuk mendapatkan paparan yang tepat dan
memudahkan pada saat pembukaan dan penutupan daerah yang diinsisi. Dapat
terjadi infeksi luka, insisi vertikal dilakukan pada daerah jaringan yang tipis,
dibanding insisi transversa dan menyulitkan penyebaran infeksi ke dinding
abdomen.
− Insisi kulit dilakukan dari daerah umbilikus sampai ke pubis. Perdarahan
subkutan terkoogulasi dengan alat elektrosurgical. Gunting Curved Mayo
digunakan untuk membagi fascia rektus disepanjang daerah insisi. Daerah
diantara otot rektus dibuka menggunakan hemostat dan daerah tersebut
diangkat dari pubis sampai ke umbilikus. Dibawah permukaan setiap otot
rektus harus dimobilisasi untuk mendapatkan retraksi lateral dari otot-otot
tersebut. Dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan, satu sampai
tiga pembuluh darah kecil dimasukkan kepermukaan posterior dan medial dari
otot rektus yang selanjutnya dikauter sebelum dimasukkan retraktor Baltour.
Retraktor Baltour digunakan untuk memegang otot rektus lateralis. Fascia
prevesikalis diinsisi tepat dibelakang pubis, lemak perivesikel dan peritoneum
dibersihkan menggunakan kapas steril sampai mencapai dinding anterior
kandung kemih.
− Luka dibuat diantara kedua klem Allis untuk membuka kandung kemih.
menjahit dinding kandung kemih pada setiap daerah yang mendapat cystotomy
Larutan neomycin 0,1% dikeluarkan menggunakan section, dan dilakukan
cystotomy tumpul untuk menopang leher kandung kemih. Cistotomy dibuat
sepanjang mungkin agar tidak mengganggu pandangan ahli bedah terhadap
trigonum dan vesika. Tidak ada keuntungan pada cystotomi yang kecil karena
hanya akan menghasilkan lapangan pandang yang tidak memadai.
− Paparan interior kandung kemih dipertahankan dengansampai kefascia rektus
lateralis menggunakan benang cromic 2.0. laparatomi diletakkan pada rongga
kandung kemih, dinding posterior kandung kemih ditarik keatas menggunakan
23
retraktor Deaver. Ahli bedah harus mendapat paparan trigonum dan leher
vesika yang tepat. Setelah letak orifisium urethra telah ditentukn, insisi mukosa
bentuk tapal kuda dibuat disekitar daerah lateral dan posterior dari leher
kandung kemih. Jika insisi dimulai dari lobus media dan naik sampai kelobus
lateral, pandangan ahli bedah tidak akan terhalangi oleh perdarahan dari insisi
mukosa yang dilakukan. Insisi tersebut dilakukan untuk meminimalkan
kemungkinan trauma didaerah orifisium lateral selama operasi berlangsung.
− Enukleasi adenoma dilakukan dengan cara tumpul. Retraktor diangkat dari
luka untuk mencegah sentuhan dengan tangan ahli bedah. Dengan mnggunakan
indeks jari, urethra prostatikum dan adenoma didorong kearah anterior tepat
didaerah proksimal dari spinkter urine eksterna. Ruangan diantara adenoma
dan kapsula bedah dibuka, enukleasi dilakukan secepat mungkin. Lobus
anterior, posterior dan lateralis dienukleasi untuk pertama kali, dan lobus
median pada bagian akhir. Hal ini dilakukan untuk mengangkat semua lobus
sebagai satu kesatuan.
− Perdarahan terjadi sewaktu adenoma diangkat. Hemostatis tidak dapat dimulai
sampai adenektomi dilakukan dengan sempurna, selanjutnya pemanjangan
daerah operasi akan memperbanyak kehilangan darah. Apabila enukleasi
dilakukan dengan cepat maka akan memberikan hasil yang baik. Perlakuan
yang tidak perlu pada kapsula prostat akan menimbulkan perdarahan. Adhesi
diantara adenoma dan kapsula dapat dipisahkan dengan cara tajam. Daerah
apeks prostat akan memberat pada akhirnya. Pada keadaan ini dapat dilakukan
cara tumpul tapi seringkali pembagian cara tajam menggunakan gunting sangat
dibutuhkan. Hal ini jarang dilakukan dengan pandangan langsung. Penanganan
sebaiknya dilakukan dengan cara mengangkat membran urethra keatas sampai
mencapai fossa prostat, apabila pengangkatan struktur tersebut dapat
meningkatkan resiko inkontinensia paska operasi.
− Hemostatis dapat dicapai melalui paparan yang memadai didaerah operasi,
ligasi penjahitan aliran darah arteri besar prostat dibagian posterior dari leher
kandung kemih, dan membiarkan adanya traksi sementara pada daerah leher
vesika untuk menghantikan perdarahan vena di fossa prostatika. Paparan pada
24
leher kandung kemih dan fossa prostatika merupakan prioritas utama dalam
menilai hemostatis. Kegagalan untuk menilai adanya kompel vesika oleh ahli
bedah adalah dengan penempatan jahitan hemostatis atau traksi den waktu
untuk menghentikan perdarahan. Paparan dengan memindahkan retraktor yang
tebal dikeluarkan. Fossa prostatika ditutupi dengan kassa gulung untuk
menstimulasi kontraksi dari kapsula surgical. Dengan tujuan untuk melipat
bibir posterior dari kandung kemih. Retraktor Deaver ditempatkan didalam
fossa prostatika tepat diatas dari balutan kassa gulung, dan dibagian posterior
leher kandung kemih yang dilekatkan dengan klem Allis. Dengan melakukan
traksi keatas dan posterior dari klem tersebut, sisi fossa prostatika dibagian
posterior dari leher kandung kemih dapat terlihat dengan jelas. Paparan
tambahan dilakukan menggunaklan retraktor Ribbon atau Deaver pada daerah
dinding kandung kemih yang merupakan tempat jahitan yang dilakukan.
− Gambar jahitan delapan ditempatkan pada leher vesikal posterior dari arah jam
4 – jam 8. kesalahan yang sering dijumpai adalah letak jahitan yang tidak
berada didaerah lateral yang cukup aman untuk arteri prostat yang besar.
Jahitan sebaiknya lebih didalam dari daerah fossa prostatika leher kandung
kemih. Setelah mengamankan perdarahan arteri dan vena besar, balutan
dikeluarkan dari fossa prostatika. Meskipun terdapat robekan pada kapsula,
tapi sebaiknya tidak dilakukan penjahitan, ligasi maupun membekukan
perdarahan didaerah tersebut. Perdarahan dari daerah kapsula biasanya berasal
dari vena dan dapat dikendalikan menggunakan traksi jangka pendek. Fossa
prostatika sebaiknya diinspeksi untuk memastikan bahwa adenoma telah
diangkat. Integritas orifisium urethra diperbaiki untuk menentukan bahwa tidak
terdapat hubungan antara jahitan hemostatik yang ditempatkan didaerah
posterior dari leher kandung kemih.
− Kateter French Folley No.24 disertai balon 30ml dimasukkan kedalam
kandung kemih pasien. Kateter balon dikembangkan sehingga tidak terjadi
traksi yang dapat menggeser kateter balon tersebut sampai ke fossa prostatika.
Biasanya jaringan seberat 1 ml air/gr dikeluarkan untuk menjaga agar
pengembangan balon tetap adekuat. Kateter balon ditarik berlawanan dengan
25
2.9. Komplikasi17,18,19,20
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemberian terapi baik dengan
menggunakan radiasi maupun pembedahan berupa :
- Gangguan ereksi (impotensi)
- Perdarahan post operasi
- Anastomosi striktur pada perineal prostatectomy
- Urocutaneus fistula (perineal prostatectomy)
2.10. Prognosis
Harapan hidup untuk penderita kanker prostat berhubungan dengan stadium
penyakit :Stadium A 87 %, Stadium B 81%, Stadium C 64%, stadium D 30%.22
28
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Kencing berwarna merah
5. Riwayat Sosial
Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat alcohol : Disangkal
• Status Generalis
Kepala : Normocephali.
Mata : Pupil (+/+) bulat isokor 3/3 mm, anemis
………………………….(+/+), ikterik (-/-), reflek cahaya pada kedua
………………………….pupil mata (+/+).
Hidung : Discharge (-/-), pernafasan cuping hidung (-),
…………………………..deviasi Septum (-), deformitas (-)
Mulut : Bibir tampak pucat, sianosis (-), lidah kotor
………………………….(-), tidak ditemukan pembesaran tonsil,
………………………….T1/T1.
Telinga : Normal, discharge tidak ada (-/-), tidak ada
…………………………..kelainan kongenital.
Leher : Deviasi trakea tidak ada, JVP normal
………………………….(5+2 cm), pembesaran KGB tidak ada,
…………………………..kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-).
Pemeriksaan Thorax Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
• Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea
midclavicula sinistra
• Perkusi
Batas kanan jantung : ICS 5 linea parasternalis dextra.
Batas kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula sinistra.
Batas atas jantung : ICS 2 linea parasternalis sinistra.
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternaslis sinistra
• Auskultasi : S1 dan S2 tunggal reguler, murmur (-),
Gallop (-).
Pemeriksaan Thorax Pulmonal
- Inspeksi : Normochest, dinding dada simetris kanan dan kiri,
tidak ada gerakan nafas tertinggal, tidak ada massa dan
tidak ada tanda-tanda peradangan.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), palpasi pengembangan kedua lapang
31
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Vesikuler Rhonki Wheezing
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Abdomen datar, tidak tampak adanya massa, tidak
tampak adanya tanda-tanda peradangan.
- Auskultasi: Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani pada sembilan regio abdomen.
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), turgor baik, hepar dan
lien sulit dinilai.
Ekstremitas
- Superior: Akral hangat, tidak terdapat edema capillary refill time
< 2 detik
- Inferior: Akral hangat, tidak terdapat edema capillary refill time
< 2 detik
Status Lokalis
Regio flank dextra et sinistra :
nyeri (-) Massa (-)
Regio Suprapubik:
Massa (+), konsistensi keras, immobile,
nyeri tekan (+)
Regio Penis :
Nyeri (-) massa (-) Darah (-)
32
b. Darah lengkap
Tanggal 1 Agustus 2022
c. Pemeriksaan Urinalisis
Tanggal 1 Agustus 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
URIN LENGKAP
Makroskopis
Warna Urin Kuning
Kejernihan Jernih Khas
Kimia Urin
Lekosit esterase Negative Negative
pH Urin 6,0 5,7-7,0
Protein urin Negative Negative
Glukosa urin Negative Negative
Bilirubin urin Negative Negative
Urobilinogen urin Negative Negative
Keton urin Negative Negative
Nitrit urin Negative Negative
Darah urin Negative Negative
34
e. Pemeriksaan Biopsi
Tanggal 1 Agustus 2022
35
f. Pemeriksaan Biopsi
Tanggal 2 Agustus 2022
- Adenocarsinoma prostat poorly differentiated (Gleason score 5 + 4 =
9).
3.7 Tatalaksana
a. Terapi
- Infus RL 2000cc/24jam
36
3.8 Prognosis
- Ad vitam : dubia ad malam
- Ad functinam : dubia ad malam
- Ad sanationam : dubia ad malam
37
BAB 4
PEMBAHASAN
modalitas diagnostic yang mudah dikerjakan dan bila ternyata terdapat kanker
prostat, hasil pemeriksaan ini dapat digunakan menetukan stadium tumor (T).
Adanya nodul, konsistensi keras atau pembesaran prostat yang asimetris adalah
tanda mencurigakan adanya keganasan prostat, serta pemeriksaan colok dubur dan
pengukuran kadar PSA merupakan pemeriksaan lini pertama untuk mencurigai
adanya kanker prostat pada seseorang.
Pada pasien dianjurkan untuk dilakukan operasi biopsi dan kemudian jaringan
prostat dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk mengetahui keganasan yang
dicurigai pada pasien ini. Dan di dapatkan hasil biopsy yakni adenocarsinoma
prostat, poorly differentiated dengan scor glaeson sebesar 5 + 4 = 9. Score gleason
diperuntukkan untuk kanker prostat berdasarkan gambaran mikroskopiknya. Score
gleason sangat penting karena score gleason yang tinggi berhubungan dengan
prognosis yang buruk. Score gleason berkisar antara 2 sampai 10. Score gleason
dengan nilai 2 menandakan prognosis yang baik sedangkan nilai 10 menandakan
prognosis buruk. Klasifikasi glaeson yakni 2-4 well differentiated, 5 – 7 moderatily
differentiated, dan 8 – 10 poorly differentiated. Pada pasien ini skornya 9 oleh
karena itu dikatagorikan kedalam poorly differentiated. Maka berdasarkan hasil
biopsy yang diperoleh, pasien di diagnose dengan carcinoma prostat stage III.
.
39
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA