Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar belakang

Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian karena

kanker paling utama pada pria di negara Barat. Tumor ini menyerang pasien yang

berumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun

dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia

di bawah 45 tahun, Kanker prostat menyebabkan 94.000 kematian di Eropa pada

2008 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat pada 2012. Di Asia,

insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-tahun. Di

Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan (Jakarta,

Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rata –

rata usia 67,18 tahun.

Kunci utama keberhasilan penanganan kanker adalah ditemukannya

kanker dalam stadium dini. Data di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90%

Kanker prostat ditemukan pada stadium dini dan regional, dengan angka

kesintasan (Survival rate) 5 tahun mendekati 100%. Namun sayangnya, di

Indonesia sebagian besar pasien sudah dalam stadium lanjut pada saat datang

datang berobat. Dari data Indonesian Society of Urologic Oncology (ISUO) 2011

selama periode 2006-2010 terdapat 971 penderita Kanker prostat di Indonesia,

dengan stadium terbanyak adalah stadium 4 (50,5%). Penyebab kanker prostat

tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan

adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon

1
testosteron. Pada bagian lain, Rindiastuti (2007) menyimpulkan bahwa usia lanjut

mengalami penurunan beberapa unsur esensial tubuh seperti kalsium dan vitamin

D.

Lebih dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya

didominasi transisional sel karsinoma. (Presti, J. C, 2008). Penelitian

menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus kanker prostat terjadi pada zona

perifersehingga dapat diraba sebagai nodul – nodul keras irregular. Fenomena ini

nyata pada saat pemeriksaan rectum dengan jari (Digital Rectal Examination).

Nodul – nodul ini memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi saluran kemih

atau uretra yang berjalan tepat di tengah prostat. Sebanyak 10 – 20 % kanker

prostat terjadi pada zona transisional, dan 5 – 10 % terjadi pada zona sentral.

Kanker prostat merupakan tumor yang paling sering terjadi pada pria di Amerika

Serikat. Sekitar 200.000 kasus baru didiagnosis setiap tahunnya. Kanker prostat

menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi pada populasi pria di

Amerika. Secara khusus kanker prostat ternyata lebih banyak diderita oleh bangsa

Afro-Amerika yang berkulit hitam daripada bangsa kulit putih.

Kanker prostat termasuk dalam 10 penyakit keganasan tersering pada pria

dan menduduki peringkat ke 2 setelah kanker buli-buli (kandung kemih).

Pengobatan kanker prostat bergantung pada stadium penyakit dengan terapi

radikal baik secara operasi maupun radioterapi diindikasikan pada penderita

dengan stadium awal (T1b-T2c, N0, M0). Prostatektomi radikal merupakan

anjuran pertama pada penderita berusia <70 tahun tanpa adanya komorbiditas

yang dapat menghalangi pelaksanaan operasi atau menambah morbiditas paska

bedah.

2
1.2 Rumusan masalah

1) Apa pengertian dari kanker prostat?


2) Apa penyebab kanker prostat?
3) Bagaimana gejala kanker prostat?
4) Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kanker prostat sesuai NIC

dan NOC?

1.3 Tujuan

1) Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan keperawatan kanker

prostat sesuai dengan NANDA, NIC dan NOC.

2) Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian Kanker prostat.


b. Untuk mengetahui penyebab kanker prostat.
c. Untuk mengetahui gejala kanker prostat.
d. Untuk mengetaui asuhan keperawatan pasien dengan kanker prostat

sesuai NIC dan NOC.

BAB II
Tinjauan Teoritis

2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi

3
Anatomi protat terdiri atas kelenjar (50%) dan jaringan ikat fibromuskular

(25% myofibril otot polos dan 25% jaringan ikat) membungkus urethra pars

prostatica. Mempunyai bentuk seperti pyramid terbalik dengan basis (basis

prostat) menghadap collum vesicae dan apex (apex prostat) yang menghadap

ke arah diapragma urogenitale. Facies anterior berbentuk konveks, facies

posterior agak konkaf dan dua buah facies infero-lateralis. Ukuran prostate

adalah tinggi 3 cm, lebar 4 cm, dan lebar anterior-posterior sebesar 2,5 cm dan

beratnya ± 20 gram. urethra berjalan vertical menembus bagian anterior

prostat. Facies prostat mempunyai hubungan erat dengan collum vesicae,

kecuali di bagian lateral. Celah yang terbentuk diantaranya terisi oleh plexus

venosus vesico prostatikus dan ductus ejakulatorius.

Gambar 1. Anatomi Urogenitalia Pria 3

Prostat membentuk tiga buah lobi, yakni dua buah lobus lateralis dan

sebuah lobus medius. Kedua lobus lateralis dihubungkan satu dengan yang lain

disebelah ventral urethra oleh isthmus prostatae yang tidak tampak dari luar.

4
Lobus medius mempunyai ukuran yang bervariasi, terletak menonjol kedalam

urethra pars kranialis pada permukaan posterior dan menyebabkan

terbentuknya uvula vesicae. Hipertrophi lobus medius dapat menghalangi

pengeluaran urin.3

Dalam jaringan prostate, yang nampak alveoli kelenjar adalah banyak

tubulus terminal kelenjar tubulo alveolar bercabang, irregular dan kecil-kecil.

Alveoli ukurannya bermacam-macam, lumen lebar dan jelas irregular pada

alveoli yang lebih besar dan epitel berbeda-beda. Kelenjar terbenam dalam

stroma fibromuskular yang nyata, untaian muscular polos berjalan dalam

berbagai arah bersama-sama dengan serat-serat kolagen dan jala-jala elastin

halus. Urethra pars prostatika nampak sebagai bentuk susunan bulan sabit

dengan cekungan kecil sepanjang lumen, terlebih nyata pada resesus/lekuk

urethra. Epitel umumnya epitel transisional, stroma fibromuskular prostate

mengelilingi uretra. Kolikulus seminalis suatu taju stroma fibromuskular padat

tanpa kelenjar, menonjol ke dalam lumen urethra, memberikan bentuk bulan

sabit. Utrikulus prostatikus terletak dalam masa kolikulus seringkali ujung

distal melebar, sebelum masuk kedalam urethra. Duktus ejakulatorius

menembus prostate, berjalan disamping utrikulus dan akhirnya bermuara dalam

urethra.

Kelenjar prostate menyekresi cairan encer, seperti susu yang mengandung

ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin. Selama

pengisian, sampai kelenjar prostate berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas

deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar

5
prostate menambah lebih banyak lagi jumlah semen. Sifat yang sedikit basa

dari cairan prostate mungkin penting untuk suatu keberhasilan fertilisasi ovum.

Mc Neal yang banyak menulis tentang anatomi prostate mengusulkan

suatu konsep anatomi zonal berdasarkan dari gambaran anatomi dan histology

prostate. Dasar pembagian zonal dari Mc Neal ini dijadikan dasar untuk

menentukan letak dan asal keganasan dari prostate. Menurut Mc Neal prostate

dibagi menjadi yang glandulair yaitu yang berada pada daerah luar yang

disebut zona perifer (perifer zone) dan zona sentral yang kecil (central zone)

yang keduanya kira-kira merupakan 95% dari seluruh kelenjar. Zona

transisional (transitional zone) yang terletak periurethral sekitar verumontanum

yang merupakan hanya 5% dari seluruh volume prostate dan tampaknya bagian

ini yang dapat mengalami hyperplasia dan menimbulkan gejala-gejala

pembesaran prostate jinak sedang keganasan prostate 60 – 70% berasal dari

zona perifer, 10 – 20% dari zona transisional dan 5 – 10% dari zona sentral.

2.2 Definisi
Kanker prostat merupakan neoplasma terbanyak kedua yang

ditemukan pada pria berusia 50 tahun ke atas. Adenokarsinoma merupakan

bentuk yang paling umum, sedangkan karsoma jarang muncul. Kebanyakan

kanker prostat berasal dari kelenjar prostat posterior, sedangkan lainnya berasal

dari uretra. Tumor prostatik ganas jarang disebabkan oleh pembesaran

hiperplastik jinak yang umumnya berkembang di sekitar uretra prostatik di pria

lansia. Kanker prostatik jarang menimbulkan gejala sampai memasuki stadium

atas (Williams & Wilkins, 2011).


Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar

prostat dengan sel-sel kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak terkendali.

6
Prostat adalah kelenjar seks pada pria, ukurannya kecil dan terletak dibawah

kandung kemih, mengelilingi saluran kencing (uretra). Prostat memegang

peranan penting dalam produksi cairan ejakulasi (Widjojo, 2007).


Kanker prostat merupakan keganasan terbanyak diantara

keganasan system arogenital pria. Tumor ini menyerang pasien yang berusia

diatas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75%

pada usia > 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria sebelum usai 40 tahun

(Corwin, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas kanker prostat merupakan

keganasan pada sistem arogenital pria. Kebanyakan kanker prostat berasal dari

kelenjar prostat posterior, sedangkan lainnya berasal dari uretra. Insiden

biasanya terjadi pada pria usia diatas 50 tahun dan mencapai puncaknya pada

usian 80an.
2.3 Epidemiologi
Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian

karena kanker paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000

kematian di Eropa pada 2008 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika

Serikat pada 2012. Data di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% Kanker

prostat ditemukan pada stadium dini dan regional, dengan angka kesintasan

(Survival rate) 5 tahun mendekati 100%. Angka ini jauh lebih baik

dibandingkan dengan 25 tahun lalu, yang hanya mencapai 69%. Barnes pada

tahun 1969 menemukan angka kesintasan 10 tahun dan 15 tahun untuk Kanker

prostat stadium dini hanya sebesar 50% dan 30%. Rasio insidensi terhadap

mortalitas sebesar 5.3 pada tahun 2000. Angka mortalitas juga berbeda pada

tiap negara, yang tertinggi di Swedia (23 per 100.000 penduduk) dan terendah

di Asia (<5 per 100.000 penduduk).

7
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria

per-tahun. Di Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat

pendidikan (Jakarta, Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah

1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun. Stadium penyakit tersering saat

datang berobat adalah stadium lanjut sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer

yang terbanyak dipilih adalah orkhiektomi sebesar 31,1 %, obat hormonal 182

(18%), prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah

pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik yang

digunakan terutama biopsi 57.9%.


Di RSCM dan RS Kanker Dharmais terdapat peningkatan jumlah

penderita tahun 2001-2006 sebanyak dua kali dibandingkan tahun 1995 – 2000,

dengan jumlah penderita rata-rata pertahun adalah 70- 80 kasus baru/tahun.

Insidens tersering ditemukan pada usia lebih dari 60 tahun dan jarang

ditemukan pada usia kurang dari 40 tahun.Selama periode Januari 1995 sampai

dengan Desember 2007 terdapat 610 penderita kanker prostat di kedua rumah

sakit tersebut, 110 penderita mendapat pengobatan dengan tujuan kuratif.

Prostatektomi radikal dilakukan terhadap 43 penderita dengan median usia 63

tahun, dan 67 penderita lainnya dengan median usia 70 tahun menerima

pengobatan External Beam Radical Therapy (EBRT). Median survival adalah

101 bulan dan 85 bulan masing- masing untuk penderita yang mendapat

tindakan Prostatektomi Radikal dan EBRT. Angka survival 5 tahun adalah

68,4% dan 69,2%, masing-masing untuk penderita dengan pengobatan

Prostatektomi Radikal dan EBRT.8


Di RS. Hasan Sadikin Bandung, selama periode 2004-2010 didapatkan

penderita Kanker prostat sebanyak 318. Seratus sembilan puluh tiga kasus

8
(60,7%) adalah organ confined/locally advanced, 125 (39,3%) kasus yang

telah bermetastasis. 72 penderita menjalani terapi prostatektomi radikal.9 Di

RSUD Moewardi Solo, periode 2000-2006 didapatkan 30 kasus, 23 kasus

masih terlokalisir sedangkan sisanya (7) kasus telah bermetastasis. Sebanyak

12 kasus dilakukan Transurethral resection of the Prostate (TURP), 11 kasus

TURP diikuti obat hormonal, 7 kasus TURP dengan orkidektomi dan obat

hormonal.
Berbagai laporan menunjukkan hingga 50% pasien kanker prostat dapat

berkembang menjadi CRPC dalam 5 tahun pengobatan ADT. Data di Indonesia

mencapai 10% pasien dapat berkembang menjadi CRPC.Untuk kasus CRPC,

dibutuhkan suatu penanganan yang khusus.

2.4 Etiologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya

adenokarsinoma prostat adalah :


 predisposisi genetik, pengaruh hormonal (pertumbuhan kanker prostat

dipercepat oleh testosteron dan dihambat oleh estrogen atau anti

androgen).
 Pengaruh lingkungan, dan infeksi.
 Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari binatang,

daging merah dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat.


 Beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan insiden kanker prostat,

diantaranya adalah : vit A, beta karoten, isoflafos atau vitoestrogen yang

banyak terdapat pada kedelai, likofen (antiokidan karotonoid yang banyak

terdapat pada tomat), selenium (terdapat pada ikan laut, daging, biji-

bijian), dan vit E.

9
 Kebiasaan merokok dan paparan bahan kimia cadmium (Cd) yang banyak

terdapat pada alat listrik dan baterai berhubungan erat dengan timbulnya

kanker prostat (Corwin, 2009; Grace & Borley, 2006).

10
2.5 Patofisiologi
Kanker prostat disebabkan oleh faktor genetik, hormon, lingkungan,

infeksi, kebiasaan merokok, paparan bahan kimia cadmium (Cd) dan lain-lain. Sel

abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, terjadi

perubahan jaringan sekitar yang kemudian menyebabkan infiltrasi pada jaringan

sekitar (limfe dan pembuluh darah), kemudian bermetastase pada jaringan lain.
Terdapat beberapa stadium pada kanker prostat yang dapat dibagi

menjadi stadium A-D. Kanker stadium T1 atau A pembesaran kanker prostat

berdiferensiasi sedang/buruk tetapi terbatas dikelenjar prostat. Kanker stadium A

tidak dapat diraba dengan pemeriksaan jari. Kanker ini ditemukan pada hasil

pemeriksaan hispatologi setelah TURP pada BPH. Kanker stadium T2 atau B

mencakup kanker nodus atau sekelompok nodus diskret yang teraba pada

pemeriksaan colok dubur dan terbatas diprostatik. Penaganan pada stadium T1 dan

T2 yaitu prostatektomi radikal yang berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama

dengan vesika seminalis. Operasi ini dapat menyebabkan perdarahan, disfungsi

ereksi, dan inkontensia.


Kanker stadium T3 atau C adalah tumor besar yang menginvasi

keseluruhan kelenjar prostat dan T4 mungkin meluas melebihi batas kelenjar yaitu

mengenai leher buli-buli. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus

berkontraksi lebih kuat. Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan

anatomi buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,

sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut,

menyebabkan keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau LUTS yang dahulu

dikenal dengan gejala prostatismus (Purnomo, 2007).


Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli

tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini

dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks
11
vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,

hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal (Purnomo, 2007).
Obstruksi pada leher kandung kemih mengakibatkan berkurangnya

atau tidak adanya aliran kemih, dan ini memerlukan intervensi untuk membuka

jalan keluar urin. Metode yang mungkin adalah prostatektomi parsial,

Transurethral Resection of Prostate (TURP) atau insisi prostatektomi terbuka,

untuk mengangkat jaringan periuretral hiperplasia insisi transuretral melalui serat

otot leher kandung kemih untuk memperbesar jalan keluar urin, dilatasi balon pada

prostat untuk memperbesar lumen uretra, dan terapi antiandrogen untuk membuat

atrofi kelenjar prostat.


Pada stadium D, telah terjadi kanker telah bermetastasis melalui

pembuluh darah sehinga sel kanker dapat ditemukan pad kelenjar limfe regional

panggul atau sering terdapat pada tulang (Corwin, 2009).

2.6 Manesfestasi Klinis


Keluhan sesuai dengan gejala saluran kemih bagian bawah (lower

urinary tract symptoms = LUTS) yaitu adanya gejala iritatif dan obstruktif.

Bermula dari ditemukannya nodul pada pemeriksaan rektal. Nodul yang ireguler

dan keras harus di biopsi untuk mendapatkan jaringan yang ganas pada

pemeriksaan patologi dari jaringan prostat yang diambil karena gejala BPH

(Benign Prostatic Hyperplasia) atau pembesaran prostat jinak. Kanker prostat

jarang menimbulkan gejala, kecuali kanker berlangsung lama (Mansjoer, 2003).


Gejala yang timbul seperti hematuria, obstruksi aliran keluar kandung

kemih (pancaran lemah hesistensi, nokturia), sistitis (peradangan kandung kemih),

kesulitan memulai dan mengakhiri proses berkemih, nyeri terbakar saat berkemih,

gangguan saraf akibat penekanan atau fraktur patologis pada tulang belakang,

gejala dari penyakit lanjut (obstruksi ureter dan hidronefrosis atau nyeri tulang dari

12
metastasis yang dapat semakin buruk pada malam hari), dan retensi urin. (Gale,

2000; Mansjoer, 2003; Grace & Borley, 2006; Williams & Wilkins, 2011).

Gambar 2.2 Kanker prostat7

2.7 Faktor risiko


Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang tampaknya meningkatkan

resiko terkena karsinoma prostat, termasuk:

1. Usia

Jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi meningkat dengan

cepat pada usia di atasnya.

2. Ras

Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika Amerika di

Amerika dan laki-laki Karibia . Di Amerika Serikat, ras Afrika memiliki risiko

lebih tinggi dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia maupun Hispanik.

3. Diet dan gaya hidup

Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan sedikit sayuran, rendah

tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai meningkatkan resiko terkena kanker

prostat. Diet tinggi kalsium14 juga berhubungan dengan peningkatan resiko kanker

prostat. Hubungan kanker prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun

obesitas berhubungan dengan tingginya grading kanker prostat.

4. Riwayat keluarga

Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat meningkatkan risiko

13
penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau saudara laki laki yang

terdiagnosa kanker pada usia 50 tahun memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi

terkena karsinoma prostat. Resiko meningkat menjadi tujuh samapi delapan kali

lipat lebih tinggi pada laki laki yang memiliki dua atau lebih keluarga yang

menderita kanker prostat.

5. Mutasi Genetik

Berhubungan dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2dan sindrom Lynch.

6. Merokok

Hubungan merokok dengan karsinoma prostat belum jelas.

2.8 Komplikasi
 Kanker penis progresif yang tidak diterapi memiliki angka kematian yang sangat

tinggi (sekitar 90%).


 Kanker testis dapat bermanifestasi ke paru, kelenjar limfe, atau susunan saraf

pusat.
 Angka bertahan hidup pada kanker prostat bergantung pada stadium saat diagnosis.

Sebagian besar pria yang didiagnosis berada pada stadium D akan meninggal

dalam waktu 3-5 tahun.


 Semua kanker saluran reproduksi pria dapat menyebabkan impotansi dan

inkontinensia (Corwin, 2009).

2.9 Diagnosis

Cara deteksi dini kanker prostat yaitu pria berusia > 50 tahun dianjurkan

melakukan pemeriksaan PSA total (Prostate Specific Antigen) dan pemeriksaan Digital

Rectal Examination atau DRE(1) setiap setahun sekali. Bila ada keluarga yang
14
menderita kanker prostat, skrining dianjurkan sejak usia 40 tahun.

Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan

meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur patologis ataupun

penekanan sumsum tulang. Untuk itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun,

sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih

awal yaitu 40 tahun.

Pemeriksaan utama dalam menegakkan Kanker prostat adalah anamnesis

perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi

transrektal/ transabdominal. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau

spesimen operasi berupa adenokarsinoma. Selain itu pemeriksaan histopatologis akan

menentukan derajat dan penyebaran tumor.

1. Pemeriksaan colok dubur

Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi

dengan colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari colok

dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan tersebut dapat

menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas persen dari seluruh penderita Kanker

prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja, dibandingkan dengan kadar PSA.

Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml

mempunyai nilai prediksi 5-30%.

2. Prostate-specific antigen (PSA)

Pemeriksaan kadar PSA telah mengubah kriteria diagnosis dari Kanker

prostat. PSA adalah serine-kalikrein protease yang hampir seluruhnya diproduksi oleh sel

epitel prostat. Pada prakteknya PSA adalah organ spesifik namun bukan kanker spesifik.

15
Maka itu peningkatan kadar PSA juga dijumpai pada BPH, prostatitis, dan keadaan non-

maligna lainnya. Kadar PSA secara tunggal adalah variabel yang paling bermakna

dibandingkan colok dubur atau TRUS. Sampai saat ini belum ada persetujuan mengenai

nilai standar secara internasional. Kadar PSA adalah parameter berkelanjutan semakin

tinggi kadarnya, semakin tinggi pula kecurigaan adanya Kanker prostat. Nilai baku PSA

di Indonesia saat ini yang dipakai adalah 4ng/ml.

3. Transrectal ultrasonography (TRUS) dan biopi prostat

Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak akan selalu

terlihat. Gray-scale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker prostat secara

adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak perlu digantikan dengan biopsi area yang

dicurigai. Namun biopsi daerah yang dicurigai sebagai tambahan dapat menjadi

informasi yang berguna.

1) Indikasi Biopsi

Tindakan biopsi prostat sebaiknya ditentukan berdasarkan kadar PSA, kecurigaan

pada pemeriksaan colok dubur atau temuan metastasis yang diduga dari kanker prostat.

Sangat dianjurkan bila biopsi prostat dengan guided TRUS, bila tidak mempunyai TRUS

dapat dilakukan biopsi transrektal menggunakan jarum trucut dengan bimbingan jari.

Untuk melakukan biopsi, lokasi untuk mengambil sampel harus diarahkan ke lateral.

Jumlah Core dianjurkan sebanyak 10-12. Core tambahan dapat diambil dari daerah yang

16
dicurigai pada colok dubur atau TRUS. Tingkat komplikasi biopsi prostat rendah.

Komplikasi minor termasuk makrohematuria dan hematospermia. Infeksi berat setelah

prosedur dilaporkan <1 % kasus.

2) Biopsi Ulang

Indikasi Biopsi Ulang :

• PSA yang meningkat dan atau menetap pada pemeriksaan ulang setelah

6 bulan

• Kecurigaan dari colok dubur

• Proliferasi sel asinar kecil yang atipik (ASAP)

• High Grade Prostatic intraepithelial (PIN) lebih dari satu core

• Penentuan waktu yang optimal untuk biopsi ulang adalah 3-6 bulan

3) TURP Diagnostik

Penggunaan TURP diagnostik untuk biopsi adalah tidak dianjurkan.

Tingkat deteksinya tidak lebih baik dari 8% dan merupakan prosedur yang tidak

adekuat untuk mendeteksi kanker.

4) Antibiotik

Penggunaan antibiotik oral atau intravena pra-biopsi merupakan keharusan dengan

menggunakkan golongan Kuinolon atau Sefalosporin.

17
5) Anestesi

Pemberian anestesi sangat dianjurkan. Pemilihan jenis anestesi berupa obat oral,

supposutoria, anestesi umum ataupun anestesi blok peri-prostatik dengan guided

TRUS tergantung dari pilihan operator, fasilitas dan pilihan/kondisi penderita.

Pemberian gel Lidokain 2% sebelum dimasukkannya probe akan menurunkan rasa

nyeri di daerah sfingter ani penderita.

2.10 Klasifikasi Histologik dan Stadium


Penentuan diagnosis utama dari Kanker prostat dengan colok dubur, pengukuran

PSA, biopsi prostat dan sidik tulang, ditambah dengan CT atau MRI dan foto foto

thorak.

1. Derajat Keganasan

Derajat Adenokarsinoma prostat dengan sistem skor Gleason

(modifikasi). Pengelompokan skor Gleason terdiri dari Diferensiasi baik ≤ 6,

sedang/moderat 7 dan buruk (8-10).

2. Stadium

Sistem staging yang digunakan untuk Kanker prostat adalah menurut

AJCC(American Joint Committee on Cancer) 2010.

1) Stadium T

18
Penentuan stadium klinis cT dapat ditentukan dengan colok dubur. Bila diperlukan

dapat dilakukan pemeriksaan CT/MRI.

2) Stadium N

Penentuan stadium N hanya dikerjakan bila akan berpengaruh terhadap keputusan

terapi. Cara terbaik untuk menentukan stadium N adalah dengan limfadenektomi,

dengan operasi terbuka ataupun laparoskopik.

3) Stadium M

Metode sidik tulang paling sensitif untuk mendiagnosis metastasis tulang, bila

tidak ada fasilitas pemerikaan tsb dapat dicari dengan penilaian klinis, CT Scan,

alkali fosfatase serum dan bone survey. Pengukuran alkali fosfatase dan PSA

secara bersamaan akan meningkatkan efektivitas penilaian klinis sebesar 98%.

Selain ke tulang, Kanker prostat dapat bermetastasis ke organ lain umumnya ke

KGB jauh, paru-paru, hepar, otak dan kulit. Pemeriksaan fisik, foto thoraks,

ultrasonografi, CT dan MRI adalah metode yang digunakan, terutama bila gejala

menunjukkan adanya kemungkinan metastasis ke jaringan lunak. Pemeriksaan

sidik tulang tidak perlu pada penderita asimptomatik, PSA kurang dari 20 ng/mL

dan berdiferensiasi baik atau moderat.

19
2.11 Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi transrektal adalah alat yang efektif untuk menegakkan

diagnosis kanker prostat. Keuntungannya adalah lebih murah di bandingkan CT

Scan dan MRI serta tidak ada bahaya radiasi. Namun alat ini tidak dapat

mendeteksi kelenjar limfe pelvis. Ultrasonografi transrektal dan MRI digunakan

pada stadium local untuk mendefinisikan perluasan tumor. Bone scaning atau bone

survey adalah cara paling umum dan digunakan untuk melihat adanya metastasis

pada tulang. Penanda spesifik tumor yang digunakan untuk kanker prostat adalah

prostate specific antigen PSA (Prostate-Specific Antigen). Nilai normal pada

dewasa dan muda adalah 0,4 ng/ml. Pada BPH terjadi peningkatan yang sesuai

dengan besarnya zona transisi, dan setiap peningkatan 1 gram akan meningkatkan

PSA 0,3 ng/dl. Produksi PSA pada kanker prostat bervariasi biasanya meningkat

pada kanker dengan diferensiasi yang baik dan menurun pada diferensiasi yang

buruk dengan ketepatan mencapai 50-60%. Manfaatnya adalah untuk mengetahui

frekuensi setelah prostatektomi radikal (Mansjoer, 2003).


Menurut Grace & Borley (2006) pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan pada kanker prostat


 DPL (Darah Perifer Lengkap) didapatkan anemia.
 Ureum + elektrolit, kreatinin : fungsi ginjal.
 Biopsi jarum pada kelenjar prostat: diagnosis jaringan.

20
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang tambahan menurut

Williams & Wilkins (2011), yaitu:


 Pemeriksaan rektal digital yang memperlihatkan nodulus kecil dan keras bisa

membantu mendiagnosis kanker prostatik.


 Kenaikan kadar alkalin fosfatase dan scan tulang positif mengindikasikan

metastasis tulang.
 Teknik pencitraan yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi pasien kanker

prostat meliputi scan tulang untuk mendeteksi metastase tulang, sinar X toraks

untuk memeriksa lesi (Gale, 2000).

2.12 Penatalaksanaan
Terdapat berbagai pilihan penatalaksanaan yang didasarkan pada usia

pasien, kondisi pasien, stadium dan derajat tumor, serta fasilitas yang tersedia.

Penatalaksanaan pasien dengan T1a adalah observasi. Pasien dengan stadium yang

rendah (T1b-T2) dianjurkan prostatektomi radikal atau terapi radiasi. Prostatektomi

dapat dilakukan retropubik atau parineal yang pertama memudahkan mencapai

prostat dan kelenjar limfe pelvis namun dapat terjadi kehilangan darah dalam

jumlah besar. Untuk pasien dengan obesitas, lebih dianjurkan secara parineal.
Perbandingan hasil antara operasi dan radiasi sulit dilakukan karena

pada pasien operasi dilakukan penentuan stadium dengan pemeriksaan patologi

sedangkan pada pemeriksaan radiasi dilakukan dengan berbagai teknik pencitraan

dan belum adanya uji klinis mengenai hal ini. Komplikasi pada radiasi

berhubungan dengan dosis total, volume terapi, distribusi dosis, dan skema

fraksinasi. Umumnya yang ditemui adalah gejala-gejala intestinal (perdarahan

rectum, tenesmus, diare dan lain-lain), urologi (frekuensi, disuria, sistitis, striptur

uretra, dan lain-lain), impotensi, dan edema ekstremitas.


Bila sudah terdapat metastasis jauh pengobatannya menggunakan

terapi hormonal, kecuali bila ada nyeri tulang yang merupakan indikasi radiasi.

Tujuan pengobatan hormonal adalah untuk mengurangi atau meniadakan pengaruh

21
hormone androgen ke jaringan prostat. Cara pengobatan hormonal adalah total

androgen blockage dengan LHRH analog + antiandrogen atau dengan kastrasi

(orkidektomi lateral).
Tindak lanjut yang terpenting adalah pemeriksaan kadar PSA secara

berkala pada pasien pasca prostatektomi radikal untuk mengetahui adanya

kekambuhan pada pasien yang diobati secara hormonal (Mansjoer, 2003).


 T0 atau T1A : Observasi, ultrasonografi dan PSA berulang.
 T1B + T2 : Prostatektomi radikal atau radioterapi radikal, atau radiasi

interstisial dengan 125I atau 198Au.


 T3+4 : Radiasi eksternal ± terapi hormonal.
 Metastasis :Manipulasi hormonal, orkidektomi bilateral, stiboestrol, agonis LH-

RH, antiandrogen (siprosteron asetat), radioterapi dan strontium untuk metastasis

tulang (Grace & Borley, 2006).

2.13 Peran Keluarga dalam Perawatan Ca Prostat

Peran keluarga terutama pada isteri dari penderita Ca prostat dengan memberikan
dukungan sangatlah penting untuk mengelola kecemasan melalui keyakinan dari istri
bahwa mereka mengerti dan menerima potensi efek samping pengobatan, seperti
inkontinensia dan impotensi.

Dukungan lain dari keluarga meliputi 4 komponen, yaitu :

1. Emosional
Dukungan emosional mencakup rasa menghormati, mencintai, dan perhatian yang
membantu meningkatkan rasa optimisme sehingga dapat terpenuhinya kualitas hidup
penderita.
2. Instrumental
Dukungan instrumental dapat berupa penyediaan barang dan jasa yang berwujud
secara konkret membantu individu, seperti menawarkan bantuan keuangan untuk
pembayaran tagihan rumah sakit.
3. Informasi
Dukungan informasi dapat membantu memecahkan masalah saat penderita sedang
stress menerima informasi tentang penyakitnya.
4. Penilaian
22
Dukungan penilaian melibatkan penegasan keputusan individu dengan memberikan
umpan balik atau membandingkannya dengan pikiran dan perasaan orang lain
dalam situasi yang sama. Hal ini dilakukan melalui percakapan dengan penyedia
layanan kesehatan, anggota keluarga, dan / atau teman yang lain. Jenis dukungan
dapat membantu penderita ca prostat mengatasi tantangan sehari-hari secara efektif
(Jones et al., 2010) .

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PROSTAT

1. Pengkajian
a. Data Demografi : Usia Dan Jenis Kelamin
b. Riwayat Kesehatan : Pernah BPH tau Tidak Sebelumnya
c. Perubahan Pola Fungsional:
 Sirkulasi : Peningkatan Tekanan Darah (Efek Dari Pembesaran

Ginjal)
 Eliminasi :
Gejala : Penurunan kekuatan/dorongan aliran uri, keragu-

raguan awal kemih, ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih

dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia, disuria, dan

hematuria, duduk untuk berkemih, ISK Berulang, riwayat batu, konstipasi.


Tanda : masa padat di bawah abdomen bawah (distensi

kandung kemih), nyeri tekan kandung kemih. Hernia inguinalis, hemoroid

(mengakibatkan memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi

tahanan).
 Makanan/cairan :
Gejala : anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan.
23
 Nyeri dan kenyamanan:
Gejala : nyeri suprapubis, panggul atau punggung kuat, tajam

dan nyeri punggung bawah.

2. Masalah Keperawatan
 Nyeri akut
 Gangguan pola berkemih
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Nyeri akut yang Level nyeri : Independen :


berhubungan dengan  Menyatakan nyeri 1. Pertahankan imobilisasi bagian
 Agen fisik (spasme mereda yang terkena dengan cara tirah
 Menunjukkan sikap
otot, gerakan fragmen baring.
yang relaks, mampu 2. Dorong klien untuk
tulang, dll)
 Psikologis (mis strees, bertasisipasi dalam mendiskusikan masalah terkait
ansietas) aktivitas nyerinya
 Istirahat dengan baik 3. Beri medikasi sebelum
Definisi :
melakukan aktivitas perawatan.
Control nyeri :
Pengalaman sensori dan 4. Lakukan dan awasi latihan ROM
Menunjukkan Pasif dan ROM aktif
emosional tidak
ketrampilan penggunaan 5. Beri tindakan kenyamanan
menyenangkan yang
relaksasi dan aktivitas alternative misalnya masasse,
muncul akibat kerusakan 6. Beri dukungan emosional dan
pengalih, sesuai indikasi
jaringan actual atau anjurkan penggunaan manajemen
seusai situasi individu
potensial atau yang stress distraksi atau dengan
digambarkan sebagai relaksasi misal latihan nafas
kerusakan, awitan yang dalam
tiba-tiba atau lambat dari 7. Transcutaneous electrical nerve

intensitas ringan hingga stimulation (TENS) memberikan

berat dengan akhir yang arus listrik di atas daerah yang

dapat diantisipasi stau sakit melalui elektroda yang

diprediksi. diaplikasikan pada kulit (Upton


et al., 2017)
8. Lakukan terapi Musik Penelitian

24
telah menunjukkan bahwa
mendengarkan musik mengurangi
persepsi nyeri (Sin and Chow,
2015)

Kolaboratif :

1. Beri medikasi sesuai indikasi


misal asam mefenamat.
2. Pemberian kompres hangat atau
dingin untuk mengurangi nyeri.
3. Pertahankan analgesia secara IV.

1. Eliminasi urine tidak Independent :


2. Gangguan Eliminasi
terganggu,
Urine berhubungan
2. Bau, jumlah dan 1. Menjelaskan pada klien
obstruksi anatomic
warna dalam rentang tentang perubahan dari pola
Definisi : normal. eliminasi.
3. Tidak ada hematuria. 2. .Observasi aliran dan
Keadaan dimana seorang
kekuatan urine, ukur residu
individu mengalami atau
urine pasca berkemih. Jika
berisiko mengalami
volume residu urine lebih
disfungsi eliminasi urine
besar dari 100 cc maka
jadwalkan program
kateterisasi intermiten
3. Monitor eliminasi urine
termasuk frekuensi,
konsistensi, bau, volume,
dan warna.
4. Pertahankan irigasi kandung
kemih yang konstan selama
24 jam pertama
5. Instruksikan pasien agar

25
berespon segera terhadap
kebutuhan eliminasi, jika
diperlukan.
6. Catat waktu eliminasi urine
terakhir.
7. Anjurkan pasien minum 8
gelas per hari pada saat
makan dan diantara jam
makan.

Kolaboratif :

Konsultasikan ke dokter jika


terdapat tanda dan gejala infeksi.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam

kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya

BPH, namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan

26
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan

mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan

mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada

pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka

kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun sekitar 100%.

5.2 Saran

Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan dengan

semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan maksimal, serta

perlu informasi dan sosialisasi bagi para usia lanjut untuk mengkonsumsi kalsium dalam

jumlah aman dan perlu penelitian lebih lanjut guna menguak lebih lanjut potensi

intraprostatic conversion guna mencegah risiko kanker prostat

Daftar Pustaka

Corwin, Elizabet J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

Gale, Danielle & Jane Charette. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta :
EGC.

Grace, Prierce A & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.

Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Skeleta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Purnomo, Basuki B. 2007. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : Infomedika.

Jones, R. a et al. (2010) ‘Family interactions among African American prostate cancer
survivors.’, Family & community health, 31(3), pp. 213–220. doi:
10.1097/01.FCH.0000324478.55706.fe.

Sin, W. M. and Chow, K. M. (2015) ‘Effect of Music Therapy on Postoperative Pain


Management in Gynecological Patients: A Literature Review’, Pain Management Nursing.
American Society for Pain Management Nursing, 16(6), pp. 978–987. doi:

27
10.1016/j.pmn.2015.06.008.

Upton, G. A. et al. (2017) ‘The influence of transcutaneous electrical nerve stimulation


parameters on the level of pain perceived by participants with painful diabetic neuropathy:
A crossover study’, Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews.
Diabetes India, 11(2), pp. 113–118. doi: 10.1016/j.dsx.2016.08.016.

Williams & Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : Jurnal
Nursing.

28

Anda mungkin juga menyukai