Disusun oleh:
1813020020
1813020028
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
3.6 Diagnosis..................................................................................................... 14
iii
3.10 Pembahasan............................................................................................... 19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bayi dengan gangguan pertumbuhan mempunyai resiko untuk terjadinya
aspirasi mekonium, polisitemia, hipoglikemia, masalah pertumbuhan dan
perkembangan jangka panjang. Untuk mengurangi insidensi IUGR diharapkan
kita dapat mengenali secara dini dengan cara skrining pada masa kehamilan
melalui pemeriksaan antenatal.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Istri Suami
2. ANAMNESIS
3
g. Keluhan lain
Pusing kepala
5. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche sekitar usia 13 tahun, siklus haid teratur 28 hari,
lama haid 5-7 hari dan mengganti pembalut 1-2 kali dalam sehari,
dismenore disangkal. Pasien mengatakan bahwa selama memakai KB
implant pola haidnya menjadi tidak teratur. Pasien mengatakan
terkadang sebulan dapat haid 2 kali atau tidak haid sama sekali. Selain
itu, pasien juga mengatakan bahwa sejak memakai KB implant apabila
sedang haid atau 2 hari sebelum haid badan terasa lemas, mual, pusing
dan tangan baal.
6. Riwayat Pernikahan
Pernikahan saat ini merupakan pernikahan yang pertama dengan
suami yang berusia 25 tahun. Pasien menikah usia 23 tahun dan sudah
menikah selama 5 tahun.
7. Riwayat Obstetri
4
9. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu. serta
tidak merokok.
10. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan anaknya dirumah. Pasien
merupakan ibu rumah tangga sedangkan suami bekerja sebagai buruh.
Biaya hidup sehari-hari ditanggung oleh suami. Pasien juga
menggunakan asuransi kesehatan.
11. Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah melakukan operasi apapun.
12. Riwayat Ginekologi
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit polip cervix, penyakit
menular seksual, kista ovarium, myoma.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Kesan : Tampak sehat
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 4– 5 – 6
Kesan Gizi : Cukup
Keadaan lain : Pucat (-), sianosis (-)
Antropometri:
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 146 cm
5
Status Generalis:
a. Kepala:
Bentuk : Mesosefali, deformitas (-)
b. Mata:
Palpebra : Edema (-), tidak cekung
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Tidak ikterik
Pupil : 3 mm / 3mm
Simetris : Isokor
Reflek cahaya : +/+
c. Leher :
Vena Jugularis
Pulsasi : Tidak terlihat
Tekanan : Tidak meningkat
Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Massa : Tidak ada
d. Toraks :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi (-), tampak jejas (-)
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, tidak kuat angkat, vocal
fremitus normal.
Perkusi : Sonor di paru dextra dan sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), mur-mur (-), gallop (-), suara
nafas normal, wheezing (-), ronki (-)
e. Abdomen :
Inspeksi : Tampak Cembung
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Pekak dan redup
Auskultasi: Bising usus (+) Normal
6
f. Ekstremitas :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-) dan capillary refill
time < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-) dan capillary refill
time < 2 detik
g. Status Obstetri
HPHT : 16 Juli 2018
HPL : 22 April 2019
Usia Kehamilan : 28 minggu (4 Februari 2019)
TFU : 22 cm
Leopold I : teraba bagian lunak bayi
Leopold II : teraba bagian keras seperti papan si sebelah kanan ibu
Leopold III : terdapat bagian keras bayi, berbentuk bulat, melenting.
Leopold IV : konvergen
TBJ : 1860
DJJ : 137x/menit
Gerak janin : aktif
HIS :-
4. DIAGNOSA
Diagnosa Kerja : G2P1A0, janin tunggal hidup inta uterin
presentasi kepala dengan resiko IUGR
5. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Bed rest
7
Edukasi
Penjelasan tentang kondisi ibu, resiko komplikasi yang dapat dialami oleh
ibu. Pemberikan informasi mengenai keadaan bayi saat ini dan rencana
yang akan diberikan untuk memperbaiki kondisi janin dan ibu.
6. PROGNOSIS :
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Hb 12,8 N: 12,00-15,00; L: >12
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu bentuk deviasi atau
reduksi pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses
patologi yang menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra
Uterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana
janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat
adanya gangguan nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu
keadaan yang dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah batasan
tertentu dari umur kehamilannya (Hasibuan, 2009).
Definisi IUGR yang sering digunakan adalah bayi yang
mempunyai berat badan lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat
badan normal yang disesuaikan dengan usia kehamilan (Hasibuan, 2009).
2. Klasifikasi
1
Hal ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. IUGR asimetris
mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil. IUGR
tipe-2 memiliki berat badan yang kurang dari persentil ke-10,
sedangkan ukuran kepala dan panjang badan normal. IUGR asimetris
terjadi pada trimester terakhir, yang disebabkan karena terjadinya
penurunan kecepatan pertumbuhan.
3. IUGR Kombinasi
Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit
pengurangan jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka
waktu lama dan parah, janin mungkin akan mengalami kemampuan
untuk kompensasi sehingga terjadi peralihan dari IUGR kombinasi
menjadi IUGR tipe simetris.
Simetris Asimetris
Insidensi 20 – 30 % Insidensi 70 – 80 %
2
1) Fase hiperplasia atau proliferasi (penambahan jumlah sel)
Terjadi penggandaan sel – sel secara mitosis cepat pada organ –
organ janin dan peningkatan kandungan DNA. Hal ini terjadi sejal
permulaan perkembangan janin sampai usia kehamilan 16 minggu.
2) Fase Hiperplasia dan Hipertropi
Terjadi penurunan mitosis sel dan peningkatan ukuran sel. Hal ini
berlangsung sampai usia 32 minggu.
3) Fase Hipertropi
Terjadi peningkatan kecepatan pertambahan ukuran sel, akumulasi
jaringan lemak, otot, dan jaringan ikat, dimana puncak kecepatan
pertambahan ukuran sel terjadi pada usia kehamilan 33 minggu.
3
2. Etiologi
MATERNAL PLASENTAL FETAL
4. Patofisiologi
Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan oleh tiga
kemungkinan yaitu gangguan fungsi plasenta, faktor ibu ; dimana
berkurangnya suplai oksigen atau asupan gizi, faktor janin; dimana
penurun kemampuan janin untuk menggunakan asupan gizi. Plasenta
memainkan peranan penting dalam dua kategori yang pertama.
Perkembangan abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili – vili
4
plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris
(Cunningham, 2014).
Pada plasenta dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi
sitotrofoblas yang dangkal pada rahim dan diferensiasi sitotrofoblas yang
abnormal. Kegagalan invasi sitotrofoblas ini akan mencegah remodeling
desidual distal menyebabkan berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta,
hipoksia plasenta setempat yang akan mengakibatkan terjadinya IUGR.
Disfungsi vili plasentayang disebabkan oleh apoptosis pada trofoblas,
stress oksidatif, infark dan kerusakan sitokinin akan mengakibatkan
terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada plasenta, sehingga
menghambat pemulihan dari plasenta (Hasibuan, 2009).
5. Skrining Janin
Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat
secara tepat dalam membantu penegakkan diagnosa IUGR, skrining dari
IUGR sangat penting untuk mengidentifikasi janin dengan resiko tinggi.
Secara umum skrining dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus
uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan
antenatal (ANC) sejak usia kehamilan 20 minggu sampai aterm ( POGI,
2008).
Pada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya IUGR
sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya.
Pemeriksaan skrining IUGR terutama dilakukan pada kehamilam trimester
ke-2 (18 minggu – sampai 20 minggu) untuk evaluasi ada tidaknya
malformasi, dan kehamilan multipel. Pemeriksaan ulang sebaiknya
dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu smpai 32 minggu untuk
mendeteksi gangguan pertumbuhan, pertumbuhan asimetris dan retribusi
darah ke organ penting, antara lain otak, jantung dan kelenjar adrenal
(Karsono, 2002).
Pengukuran TFU, secara normal dilakukan dalam 3 minggu, pada
usia kehamilan 20 minggu sampai 38 minggu. Jika TFU kurang dari atau
5
sama dengan 3 cm lebih rendah dari yang diharapkan pada usia kehamilan
tertentu, maka kita mulai mencurigai adanya IUGR (Cunningham, 2014).
6. Diagnosis
Diagnosis pasti IUGR baru dapat diketahui setelah janin
dilahirkan. Syarat utama utama untuk mengetahui apakah pertumbuhan
janin berjalan normal atau tidak, adalah keharusan utnuk mnegetahui usia
kehamilan secara tepat. Tanpa diketahui usia kehamilan, ketepatan
pertumbuhan janin tidak dapat ditentukan dan kekeliruan yang serius
dalam penatalaksanaan pasien bisa saja terjadi.
Usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT) pada wanita yang siklus haidnya teratur. Sebelum USG
berkembang, IUGR di diagnosa dengan berkurangnya penambahan berat
badan ibu dimana pertambahan berat badan kurang dari 5 kg pada usia
kehamilan 24 minggu atau kurang dari 8 kg pada kehamilan 32 minggu (
untuk ibu dengan BMI kurang dari 30) ; pemeriksaan palpasi (leopold),
dimana akurasinya terbatas dalam mendeteksi janin kecil masa kehamilan
(KMK) sebesar 30 %, sehingga perlu pemeriksaan tambahan biometri
janin; dan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) yang sampai saat ini
masih bayak digunakan.
TFU akan sesuai dengan jumlah minggu usia kehamilan 22 minggu
sampai 32 minggu dengan syarat kandung kemih dalam keadaan kosong.
Jika diperoleh hasil pengukuran tinggi fundus uteri ≤ 3 cm lebih rendah
dari yang diharapkan pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, maka
perlu dicurigai adanya IUGR. Namun pengukuran ini tidak dapat
dilakukan bila usia kehamilan lebih dari 35 minggu. Hasil pengukuran ini
tidak bisa diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion atau janin
dengan letak lintuag, obesitas dan ukuran plasenta yang besar
(Cunningham, 2014).
Data yang paling akurat dalam menentukan usia kehamilan dengan
melakukan pemeriksaan USG. Pada usia kehamilan 4 minggu sampai 6
minggu, parameter yang dipakai untuk menetukan usia kehamilan adalah
6
diameter kantong gestasi. Pada usia kehamilan 7 minggu sampai 12
minggu, parameter yang dipakai adalah jarak kepala –bokong (crown-
rump length atau CRL) dengan kesalahan sekitar 3 - 4 hari.
Pada usia kehamilan 12 minggu sampai 20 minggu, parameter
yang dipakai adalah diameter biparietal (DBP) dengan kesalahan sekitar 7
hari. Pada kehamilan trimester ke-2 dan trimester ke-3, penentuan usia
kehamilan dapat juga dilakukan dengan menggunakan parameter biometri
lainnya, seperti lingkar kepala, femur, humerus, dan sebagainya.
Penentuan HPHT, pengukuran besar uterus pada awal kehamilan, dan
deteksi DJJ merupakan cara yang paling bermanfaat dalam menetukan usia
kehamilan.
Cara yang paling umum digunakan dalam penetuan pertumbuhan
janin adalah dengan memperkirakan BB janin pada usia kehamilan
tertentu. Disini dianggap bahwa usia kehamilan sudah diketahui dengan
tepat. Dugaan IUGR adalah apabila pada usia kehamilan tertentu BB janin
yang diobservasi ternyata lebih kecil dari BB janin yang diharapkan dalam
normogram.
Gambar 3.1 Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan
7
sircumference (HC), abdominal sircumference (AC) dan femur length
(FL).
Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis IUGR
adalah rasio berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi
dengan lingkar perut (HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia
kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu dan kurang dari 1.0 setelah usia
kehamilan 34 minggu.
Pada IUGR asimetrikal , HC tetap lebih besar dibanding AC
karena otak merupakan organ yang paling sedikit terpengaruh ukurannya
oleh hambatan pertumbuhan janin dibanding dengan hepar yang paling
banyak mengalami gangguan. Sedangkan IUGR simetrikal, HC dan AC
kedua – duanya sama – sama lebih kecil, karenanya rasio HC/AC tidak
membantu, rasio lainnya yang berguna adalah rasio panjang femur per
lingkar perut (FL/AC).
Hasil pengukuran AC kurang dari persentil ke-10 dibawah rata-rata
dapat diperkirakan suati pertumbuhan asimetris. Baschat dan Weiner
mengatakan bahwa persentil AC yang rendah mempunyai nilai sensitivitas
yang tinggi yakni 98.1 % dalam mendiagnosa IUGR, sedangkan TBJ
mempunyai nilai sensitivitas 85.7%.
7. Penatalaksanaan
8
a. Tatalaksana umum :
Istirahat
Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering
direkomendasikan. Secara teori istirahat akan menurunkan
aliran darah ke perifer dan meningkatkan aliran darah ke
sirkulasi uteroplasenta, yang diduga dapat memperbaiki
pertumbuhan janin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Laurin
Dkk, menunjukkan bahwa rawat inap di rumah sakit tidak
bermanfaat, tidak terdapat perbedaan berat badan lahir antara
pasien yang dirawat inap dengan rawat jalan.
Suplementasi Nutrisi Ibu
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi
ibu memilki sedikit efek pada berat lahir. Kekurangan kalori
yang berat hingga lebih kecil 1500 kalori per hari dihubungkan
dengan penurunan berat bayi lahir rata-rata hampir 300 gram.
Terdapat data yang menunjukkan bahwa suplementasi nutrisi
dalam bentuk asupan kalori oral dan atau suplemen protein
memilki sedikit efek dalam meningkatkan berat badan lahir.
Defisiensi beberapa logam pada asupan makanan ibu juga
dihubungkan dengan IUGR. Walles Dkk. membuktikan bahwa
kadar seng pada leukosit perifer, yang merupakan indikator
sensitif keadaan seng jaringan, menurun pada ibu dengan janin
dengan IUGR (Cunningham, 2014).
Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan,
diduga dapat meningkatkan berat lahir dan dapat digunakan
dalam pencegahan dan terapi IUGR. Asam ini bekerja secara
kompetisi dengan asam arakhidonat yang merupakan substrat
dari enzim siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksan A2
(TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2) telah diteliti sebagai mediator
yang dapat menurunkan aliran uteroplasenta pada IUGR
idiopatik. Prostasiklin merupakan vasodilator, dan tromboksan
merupakan vasokonstriktor yang kuat. Keseimbangan antara dua
9
zat ini menghasilkan tonus vaskuler pada uteroplasenta.
Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin.
Perubahan rasio ini akan menghasilkan vasodilatasi yang
menyebabkan peningkatan aliran darah utreroplasenta dan
meningkatkan berat lahir, sehingga berguna dalam pencegahan
dan terapi IUGR.
b. Tatalaksana farmakologis :
Aspirin dan Dipiridamol
Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim
siklooksigenase secara ireversibel. Pemberian aspirin dosis
rendah 1-2 mg/kg/hari menghambat aktifitas siklooksigenase
dan menghasilkan penurunan sintesis tromboksan. Pemberian
aspirin dosis rendah berkaitan dengan peningkatan berat lahir
rata-rata sebesar 516 gram. Juga ditemukan peningkatan yang
bermakna pada berat plasenta.
Beta mimetik
Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah
uteroplasenta. Salah satunya adalah merangsang adenilat siklase
miometrium yang menyebabkan relaksasi uterus. Relaksasi ini
akan menurunkan resistensi aliran darah uterus dan
meningkatkan perfusi. Efek vasodilatasi langsung pada arteri
uterina juga meningkatkan perfusi uterus. Secara teori hal ini
bermanfaat pada pengobatan IUGR.
10
8. Komplikasi
1. Anomali janin
2. Asfiksia perinatal
3. Persalinan operatif
4. Kematian perinatal
5. Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal
6. Enterokolitis nekrotikan
9. Pencegahan
10. Pembahasan
Intrauterine Growth Restriction tetap menjadi masalah yang
menantang bagi dokter khususnya di Indonesia yang merupakan Negara
berkembang karena angka kejadian IUGR lebih tinggi dari Negara maju.
IUGR dipengaruhi oleh beberapa etiologi yaitu ibu, janin dan plasenta
dan juga beberapa faktor resiko lain. Dengan diketahuinya hal – hal
tersebut maka kita dapat melakukan pemeriksaan antenatal (PAN) dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan penunjang USG sebagai
cara untuk melakukan skrining janin sehingga kita dapat mencegah
11
terjadinya IUGR. Edukasi pasien juga merupakan salah satu hal yang
penting terutama jika sudah mengetahui etiologi dan faktor resiko dari
IUGR.
Sampai saat ini belum ada terapi yang paling efektif, namun ada
beberapa penanganan yang dapat dilakukan dengan tujuan dapat
melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
dapat mencegah terjadinya komplikasi. Diharapkan bagi dokter untuk
dapat memahami etiologi, faktor resiko, patofisologi serta PAN yang baik
sehingga dapat melakukan diagnosis yang benar, sehingga dapat
melakukan penatalaksanaan yang tepat pada IUGR.
12
1
BAB IV
PENUTUP
1
1
DAFTAR PUSTAKA