Anda di halaman 1dari 28

CASE BASED DISCUSSION

G3P2A0 H 27 minggu Primisekundi dengan Suspek Intra Uterine


Growth Restriction (IUGR)

Disusun oleh:

NUR HUSNINA DESI

1813020020

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PERIODE 2 NOVEMBER - 11 JANUARI 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Case Based Discussion yang berjudul:

“Intra Uterine Growth Restriction”

Yang disusun oleh:

Nur Husnina Desi

1813020028

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing:

dr. Leni Wuriyansari

dr. Helmi Indra Dewi

dr. Gunawan Setiadi

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 2 November 2019 – 11 Januari 2020

Purwokerto, Januari 2020

Pembimbing

dr. Leni Wuriyansari

dr. Helmi Indra Dewi

dr. Gunawan Setiadi

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

BAB II LAPORAN KASUS .......................................................................................... 3

2.1 Identitas ......................................................................................................... 3

2.2 Anamnesis ..................................................................................................... 3

2.3 Pemeriksaaan Fisik ....................................................................................... 5

2.4 Diagnosa ....................................................................................................... 7

2.5 Penatalaksanaan ............................................................................................ 7

2.6 Prognosis ....................................................................................................... 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi .......................................................................................................... 9

3.2 Klasifikasi ..................................................................................................... 9

3.3 Faktor Risiko dan Etiologi ......................................................................... 11

3.4 Patofisiologi ................................................................................................ 12

3.5 Skrining Janin ............................................................................................. 13

3.6 Diagnosis..................................................................................................... 14

3.7 Penatalaksanaan .......................................................................................... 16

3.8 Komplikasi .................................................................................................. 18

3.9 Pencegahan ................................................................................................. 19

iii
3.10 Pembahasan............................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Intrauterine Growth Restriction atau pertumbuhan janin terhambat kini


merupakan suatu penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas,
mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa resiko kematian 6 –
10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal dan merupakan
penyebab kedua terpenting kematian perinatal setelah persalinan prematuritas .
Dalam jangka panjang dapat berupa hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes,
obesitas, resistensi insulin, kanker, dan sebagainya. Hal tersebut dikenal dengan
Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam
uterus (Abdul, 2010).

Semakin meningkatnya kualitas pelayanan antenatal dan intrapartum serta


penatalaksanaan prematuritas, asfiksia, dan infeksi maka angka kematian perinatal
menjadi semakin berkurang, terutama negara maju. Namun insidensi IUGR
sebagai penyebab kematian perinatal cenderung meningkat. Menurut Hellen Kay
(2000), sepertiga dari seluruh kasus bayi dengan berat dibawah 2500 gram
mengalami IUGR dan 6-30 % bayi yang lahir dikategorikan dengan IUGR
(Hasibuan,2009).

Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena


memberikan beban ganda. Di negara berkembang, angka kejadian IUGR berkisar
antara 2%-8% pada bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature
15%. Di Jakarta ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah, prevalensi
IUGR lebih tinggi (14 %) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi menengah
atas (5 %) (Abdul,2010).

Penyebab IUGR adalah multifaktor. pada kebanyakan komunitas barat,


insufisiensi plasenta merupakan penyebab utama IUGR, sedangkan asupan gizi
maternal yang kurang dan infeksi malaria memegang peranan yang lebih besar
pada negara berkembang.

1
Bayi dengan gangguan pertumbuhan mempunyai resiko untuk terjadinya
aspirasi mekonium, polisitemia, hipoglikemia, masalah pertumbuhan dan
perkembangan jangka panjang. Untuk mengurangi insidensi IUGR diharapkan
kita dapat mengenali secara dini dengan cara skrining pada masa kehamilan
melalui pemeriksaan antenatal.

2
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS

Istri Suami

Nama Ny. W Tn. S

Alamat Sumbang 5/3 Sumbang 5/3

Usia 28 Tahun 30 tahun

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh

Agama Islam Islam

Status Pernikahan Menikah Menikah

Tanggal Masuk 4/2/2019 -

2. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 4 Februari


2019 pukul 9.30 WIB di ruang KIA Puskesmas 1 Sumbang.
1. Ke1uhan Utama : Kontrol Kandungan pada kehamilan ke 2
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Lokasi
Telapak tangan hingga jari
b. Onset
Sejak mengandung dan ketika melakukan aktifitas berlebih
c. Kualitas
Tangan seperti baal dan kesemutan.
d. Kuantitas
Tidak terlalu sering
e. Faktor yang memperberat
Aktifitas fisik yang berlebihan
f. Faktor yang memperingan
Istirahat dan melakukan gerakan-gerakan pada jari tangan

3
g. Keluhan lain
Pusing kepala

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi (+), Diabetes Mellitus (-), Jantung (-), Hepatitis (-), Alergi
Makanan (+) Udang, Obat (-), Asma (-).
Riwayat Penggunaan KB Susuk.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Pada anggota keluarga pasien orang tua menderita hipertensi,


kemudian tidak terdapat riwayat penyakit lain seperti diabetes
mellitus, penyakit ginjal, dan penyakit jantung.

5. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche sekitar usia 13 tahun, siklus haid teratur 28 hari,
lama haid 5-7 hari dan mengganti pembalut 1-2 kali dalam sehari,
dismenore disangkal. Pasien mengatakan bahwa selama memakai KB
implant pola haidnya menjadi tidak teratur. Pasien mengatakan
terkadang sebulan dapat haid 2 kali atau tidak haid sama sekali. Selain
itu, pasien juga mengatakan bahwa sejak memakai KB implant apabila
sedang haid atau 2 hari sebelum haid badan terasa lemas, mual, pusing
dan tangan baal.
6. Riwayat Pernikahan
Pernikahan saat ini merupakan pernikahan yang pertama dengan
suami yang berusia 25 tahun. Pasien menikah usia 23 tahun dan sudah
menikah selama 5 tahun.
7. Riwayat Obstetri

No. Tahun Umur hamil Persalinan Penolong J.K. BBL Keadaan

1. 2015 Aterm Spontan Nakes LK 2900 Sehat

8. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Pasien pernah memakai KB Implant (Susuk) setelah melahirkan anak
pertama.

4
9. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu. serta
tidak merokok.
10. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan anaknya dirumah. Pasien
merupakan ibu rumah tangga sedangkan suami bekerja sebagai buruh.
Biaya hidup sehari-hari ditanggung oleh suami. Pasien juga
menggunakan asuransi kesehatan.
11. Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah melakukan operasi apapun.
12. Riwayat Ginekologi
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit polip cervix, penyakit
menular seksual, kista ovarium, myoma.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum:
Kesan : Tampak sehat
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 4– 5 – 6
Kesan Gizi : Cukup
Keadaan lain : Pucat (-), sianosis (-)

Pengukuran Tanda vital :


Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit, regular
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 18 x/menit

Antropometri:
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 146 cm

5
Status Generalis:
a. Kepala:
Bentuk : Mesosefali, deformitas (-)
b. Mata:
Palpebra : Edema (-), tidak cekung
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Tidak ikterik
Pupil : 3 mm / 3mm
Simetris : Isokor
Reflek cahaya : +/+
c. Leher :
Vena Jugularis
Pulsasi : Tidak terlihat
Tekanan : Tidak meningkat
Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Massa : Tidak ada
d. Toraks :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi (-), tampak jejas (-)
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, tidak kuat angkat, vocal
fremitus normal.
Perkusi : Sonor di paru dextra dan sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), mur-mur (-), gallop (-), suara
nafas normal, wheezing (-), ronki (-)
e. Abdomen :
Inspeksi : Tampak Cembung
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Pekak dan redup
Auskultasi: Bising usus (+) Normal

6
f. Ekstremitas :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-) dan capillary refill
time < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-) dan capillary refill
time < 2 detik
g. Status Obstetri
HPHT : 16 Juli 2018
HPL : 22 April 2019
Usia Kehamilan : 28 minggu (4 Februari 2019)
TFU : 22 cm
Leopold I : teraba bagian lunak bayi
Leopold II : teraba bagian keras seperti papan si sebelah kanan ibu
Leopold III : terdapat bagian keras bayi, berbentuk bulat, melenting.
Leopold IV : konvergen
TBJ : 1860
DJJ : 137x/menit
Gerak janin : aktif
HIS :-

4. DIAGNOSA
Diagnosa Kerja : G2P1A0, janin tunggal hidup inta uterin
presentasi kepala dengan resiko IUGR

5. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa

- Sulfat Ferosus 27 mg 1x1


- Kalsium 1000mg 1x1
- Asam Folat 400 mcg 1x1
Non medikamentosa

- Bed rest

7
Edukasi

Penjelasan tentang kondisi ibu, resiko komplikasi yang dapat dialami oleh
ibu. Pemberikan informasi mengenai keadaan bayi saat ini dan rencana
yang akan diberikan untuk memperbaiki kondisi janin dan ibu.

6. PROGNOSIS :

Quo ad vitam : Dubia ad bonam


Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Hb 12,8 N: 12,00-15,00; L: >12

2 HBSAg Negatif Negatif

3 HIV Non Reaktif Non Reaktif

4 Sifilis Negatif Negatif

5 Protein Urin Negatif Negatif

6 Glukosa Urin Negatif Negatif

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu bentuk deviasi atau
reduksi pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses
patologi yang menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra
Uterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana
janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat
adanya gangguan nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu
keadaan yang dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah batasan
tertentu dari umur kehamilannya (Hasibuan, 2009).
Definisi IUGR yang sering digunakan adalah bayi yang
mempunyai berat badan lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat
badan normal yang disesuaikan dengan usia kehamilan (Hasibuan, 2009).

2. Klasifikasi

Terjadinya IUGR dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :

1. IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional)


Pada IUGR tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan
berukuran kecil akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan
berkurangnya proliferasi seluler semua organ janin. IUGR tipe-1
ditandai dengan berat badan, lingkar kepala dan panjang badan berada
dibawah persentil 10. IUGR simetris ini terjadi selama kehamilan
trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka kejadian kira – kira 20 –
30 % dari seluruh bari IUGR.

2. IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional)


IUGR tipe-2 terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan
energi, sehingga sebagian besar energi digunakan langsung untuk
mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung).

1
Hal ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. IUGR asimetris
mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil. IUGR
tipe-2 memiliki berat badan yang kurang dari persentil ke-10,
sedangkan ukuran kepala dan panjang badan normal. IUGR asimetris
terjadi pada trimester terakhir, yang disebabkan karena terjadinya
penurunan kecepatan pertumbuhan.

3. IUGR Kombinasi
Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit
pengurangan jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka
waktu lama dan parah, janin mungkin akan mengalami kemampuan
untuk kompensasi sehingga terjadi peralihan dari IUGR kombinasi
menjadi IUGR tipe simetris.

Tabel 3.1 Perbedaan IUGR Simetris dan Asimetris

Simetris Asimetris

Insidensi 20 – 30 % Insidensi 70 – 80 %

Terjadi pada trimester ke-1 Terjadi pada trimester ke-3


& ke-2

Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari abdomen

Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta

Komplikasi neonatus, Biasanya keadaan neonatus agak


prognosis buruk buruk dan membaik bila komplikasi
dihindari atau diterapi secara adekuat.

Lin dan santolaya Forgas (1998), melaporkan proses


pertumbuhan sel – sel secara mitosis cepat pada organ – organ janin
dan plasenta, dapat dibagi kedalam 3 fase, yakni :

2
1) Fase hiperplasia atau proliferasi (penambahan jumlah sel)
Terjadi penggandaan sel – sel secara mitosis cepat pada organ –
organ janin dan peningkatan kandungan DNA. Hal ini terjadi sejal
permulaan perkembangan janin sampai usia kehamilan 16 minggu.
2) Fase Hiperplasia dan Hipertropi
Terjadi penurunan mitosis sel dan peningkatan ukuran sel. Hal ini
berlangsung sampai usia 32 minggu.
3) Fase Hipertropi
Terjadi peningkatan kecepatan pertambahan ukuran sel, akumulasi
jaringan lemak, otot, dan jaringan ikat, dimana puncak kecepatan
pertambahan ukuran sel terjadi pada usia kehamilan 33 minggu.

Fase hiperplasia dimulai pada awal perkembangan janin, kemudian


secara bertahap terjadi pergeseran ke fase hipertopi. Gangguan
pertumbuhan pada malnutrisi yang terjadi selama fase hiperplasia akan
menyebabkan berkurangnya jumlah sel yang sifatnya permanen (IUGR
simetris). Malnutrisi yang terjadi selama fase hipertropi akan
menyebabkan berkurangnya ukuran sel, yang sifatnya reversibel (IUGR
asimetris). Apabila malnutrisi terjadi pada fase hiperplasia dan hipetropi
akan menyebabkan berkurangnya jumlah dan ukuran sel (IUGR
kombinasi)

3. Faktor Resiko dan Etiologi


1. Faktor Resiko
 Lingkungan sosio-ekonomi rendah
 Riwayat IUGR dalam keluarga
 Riwayat obstetri yang buruk
 Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang
rendah
 Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
 Komplikasi medik dalam kehamilan

3
2. Etiologi
MATERNAL PLASENTAL FETAL

Gangguan Vaskular Invasi trofoblast Genetik (20%)


abnormal Kelainan kromososm
(25-30%)
Infark plasenta Kelainan kongenital
Hipertensi
Plasenta previa Kehamilan ganda
Diabetes Melitus
Plasenta (5%)
Penyakit Ginjal
sirkumvallate Infeksi Intrauterine
Gangguan
Anomali Cytomegalovirus
hiperkoagulasi
vaskular Malaria
Thrombophilia
umbilikal – Parvovirus
Sindroma antibodi
plasental Rubella
Antiphospholipid
Insersi tali pusat Toxoplasmosis
Hipoksia persisten
velamentosa Herpes virus
(penyakit paru atau
HIV
jantung, anemia yang
berat)
Malnutrisi, toksin
(alkohol, rokok, obat-
obatan,dll)
Malformasi uterus
atau adanya massa

4. Patofisiologi
Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan oleh tiga
kemungkinan yaitu gangguan fungsi plasenta, faktor ibu ; dimana
berkurangnya suplai oksigen atau asupan gizi, faktor janin; dimana
penurun kemampuan janin untuk menggunakan asupan gizi. Plasenta
memainkan peranan penting dalam dua kategori yang pertama.
Perkembangan abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili – vili

4
plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris
(Cunningham, 2014).
Pada plasenta dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi
sitotrofoblas yang dangkal pada rahim dan diferensiasi sitotrofoblas yang
abnormal. Kegagalan invasi sitotrofoblas ini akan mencegah remodeling
desidual distal menyebabkan berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta,
hipoksia plasenta setempat yang akan mengakibatkan terjadinya IUGR.
Disfungsi vili plasentayang disebabkan oleh apoptosis pada trofoblas,
stress oksidatif, infark dan kerusakan sitokinin akan mengakibatkan
terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada plasenta, sehingga
menghambat pemulihan dari plasenta (Hasibuan, 2009).

5. Skrining Janin
Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat
secara tepat dalam membantu penegakkan diagnosa IUGR, skrining dari
IUGR sangat penting untuk mengidentifikasi janin dengan resiko tinggi.
Secara umum skrining dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus
uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan
antenatal (ANC) sejak usia kehamilan 20 minggu sampai aterm ( POGI,
2008).
Pada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya IUGR
sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya.
Pemeriksaan skrining IUGR terutama dilakukan pada kehamilam trimester
ke-2 (18 minggu – sampai 20 minggu) untuk evaluasi ada tidaknya
malformasi, dan kehamilan multipel. Pemeriksaan ulang sebaiknya
dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu smpai 32 minggu untuk
mendeteksi gangguan pertumbuhan, pertumbuhan asimetris dan retribusi
darah ke organ penting, antara lain otak, jantung dan kelenjar adrenal
(Karsono, 2002).
Pengukuran TFU, secara normal dilakukan dalam 3 minggu, pada
usia kehamilan 20 minggu sampai 38 minggu. Jika TFU kurang dari atau

5
sama dengan 3 cm lebih rendah dari yang diharapkan pada usia kehamilan
tertentu, maka kita mulai mencurigai adanya IUGR (Cunningham, 2014).

6. Diagnosis
Diagnosis pasti IUGR baru dapat diketahui setelah janin
dilahirkan. Syarat utama utama untuk mengetahui apakah pertumbuhan
janin berjalan normal atau tidak, adalah keharusan utnuk mnegetahui usia
kehamilan secara tepat. Tanpa diketahui usia kehamilan, ketepatan
pertumbuhan janin tidak dapat ditentukan dan kekeliruan yang serius
dalam penatalaksanaan pasien bisa saja terjadi.
Usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT) pada wanita yang siklus haidnya teratur. Sebelum USG
berkembang, IUGR di diagnosa dengan berkurangnya penambahan berat
badan ibu dimana pertambahan berat badan kurang dari 5 kg pada usia
kehamilan 24 minggu atau kurang dari 8 kg pada kehamilan 32 minggu (
untuk ibu dengan BMI kurang dari 30) ; pemeriksaan palpasi (leopold),
dimana akurasinya terbatas dalam mendeteksi janin kecil masa kehamilan
(KMK) sebesar 30 %, sehingga perlu pemeriksaan tambahan biometri
janin; dan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) yang sampai saat ini
masih bayak digunakan.
TFU akan sesuai dengan jumlah minggu usia kehamilan 22 minggu
sampai 32 minggu dengan syarat kandung kemih dalam keadaan kosong.
Jika diperoleh hasil pengukuran tinggi fundus uteri ≤ 3 cm lebih rendah
dari yang diharapkan pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, maka
perlu dicurigai adanya IUGR. Namun pengukuran ini tidak dapat
dilakukan bila usia kehamilan lebih dari 35 minggu. Hasil pengukuran ini
tidak bisa diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion atau janin
dengan letak lintuag, obesitas dan ukuran plasenta yang besar
(Cunningham, 2014).
Data yang paling akurat dalam menentukan usia kehamilan dengan
melakukan pemeriksaan USG. Pada usia kehamilan 4 minggu sampai 6
minggu, parameter yang dipakai untuk menetukan usia kehamilan adalah

6
diameter kantong gestasi. Pada usia kehamilan 7 minggu sampai 12
minggu, parameter yang dipakai adalah jarak kepala –bokong (crown-
rump length atau CRL) dengan kesalahan sekitar 3 - 4 hari.
Pada usia kehamilan 12 minggu sampai 20 minggu, parameter
yang dipakai adalah diameter biparietal (DBP) dengan kesalahan sekitar 7
hari. Pada kehamilan trimester ke-2 dan trimester ke-3, penentuan usia
kehamilan dapat juga dilakukan dengan menggunakan parameter biometri
lainnya, seperti lingkar kepala, femur, humerus, dan sebagainya.
Penentuan HPHT, pengukuran besar uterus pada awal kehamilan, dan
deteksi DJJ merupakan cara yang paling bermanfaat dalam menetukan usia
kehamilan.
Cara yang paling umum digunakan dalam penetuan pertumbuhan
janin adalah dengan memperkirakan BB janin pada usia kehamilan
tertentu. Disini dianggap bahwa usia kehamilan sudah diketahui dengan
tepat. Dugaan IUGR adalah apabila pada usia kehamilan tertentu BB janin
yang diobservasi ternyata lebih kecil dari BB janin yang diharapkan dalam
normogram.

Gambar 3.1 Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan

Taksiran berat badan Janin (TBJ) yang paling banyak digunakan


yakni pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), head

7
sircumference (HC), abdominal sircumference (AC) dan femur length
(FL).
Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis IUGR
adalah rasio berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi
dengan lingkar perut (HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia
kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu dan kurang dari 1.0 setelah usia
kehamilan 34 minggu.
Pada IUGR asimetrikal , HC tetap lebih besar dibanding AC
karena otak merupakan organ yang paling sedikit terpengaruh ukurannya
oleh hambatan pertumbuhan janin dibanding dengan hepar yang paling
banyak mengalami gangguan. Sedangkan IUGR simetrikal, HC dan AC
kedua – duanya sama – sama lebih kecil, karenanya rasio HC/AC tidak
membantu, rasio lainnya yang berguna adalah rasio panjang femur per
lingkar perut (FL/AC).
Hasil pengukuran AC kurang dari persentil ke-10 dibawah rata-rata
dapat diperkirakan suati pertumbuhan asimetris. Baschat dan Weiner
mengatakan bahwa persentil AC yang rendah mempunyai nilai sensitivitas
yang tinggi yakni 98.1 % dalam mendiagnosa IUGR, sedangkan TBJ
mempunyai nilai sensitivitas 85.7%.

7. Penatalaksanaan

Langkah pertama dalam menangani IUGR adalah mengenali


pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin
kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin IUGR atau malnutrisi
dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan
metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien IUGR dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.

Tatalaksana kehamilan dengan IUGR bertujuan, karena tidak ada


terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang
sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko
pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :

8
a. Tatalaksana umum :
 Istirahat
Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering
direkomendasikan. Secara teori istirahat akan menurunkan
aliran darah ke perifer dan meningkatkan aliran darah ke
sirkulasi uteroplasenta, yang diduga dapat memperbaiki
pertumbuhan janin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Laurin
Dkk, menunjukkan bahwa rawat inap di rumah sakit tidak
bermanfaat, tidak terdapat perbedaan berat badan lahir antara
pasien yang dirawat inap dengan rawat jalan.
 Suplementasi Nutrisi Ibu
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi
ibu memilki sedikit efek pada berat lahir. Kekurangan kalori
yang berat hingga lebih kecil 1500 kalori per hari dihubungkan
dengan penurunan berat bayi lahir rata-rata hampir 300 gram.
Terdapat data yang menunjukkan bahwa suplementasi nutrisi
dalam bentuk asupan kalori oral dan atau suplemen protein
memilki sedikit efek dalam meningkatkan berat badan lahir.
Defisiensi beberapa logam pada asupan makanan ibu juga
dihubungkan dengan IUGR. Walles Dkk. membuktikan bahwa
kadar seng pada leukosit perifer, yang merupakan indikator
sensitif keadaan seng jaringan, menurun pada ibu dengan janin
dengan IUGR (Cunningham, 2014).
Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan,
diduga dapat meningkatkan berat lahir dan dapat digunakan
dalam pencegahan dan terapi IUGR. Asam ini bekerja secara
kompetisi dengan asam arakhidonat yang merupakan substrat
dari enzim siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksan A2
(TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2) telah diteliti sebagai mediator
yang dapat menurunkan aliran uteroplasenta pada IUGR
idiopatik. Prostasiklin merupakan vasodilator, dan tromboksan
merupakan vasokonstriktor yang kuat. Keseimbangan antara dua

9
zat ini menghasilkan tonus vaskuler pada uteroplasenta.
Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin.
Perubahan rasio ini akan menghasilkan vasodilatasi yang
menyebabkan peningkatan aliran darah utreroplasenta dan
meningkatkan berat lahir, sehingga berguna dalam pencegahan
dan terapi IUGR.

b. Tatalaksana farmakologis :
 Aspirin dan Dipiridamol
Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim
siklooksigenase secara ireversibel. Pemberian aspirin dosis
rendah 1-2 mg/kg/hari menghambat aktifitas siklooksigenase
dan menghasilkan penurunan sintesis tromboksan. Pemberian
aspirin dosis rendah berkaitan dengan peningkatan berat lahir
rata-rata sebesar 516 gram. Juga ditemukan peningkatan yang
bermakna pada berat plasenta.

Dipiridamol, merupakan inhibitor enzim fosfodiesterase,


dapat menghambat penghancuran cyclic adenosine
monophosphate (cAMP). Ini akan meningkatkan konsentrasi
cAMP yang dapat menyebabkan trombosit lebih sensitif
terhadap efek prostasiklin dan juga merangsang sintesis
prostasiklin yang menghasilkan vasodilatasi.

 Beta mimetik
Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah
uteroplasenta. Salah satunya adalah merangsang adenilat siklase
miometrium yang menyebabkan relaksasi uterus. Relaksasi ini
akan menurunkan resistensi aliran darah uterus dan
meningkatkan perfusi. Efek vasodilatasi langsung pada arteri
uterina juga meningkatkan perfusi uterus. Secara teori hal ini
bermanfaat pada pengobatan IUGR.

10
8. Komplikasi
1. Anomali janin
2. Asfiksia perinatal
3. Persalinan operatif
4. Kematian perinatal
5. Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal
6. Enterokolitis nekrotikan

9. Pencegahan

Beberapa penyebab dari IUGR tidak dapat dicegah. Bagaimanapun


juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol.
Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya
seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang
bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik;
mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang
cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga
baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan
tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi
harus baik.

10. Pembahasan
Intrauterine Growth Restriction tetap menjadi masalah yang
menantang bagi dokter khususnya di Indonesia yang merupakan Negara
berkembang karena angka kejadian IUGR lebih tinggi dari Negara maju.
IUGR dipengaruhi oleh beberapa etiologi yaitu ibu, janin dan plasenta
dan juga beberapa faktor resiko lain. Dengan diketahuinya hal – hal
tersebut maka kita dapat melakukan pemeriksaan antenatal (PAN) dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan penunjang USG sebagai
cara untuk melakukan skrining janin sehingga kita dapat mencegah

11
terjadinya IUGR. Edukasi pasien juga merupakan salah satu hal yang
penting terutama jika sudah mengetahui etiologi dan faktor resiko dari
IUGR.
Sampai saat ini belum ada terapi yang paling efektif, namun ada
beberapa penanganan yang dapat dilakukan dengan tujuan dapat
melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
dapat mencegah terjadinya komplikasi. Diharapkan bagi dokter untuk
dapat memahami etiologi, faktor resiko, patofisologi serta PAN yang baik
sehingga dapat melakukan diagnosis yang benar, sehingga dapat
melakukan penatalaksanaan yang tepat pada IUGR.

12
1
BAB IV
PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus IUGR (Intra Uterina Gestational


Restriction) pada seorang wanita berumur 28 tahun yang datang dengan keluhan
telapak tangan dan jari sering kesemutan dan perkembangan perutnya kecil. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang mendukung diagnosis
IUGR. Penggunaan USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang
dapat mendukung kelainan yang terjadi pada pasien sehingga dapat menentukan
usia kehamilan sudah sesuai belum dengan ukuran dan kemajuan perkembangan
janinnya. Dalam kasus ini penatalaksanaan bersifat medikamentosa, non
medikamentosa dan edukasi. Penatalaksanaan tersebut di harapkan dapat
memperbaiki asupan nutrisi yang di butuhkan untuk perkembangan janin.

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi ,Wikojosastro H.


Gulardi.2010. Ilmu Kebidanan, edisi ke 4. Jakarta; Balai Penerbit
PT. BINA PUSTAKA SARWANO PRAWIROHARDJO: 696 – 700

Cunningham FG, Mac Donald PC et al. 2014. Williams Obstetrics. 21st


ed. Prentice Hall Inc, USA, 1111-39

Hasibuan, Dessy S. 2009. Volume dan Sekresi Ginjal pada Pertumbuhan


Janin Terhambat dan Normal dengan Pemeriksaan
Ultrasonografi. Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU.
Medan

Karsono B. 2002. Pertumbuhan Janin Terhambat. Kursus dasar


Ultrasonografi dan Kardiotokografi. Pra PIT XIII. Malang.

POGI.2008.Panduan pengelolaan kehamilan Dengan Pertumbuhan Janin


Terhambat di Indonesia. Kelompok kerja Penyusunan Panduan
Pengelolaan Kehamilan Dengan pertumbuhan Janin terhambat di
Indonesia. Edisi I. Himpunan FM POGI, 1 – 24.

Anda mungkin juga menyukai