Disusun Oleh :
Desy Rahmawati (P07224119008)
Emma Agustina (P07224119009)
Ersa Rusiana (P07224119010)
Mitha Aulia (P07224119014)
Rasnah Jumiati (P07224119021)
Riza Safira Salsabilah (P07224119023)
Shalsabilah Febriyanti (P07224119024)
Yasmin Aulia Asri Nur Azizah (P07224119026)
CI CI
PEMBIMBING
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. RumusanMasalah..............................................................................................4
C. TujuanPenelitian...............................................................................................4
D. ManfaatPenelitian............................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
A. Definisi asfiksia................................................................................................6
B. Tata laksana asfiksia dan komplikasinya....Error! Bookmark not defined.
BAB III.......................................................................................................................24
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR ..........................................24
BAB IV.......................................................................Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN.........................................................................................................35
BAB V........................................................................................................................43
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................43
A. Kesimpulan.....................................................................................................43
B. Saran................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................45
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan
Refleksi Diskusi Kasus Praktik Klinik III Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Kami menysdari bahwa selama penulisan ini kami banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
3. Ibu Ernani Setyawati, M.Keb selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Balikpapan
4
8. Kepada seluruh dosen dan staff Prodi D-III Kebidanan Balikpapan yang telah
9. Teman teman yang telah memotivasi kami dalam menyusun laporan ini
Laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal ialah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tampa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu, dengan berat badan 2.500-4.000 gram, nilai Appereance Pulse Grimace
Activity Respiration (APGAR) kurang lebih 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus ialah
bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi tersebut
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi bayi baru lahir
Penyebab kematian bayi baru lahir secara umum yaitu Asfiksia, Infeksi, dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Asfiksia merupakan penyebab kematian bayi baru lahir
yang paling utama. Asfiksia merupakan kondisi saat bayi lahir kekurangan oksigen
sebelum atau selama kelahiran. Kelainan infeksi, ada banyak hal yang memicu
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir diantaranya sepsis, penumonia, tetanus dan
diare. Selain itu,infeksi pada bayi baru lahir cukup sering terjadi di daerah-daerah yang
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan
keadaan hipoksia dan hiperkapnia serta sering berakhir dengan asidosis asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna, sehingga
mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
Asfiksia bermula dari kondisi gawat janin, Kondisi ini dapat terjadi apabila aliran
1
0.
darah dari tubuh ibu ke plasenta mengalami gangguan, sehingga menyebabkan janin
kekurangan pasokan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) keadaan ini tetap
berlanjut maka bayi beresiko lahir mengidap asfiksia saat lahir. Asfiksia pada bayi
baru lahir dapat ditandai dengan bernapas megap-megap atau tidak bernapas, denyut
jantung yang kurang dari 100x/menit, pucat, kulit sianosis, tonus otot menurun, tidak
ada respon terhadap refleks rangsangan (Sembiring, 2019). Gejala asfiksia dapat
dirasakan secara langsung maupun tidak langsung setelah persalinan. Denyut jantung
janin yang terlalu tinggi atauterlalu rendah, dapat digunakan sebagai acuan terjadinya
asfiksia neonatorum atau tanda bayi kekurangan oksigen setelah lahir. Beberapa gejala
asfiksia neonatorum yang dapat diamati pada bayi baru lahir antara lain: kulit yang
pucat atau kebiru-biruan (sianosis), kesulitan bernapas, denyut nadi yang rendah, detak
jantung terlalu kuat atau lemah, anggota badan kaku atau lemas (hiotonia), respons
yang buruk terhadap stimulasi. Semakin lama bayi tidak mendapatkan oksigen, gejala
asfiksia akan semakin bertambah parah. Gejala yang parah dapat memicu kerusakan
dari beberapa organ seperti paru-paru bayi, jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di
indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal. Penyebab kematian
bayi baru lahir di indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia(27%),
trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (Lisa, Ningsih,
2016).
Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia masih cukup tinggi berdasarkan data hasil
survei demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012 didapatkan bahwa angka
kematian bayi baru lahirdi indonesia 32 per 1.000 kelahiran hidup, dengan mayoritas
kasus kematian bayi yang terjadi dalam periode neonatus. Menurut hasil Badan Pusat
2
0.
Statistik (BPS) pada tahun 2016, mencatat bahwa Angka Kematian Bayi (AKB)
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian Bayi
(AKB) mengalami penurunan. Pada tahun 2017 angka kematian Bayi sebanyak 24 per
1000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibanding hasil SDKI
tahun 2012, yaitu sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut permenkes RI dalam
program SDGs bahwa target sistem kesehatan nasional yaitu pada goals ke 3
menerangkan bahwa pada 2030 seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian
bayi setidaknya hingga 12 per 1000 kelahiran hidup (Permenkes RI, 2015).
Menurut data survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI), Angka kematian bayi
sebanyak 47% yang meninggal pada masa neonatal. setiap lima menit terdapat satu
neonatus yang meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di indonesia, salah
satunya asfiksia sebesar 27% yang merupakan penyebabke-2 kematian bayi baru lahir,
setelah bayi berat lahir rendah (BBLR). Adapun penyebab langsung kematian bayi
baru lahir yaitu berat badan lahir rendah (29%), asfiksia (13%), tetanus (10%), masalah
Faktor yang dapat menyebabkan kejadian asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia ibu
kurang dari 20 atau lebih 35 tahun,paritas, faktor plasenta yaitu plasenta tipis, plasenta
kecil, solusio plasenta, faktor janin yaitu Premature, Intrauterine Growth Retardation
(IUGR), tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, faktor persalinan yaitu: partus lama,
partus tindakan, persalinan dengan sectio caesarea/SC (Sari, 2013). Partus lama dapat
mengakibatkan oksigen dalam darah turun dan aliran darah ke plasenta menurun
sehingga oksigen yang tersedia untuk janin menurun, pada akibatnya dapat
menimbulkan hipoksia janin sehingga dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru
lahir.
3
0.
Tingginya jumlah kasus kematian bayi ini disebabkan banyaknya permasalahan yang
dihadapi baik dari sisi input awal perencanaan, implementasi maupun evaluasi. Selain
itu penyelerasan konsep kebijakan dibagian top dan bottom agar dapat seirama dalam
pelaksanaan sesuai dengan rencana. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah
terutama dalam peningkatan kegiatan yang bersifat preventif dan promotif yang
Upaya percepatan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) terfokus pada meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, membangun kemitraan yang efektif dengan
lintas program dan lintas sektor serta mitra lain seperti badan memperdayaan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, monitoring dan informasi kesehatan serta
Melihat data angka kematian bayi yang cukup tinggi kematian bayi karena asfiksia, hal
ini menunjukan bahwa masalah ini membutuhkan penanganan yang tepat karena akan
B. RumusanMasalah
Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan
Djatiwibowo”
C. TujuanPenelitian
D. Manfaat Penelitian
4
0.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
b. Bagi Peneliti
c. Bagi Klien
pelayanan kebidanan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Asfiksia
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai
Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak
prayogi, 2017). Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
B. Etiologi
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan
terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa
Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi yang terdiri dari: faktor ibu, faktor
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu yang terjadi karena hipoventilasi
akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam, usia ibu kurang dari 20
6
0.
tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi
rendah, setiap penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas
tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir, gemeli, IUGR, premature, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan, dan lain-
C. Patofisiologi
Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih dalam keadaan
kontriksi dan hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui
ke aorta namun suplai oksigen melalui plasenta ini terputus ketika bayi
diaktifkan dan terjadi perubahan pada alveolus yang awalnya berisi cairan
cairan tersebut terjadi akibat adanya kompresi dada (toraks) bayi pada saat
khususnya dada (toraks) berada dijalan lahir sehingga terjadi kompresi dan
cairan yang terdapat dalam paru dikeluarkan (Manuaba, 2007). Setelah toraks
lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan terjadinya inspirasi pasif paru
7
0.
permukaan paru yang cukup untuk membuka alveoli (Manuaba et al., 2007).
terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif lemah, namun karena inspirasi
yang lebih besar ke dalam intrapleura sehingga semua cairan alveoli dapat
dikeluarkan (Hall & Guyton, 2014). Selain itu, pernapasan pertama bayi timbul
curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu tubuh dan berbagai
rangsangan taktil (Behrman et al., 2000). Namun apabila terjadi gangguan pada
pertamanya maka arteriol akan tetap dalam vasokontriksi dan alveoli akan tetap
terisi cairan. Keadaan dimana bayi baru lahir mengalami kegagalan bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan disebut dengan asfiksia
neonatorum (Fida & Maya, 2012). Menurut Price & Wilson (2006) gagal napas
terjadi apabila paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas, yaitu oksigenasi darah arteri dan pembuangan karbon dioksida (Price &
Wilson, 2006). Proses pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah pada
difusi gas pada alveoli. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen
dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli (Hidayat, 2008). Proses
difusi gas pada alveoli dipengaruhi oleh luas permukaan paru, tebal membran
8
0.
D. Manifestasi Klinis
• DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
• Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala Tonus otot buruk
E. Klasifikasi
9
0.
Keterangan:
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi
karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan
1). Asfiksia Ringan (vigorus baby) Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat
2). Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia) Skor APGAR 4-6, pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3). Asfiksia Berat Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfksia dengan
henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
10
0.
2. Cara dilahirkan.
3. Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan (Ghai, 2012)
Pemeriksaan fisik.
b. PaCO2 > 55 mm H2
11
0.
12
0.
aspirator mekonium.
13
0.
14
0.
15
0.
waystopcocks
circulation
16
0.
• Pulseoxymetri
17
0.
H. Wewenang Bidan
3. Episiotomi.
dengan rujukan.
6. Pencegahan anemia.
18
0.
2015:61).
19
0.
Pada kasus asfiksia, data yang perlu untuk dikumpulkan yaitu, sesuai
subjektif yang terdiri dari, usia kehamilan ibu apakah kurang bulan atau
bercampur mekonium atau tidak. Selain itu, data objektif pun termasuk
bayi segera menangis setelah lahir, apakah bayi bernafas secara spontan
tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, dan bayi tidak bergerak
aktif. Hal ini dikuatkan oleh pendapat sudarti (2013), yang mengatakan
seorang bayi yang lahir dengan tidak segera menangis, bernafas secara
tidak ada, dan bayi tidak bergerak aktif maka keadaan ini disebut
20
0.
penyakit ibu, anak dan balita, dan faktor – faktor pendukung dan
pada data objektif didapatkan keadaan umum bayi buruk, bayi belum
bisa bernafas dengan spontan, dan tonus otot lemah bahkan hampir
tidak ada. Maka bisa ditegakkan diagnosa aktual sebagaimana bayi baru
masalah potensial terjadi. Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk
21
0.
pada bayi baru lahir dengan asfiksia yaitu antisipasi terjadinya kematian
pada janin. Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu
mungkin terjadi adalah kematian pada bayi dan infeksia pada tali pusat.
secara kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kondisi klien. Pada kasus
yaitu melakukan resusitasi pada bayi baru lahir agar bayi dapat bernafas
secara spontan.
22
0.
penegtahuan dan teori yang terupdate serta evidence based terkini serta
yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pemberian asuhan dapat
2014). Evaluasi pada asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia antara lain, keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam
batas normal, 56 tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada kendala dan
tidak ada komplikasi pada saat setelah bayi lahir dan tetap memantau
23
0.
24
BAB III
LANGKAH I (PENGKAJIAN)
I. IDENTITAS / BIODATA
Panjang badan : 50 cm
Umur : 26 th Umur : 43 th
05.45
25
0.
- Lain – lain :
dan buah)
- Lain – lain :
- Lama persalinan
Kala I : 4 jam
Kala II : 45 menit
ganti sarung
26
0.
- Lamanya : 6 jam
- Jumlah : 10 ml
- Komplikasi persalinan
Ibu : KPD
Nilai Apgar
Resusitasi : dilakukan
A. Pemeriksaan Umum
- Suhu : 36,5 oC
- Pernafasan : 50 x/menit
27
0.
- HR : 87x/menit
- BBL : 3275 gr
B. Pemeriksaan Fisik
Hematoma.
cairan.
Lembab.
Tiroid.
Limpa.
28
0.
berjumlah 2.
Skoliosis.
C. Refleks
D. Antropometri
- Lingkar Kepala : 35 cm
- Lingkar Dada : 33 cm
- Lingkar Perut : 30 cm
- Lingkar lengan : 13 cm
E. Eliminasi
F. Pemeriksaan penunjang
29
0.
1. Pemeriksaan darah
Hb : tidak dilakukan
Lain – lain :
2. Pemeriksaan urine
3. Pemeriksaan penunjang
Lain – lain :
LANGKAH II
Diagnosa Dasar
NCB-SMK hari ke-0 O:
- Bayi lahir spontan jam 05.45
- Berat badan lahir : 3275 gram
- Panjang badan lahir : 50
cm
- JK : Laki-laki
- Keadaan umum : sedang
- Suhu : 36,5 oC
30
0.
- Pernafasan : 50 x/menit
- Saturasi : 72 %
- HR : 87 x/menit
- Dada : retraksi ringan
- Kepala : caput sucadenium
- Hidung : pernafasan cuping
hidung
- Dada : Retraksi ringan
- Apgar Score : 6/8
Masalah Dasar
O:
- Dada : retraksi ringan
- Hidung : pernafasan cuping
hidung
Aspiksia Ringan - Saturasi : 72 %
- Apgar Score : 6/8
- HR : 87 x/menit
-
DO : Bayi lahir tidak segera menangis, retarksi dada, Pernafasan Cuping hidung,
Sianosis
Antisipasi :
1. Melakukan VTP
LANGKAH IV
1. RESUSITASI
31
0.
2. CPAP
3. OGT
LANGKAH V ( PLANNING/RENCANA )
4. Observasi KU dan Vital sign bayi. Suhu : 36,5 oC, Pernafasan : 50 x/menit,
Saturasi : 72 %, HR : 87 x/menit
6. Jaga kehangatan bayi, yaitu dengan menggunakan kain bersih dan hangat,
LANGKAH VI ( IMPLEMENTASI )
32
0.
2. Terpasang CPAP 7 L
HR : 155 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 50 x/menit
Saturasi : 95%
5. Telah dilakukan observasi PCH dan retraksi dinding dada
33
0.
DOKUMENTASI KEBIDANAN
S :(-)
O :
- JK : Laki-laki
Tanda-Tanda Vital :
- Suhu : 36,5 oC
- Pernafasan : 50 x/menit
- Saturasi : 95 %
- HR : 155x/menit
34
0.
Tindakan segera :
2. RESUSITASI
3. CPAP
4. Oksigen
5. OGT
P :
E : Ku : sedang
Pernafasan : 50 x/menit
Saturasi : 95%
HR : 155x/menit
E:
35
0.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membandingkan tentang kesenjangan antara teori
dan hasil tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny. R dengan
37
0.
(Kurniarum, 2016):
a. Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu
bagian depan
makin besar
pembukaan cervix.
, tetapi pada Ny. R terdapat kesenjangan berupa ketuban sudah pecah saat
pembukaan 2 cm hal tersebut sesuai dengan teori, yaitu pecahnya ketuban sebelum
pembukaan < 4 cm, KPD dapat terjadi pada akhir kehamilan atau jauh sebelum
waktu melahirkan (Nugroho, 2012). Hal menyebutkan bahwa ketuban pecah pada
fase laten ternyata disebut dengan KPD. Secara umum ketuban pecah dalam
38
0.
persalinan disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan yang berulang. Pada
Bayi baru lahir adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di
dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir
di semua sistem (Cunningham, 2012). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu, berat
badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm, lingkar
kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120- 160 kali
permenit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup,
rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak
(APGAR)>7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki
kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang
mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks
Pemeriksaan fisik pada By. Ny. R ditemukan hasil Apgar score 6/8, terdapat
ringan. Pada hal tersebut tidak sesuai dengan ciri-ciri bayi baru lahir fisiologis
39
0.
sehingga dengan adanya kesenjangan data By Ny. R maka diagnosa dari By Ny. R
tidak direkomendasikan.
Bila pernapasan bayi adekuat dan LJ >100 kali per menit, bayi menjalani
perawatan rutin. Bila usaha napas bayi belum adekuat dan LJ <100 kali per
40
0.
(breathing)
41
0.
persalinan.
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
persalinan.
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut :
42
0.
(Maryunani 2013).
saturasi oksigen pada bayi baru lahir sangat penting untuk diketahui
karena ketika kadar saturasi oksigen pada bayi baru lahir rendah
efektif dan alat utama bagi bayi prematur yang paru-parunya belum
43
0.
buruk. Alat ini juga dapat menghindarkan bayi dari risiko kecacatan
maupun kematian.
Skor ini akan memastikan apakah kondisi bayi baik-baik saja atau
lahir tetap hangat juga bisa lakukan melalui pemberian ASI secara
44
0.
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi dan juga melakukan
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir dengan
menggunakan manajemen menurut varney pada kasus Bayi Baru Lahir
Pathologis di RS. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus Bayi Baru Lahir Pathologis Data Subjektif dan
Objektif tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik.
2. Interpretasi data pada kasus Bayi Baru Lahir Pathologis. Tindakan yang
akan dilakukan pada Bayi Baru Lahir Pathologis dengan asfiksia ringan
yaitu Beritahu pasien hasil pemeriksaan atau keadaan bayi, lakukan
tindakan segera resusitasi, pemasangan CPAP, OGT, melakukan
observasi ku dan vital sign bayi , Kolaborasi dengan dokter
3. Implementasi pada Bayi Baru Lahir yaitu Memberitahu pasien hasil
pemeriksaan, melakukan resusitasi, mengobservasi saturasi oksigen,
CPAP, OGT, ku dan vital sign, mengobservasi PCH dan retraksi dindkng
dada, menjaga kehangatan bayi dan melakukan kolaborasi dengan dokter.
4. Pelaksanaan dilakukkan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
seperti diatas yaitu Pasien telah diberitahu hasil pemeriksaan, Bayi telah
dilakukan resusitasi , terpasang CPAP, dan OGT dan CWL bayi berwarna
jernih Bayi. Telah mengobservasi tanda-tanda vital bayi
Hasil :
Ku : sedang HR : 155 x/menit T : 36,5 R: 50x/m saturasi oksigen : 95%
Telah kolaborasi dengan dokter umtuk di piimdah ke ruang NICU
46
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran yang
mungkin bermanfaat yaitu :
1. Bagi penulis :
Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman pada kasus dalam memberikan asuhan kebidanan nifas.
Bagi Instansi Rumah Sakit :
Agar lebih meningkatkan pelayanan agar pasien merasa nyaman selama
berada di Rumah sakit
2. Bagi institusi pendidikan :
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik
teori maupun praktik.
3. Bagi pasien dan keluarga pasien :
Keluarga diharapkan teliti dan tanggap berpartisipasi terhadap kesehatan ibu ,
dan membantu ibu dalam melakukan kegiatan sehari hari .
47
DAFTAR PUSTAKA
Armini Ni, dkk. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, & Anak Prasekolah.
Di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2019” Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia
3, no.1 (2019).
Maryunani Anik & Eka Puspita. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatus.
Yogyakarta.2016.
Sembiring Julina. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Cet. Pertama:
48