Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN BALITA

MENGENAI PENANGANAN AWAL DAN KONTRAINDIKASI RUJUKAN


PADA KASUS BAYI ASFIKSIA

Dosen pembimbing : Rubby

Disusun oleh : Kelompok 4 (Kelas B)

1. Elmania May Ryca Al Fera P07124119019


2. Firda Priska P07124119026
3. Mega Lutfiyanna Tassya P07124119045
4. Meylinda Aisyah P07124119047
5. Novia Darmayanti P07124119064
6. Siti Nur Hindah P07124119090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata΄ala, karena


berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita mengenai ‘Penanganan Awal dan Kontraindikasi
Rujukan Pada Kasus Bayi Asfiksia Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas  kuliah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

                                                                                       Banjarbaru, 29 July 2020

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. ABCCCC.................................................................................................3
B. ABCCC...................................................................................................4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang
meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir
rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan
kealainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal
oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir
karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir,
kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan.

Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi


pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang
terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asfiksi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-
akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).

Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.

B. Identitas/Biodata

Hari/tanggal pengakajian : Senin, 19 Februari 2018

Tempat pengkajian : Ruang Bersalin

Waktu pengkajian : 02.00 WIB

Nama pengkaji : Ferra Novianti


A. Data Subjektif

1. Identitas Bayi

Nama : Bayi Ny. W

No.CM 566 911

Tanggal lahir : 19 pebruari 2018

Jam lahir : 02.55 WIB

Berat Badan : 2500 gr

Panjang Badan : 45 cm

Jenis Kelamin : Perempuan

2. Identitas Orang tua

IBU AYAH
Nama Ny.w Tn.A
Umur 15 15
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Banjarrbaru Banjarbaru

3. Riwayat Dalam Kandungan


Bayi Ny.W merupakan anak pertama pada kehamilan ini. Ini kehamilan yang tidak
diinginkan. Ibu hamil di luar nikah pada saat duduk di bangku sekolah kelas 2 SMP. Dengan
HPHT pada tanggal 22-06-2017, tafsiran persalinan pada tanggal 29-03-2018, selama
mengandung Ny.W tidak pernah mengalami keguguran, Ny.W mulai memeriksakan
kehamilannya di puskesmas sejak usia kehamilannya memasuki 5 bulan, sudah
mendapatkan imunisasi TT 2 kali pada usia kehamilan 28 minggu dan 32 minggu. Selama
mengandung juga ibu mengkonsumsi tablet penambah darah dan vitamin yang diberikan
oleh bidan, dan selama dikandungan bayi tidak ada penyulit.
4. Riwayat Saat Dilahirkan Saat sebelum melahirkan bayinya. Ny.W datang ke RS di rujuk oleh
bidan puskesmas pada tanggal 17 pebruari 2018 pukul 14.40 WIB dengan kala 1 fase laten
usia kehamilan 34 - 35 minggu. Riwayat diberikan terapi drip nairet dengan larutan
dextrose 500 cc kolf 1 dengan 12 tetes permenit dan terapi injeksi dexamethasone 2 x 5 mg
untuk pematangan paru di RS. Setelah selesai pematangan baru, pada tanggal 18 Pebruari
2018 pukul 17.00 WIB, ibu dilakukan USG dan hasil USG didapatkan usia kehamilan aterm,
air ketuban cukup, plasenta di fundus. Saat proses persalinan, Ny.W melahirkan bayinya
dengan dilakukan tindakan induksi persalinan dengan drip oxytocin 5 IU dengan tetesan
bertahap pukul 18.00 WIB. Pada pukul 02.00 WIB pembukaan sudah lengkap, DJJ normal
dan ketuban terdapat meconium. Ny.W histeris dan tidak kooperatif, saat pimpin
persalinan selama 1 jam yang lalu bayi masih belum lahir. ibu semakin histeris dan sudah
kehabisan tenaga sehingga dilakukan dorongan fundus uterus oleh bidan rumah sakit
selama 15 menit dan bayi lahir pada pukul 02.55 WIB. Bayi lahir dengan lama kala I 8 jam
dan lama kala II 1 jam.
5. Penilaian Bayi Baru Lahir Bayi merintih, warna kulit kebiruan, tonus otot kurang aktif.
6. AFGAR SCORE

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Menangis merintih, gerakan kurang aktif, kebiruan, terdapat
pernafasan cuping hidung dan retaksi dinding dada
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung.
2) Dada : terdapat retraksi dinding dada.
3) Kulit : Sianosis.
4) Tonus Otot : gerakan kurang aktif.
Analisa
Neonatus usia 0 jam dengan asfiksia

Penatalaksanaan
1. 02.55 WIB Menjepit potong tali pusat dan mengikat tali pusat
2. 02.55 WIB Menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan bayi dengan kain
pernel, menggantikan kain pernel dan menempatkan bayi di infant warmer
dengan radiasi panas yang mengenai bayi suhunya antara 35oC- 37o
3. 02.55 WIB Memposisikan bayi dalam posisi sedikit ektensi sekitar 3 cm untuk
membuka jalan nafas.
4. 02.55 WIB Membersihkan jalan nafas dengan dilakukan suction dengan
memasukkan kanul section secara hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm) dan
menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan
sambil memutar (+ 5 detik )
5. 02.56 WIB Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk bagian punggung
hingga telapak kaki  Bayi langsung menangis namun kurang kuat.
6. 02.56 WIB Mengeringkan kembali bayi dengan menggunakan pernel  bayi
sudah dikeringkan.
7. 03.00 WIB Memberikan salf mata eritromisin untuk mencegah infeksi pada
mata dan menyuntikkan vitamin K1 di 1/3 lateral paha kiri untuk mencegah
perdarahan di otak  bayi sudah diberikan salf mata dan vitamin K
8. 03.03 WIB Merapihkan bayi dengan memakaikan pakaian bayi, identitas bayi,
membungkus bayi dengan kain pernel dan pakaikan topi untuk menjaga
kehangatan bayi  sudah terpakai.
9. 03.04 WIB Memposisikan bayi sedikit ekstensi  bayi sudah posisi 35 sedikit
ekstensi
10. 03.04 WIB Memasangkan oksigen 0,5 liter sesuai advice dokter untuk
memperbaiki keadaan umum bayi  terpasang oksigen 0,5 liter.
11. 03.15 WIB Bayi di bawa ke ruang perinatologi dan tetap menjaga kehangatan
bayi dengan bayi dipakaikan selimut dan topi bayi.
12. 03.20 WIB Menempatkan bayi di infant warmer dengan radiasi panas yang
mengenai bayi suhunya antara 35oC- 37oC.
13. 03.21 WIB Memasangkan oksigen 0,5 liter sesuai advice dokter Sp.A untuk 
oksigen terpasang
14. 03.25 WIB Mengambil sampel darah bayi sesuai advice dokter Sp.A sampel
darah sudah diambil
15. 03.30 WIB Memasangkan infus dextrose 10% dengan 8 tetes permenit untuk
di lengan kanan sesuai advice dokter infus dextrose terpasang
16. 03.40 WIB Memasangkan OGT (orogastric tube) sesuai advice dokter Sp.A
untuk test feeding (menstimulasi perkembangan saluran
cerna/gastrointestinal)  OGT terpasang 03.45 WIB Mengobservasi TTV,
keadaan umum bayi terlampir

C. Penanganan Awal
Pertolongan pertama untuk mengatasi asfiksia pada neonaturum ialah
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam membatasi gejala sisa
(sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan hari. Tindakan pada bayi asfiksia
disebut resusitasi bayi baru lahir.

Langkah-langkah resusitasi :

Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan
selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.
Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika
merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
 Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
 Ventilasi tekanan positif / VTP dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak
menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
 Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.
 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV,
disertai kompresi jantung.
 < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
 Kompresi jantung
 perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung :
v  Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi
tubuh bayi.

v  Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang
tubuh bayi.

 Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.


 Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
 Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
 Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
 Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis
diatas tiap 3 – 5 menit.
 Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.

D. Kontra Indikasi Rujukan


E. Pelaksanaan Rujukan
Sistem rujukan Neonatus adalah suatu sistem yang memberikan suatu
gambaran tata cara pengiriman Neonatus resiko tinggi dari tempat yang kurang
mampu memberikan penanganan ke Rumah Sakit yang dianggap mempunyai
fasilitas yang lebih mampu dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh.

Tujuan sistem rujukan neonatus adalah memberikan pelayanan kesehatan


pada neonatus dengan cepat dan tepat, menggunakan fasilitas kesehatan
neonatus seefesien mungkin dan mengadakan pembagian tugas pelayanan
kesehatan neonatus pada unit-unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan
kemampuan unit-unit tersebut serta mengurangi angka kesakitan dan kematian
bayi. unit perawatan bayi baru lahir dapat dibagi menjadi :
 Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III :
Merupakan penerima rujukan baru lahir yang lahir dirumah atau pondok
bersalin dengan memberi pelayanan dasar pada bayi yang baru lahir di
Puskesmas dengan tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus rujukan yang
dapat dilakukan adalah Bayi kurang bulan, sidroma ganguan pernafasan,
kejang, cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera, ganguan
pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah, Kuning yang
timbulnya terlalu awalatau lebih dari dua minggu dan diare. Pada unit ini
perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kagawatan bayi baru lahir
seperti pengenalan tanda-tanda sindroma ganguan nafas, infeksi atau
sepsis, cacat bawaan yang memerlukan dengan segera, masalah
ikterus,muntah, pendarahan, barat badan lahir rendah dan diare.
 Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II :
Pada unit ini telah ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter
ahli dimana pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan
persalinan normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru lahir
pada unit ini meliputi kemampuan pertolongan resusitasi bayi baru lahir
dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan pita endotrakeal, terapi
oksigen pemberian cairan intravena, tetapi sinar dan tranfusi tukar,
penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi berat badan lahir rendah dan
bayi lahir dengan tindakan. Sarana penunjang berupa laboratorium dan
pemeriksaan radiologis yang telah tersedia pada unit init disamping telah
dapat dilakukan tindakan bedah segaera pada bayi- bayi oleh karena telah
adanya dokter bedah.

 Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I :


Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah
perinatologi dan neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan
pusat rujukan sehingga kasus yang ditangani sebagian besar merupakan
kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan maupun bayi baru
lahir.
Alur / Mekanisme Rujukan
1. Setelah dilakukan resusiatasi, jika belum juga berhasil maka bayi segera di
rujuk ke rumah sakit yg memiliki fasilitas lengkap dengan memasang
oksigen terlebih dahulu pada bayi asfiksia.
2. Dampingi keluarga dan bayi tersebut selama proses merujuk.
3. Tetap jaga kehangatan bayi selama dalam perjalanan merujuk
4. Beritahu orang tua dan keluarga bayi mengenai keadaan bayinya.
5. Lakukan imfomed consent.
6. Lengkapi BAKSOKUDA
 B ( bidan )
Pastikan ibu/ klien/ bayi didampingi oleh tenaga kesehatan yang
komponen dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawat
daruratan.
 A ( alat )
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit,
infuse, set, tensimeter, oksigen, dan stetoskop.

 K ( keluarga )
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir bayi (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Orang tua bayi dan anggota keluarga lain harus
menemani bayi ( klien) ketempat rujukan.
 S (surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi bayi (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat- obatan yang telah
diterima oleh bayi (klien).
 O (obat)
Bawa obat- obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk.
 K (kendaraan)
 Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan bayi dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang cepat.
 U (uang)
 Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan ditempat rujukan.
 DA (darah)
persiapkan pendonor darah jika sewaktu-waktu diperlukan
BAB III

PENUTUPAN
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pawirohardjo

Anik Maryunani. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.2010 Anik Maryunani.
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.2010

Anik Maryunani. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika.
2013.

Anda mungkin juga menyukai