TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. ABCCCC.................................................................................................3
B. ABCCC...................................................................................................4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang
meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir
rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan
kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal
oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir
karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir,
kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan.
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asfiksi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-
akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.
B. Identitas/Biodata
1. Identitas Bayi
Panjang Badan : 45 cm
IBU AYAH
Nama Ny.w Tn.A
Umur 15 15
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Banjarrbaru Banjarbaru
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Menangis merintih, gerakan kurang aktif, kebiruan, terdapat
pernafasan cuping hidung dan retaksi dinding dada
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung.
2) Dada : terdapat retraksi dinding dada.
3) Kulit : Sianosis.
4) Tonus Otot : gerakan kurang aktif.
Analisa
Neonatus usia 0 jam dengan asfiksia
Penatalaksanaan
1. 02.55 WIB Menjepit potong tali pusat dan mengikat tali pusat
2. 02.55 WIB Menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan bayi dengan kain
pernel, menggantikan kain pernel dan menempatkan bayi di infant warmer
dengan radiasi panas yang mengenai bayi suhunya antara 35oC- 37o
3. 02.55 WIB Memposisikan bayi dalam posisi sedikit ektensi sekitar 3 cm untuk
membuka jalan nafas.
4. 02.55 WIB Membersihkan jalan nafas dengan dilakukan suction dengan
memasukkan kanul section secara hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm) dan
menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan
sambil memutar (+ 5 detik )
5. 02.56 WIB Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk bagian punggung
hingga telapak kaki Bayi langsung menangis namun kurang kuat.
6. 02.56 WIB Mengeringkan kembali bayi dengan menggunakan pernel bayi
sudah dikeringkan.
7. 03.00 WIB Memberikan salf mata eritromisin untuk mencegah infeksi pada
mata dan menyuntikkan vitamin K1 di 1/3 lateral paha kiri untuk mencegah
perdarahan di otak bayi sudah diberikan salf mata dan vitamin K
8. 03.03 WIB Merapihkan bayi dengan memakaikan pakaian bayi, identitas bayi,
membungkus bayi dengan kain pernel dan pakaikan topi untuk menjaga
kehangatan bayi sudah terpakai.
9. 03.04 WIB Memposisikan bayi sedikit ekstensi bayi sudah posisi 35 sedikit
ekstensi
10. 03.04 WIB Memasangkan oksigen 0,5 liter sesuai advice dokter untuk
memperbaiki keadaan umum bayi terpasang oksigen 0,5 liter.
11. 03.15 WIB Bayi di bawa ke ruang perinatologi dan tetap menjaga kehangatan
bayi dengan bayi dipakaikan selimut dan topi bayi.
12. 03.20 WIB Menempatkan bayi di infant warmer dengan radiasi panas yang
mengenai bayi suhunya antara 35oC- 37oC.
13. 03.21 WIB Memasangkan oksigen 0,5 liter sesuai advice dokter Sp.A untuk
oksigen terpasang
14. 03.25 WIB Mengambil sampel darah bayi sesuai advice dokter Sp.A sampel
darah sudah diambil
15. 03.30 WIB Memasangkan infus dextrose 10% dengan 8 tetes permenit untuk
di lengan kanan sesuai advice dokter infus dextrose terpasang
16. 03.40 WIB Memasangkan OGT (orogastric tube) sesuai advice dokter Sp.A
untuk test feeding (menstimulasi perkembangan saluran
cerna/gastrointestinal) OGT terpasang 03.45 WIB Mengobservasi TTV,
keadaan umum bayi terlampir
C. Penanganan Awal
Pertolongan pertama untuk mengatasi asfiksia pada neonaturum ialah
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam membatasi gejala sisa
(sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan hari. Tindakan pada bayi asfiksia
disebut resusitasi bayi baru lahir.
Langkah-langkah resusitasi :
Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan
selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.
Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika
merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
Ventilasi tekanan positif / VTP dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak
menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.
100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV,
disertai kompresi jantung.
< 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
Kompresi jantung
perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung :
v Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi
tubuh bayi.
v Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang
tubuh bayi.
K ( keluarga )
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir bayi (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Orang tua bayi dan anggota keluarga lain harus
menemani bayi ( klien) ketempat rujukan.
S (surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi bayi (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat- obatan yang telah
diterima oleh bayi (klien).
O (obat)
Bawa obat- obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk.
K (kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan bayi dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang cepat.
U (uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan ditempat rujukan.
DA (darah)
persiapkan pendonor darah jika sewaktu-waktu diperlukan
BAB III
PENUTUPAN
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pawirohardjo
Anik Maryunani. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.2010 Anik Maryunani.
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.2010
Anik Maryunani. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika.
2013.