“IMUNISASI DPT”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KELAS B SEMESTER III
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi dan Balita dengan judul “Imunisasi DPT”. Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila
kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2005). Imunisasi
penting untuk mencegah penyakit berbahaya, salah satunya adalah imunisasi DPT
(Diphteria, Pertussis, Tetanus). Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat
imunisasi DPT, tetapi itu adalah hal yang wajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas
dan khawatir (Tecyya, 2009).
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebebkan komplikasi yang serius atau fatal, Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi
bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pada tahun 2005 Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menyatakan bahwa lebih dari 10 juta balita meninggal tiap tahun, dengan perkiraan 2,5
juta meninggal (25%) akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang kini ada
maupun yang terbaru.Oleh karena itu sangat jelas babwa imunisasi sangat penting untuk
mengurangi seluruh kematian anak. Keberhasilan program imunisasi untuk mencapai
target yang diharapkan akan sangat tergantung dari hasil cakupan program tersebut dan
pada akhir Pelita IV ditentukan bahwa cakupan imunisasi harus mencapai 659, dan pada
lahun 1990 secara nasional Indonesia dapat mencapai status Universal Child
Immunization (UCI) yaitu DPI minimal 90% .Berdasarkan lalar belakang dan penomena
di atas, pembahasan mengenai DPT sangat penting di lakukan.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Imunisasi DPT
Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus. Difteri merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan sesak napas, paru-paru
basah, gangguan jantung, bahkan kematian.
Tidak jauh berbeda dengan difteri, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit batuk parah yang
dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru basah (pneumonia), bronkitis, kerusakan
otak, hingga kematian. Sedangkan tetanus adalah penyakit berbahaya yang dapat
menyebabkan kejang, kaku otot, hingga kematian.
Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.
Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun sebagai penguatan.
Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat diberikan pada usia 10-12 tahun, dan 18 tahun.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Difteri,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang
pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut
(Markum, 2005).
Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih
dapat merangsang pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit
(tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti,
kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup (Alimul, 2008)
b. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh
kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat
berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak
tiba-tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau
kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat
keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada
suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang
lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada malam hari.
Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan,
akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu
komplikasi (Markum, 2005).
c. Tetanus
Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat
luka tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi
bolong, radang telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal
sebagai Clostridium tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang
berbahaya. Racun inilah yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi
dasar timbulnya gejala penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara
menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan
sukar dibuka (Markum, 2005).
Gangguan pada sistem saraf atau otak, dalam waktu 7 hari setelah mendapatkan
suntikan imunisasi.
Reaksi alergi berat yang dapat mengancam nyawa, setelah anak mendapatkan imunisasi.