Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI

PASIEN HIPERTENSI DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN


ULANG DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSU ASTRINI WONOGIRI

SKRIPSI

Oleh:

RUNI DARYANTI
NIM. 22020093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO
BOYOLALI
FEBRUARI 2022
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI
PASIEN HIPERTENSI DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN
ULANG DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSU ASTRINI WONOGIRI

SKRIPSI

Oleh:

RUNI DARYANTI
NIM. 22020093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO
BOYOLALI
FEBRUARI 2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul :

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN


HIPERTENSI DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSU ASTRINI WONOGIRI

Disusun oleh:
RUNI DARYANTI
NIM. 22020093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk
diujikan.

Pembimbing Utama Pembimbing


Pembimbing
Pendamping
Pendamping Pembim

Hana Rosiana Ulfah, S.Kep.,Ns, M.Kep Ahmad Syamsyul


Bambang B. S.Kep,.Ns,
Sudono. M.Kep
S.Kep,.Ns, Bambang S
NIDN: 0612028803 NIDN:M.Kep
0603038202 N

iii
NIDN: 2201508

Boyolali, Februari 2022

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul:
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN
HIPERTENSI DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSU ASTRINI WONOGIRI

Di susun oleh:
RUNI DARYANTI
NIM. 22020093

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Progam Studi Sarjana


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo, pada:

Hari : Selasa
Tanggal : 22 Februari 2022

Tim penguji:
Ketua/Pembimbing Utama

Hana Rosiana Ulfah, S.Kep.,Ns, M.Kep


NIDN. 0515027504

Anggota 1 / Penguji Anggota 2 / Pembimbing Pendamping

Sarwoko, S.Ag, S,Kep,Ns,M.Kes Ahmad Syamsul Bahri S.Kep.,Ns, M.Kep


NIDN. 0621037401 NIDN. 0603038202

v
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya,


Nama : Runi Daryanti
NIM : 22020093
Mahasiswa : Program Studi Ilmu Keperawatan
1. Skripsi berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien
Hipertensi Dalam Melakukan Kunjungan Ulang Di Poliklinik Penyakit
Dalam RSU Astrini Wonogiri” adalah karya ilmiah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun di Perguruan Tinggi
manapun.
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan
dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber.
3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai acuan
dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di STIKES Estu
Utomo.
Boyolali, Februari 2022
Yang membuat pernyataan

Runi Daryanti

vi
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PASIEN
HIPERTENSI DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
RSU ASTRINI WONOGIRI

Runi Daryanti1), Hana Rosiana Ulfah2), Ahmad Syamsul Bahri3)

ABSTRAK

Latar Belakang : Pada penderita hipertensi, dukungan keluarga berperan sangat


penting untuk menjaga dan mengontrol agar tekanan darah tidak meningkat dan
diharapkan bisa kembali normal. Selain itu pengukuran tekanan darah juga dapat
dilakukan oleh pihak keluarga yang telah belajar dari tenaga kesehatan. Pasien
hipertensi yang tidak mendapat dukungan keluarga dapat menjadikan sulitnya
pasien untuk selalu menjaga dalam perawatan hipertensi secara baik.
Tujuan : Diketahui hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien
hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Penyakit Dalam
Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitaf dengan desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian analitik korelasi.
Hasil : Dukungan keluarga mayoritas adalah cukup yaitu rentang skor 50 -75
sebanyak 26 orang atau 57 %, motivasi pasien kontrol ke rumah sakit mayoritas
adalah cukup yaitu sebanyak 59%, dan hubungan nilai signifikansi (p-value)
sebesar 0,042 pada taraf kesalahan alfa (n)=5%.
Simpulan : ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pasien kunjungan
ke rumah sakit.

Kata kunci : Hipertensi, dukungan keluarga, motivasi, kunjungan ulang

Keterangan:
1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Estu Utomo
2)
Pembimbing I, Dosen STIKES Estu Utomo
3)
Pembimbing II, Dosen STIKES Estu Utomo

vii
RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH MOTIVATION OF
HYPERTENSION PATIENTS IN REVISITING IN INTERNAL DISEASE
POLYCLINIC
ASTRINI HOSPITAL WONOGIRI

Runi Daryanti1), Hana Rosiana Ulfah2), Ahmad Syamsul Bahri3)

ABSTRACT

Background : In patients with hypertension, family support plays a very important


role in maintaining and controlling so that blood pressure does not increase and is
expected to return to normal. In addition, blood pressure measurements can also be
carried out by families who have learned from health workers. Hypertensive
patients who do not receive family support can make it difficult for patients to
always maintain good hypertension care.
Objective : To find out the relationship of family support to the motivation of
hypertensive patients to make repeat visits at the Internal Medicine Polyclinic,
Astrini Hospital, Wonogiri.
Methods : This research uses quantitative research with the research design used
in this research is correlation analytic research.
Results : The majority family support was sufficient, with a score range of 50 -75
as many as 26 people or 57%, the motivation of control patients to the majority
hospital was sufficient, namely 59%, and the relationship significance value (p-
value) was 0.042 at the alpha error level ( n)=5%.

Conclusion : There is a relationship between family support and patient motivation


to revisit the hospital.

Keywords : Hypertension, family support, motivation, revisiting

Information :
1) Student of Undergraduate Nursing Study Program STIKES Estu Utomo
2) Supervisor I, Lecturer of STIKES Estu Utomo
3) Supervisor II, Lecturer of STIKES Estu Utomo

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat serta
kesempatan untuk kami, sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Hipertensi Dalam
Melakukan Kunjungan Ulang Di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini
Wonogiri” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program
Sarjana Keperawatan STIKES Estu Utomo. Peneliti menyadari bahwa dalam
penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
Skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Sarwoko, S.Ag, S.Kep, Ns, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Estu Utomo yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyusun Skripsi ini.
2. Bapak Bambang Sudono, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Kepala Program Studi
Sarjana Keperawatan yang telah memberikan motivasi serta masukan dan
bimbingan untuk penulis dalam menyusun Skripsi ini.
3. Ibu Hana Rosiana Ulfah, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan berupa saran dan motivasi sehingga penulis memiliki
semangat untuk menyusun Skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Syamsul Bahri, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku pembimbing 2 yang
telah memberikan bimbingan berupa saran dan motivasi sehingga penulis
memiliki semangat untuk menyusun Skripsi ini.
5. Semua dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Estu Utomo yang
telah memberikan ilmu serta wawasannya yang bermanfaat.
6. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa mendoakan, memberikan
motivasi dan semangat.
7. Kepada sahabat-sahabat saya juga yang telah memberikan saya semangat dan
selalu menemani saya hingga penyusunan skripsi ini.

ix
Kami menyadari dalam penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikan sehingga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, Amin.

Wonogiri, Februari 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 8
B. Kerangka Teori ......................................................................................... 37
C. Kerangka Konsep ...................................................................................... 38
D. Hipotesis ................................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................................... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 39
D. Variabel ..................................................................................................... 40
E. Definisi Operasional .................................................................................. 41
F. Pengumpulan Data ..................................................................................... 42
G. Analisis Data ............................................................................................. 43
H. Prosedur Penelitian .................................................................................. 46
I. Etika Penelitian ........................................................................................... 47

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 49
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51
1. Analisis Univariat ................................................................................ 52
2. Analisis Bivariat .................................................................................. 53
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan ............................................................................................. 55
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 57
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 58
B. Saran ......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................... 6

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi

Indonesia ......................................................................................... 32

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 41

Tabel 4.1 Karakteristik Responden .................................................................. 51

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dukungan keluarga terhadap pasien dalam

kunjungan periksa ke rumah sakit .................................................. 52

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke

rumah sakit ..................................................................................... 52

Tabel 4.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Kunjungan Ke

Rumah Sakit ................................................................................... 53

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 37

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 38

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi Pasien

Hipertensi Untuk Melakukan Kunjungan Pelayanan Di Poliklinik

Dalam RSU Astrini Wonogiri

Lampiran 4 Kuesioner Motivasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan

diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap

mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg

(Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012). Hipertensi merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak

segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degenerative, seperti

penyakit jantung (Congestif Heart Failure - CHF), gagal ginjal (end stage renal

disease), dan penyakit pembuluh darah perifer.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu

kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi ini

disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek

kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang meliputi 5%

dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ

atau sistem tubuh (Noviyanti,2015).

World Health Organization tahun 2012, WHO melaporkan bahwa

sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner

disebabkan oleh hipertensi. Faktor risiko utama untuk hipertensi, termasuk

riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan yang buruk, merokok, jenis kelamin,

stres, ras, usia, dan tidur (Bansil, 2011).

1
Di Indonesia kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi

masih sangat rendah, sehingga dukungan keluarga terhadap anggota keluarga

penderita hipertensi juga rendah, hal ini terbukti masyarakat lebih memilih

makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan

mengandung banyak garam. Pola makan yang kurang sehat ini merupakan

pemicu penyakit hipertensi. Status sehat sakit para anggota keluarga dan

keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.

Pada penderita hipertensi, dukungan keluarga berperan sangat penting

untuk menjaga dan mengontrol agar tekanan darah tidak meningkat dan

diharapkan bisa kembali normal. Selain itu pengukuran tekanan darah juga

dapat dilakukan oleh pihak keluarga yang telah belajar dari tenaga kesehatan.

Pasien hipertensi yang tidak mendapat dukungan keluarga dapat menjadikan

sulitnya pasien untuk selalu menjaga dalam perawatan hipertensi secara baik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit

Umum Astrini Wonogiri tahun 2021 dari data 3 bulan yang saya ambil untuk

pasien hipertensi yang berkunjung sebanyak 512 pasien. Menurut keterangan

petugas kesehatan bahwa masih banyak pasien hipertensi yang tidak berobat

sesuai jadwal pengobatan. Hasil wawancara peneliti terhadap 5 pasien

hipertensi yang melakukan pemeriksaan di rumah sakit Asrtini di Poliklinik

Penyakit Dalam menunjukkan 3 pasien menyatakan anggota keluarganya

semuanya sibuk bekerja, sehingga waktu untuk mengantar sulit dilakukan

sedangkan pasien sudah merasakan sakit akibat penyakit hipertensinya karena

karakter geografi dari daerah kabupaten Wonogiri yang pegunungan jauh dari

pelayanan kesehatan sehingga pasien tidak kontrol sakitnya, sementara pasien

2
sendiri memiliki keinginan untuk sembuh dan berobat sehingga dalam berobat

ke rumah sakit sering tidak sesuai jadwal yang ditentukan. Terdapat 2 pasien

yang menyatakan bahwa malas berkunjung ulang karena merasa sudah stabil

dan kontrol hanya merasakan pusing saja baru melakukan kunjungan pelayanan

untuk pengobatan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini Wonogiri.

Peneliti juga mendapatkan data pasien hipertensi dari rekam medis RS

Astrini Wonogiri, bahwa dari 3 bulan ini berjumlah 512 pasien yang seharusnya

melakukan kontrol tepat waktu tercatat 221 pasien, dan tercatat sebanyak 311

pasien tidak tepat melakukan kunjungan perawatan. Tidak tepat dalam

kunjungan pemeriksaan menunjukkan masih kurangnya dukungan keluarga

terhadap pasien hipertensi. Oleh sebab itu perlunya dukungan keluarga serta

motivasi pasien hipertensi dalam melakukan kunjungan perawatan agar

penyakit hiperntinya dapat terkontrol.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap

motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan perawatan di instalasi

rawat jalan Rumah Sakit Umum Astrini Wonogiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat hubungan dukungan keluarga

terhadap motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan perawatan di

Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Astrini Wonogiri?

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien hipertensi

untuk melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah

Sakit Umum Astrini Wonogiri.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran dukungan keluarga terhadap motivasi pasien

hipertensi

b. Diketahui tingkat motivasi pasien hipertensi untuk melakukan

kunjungan perawatan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Astrini Wonogiri.

c. Diketahui hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien

hipertensi untuk melakukan kunjungan perawatan di Poliklinik Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Astrini Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga

terhadap pasien yang sakit hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Astrini Wonogiri diharapkan:

1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang pentingya dukungan

keluarga dalam perawatan pasien hipertensi yang tepat dan sebagai bahan

masukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Pasien Mengetahui dampak yang diakibatkan dari adanya dukungan

keluarga dengan kondisi pasien hipertensi.

4
3. Bagi Keluarga Bahan pertimbangan dan masukan bagi keluarganya akan

pentingnya memberi dukungan keluarga dalam perawatan hipertensi serta

motivasi pasien hipertensi menjadi baik agar tekanan darah pasien tetap

stabil.

4. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan kepada penderita hipertensi dalam

menjalankan terapi hipertensi.

5
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Albherta (2012) Analisis Gambaran Deskriptif dengan Didapatkan dari Terdapat pada Dari segi materi,
Cit Santosa Kontrol Tekanan pendekatan cross penelitian ini untuk metode penelitian, pengambilan
(2014) Darah pada pasien di sectional mengatahui pengambilan sampling dan pada
Puskesmas Bantul 1) Deografis pasien sampling dan sama – tempat penelitian
Yogyakarta (letak, lokasi daerah sama meneliti
/jauh dekat rumah) ketertiban kontol
2) Ketertiban jadwal tekanan darah pada
kontrol pasien Hipertensi
3) Hambatan pasien
tidak tertib kontrol
4) Mengetahui faktor
pendorong dan
penghambat kontrol
Martinus Attalah Analisis Hubungan Kuantitatif Didapatkan dari Sama–sama meneliti Dari segi materi,
dan Silva (2012) Perilaku Kontrol dengan metode penelitian ini untuk ketertiban kontol Metode pengambilan
Tekanan Darah deskriptif analitik mengatahui: tekanan darah pada sampling dan pada
Pasien Hipertensi dan pendekatan 1) Respon pasien pasien Hipertensi tempat penelitian
2012 cross sectional 2) Ketertiban jadwal
study. kontrol
3) Hambatan pasien
tidak tertib kontrol

6
4) Mengetahui faktor
pendorong dan
penghambat kontrol
Anwar (dalam Banyak faktor Model pendekatan Didapat dalam Sama –sama Dari segi materi,
Alfiana, pendorong dan survey denagan penelitian ini adalah meneliti ketertiban Metode pengambilan
Bintanah, dan penghambat pendekatan ketidakapatuhan dalam kontol dan sampling dan waktu
Kusuma, 2014) penderita hipertensi subyek adalah kontrol penderita mengtahui faktor serta tempat
dalam melakukan cross sectional hipertensi dan faktor faktor penyebab penelitian
kontrol tekanan faktor penyebabnya penghambat dan
darah di pelayanan pendorong pada
Kesehatan pasien Hipertensi
untuk kontrol rutin

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dukungan Keluarga

a. Pengertian dukungan keluarga

dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluargannya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental

dan dukungan emosional. Jadi dukunan keluarga adalah suatu bentuk

hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada

dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga

sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Erdiana, 2015). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga

dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan

keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan (Suparyanto, 2012).

8
b. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau

konsekuensi dari struktur keluarga. Menurut Padila (2012), secara

umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan resiko sosial. Komponen yang perlu dipenuhi

oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah Saling

mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antara anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim didalam keluarga

merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang

lain diluar keluarga/masyarakatt. Saling menghargai, Sikap saling

menghargai sudah bisa dengan jelas kita pahami. Perselisihan

pendapat yang seringkali muncul tidak akan dianggap sebagai

sesuatu yang bisa merusak hubungan keluarga, jika di dalamnya

terbentuk pola afeksi yang baik. Ikatan dengan identifikasi ikatan

keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam kelaurga

tidak dapat terpenuhi.

9
2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1998). Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi misalnya

anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang

yang disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

3) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia. Maka dengan

ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk

keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

4) Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makanan, pakaian

dan tempat tinggal.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktik asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

10
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat

dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

c. Indikator Dukungan Keluarga

Menurut Setiadi (2018), jenis dukungan keluarga ada empat yaitu:

1) Dukungan Instrumental.

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit. Selain itu bentuk bantuan ini

bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan

aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang

dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapinya.

2) Dukungan Informasional.

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai

sebuah penyebar informasi. Bantuan informasi yang disediakan agar

dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan

ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan.

3) Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian adalah keluarga bertindak sebagai sebuah

umpan balik, membimbing, pemecahan masalah, sebagai sumber,

dan validator identitas keluarga. Penilaian ini dapat bersifat positif

maupun negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi

seseorang. Berkaitan dengan dukungan keluarga maka penilaian

yang sangat membantu adalah penilaian positif.

11
4) Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai sebuah tempat

yang aman dan damai untuk istirahat serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Setiap orang pasti membutuhkan bentuan efektif

dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik, empati,

cinta, kepercayaan dan penghargaan. Seseorang yang sedang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban

sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau

mendengarkan segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap

persoalan yang dihadapinya, bahwa mau membantu memecahkan

masalah yang dihadapinya.

d. Tugas Kesehatan Keluarga

Harmoko (2012) menuliskan lima tugas kesehatan keluarga yaitu

sebagai berikut:

1) Mengenal masalah.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan kerena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dankarena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga dan apabila

menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan

12
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya.

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada

orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh

bantuan.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Sering kali keluarga telah mengalami tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui

oleh keluarga sendri. Jika demikian, anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau

dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan

bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga

13
akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan

tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat

menjadikan lambing ketenangan, keindahan dan dapat menunjang

derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga. Apabila mengalami gangguan kesehatan atau masalah

yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga

harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga

keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota

keluarganya, sehingga dapat bebas dari segala penyakit.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Suparyanto (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah:

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan artinya dukungan dapat ditentukan

oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan

perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi -

lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda-beda.

b) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi kayakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang

14
mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang

secara umum terlihat sangat tenang mempunyai respon

emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang

tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap

ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala

penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

c) Spiritual

Aspek spiritualitas dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupanya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman dan

kemampuan mencapai harapan dan arti dalam hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya: pasien hipertensi juga kemungkinan besar akan

melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan

hal yang sama.

b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

15
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan

kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

c) Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan

dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan

mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan

lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada

gangguan pada kesehatannya.

d) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

16
2. Konsep Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Menurut Hartono (2016), motivasi diartikan sebagai dorongan

intrinsik dan ekstrinsik dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan

adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan

kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita,

penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik, dan

kegiatan yang menarik. Motivasi merupakan sumber kekuatan untuk

melakukan kegiatan ke arah pencapaian tujuan. Motivasi menjadi suatu

kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan

kesiapsediaan dalam diri individu Motivasi adalah perasaan atau pikiran

yang mendorong seseorang melakukan pekarjaan atau menjalankan

kekuasaan, terutama dalam berpikir. Dari berbagai macam defenisi

motivasi, ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi, yaitu

hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul

karena seseorang merasa sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun

psikologis. Dorongan merupakan arah untuk memenuhi kebutuhan,

sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Nursalam,

2015).

b. Indikator motivasi melakukan kunjungan ulang

Menurut Hartono (2016), motivasi terdapat dua indikator yaitu

sebagai berikut:

17
1) Motivasi intrinsik atau motivasi yang datangnya dari dalam diri

sendiri, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.

2) Motivasi ekstrinsik berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari

orang lain atau lingkungan. Perilaku yang dilakukan dengan

motivasi ekstrinsik biasanya penuh dengan kekhawatiran dan

kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan.

c. Teori Motivasi

Menurut Hartono (2016), terdapat beberapa teori motivasi yaitu:

1) Hierarki Teori Kebutuhan (A Theory of Human Motivation).

Teori ini dikemukakan oleh Maslow yang menyatakan bahwa

seseorang berperilaku, karena adanya dorongan untuk memenuhi

bermacam-macam kebutuhan. Kebutuhan yang diinginkan

seseorang itu berjenjang, maka dikenal hierarchical of theory.

Kebutuhan manusia akan sangat memengaruhi dorongan atau

motivasi, yang urutan lajunya berlanjut ke dalam jenjang motivasi

seseorang.

Lima tingkatan kebutuhan manusia terdiri atas: 1)

kebutuhan fisiologis (physiological needs), merupakan kebutuhan

paling dasar seperti, kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan

fisik, bernafas, dan seksual. 2) kebutuhan rasa aman (safety needs),

yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya,

pertentangan dan lingkungan hidup. Rasa aman tidak arti fisik

semata, tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. 3)

18
Kebutuhan sosial (social needs), yakni kebutuhan untuk merasa

memiliki dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. 4) Kebutuhan

harga diri (esteem needs), yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

dihargai (pengakuan) orang lain. 5) Kebutuhan aktualisasi diri (self

actualization needs) yaitu kebutuhan untuk menggunakan

kemampuan, keahlian (skill), potensi, dan kebutuhan berpendapat.

2) Teori Kebutuhan Berprestasi (Needs for Acievement). Teori ini

dikemukakan oleh Mc Celland yang menyatakan bahwa motivasi

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan seseorang akan prestasi. Ada

tiga karakteristik orang yang berprestasi tinggi, yaitu, suatu

preferensi mengerjakan tugas dengan derajat kesulitan moderat,

menyukai situasi timbulnya kinerja mereka, karena upaya-upaya

mereka sendiri, serta menginginkan umpan balik tentang

keberhasilan dan kegagalan mereka.

3) Teori Dua Faktor. Teori ini dikemukakan oleh Herzberg yang

menyatakan model dua faktor dari motivasi yaitu faktor

motivasional dan faktor higiene atau pemeliharaan. Faktor

motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang

sifatnya instrinsik (dari dalam diri manusia). Faktor higiene

(pemeliharaan) adalah faktor- faktor yang sifatnya ekstrinsik, yang

berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku

seseorang dalam kehidupannya.

4) Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory). Teori ini

dikemukakan oleh Edwin Locke (1978), yang menyatakan bahwa

19
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme

motivasional, yaitu tujuan-tujuan yang mengarahkan perhatian,

mengatur upaya, meningkatkan persistensi, dan menunjang strategi-

strategi kegiatan.

5) Teori Harapan. Dikemukakan oleh Victor H. Vroom (1964), yang

mengatakan bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang

ingin dicapai seseorang dan perkiraan yang bersangkutan, bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkan. Artinya,

apabila seseorang menginginkan sesuatu dan tampak jalannya

terbuka, maka Ia akan berupaya mendapatkannya.

d. Tujuan Motivasi

Menurut Donsu (2017), secara individual motivasi seseorang

sangatlah personal, satu dengan yang lain berbeda. Mereka

menempatkan dan mendasarkan atas nilai-nilai tertentu sesuai dengan

pandangan dan dasar hidupnya. Tindakan motivasi akan lebih dapat

berhasil. Jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta

sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap

orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami

benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian

orang yang akan dimotivasi.

e. Fungsi Motivasi

20
Menurut Sardiman (2007) dalam Donsu (2017), fungsi motivasi

ada tiga yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, dimana motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yang ke arah tujuan yang hendak

dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Sebagai seleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan

menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Gerungan (2004) ada dua faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik

meliputi:

1) Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri

manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga menjadi puas. Faktor intrinsik meliputi :

a) Faktor fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi

fisik, misalnya status kesehatan pasien. Fisik yang kurang sehat

dan cacat yang tidak dapat disembuhkan, berbahaya bagi

penyesuaian probadi dan sosial. Pasien yang mempunyai

21
hambatan fisik karena kesehatannya buruk sebagai akibatnya

mereka selalu frustasi terhadap kesehatannya.

b) Faktor proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja,

tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi

tersebut. Pasien dengan fungsi mental yang normal akan

menyebabkan bias yang positif pada diri. Seperti halnya ada

kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup

yang harus dihadapi, keadaan pemikiran dan pendangan hidup

yang positif dari diri pasien dalam reaksi terhadap perawatan

akan meningkatkan penerimaan diri serta keyakinan diri,

sehingga mampu mengatasi kecemasan dan selalu berpikir

optimis untuk kesembuhannya.

c) Keinginan dalam diri sendiri

Misalnya keinginan untuk lepas dari keadaan sakit yang

mengganggu aktivitasnya sehari-hari, masih ingin menikmati

prestasi yang masih berada dipuncak karir, merasa belum

sepenuhnya mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.

d) Kematangan usia

Kematangan usia akan mempengaruhi proses berfikir dan

pengambilan keputusan dalam melakukan pengobatan yang

menunjang kesembuhan pasien.

2) Faktor Ekstrinsik

22
Menurut Gerungan (2004) faktor ekstrinsik adalah faktor

motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor ekstrinsik

meliputi:

a) Faktor lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang berada disekitar pasien, baik

fisik, psikologis maupun sosial. Lingkungan fasilitas kesehatan

sangat berpengaruh terhadap motivasi pasien untuk sembuh.

Perawat adalah profesi yang sangat dekat dengan pasien yang

memungkinkan perawat selalu berhubungan dengan pasien.

Kemampuan komunikasi terapeutik perawat dapat

mengembangkan hubungan dengan pasien yang dapat

meningkatkan pemahaman pasien sebagai manusia seutuhnya.

Lingkungan pelayanan kesehatan yang tidak mendukung dan

kurang kondusif akan membuat stress bertambah.

b) Fasilitas (sarana dan prasarana)

Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien

tersedia, mudah dijangkau menjadi motivasi pasien untuk

berobat. Termasuk dalam fasilitas adalah tersedianya sumber

biaya yang mencukupi bagi kesembuhan pasien, tersedianya

alat-alat medis yang menunjang kesembuhan pasien.

c) Media

23
Media yaitu dukungan yang diberikan dalam bentuk informasi

pengetahuan tentang penyakit, nasihat dan petunjuk saran.

Adanya media ini penderita menjadi lebih tahu tentang

kesehatannya dan pada akhirnya dapat menjadi motivasi untuk

berobat dan sembuh.

d) Dukungan sosial

Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan

atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh

keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka yang

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak

penerima.

g. Metode dan Alat Motivasi

Untuk meningkatkan motivasi seseorang terhadap suatu jenis

perilaku dapat dilakukan dengan memberikan hadiah atau “iming-

iming” berupa benda atau materi. Tetapi tidak semua orang meningkat

motivasinya karena diberikan hadiah atau uang misalnya, melainkan

banyak faktor yang berpengaruh terhadap motivasi tersebut. Beberapa

ahli mengelompokkan dua cara atau metode untuk meningkatkan

motivasi, yakni

1) Metode langsung (Direct Motivation)

Pemberian materi atau nonmateri kepada orang secara

langsung untuk memenuhi kebutuhan merupakan cara yang

langsung dapat meningkatkan motivasi kerja. Yang dimaksud

dengan pemberian materi adalah misalnya pemberian bonus,

24
pemberian hadiah pada waktu tertentu. Sedangkan pemberian

nonmateri antara lain memberikan pujian, memberikan penghargaan

dan tanda-tanda penghormatan yang lain dalam bentuk surat atau

piagam, misalnya.

2) Metode tidak langsung (Indirect Motivation)

Metode tidak langsung adalah suatu kewajiban memberikan

kepada keluarga dan penderita hipertensi berupa fasilitas atau

sarana- sarana kesehatan. Upaya peningkatan motivasi seperti

tersebut, dengan memberikan sesuatu kepada masyarakat dipandang

sebagai cara atau metode untuk meningkatkan motivasi berperilaku

hidup sehat. Tetapi apabila dilihat dari apa yang diberikan kepada

orang atau masyarakat, yang akhirnya dapat menigkatkan motivasi,

maka apa yang diberikan tersebut dapat dikatakan sebagai alat

motivasi. Apabila hal ini dapat dikategorikan sebagai alat motivasi,

maka dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni:

a) Materi

Alat motivasi materiil adalah apa yang diberikan kepada

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat, yang

berupa uang atau barang yang merupakan faktor pemungkin

(enabling faktor) untuk melakukan hidup sehat.

b) Non-materi

25
Alat motivasi nonmateri adalah pemberian tersebut tidak dapat

dinilai dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang hanya

memberikan kepuasan atau kebanggaan kepada orang atau

masyarakat.

c) Kombinasi materi dan non-materi

Alat motivasi ini adalah kedua-duanya, baik materiil maupun

nonmateri. Disamping fasilitas yang diterima, bonus yang

diterima masyarakat juga memperoleh penghargaan berupa

piagam atau medali, dan sebagainya.

h. Cara Meningkatkan Motivasi

Dalam Hartono (2016), ada beberapa hal yang meningkatkan

motivasi sebagai berikut:

1) Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) yaitu

memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang di

motivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

2) Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu

motivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agarmelakukan

sesuatu harapan yang memberikan motivasi.

3) Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on

egoinvoirement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan

kesadaran.

Pada pelaksanaannya memotivasi dapat dilakukan dengan cara: a.

teknik verbal, seperti berbicara untuk membangkitkan semangat,

pendekatan pribadi, diskusi, dan sebagainya; b. teknik tingkah laku,

26
yaitu, meniru, mencoba, dan menerapkan; c. teknik intensif dengan cara

mengambil kaidah yang ada; d. supertisi dan kepercayaan akan sesuatu

secara logis, namun membawa keberuntungan; e. citra diri yaitu dengan

imajinasi atau daya khayal yang tinggi, maka individu akan termotivasi;

3. Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang

banyak dijumpai dimuka bumi ini penyakit ini dikenal sebagai the silent

killeratau pembunuh tersembunyi karena pada banyak kasus tidak

timbul gejala hingga terjadi komplikasi serius. Hipertensi beresiko besar

bila tidak diobati. Tekanan darah yang terlampau tinggi membuat

jantung memompa lebih keras, yang akhirnya mengakibatkan gagal

jantung (decompensation), serangan otak (stroke), infark jantung

(myocard infraction) dan cacat pada ginjal serta pembuluh darah.

Tekanan darah dibedakan atas tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan didalam pembuluh

darah arteri ketika darah di pompa keluar dari jantung. Tekanan darah

diastolik adalah tekanan di dalam pembuluh darah arteri ketika jantung

dalam keadaan istirahat atau diantara dua denyut jantung (Ananta,

2009). American Heart Association (AHA) dan American College of

Cardiology (ACC) pada tahun 2017 mengeluarkan pedoman hipertensi

terbaru. Pedoman ini berisikan banyak perubahan besar dalam

pengelolaan hipertensi. Salah satu lompatan terbesar pedoman ini adalah

perubahan klasifikasi atau bahkan definisi hipertensi dimana

27
sebelumnya hipertensi dinyatakan sebagai peningkatan tekanan darah

arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada pedoman hipertensi

tersebut maka hipertensi ditetapkan apabila tekanan darah sistolik ≥ 130

mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 80 mmHg (AHA, 2017).

b. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi dua jenis

menurut Mahdiana (2010) dan Riyadi (2011):

1) Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh

hipertensi). Namum faktor resiko yang di duga kuat adalah kerena

beberapa faktor berikut ini: Keluarga dengan riwayat hipertensi,

pemasukan sodium berlebihan, konsumsi kalori berlebihan, kurang

aktivitas fisik, pemasukan alkohol berlebihan, rendahnya

pemasukan potasium dan lingkungan.

2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai

akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi sekunder kemungkinan

memiliki banyak penyebab beberapa perubahan pada jantung,

pembuluh darah, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi

vaskuler renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan

darah jika penyebabnya diketahui maka disebut hipertensi sekunder.

Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

28
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lain

yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar

adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau

norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obisitas), gaya yang tidak

efektif (malas berolahraga), stres, alkohol atau garam dalam

makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang

memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan

kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stres telah

berlalu maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

c. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro pre-

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

neropinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor,

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Klien dengan hipertensi

sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

29
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sehingga respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula

adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokotriksi. Korteks

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriksi kuat, yang

pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2014).

d. Diagnosis Hipertensi

Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring

selama 5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai

hipertensi. Tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan

satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil

yang tinggi maka tekanan darah dapat diukur kembali dan kemudian

diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya

hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan

darah tinggi, melainkan juga digunakan untuk menggolongkan beratnya

hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan

30
terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan

ginjal (Mahdiana, 2010).

Menurut Ananta (2009), tekanan darah diukur dengan

menggunakan alat pengukuran tekanan darah. Tenaga kesehatan akan

mengukur tekanan darah lebih dari satu kali untuk mamastikan apakah

didiagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi).

e. Klasifikasi

Hipertensi adalah istilah medis atau penyakit tekanan darah

tinggi. American Society of Hipertinsion (ASH) mendefinisikan

hipertensi sebagai suatu sindrom kardiovaskuler yang progresif sebagai

akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani,

2008). Secara umum, seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila

memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 80

mmHg. JNC 7 (The sevent report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, and Treameant on High Blood Pressure)

mengklasifikasikan tekanan darah dibagi menjadi normal, pra

hipertensi, hipertensi tahap I dan hipertensi tahap II, sedangkan WHO

(World Health Organization) membuat kategori yang lebih banyak yaitu

optimal, normal, normal tinggi, hipertensi tingkat I (hipertensi ringan),

hipertensi tingkat II (hipertensi sedang), hipertensi tingkat III (hipertensi

berat) dan sistolik terisolasi (Isolated Systolic Hipertension).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi

Indonesia (2013)

31
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Dan/atau
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80


rehipertensi 120 139 Atau 80 89
Hipertensi Tahap 1 140 159 Atau 90 99
Hipertensi Tahap 2 ≥ 160 179 Atau ≥ 100
Hipertensi Sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi

(Sumber: Sani, 2008)

f. Manifestasi Klinis

Menurut Mahdiana (2010), manifestasi dibagi atas dua bagian yaitu:

1) Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

sekalipun tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sekit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan,

yang bisa saja terjadi, baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.

g. Komplikasi

Komplikasi menurut Corwin (2019):

1) Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

32
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia, jantung dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan.

2) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

penebalan, maka aliran darah ke otak diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

menimbulkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,

aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu

dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan

rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan

yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang intertisial diseluruh

susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitar kolaps dan terjadi

koma serta kematian.

33
5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi

plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia

dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses

persalinan.

h. Penatalaksanaan Medis

1) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011): Mencari faktor

resiko yaitu kolesterol serum, trigliserid, gula darah Sebagian kecil

mengeluh: sakit kepala, berdebar-debar. Mencari komplikasi yaitu

ureum, kreatinin, proteinuria, ronsen toraks.

2) Terapi Medis

Diet rendah garam, penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa,

peningkatan exercise, asupan nutrisi, penghentian merokok yang

secara kolektif dikenal sebagai modifikasi terapeutik gaya hidup atau

therapeutic lifestyle modification. (Nugroho, 2011). Diuretic,

penghambat adrenergic, penyekat alfa I, penyekat beta, vasodilator,

penghambat ACE, Diuretic menyebabkan hilangnya kalium atau

obat penahan kalium. Diuretic sangat efektif pada: orang kulit hitam,

lanjut usia, kegemukan, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal

menahun (Nugroho, 2011) Penghambat adrenergik membantu

memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan

tekanan darah. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang

dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara

34
meningkatkan tekanan darah (Ruhyanudin, 2017). Angiotensin

converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) membantu

menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini

efektif diberikan kepada; usia muda, penderita gagal jantung,

penderita dengan protein dalam air kemihnya yang sebabkan oleh

penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik (Ruhyanudin,

2017). Angiontensin II Bloker membantu menurunkan tekanan

darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

Angiontensin kalsium membantu melebarkan pembuluh darah dan

sangat efektif diberikan kepada: lanjut usia, penderita angina

pectoris (nyeri dada), denyut jantung yang cepat dan sakit kepala

migren (Syamsudin, 2011). Nifedipine merupakan kalsium

antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral

(ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga

pemberiannya harus diawasi secara ketat (Ruhyanudin, 2017).

i. Usaha Pencegahan Hipertensi

Usaha pencegahan hipertensi adalah:

1) Modifikasi pola hidup

Sangat dianjurkan agar pasien dapat memodifikasi pola

hidupnya agar pengobatannya menjadi lebih efektif. Dua pola hidup

35
sangat perlu disesuaikan adalah kebiasaan merokok dan stress.

Rokok mempunyai efek vasokontriksi pada pembuluh darah. Peran

stress belum begitu jelas tetapi relaksasi dan manajemen stress yang

efektif sangat membantu dalam mengendalikan hipertensi

(Baradero, dkk, 2018).

2) Aktivitas

Gerak badan aerobik secara teratur dianjurkan karna dapat

membantu mengurangi berat badan dan resiko penyakit jantung.

Akan tetapi, gerakan badan yang melelahkan, seperti mengangkat

beban atau gerak badan yang menimbulkan maneuver valsava lebih

baik dihindari. Pada pasien hipertensi esensial tidak dapat diobati

tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya

komplikasi. Langkah awal adalah dengan mengubah pola hidup

penderita (Baradero, dkk, 2018).

3) Olahraga

Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi

esensial tidak perlu membatasi aktivitas selama tekanan darahnya

terkendali (Mahdiana, 2010).

B. Kerangka Teori

Faktor – faktor yang mempengaruhi


dukungan keluarga :
Dukungan Keluarga :
1. Faktor Internal: 1. Instrumental
a. Tahap perkembangan 2. Informasional
b. Faktor emosi 3. Penilaian
c. Spiritual 4. Emosional
2. Faktor Eksternal:
a. Praktik di keluarga
b. Pendidikan dan tingkat
pengetahuan
c. Faktor sosial ekonomi 36
d. Latar belakang budaya
Motivasi pasien Hipertensi
dalam melakukan kunjungan
Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi ulang :
1. Motivasi Intrinsik
1. Faktor Intrinsik (Dorongan dari dalam diri)
a. Faktor Fisik 2. Motivasi Ekstrinsik
b. Faktor proses mental (Dorongan dari luar)
c. Keinginan dalam diri sendiri
d. Kematangan usia
2. Faktor Ekstrinsik
a. Faktor lingkungan
b. Fasilitas
c. Media
d. Dukungan sosial

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Dukungan Keluarga terhadap


Motivasi pasien Hipertensi untuk melalukan kunjungan ulang
di Poliklinik Dalam RSU Asrtini.

C. Kerangka Konsep

Dukungan keluarga:
Motivasi
1. Dukungan Informasional 1. Tinggi
2. Dukungan Penilaian 2. Sedang
3. Dukungan Instrumental 3. Rendah
4. Dukungan Emosional

37
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Motivasi Pasien Hipertensi Dalam Melakukan Kunjungan Ulang ((Notoatmodjo,
2014 dan Hartono 2016)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang di

Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini Wonogiri.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaf dengan Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian analitik korelasi, dimana

38
peneliti ingin mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi

pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini Wonogiri.

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.

Menurut Nursalam (2016) penelitian Cross Sectional adalah jenis penelitian

yang menekankan waktu pengukuran/observasi dari variabel independen dan

dependen sekali dalam satu waktu, dalam penelitian ini peneliti memberikan

kuesioner dukungan keluarga dengan kuesioner motivasi pada responden dalam

waktu yang sama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Lokasi dalam penelitian ini adalah Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini

Wonogiri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Nursalam (2013), Populasi adalah setiap subyek yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dari penelitian ini adalah

jumlah penderita hipertensi yang berobat di poliklinik Penyakit Dalam RSU

Astrini wonogiri dalam 3 bulan terakhir dari September sampai November

dalam kunjungan kontrol sesuai jadwal yang sudah di tentukan sebanyak

311 pasien.

2. Sampel

39
Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Menurut Arikunto (2012) jika jumlah populasi kurang dari 100

orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika

populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15 % atau 20-

25 % dari jumlah populasinya.

N = Jumlah populasi
15%

Berdasarkan data responden yang sebanyak 311 responden maka

penulis akan mengambil 15% dari populasi sebanyak 46 responden. Pada

penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan kriteria inklusi:

a. Penderita Hipertensi dengan tekanan darah sistol >140 dan diastole >90

b. Penderita Hipertensi yang tinggal bersama keluarga

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah motivasi pasien hipertensi dalam kunjungan ulang.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

40
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Parameter Alat Skala Skor
Ukur

Independen: Dukungan Kuesi Ordinal Rumusan :


Dukungan Informasional oner
Keluarga yaitu keluarga Setiap jawaban dilembar
mengingatkan kuesioner berisi 2 item :
kepada Jika Jawaban ya = 1
penderita
hipertensi untuk Jika Jawaban tidak = 0
rutin untuk
melakukan Kategori dukungan
kunjungan ulang
Baik : 100% - 76%
Cukup: 56% - 75%
Kurang : < 55%

Penilaian

Dependen: Motivasi Kuesi Ordinal Rumusan: setiap


Motivasi Intrinsik adalah oner jawaban
penderita dorongan yang
berasal dari dilembar kuesioner
hipertensi dalam diri berisi 2 item:
dalam penderita
Jika Jawaban ya = 1
penyakit
untuk
hipertensi, Jika Jawaban tidak = 0
melakukan
meliputi
kunjungan
keinginan dalam Kategori motivasi
ulang
diri sendiri
untuk Baik : 100% - 76%
melakukan Cukup: 56% - 75%
pengontrolan
tekanan darah Kurang : < 55%

41
F. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek yang

diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2013).

1. Proses Pengumpulan Data

Setelah mendapat ijin dari Ketua STIKES Estu Utomo Boyolali,

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan dan Direktur Rumah Sakit

Astrini, maka peneliti akan mengambil sampel yaitu responden yang

berkunjung sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan menyiapkan

Informed Consent. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memberikan

kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner motivasi pasien hipertensi

dalam melakukan kunjungan ulang untuk di isi oleh responden setelah itu

peneliti mengumpulkan kuesioner tersebut dan data yang telah dikumpulkan

dapat digunakan sebagai data penelitian.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah

daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner (Saryono, 2010).

a. Instrumen untuk menilai dukungan keluarga dan dibuat dalam bentuk

kuesioner, berupa daftar pertanyaan yang kemudian diberikan jawaban

oleh responden dan dinilai atas pertanyaan yang jawabannya Ya dan

pertanyaan yang jawab Tidak. Jumlah pertanyaan 16, untuk jawaban Ya

diberikan skor 1 dan jawaban “Tidak” diberikan skor 0, sehingga skor

tertinggi skor 20 dan terendah 0. Kuesioner baku dukungan keluarga

yang sudah diuji validitas dan reliabilitas oleh Ridwan Stanley Naimasus

42
(2015) dengan hasil menunjukkan kuesioner dukungan keluarga dengan

nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing kuesioner lebih

besar dari r tabel = 0,561, sehingga kuesioner tersebut valid. Nilai

Cronbach’s Alpha untuk kuesioner dukungan keluarga sebesar 0,974 >

0,7 sehingga kuesioner ini reliabel.

b. Instrumen motivasi diambil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya

pada pada bulan januari tahun 2019, Kuesioner tersebut kemudian diuji

validitas dan reabilitas, peneliti menggunakan 15 item pertanyaan. Nilai

r tabel (r=0,433), Sehingga pertanyaan P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9,

P10, P11, P12, P13, P14, dan P15 dinyatakan valid.

G. Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk tujuan

pokok penelitian yang mengungkap fenomena. Data mentah yang di dapat,

tidak serta merta menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab

masalah penelitian (Nursalam, 2013).

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Jika terdapat beberapa kuesioner yang masih

belum diisi, atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk dan tidak

relevannya jawaban dengan pertanyaan sebaiknya diperbaiki dengan jalan

menyuruh isi kembali kuesioner yang masih kosong pada responden semula

(Setiadi, 2013).

Setelah lembar kuesioner sudah terisi penuh semua peneliti memeriksa

kembali kebenaran data yang

43
diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini, kuesioner dukungan

keluarga dan motivasi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang

yang di isi responden dapat digunakan seluruhnya yaitu sebanyak 53

responden.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi ini

dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-

masing jawaban. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data (Setiadi, 2013).

Setelah melakukan editing untuk mempermudah pengelolahan data maka

peneliti melakukan coding dengan pemberian kode pada masing- masing

kuesioner yang telah diisi.

a. Dukungan Keluarga

1) Dukungan keluarga baik diberi kode 1.

2) Dukungan keluarga cukup diberi kode 2.

3) Dukungan keluarga kurang diberi kode 3.

b. Motivasi

1) Motivasi baik diberi kode 1.

2) Motivasi cukup diberi kode 2.

3) Motivasi kurang diberi kode 3.

44
3. Scoring

Menentukan skor/nilai untuk tiap-tiap item pertanyaan, tentukan

nilai terendah dan tertinggi (Hidayat, 2019). Scoring disini menilai variasi

perhitungan presentase dukungan keluarga terhadap motivasi pasien dengan

menderita hipertensi untuk melakukan kunjungan ulang adalah:

Untuk variabel independen setiap jawaban dilembar kuesioner berisi 2 item.

Jawaban ya = 1 dan jawaban tidak = 0, kategori dukungan Baik: 100% -

75%, Cukup: 56% - 75%, Kurang: < 56%.

4) Untuk variabel dependen setiap jawaban dilembar kuesioner barisi 2 item.

Jawaban ya = 1 dan jawaban tidak = 0, kategori motivasi Baik: 100% - 75%,

Cukup: 56% - 75%, Kurang: < 56%.

Keterangan:

n = jumlah nilai yang diperoleh responden

N = jumlah nilai maksimal

5) Tabulating

Tabulating merupakan penyajian data dalam bentuk tabel dan

mengatur semua angka sehingga dapat dihitung sebagai kategori. Data

hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel.

6) Analisis Penelitian

Uji statistik dalam penelitian ini adalah analisis dengan uji statistik

korelasi Spearman Rank pada tingkat signifikan 5% atau (0,05). Korelasi

speaman rank (Rho) adalah uji statistik yang digunakan untuk mengukur

45
tingkat ataueratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal,

menggunakan program komputer SPSS, sehingga didapatkan adanya

hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pasien hipetensi dalam

melakukan kunjungan ulang di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini

Wonogiri, sehingga H1 dapat diterima. (Nursalam, 2016).

H. Prosedur Penelitian

Kerangka kerja merupakan tahapan dalam aktifitas ilmiah yang dilakukan

penelitian yaitu kegiatan awal sampai akhir (Nursalam, 2016).

Adapun kerangka kerja (framework) dalam penelitian ini adalah sebagai


Sampel Respondek : 46 responden
berikut :

Informed Consent

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

Editing

Coding

Scoring

Tabulating

Analisa statistik dengan menggunakan uji


Spearman Rank

Penyajian Hasil

46
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien
Hipertensi Dalam Melakukan kunjungan Ulang

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin

untuk melakukan penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Umum Astrini.

Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan pada etika penelitian yang meliputi:

1. Lembaran Persetujuan (Informed Consent)

Informend Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian (Hidayat, 2011). Informed Consent diberikan

sebelum melakukan penelitian. Informed Consent ini berupa lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Lembar persetujuan ini diberikan

kepada responden yang diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembar ini

juga dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika subjek

bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus

tetap menghormati keputusan responden dan mengganti atau mencari

responden lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity merupakan jaminal dalam penggunaak subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur (Hidayat, 2011). Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden secara lengkap, tetapi dengan

menggunakan nama inisial.

47
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011). Peneliti

mengolah data yang sesuai dengan kepentingan penelitian dan data yang

didapatkan tidak dipublikasikan pada orang lain diluar kepentingan peneliti.

BAB IV

48
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitian ini adalah di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Astrini

Kabupaten Wonogiri. Sejarah Singkat RSU Astrini didirikan bulan

Februari tahun 2007, dan diresmikan tanggal 12 April 2007 sebagai rumah

sakit khusus Anak. Selama beberapa tahun berperan dalam pembangunan

kesehatan di Kabupaten Wonogiri, telah mendapatkan citra yang cukup

baik sebagai rumah sakit khusus anak dengan visinya “Menjadi Rumah

Sakit Rujukan Khusus Anak di Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya”. RSU

Astrini terletak di Jalan Brig. Jend. Katamso, Kelurahan Kaliancar,

Kecamatan Selogiri.

Pada bulan November 2017 berdasarkan Surat Keputusan Dinas

Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Wonogiri Nomor: 253/331/IU/PMDN/2017 Tentang Izin Operasional dan

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Astrini. Sebagaimana dalam keputusan

tersebut RSA Astrini telah menjadi “Rumah Sakit Umum Astrini” dengan

peningkatan sarana prasarana sesuai dengan peraturan yang ada

2. Pelayanan

Saat ini RSU Astini Wonogiri merupakan rumah sakit tipe D.

Pada bulan Desember 2018 Rumah Sakit Umum Astrini Wonogiri telah

Terakreditasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan

Program Khusus lulus “Perdana”. Sesuai dengan Perjanjian Kerjasama

NOMOR: 57/KTR/VI-06/0120/NOMOR: DIR.2/16/I/2022, RSU Astrini

49
Wonogiri telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan pada 3 Februari

2022. Jenis pelayanan Rumah Sakit Astrini dikelompokkan atas:

a. Kelompok pelayanan medis, yakni:

1) Pelayanan Rawat Jalan

2) Pelayanan Gawat Darurat

3) Pelayanan Rawat Inap

4) Pelayanan Bedah Sentral

5) Pelayanan Rawat Intensif.

b. Kelompok pelayanan penunjang medis, yakni:

1) Pelayanan Radiologi

2) Pelayanan Laboratorium

3) Pelayanan Farmasi

4) Pelayanan Fisioterapi

5) CSSD

6) Pelayanan Gizi

7) Pelayanan Sanitasi

c. Kelompok penunjang non medik, yakni:

1) Pelayanan Pemulasaran Jenazah

2) Pelayanan Laundry

3) Pelayanan Pemeliharaan dan Perbaikan Sarana

4) Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan

Target penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menderita

hipertensi. Jumlah dari populasi dari penelitian ini sebanyak 311 responden.

50
B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1: Karakteristik Responden

Persentase

No Karakteristik Frekuensi (%) Total

1. Umur

a. 46-49 1 2% 46

b. 50 – 59 6 13%

c. 60- 69 19 41%

d. 70-80 20 43%

2. Jenis Kelamin

a. Laki-laki 22 48% 46

b. Perempuan 24 52%

3. Pekerjaan

a. Tidak Bekerja 24 52% 46

b. Swasta 10 28%

c. PNS 12 26%

Sumber: data primer, 2021

Tabel 4.1 dapat menunjukan karakteristik responden penelitian

berdasarkan usia didapatkan data bahwa mayoritas usia responden kisaran

umur 70- 80 tahun yaitu sebanyak 20 orang (43%). Sementara hasil

berdasarkan karakteristik berdasarkan jenis kelamin lebih banyak

perempuan yaitu 24 orang (52%).

2. Analisis Univariat

51
a. Dukungan keluarga terhadap pasien dalam kunjungan periksa ke rumah

sakit.

Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi dukungan keluarga terhadap pasien

dalam kunjungan periksa ke rumah sakit.

Rentang Skor Frekuensi Persentase(%)

Baik (skor 76-100) 19 41


Cukup (skor 56-75) 26 57
Kurang (skor <56) 1 2
Total 46 100.0
Sumber: data primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan responden tentang dukungan

keluarga mayoritas adalah cukup yaitu rentang skor 50 -75 sebanyak 26

orang atau 57 %.

b. Motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke rumah sakit

Motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke rumah sakit sebagai

berikut:

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Motivasi pasien dalam kunjungan


periksa ke rumah sakit
Rentang Skor Frekuensi Persentase(%)
Baik (skor 76-100) 18 39
Cukup (skor 56-75) 27 59
Kurang (skor <56) 1 2
Total 46 100.0
Sumber: data primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.3. menunjukan analisis motivasi pasien

kontrol ke rumah sakit mayoritas adalah cukup yaitu sebanyak 59%.

3. Analisis Bivariat

Hasil uji Sperman-rank hubungan dukungan keluarga dengan motivasi

pasien kunjungan ke rumah sakit untuk kontrol sebagai berikut:

52
Tabel 4.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Kunjungan Ke
Rumah Sakit
dukungan motivasi
Dukungan Correlation
1.000 .301*
Coefficient
Spearman's Sig. (2-
. .042
rho tailed)
N 46 46
Motivasi Correlation
.301* 1.000
Coefficient
Sig. (2-
.042 .
tailed)
N 46 46
Sumber: data primer, 2022

Untuk mengetahui korelasi hubungan dukungan keluarga dengan

motivasi pasien kunjungan ke rumah sakit dalam penelitian ini

menggunakan uji Spearman's rho, pada tabel 4.4 menunjukan hubungan

nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,042 pada taraf kesalahan alfa (n)=5%

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga

dengan motivasi pasien kunjungan ke rumah sakit. Sedangkan nilai

Correlation Coefficient sebesar 0.301* menunjukan nilai keeratannya

adalah sedang, sehingga bisa diartikan dukungan mempunyai peranan yang

penting terhadap motivasi pasien untuk kontrol ke rumah sakit.

53
BAB V

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 dapat menunjukan karakteristik responden penelitian

berdasarkan usia didapatkan data bahwa mayoritas usia responden kisaran

umur 70-80 tahun yaitu sebanyak 20 orang (43%). Sementara hasil

berdasarkan karakteristik berdasarkan jenis kelamin lebih banyak

perempuan yaitu 24 orang (52%). Data karakteristik pekerjaan terbanyak

petani yaitu 24 (52%).

2. Distribusi frekuensi dukungan keluarga terhadap pasien dalam kunjungan

periksa ke rumah sakit

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan distribusi frekuensi dukungan

keluarga terhadap pasien dalam kunjungan periksa ke rumah sakit yaitu

cukup sebesar 57%.

3. Distribusi frekuensi motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke rumah

sakit.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan distribusi frekuensi dukungan

keluarga terhadap pasien dalam kunjungan periksa ke rumah sakit yaitu

cukup sebesar 59%.

4. Analisa bivariat

Untuk mengetahui korelasi hubungan dukungan keluarga dengan

motivasi pasien kunjungan ke rumah sakit dalam penelitian ini

menggunakan uji Spearman-Rank, pada tabel 4.4 menunjukan hubungan

54
nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,042 pada taraf kesalahan alfa (n)=5%

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga

dengan motivasi pasien kunjungan ke rumah sakit. Hasil ini bersesuaian

dengan teori Hierarki Teori Kebutuhan Teori yang dikemukakan oleh

Maslow yang menyatakan bahwa seseorang berperilaku, karena adanya

dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Hasil penelitian

ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Friedman (2010) bahwa dengan

adanya dukungan keluarga, berupa informasi, instrumen penilaian dan

emosional membuat anggota keluarga mampu dan berfungsi dalam

meningkatkan kesehatannya.

Kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang, maka dikenal

hierarchical of theory. Kebutuhan manusia akan sangat memengaruhi dorongan

atau motivasi, yang urutan lajunya berlanjut ke dalam jenjang motivasi seseorang.

Demikian juga sesuai menurut teori Menurut Gerungan (2004) faktor ekstrinsik

adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Hal ini didukung penelitian sebelumnya

oleh Martinus Attalah dan Silva (2012) yang berjudul” Analisis Hubungan Perilaku

Kontrol Tekanan Darah Pasien Hipertensi 2012” bahwa kesadaran motivasi oleh

keluarga juga berpengaruh bagi penderita untuk melakukan kontrol tekanan darah

karena motivasi merupakan suatu pendorong seseorang dalam melakukan suatu

bentu perilaku. Namun demikian juga faktor penghambat dalam melakukan kontrol

tekanan darah, sebgaian besar karena tidak ada transportasi dan merasa tidak perlu

karena tidak ada ada keluhan padahal ketika tidak ada keluhan itu bisa

menimbulkan kegawatan kardiovaskuler misal stroke. Hal ini sejalan dengan

penelitian Hutomo, et al. (2021) yang mengatakan Dukungan keluarga

55
sangat diperlukan oleh anggota keluarga saat akan mengikuti vaksinasi.

Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan terhadap lansia adalah

bentuk dukungan instrumen dimana anggota keluarga harus menyiapkan

transportasi agar anggota keluarga dapat kemudahan akses dan juga

pendampingan ke lokasi vaksinasi.

B. Keterbatasan penelitian

Waktu yang terbatas sehingga kemungkinan responden mengisi

tidak maksimal dan dana yang tidak cukup sehingga tidak ada souvenir pada

responden. Pengetahuan peneliti yang masih kurang karena waktu

perkuliahan daring sehingga tidak bisa mandiri waktu mengerjakan skripsi.

56
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dari pembahasan mengenai penelitian tentang

hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pasien dalam kunjungan periksa

ke rumah sakit.

Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis dukungan keluarga terhadap pasien dalam kunjungan periksa ke

rumah sakit yaitu sebanyak 57%.

2. Analisis motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke rumah sakit yaitu

sebanyak 59%.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel hubungan dukungan

keluarga dengan motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke rumah sakit

(nilai signifikan (p-value) sebesar 0,042). Hal ini berarti ada hubungan

dukungan keluarga dengan motivasi pasien dalam kunjungan periksa ke

rumah sakit.

B. SARAN

Adapun saran yang diajukan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya :

1. Bagi peneliti untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan sumber pustaka

dalam tentang kepatuhan pasien dalam melakukan kontrol ke rumah sakit.

2. Bagi Pasien, untuk selalu melakukan kontrol rutin penyakitnya karena

dampak dari sakitnya apabila tidak melakukan kontrol dengan rutin.

57
3. Bagi Keluarga bahan pertimbangan dan masukan bagi keluarganya akan

pentingnya memberi dukungan keluarga dalam perawatan hipertensi serta

motivasi pasien hipertensi menjadi baik agar tekanan darah pasien tetap

stabil.

4. Bagi Tempat Penelitian sebagai masukan bagi perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan kepada penderita hipertensi dalam menjalankan terapi

hipertensi untuk selalu memberikan penddidikan kesehatan pada keluarga

agar memberikan perhatian dan dorongan pada anggota keluarganya yang

sakit.

58
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2017). Classes of Heart Failure, https://healthmetrics.heart.org/wp-


content/uploads/2017/11/Highlights-from-the-2017-Guideline.pdf.
diakses 9 November 2021.

Ananta. (2009). Waspadai Gejala Penyakit Mematikan Jantung Koroner Dengan


3 Dimensi Penyakit Yang Berkaitan: Hipertensi, Diabetes Militus, dan
Stroke. Yogyakarta: Tugu Publhiser.
Arikunto, Suharsini. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.

Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Cahyani, Erny. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan
Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Sondakan Purwosari Surakarta.
file:///G:/jurnal%20new/HASIL%20NASKAH%20PUBLIKASI_ERNY
%20CAHYANI.pdf diakses tanggal 14/11/2021 jam 08.34 WIB.
Dewi, A.R, dkk. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Berobat Pada Pasien Penderita Hipertensi Di Puskesmas Dau Kabupaten
Malang https:// publikasi.unitri. ac. id/ index. php/ fikes / article/
download/819/633. Diakses tanggal 17/09/2021 jam 12.10 WIB.
Dion Yohanes & Betan Shinta. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Donsu, D. T. Jenita. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hartono, Dudi. (2016). Psokologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Herlinah, L., Dkk. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku
Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Komunitas.

Hidayat. (2011). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika.
Hutomo, W. M. P., Marayate, W. S. and Rahman, I. (2021) ‘HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP KEIKUTSERTAAN VAKSINASI COVID-19
DOSIS’, Nursing Inside Community, 4, pp. 2–6.
Kendall.K. Tao.L. (2013). Synopsis Organ System Kardiovaskuler. Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group.

Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sari, D., Safri., & Utami, Gamya Try. (2016). Hubungan Motivasi Diri Terhadap
Kepatuhan Melakukan Diet Pada Penderita Hipertensi.
file:///G:/jurnal%20new/21311-41293-1-SM.pdf diakses tanggal
14/11/2021 jam 08.34 WIB.
Setya Jati, Dwi Nursanti. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Motivasi Pasien Hipertensi Untuk Melakukan Kunjungan Perawatan Di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/19598/3/BAB_1 .pdf. Diakses tanggal
30/08/2021 jam 09.00 WIB.
Suparyanto. (2012). Konsep Dukungan Keluarga. http://www.google.com
/2012/03/konsep-dukungan-keluarga. Diakses tanggal 26/10/2021 jam
10.21 WIB.
Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakologi Kardiovaskuler dan Renal. Jakarta:


Salemba Medika.
Wulandhani, Sri Ayu. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Motivasi Lansia Hipertensi Dalam Memeriksakan Tekanan Darahnya.
Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/3444. Diakses
pada tanggal 3/10/2021 jam 12.00 WIB
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/ibu...........
Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Keperawatan STIKes
Estu Utomo Boyolali:
Nama : Runi Daryanti
NIM : 22020093
Sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Motivasi Pasien Hipertensi Dalam Melakukan Kunjungan Ulang Di
Poliklinik Penyakit Dalam Rs Astrini Wonogiri”

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/ibu
sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan di jaga dan di pergunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/ibu bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini maka saya mohon kesediaan Bapak/ibu untuk menandatangani lembar
kesediaan yang saya lampirkan.
Demikian atas perhatian, ketersediaan dan kerjasama Bapak/ibu menjadi
responden, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

(Runi Daryanti)
Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Hipertensi Dalam
Melakukan Kunjungan Ulang Di Poliklinik Penyakit Dalam Rs Astrini
Wonogiri

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ny S
Jenis kelamin : Perempuan
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian
yang di lakukan oleh saudari Runi Daryanti Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Estu Utomo Boyolali. Saya menyatakan tidak keberatan untuk memberikan
informasi dan penjelasan yang sebenar-benarnya.
Demikian surat pernyatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagimana mestinya.

Wonogiri, 27 Desember 2021


Responden

(Ny Sri Sayekti )


Lampiran 3:
KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP


MOTIVASI PASIEN HIPERTENSI UNTUK MELAKUKAN KUNJUNGAN
PELAYANAN DIPOLIKLINIK DALAM RSU ASTRINI WONOGIRI
Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan Terakhir :
B. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Berilah tanda check (√) pada jawaban yang sesuai dengan yang anda alami
dan anda rasakan.

No Dukungan Ya Tidak

Dukungan Informasional

1. Saya diingatkan keluarga untuk melakukan Kunjungan kunjungan


ualgn sesuai jadwal secara rutin

2. Keluarga mengingatkan saya untuk minum Obat rutin dan kontrol


rutin

3. Keluarga menginginkan saya untuk Mematuhi larangan makanan


buat hipertensi

4. Keluarga saya bertanya tentang kapan jadwal Kunjungan ulang


hipertensi kepada saya di RS Astrini di poliklinik dalam

5. Keluarga saya membiarkan perilaku-perilaku yang memperburuk


kondisi saya

6. Keluarga saya merasa keberatan bila mengantar jadwal periksa ke RS


Asrtini poliklinik Dalam dengan alasan jarak nya kejahuan

7. Keluarga saya tidak ada waktu mengantar setiap saya periksa ke RS


Astrini.

Dukungan Instrumental

8. Keluarga saya memakai fasilitas (kendaraan) jika saya ingin pergi


untuk mengontrol hipertensi di RS Astrini Wonogiri.
No Dukungan Ya Tidak

9. Keluarga bersedia membiayai biaya pemeriksaan dan pengobatan

10. Semua anggota keluarga saya berpergian pada saat saya terdapat
jadwal untuk pengontrolan hipertens RS Astrini di poliklinik Dalam

11. Keluarga bersedia membantu memenuhi kebutuhan peningkatan


kesehatan saya

12. Keluarga melengkapi fasilitas untuk saya berolah raga

13. Keluarga mengabaikan waktu untuk berkumpul bersama

Dukungan Penghargaan

14. Keluarga memaklumi kondisi yang saya alami saat ini

15. Keluarga saya mengurusi urusannya masingmasing, dan masa bodoh


terhadap saya

16. Keluarga memberi pujian kepada saya ketika saya teratur melakukan
pengontrolan hipertensi

17. Keluarga mengabaikan saya pada saat setelah meminum obat


antihipertensi

18. Keluarga melibatkan saya dalam mengambil keputusan untuk


melakukan pengontrolan hipertensi

19. Keluarga mengabaikan saya jika kehilangan minat untuk melakukan


pengontrolan hipertensi di Poliklinik Dalam RS Astrini

Dukungan Emosional

20. Keluarga mendampingi saya saat melakukan pengontrolan hipertensi

21. Keluarga mengabaikan saya untuk tetap menjaga kesehatan

22. Keluarga bersedia mendengarkan saya ketika menceritakan tentang


keluhan yang saya alami

23. Keluarga menjauhi saya selama kondisi saya kurang baik

24. Keluarga tetap memperhatikan saya selama kondisi saya kurang baik

25. Keluarga mengabaikan keperluan saya selama melakukan


pengontrolan hipertensi
C. KUESIONER MOTIVASI
No Dukungan Ya Tidak

Motivasi Instrinsik

1. Saya melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit atas kemauan saya


sendiri

2. Saya melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit dipaksa oleh anggota


keluarga

3. Saya tidak melakukan kunjungan ulang hipertensi sesuai jadwal

4. Saya melakukan kunjungan ulang hipertensi sesuai jadwal

5. Saya merasa tenang meskipun tidak melakukan kunjungan ulang ke


rumah sakit

6. Saya merasa tidak tenang meskipun tmelakukan kunjungan ulang ke


rumah sakit

7. Saya selalu menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai


jadwal

8. Saya tidak menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai


jadwal

9. Saya pergi ke Rs di poliklinik Dalam walaupun sedang hujan

10. Saya tidak pergi ke Rs di poliklinik Dalam walaupun tidak ada kegiatan

Motivasi Ekstrinsik

11. Saya datang kembali ke rumah sakit jika ada yang mengantar

12. Saya tidak datang kembali ke rumah sakit jika ada yang mengantar

13. Saya ke Poliklink Dalam RS Astrini agar mendapatkan pujian dari


keluarga saja

14. Saya tidak ke Poliklink Dalam RS Astrini agar orang lain tahu saya bias
sembuh tanpa berobat

15. Saya melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit

16. Saya tidak melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit

17. Saya ke Poliklinik Dalam RS Astrini didampingi oleh keluarga saya

18. Saya tidak ke Poliklinik Dalam RS Astrini walaupun didampingi oleh


keluarga saya
19. Saya mengurungkan niat untuk melakukan pengontrolan Hipertensi di
poliklinik Penyakit Dalam karena tidak diberikan uang saku dan jaraknya
jauh oleh keluarga saya

20. Saya selalu niat untuk melakukan pengontrolan Hipertensi di poliklinik


Penyakit Dalam walaupuan tidak diberikan uang saku dan jaraknya jauh
oleh keluarga saya
Dukomentasi di tempat Penelitian
Hasil SPSS
dukungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 15 32.6 32.6 32.6

cukup 31 67.4 67.4 100.0

Total 46 100.0 100.0

motivasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 1 2.2 2.2 2.2

cukup 27 58.7 58.7 60.9

baik 18 39.1 39.1 100.0

Total 46 100.0 100.0

Correlations

dukungan motivasi

Spearman's rho dukungan Correlation Coefficient 1.000 .301*

Sig. (2-tailed) . .042

N 46 46

motivasi Correlation Coefficient .301* 1.000

Sig. (2-tailed) .042 .

N 46 46

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai