Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

DI PUSKESMAS BONTONYELENG

TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh

WIWI QUR’ANIL FATIMAH

NIM.A.18.10.065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2022
ABSTRAK
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Puskesmas Bontonyeleng Wiwi Qur’anil Fatimah¹. Asri². Dr. A. Suswani³.

Hipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Tekanan darah
tinggi hanya menjadi masalah jika terus berlanjut. Tekanan darah adalah hasil dari respon tubuh
terhadap rangsangan yang berbeda dari system sirkulasi.dan organ yang menjadi suplai darah
(termasuk jantung dan otak) menjadi tegang. Populasi dalam penelitian inipadalahpseluruh pasien
hipertensi di Puskesmas Bontonyeleng yang berjumlah 365 orang pada tahun 2021. Teknik
sampling.yang digunakanoadalah Simple RandomoSampling. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain penelitianoQuasioEksperiment yang mengujicoba suatu intervensiopada
sekelompokosubjekodenganoatau tanpaokelompokopembanding untuk mrmasukkan subjek ke
dalam kelompok perlakuan. Jenis uji yang digunakanoadalah uji Totidak berpasanganodengan
alternative Friedman. Hasil analisis tekanan darah sistolik dan diastolik nilai p=0,000 (p<0,05)
maka Ho ditolak Ha diterima atau dengan kata lain tekananodarah setelah dilakukan terapiomusik
klasik efektif menurunkan tekanan darahosistolik danodiastolik. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di
Puskesmas Bontonyeleng.

Kata Kunci : Hipertensi, Terapi Musik Klasik, Tekanan Darah.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik melebihi

140 mmHg dan tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg, dengan

menunjukkan hampir 1,3 miliar orang di dunia mengalami hipertensi. WHO,

(2018). Hipertensi menjadiomasalah kesehatan di seluruh dunia dengan

prevalensi saat ini secara globalosebesar 22% dariototal penduduk dunia.

Prevalensi hipertensi tetinggi di dunia berada diwilayah Afrika (46%)

sedangkanoprevalensi terendah berada di wilayah Amerika (35%). WHO juga

mengatakan bahwa hipertensi merupakan penyebab utama nomor 1 kematian

di dunia. Penyakit hipertensi ini banyak terjadi di Negara berkembang

khususnya di Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2025, akan ada 1,5 miliar

penderita hipertensi (WHO, 2018). Hipertensi yang tidak segera ditangani

dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu, perlu segera ditangani secepat

mungkin.

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut pengukuran usia 18 tahun

adalah 25,8%. Tekanan darah tinggi di Indonesia didiagnosis oleh tenaga

kesehatan sebesar 9,4%. Dari mereka yang minum obat, 9,5% juga memiliki

tekanan darah tinggi. Kemenkes, (2019). Prevalensi hipertensi pada usia 18

tahun adalah 34,1%. Prevalensi hipertensi tertinggi terdapat di salah satu

provinsi yaitu Sulawesi Selatan. Prevalensi tekanan darah tinggi pada wanita
2
36,11% lebih tinggi dibandingkan pria. Tingkat urbanisasi sedikit lebih tinggi

di 34,43% wilayah dibandingkan dengan 33,72% wilayah di pedesaan.

(Riskesdas, 2018). Hipertensi termasuk penyakit yang tertinggi di Indonesia

dan juga tertinggi disalah satu Sulawesi selatan. Dimana prevalensi tertinggi

hipertensi lebih banyak diperkotaan dibanding pedesaan.

Berdasarkan data yang diperoleh pada bagian Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Dinas Kesehatan Bulukumba penderita hipertensi pada tahun

2019 berjumlah 14.975 penderita, tahun 2020 berjuamlah 13.206 penderita

dan 2021 berjumlah 3438 penderita. Sedangkan penderita hipertensi di

Puskesmas Bontonyeleng pada tahun 2019 berjumlah 671 penderita, 2020

berjumlah 506 dan 2021 berjumlah 365 penderita (SP2TP-Puskesmas

Bontonyeleng).

Berdasarkan uraian pada data 3 tahun terakhir 2019-2021 ternyata

mengalami penurunan hipertensi dan begitu juga di Puskesmas Bontonyeleng

mengalami penurunan hipertensi 3 tahun terakhir. Hal ini menandakan ada

beberapa pelayanan kesehatan yang ikut serta dalam hal penurunan hipertensi

di Puskesmas Bontonyeleng.

Dalam hal ini telah tejadi penurunan hipertensi, bukan berarti kita tidak

dapat memberikan edukasi atau intervensi lagi, melainkan kita dapat

meningkatkan pemberian intervensi tersebut seperti pemberian terapi musik

klasik. Dampak dari hipertensi apabila tidak segera diatasi bisa

mengakibatkan komplikasi seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung

dan gagal ginjal kronik. Ada dua cara utama untuk mengelola hipertensi:

menggunakan obat-obatan atau mengelolanya tanpa obat. Secara farmakologi,


3
yaitu dengan pemberian obat antihipertensi yang diperoleh dari dokter,

sedangkan pengobatan nonfarmakologi memerlukan terapi suportif seperti

terapi komplementer untuk membantu menurunkan tekanan darah, dan

pengobatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi

musik klasik dan terapi tawa (Puspitorini, 2015).

Mekanisme kerja jantung mungkin secara teratur dipengaruhi oleh terapi

musik klasik dengan irama yang stabil, yang dapat menurunkan tekanan

darah, meredakan kecemasan, dan mengurangi stres. Natalina, (2013). Dalam

jurnal-jurnal tersebut dapat dikembangkan bahwa pada terapi musik klasik

bukan hanya dapat menurunkan tekanan darah, melainkan juga dapat

mengurangi kecemasan, kualitas tidur meningkat serta tubuh menjadi nyaman

dan mengalami relaksasi.

Hubungan terapi musik klasik terhadap penurunan hipertensi yaitu

dapat mengendalikan denyut jantung seseorang atau mampu menurunkan

tekanan darah seseorang baik ringan maupun sedang. Selain itu, terapi musik

klasik juga mampu memberikan efek-efek positif seperti meredakan

emosional serta mengurangi beban fikiran seseorang. Djohan, (2016). Dengan

ini, saya mengambil terapi tersebut, karena saya sangat tertarik dengan

adanya perubahan yang dapat menurunkan tekanan darah seseorang. Bukan

hanya menurunkan tekanan darah, melainkan juga dapat mengurangi beban

fikiran seseorang, menurunkan hormon stres, mengendalikan emosional,

mengurangi kecemasan serta kualitas tidur meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 5

orang penderita hipertensi pada saat berkunjung di Puskesmas Bontonyeleng.

4
Dari 5 penderita tersebut ada 3 orang yang rutin minum obat dan 2 orang

minum obat dengan pola makan yang teratur, sehingga dapat menekan agar

tidak terjadi peningkatan tekanan darah tinggi yang melampaui batas normal.

Dari 5 penderita hipertensi belum ada yang melakukan atau menggunakan

metode lain atau menggunakan cara-cara lain seperti menggunakan terapi

music klasik maupun terapi ketawa. Maka dari itu, sesuai uraian tersebut

sehingga peneliti tertarik ingin meneliti tentang “Pengaruh Terapi Musik

Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Puskesmas

Bontonyeleng”.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi penyakit hipertensi banyak dikeluhkan oleh masyarakat

karena beberapa faktor penyebabnya. Berbagai penelitian dari edukasi yang

telah dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit hipertensi. Bahwa tidak

selamanya obat yang dapat menurunkan tekanan darah bahkan perlakuan

edukasi dapat juga menurunkan dengan jalan melakukan terapi. Penelitian

terapi musik klasik pada pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah

belum ada yang meneliti, padahal sangat diperlukan untuk penurunkan

tekanan darah pada umumnya dan khususnya pada lansia.

Dengan demikian, peneliti merumuskan masalah yaitu “ Apakah ada

pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

di Puskesmas Bontonyeleng”.

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan

hipertensi pada lansia di Puskesmas Bontonyeleng.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum melakukan terapi musik

klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Puskesmas

Bontonyeleng.

b. Untuk mengetahui tekanan darah setelah melakukan terapi musik

klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Puskesmas

Bontonyeleng.

c. Untuk menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia di Puskesmas Bontonyeleng.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti keperawatan dapat menambah wawasan dalam

academia untuk meningkatkan pengetahuan tentang terapi musik klasik

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Puskesmas

Bontonyeleng.

2. Manfaat Aplikatif

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat serta menjadi bahan ajaran atau referensi data base.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik

90 mmHg. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya jika terus-

menerus. Tekanan darah ini membuat sistem peredaran darah dan organ

yang menerima suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang

(Ns, Alfeus Manungtung, 2018).

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi ini

biasa disebut sebagai pembunuh gelap (Sillent Killer), karena termasuk

penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala terlebih dahulu. (Apriyani,

2019).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hipetensi adalah

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Dimana

hipertensi ini biasa disebut sebagai Sillent Killer (mematikan tanpa

disertai gejala terlebih dahulu).

7
2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori:

a. Hipertensi esensial atau primer merupakan jenis hipertensi esensial

yang belum diketahui secara pasti. Namun, sejumlah variabel,

termasuk usia lanjut, stres psikologis, dan genetika, dianggap

memiliki peran sebagai etiologi hipertensi primer.

b. Telah diketahui dengan baik bahwa ada hipertensi sekunder.

Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen), penyebab parenkim

ginjal dan vaskular, penyakit endokrin, koarktasio aorta, neurogenik,

kehamilan, peningkatan volume intravaskular, dan merokok adalah

beberapa alasan hipertensi sekunder. (Ns, Alfeus Manungtung, 2018).

3. Patofisiogi Hipertensi

Resistensi perifer yang lebih besar atau peningkatan curah jantung

juga dapat menyebabkan hipertensi. Pada dasarnya, sistem pengaturan

tekanan darah, yang mencakup respons baroreseptor atau kemoreseptor

yang rusak, adalah tempat timbulnya kondisi tekanan darah tinggi yang

disebabkan oleh peningkatan aktivitas pusat vasomotor dan kadar

norepinefrin plasma.

Pusat vasokonstriktor medula oblongata dihambat oleh impuls

baroreseptor, sedangkan pusat saraf vagus dirangsang. Vasodilatasi terjadi

di seluruh tubuh sebagai akibatnya, yang melebarkan sirkulasi perifer dan

mengurangi frekuensi dan kekuatan kontraksi. Akibatnya, ketika tekanan

dalam arteri merangsang baroreseptor, hasilnya adalah penurunan tekanan

8
arteri secara refleksif. Sementara perubahan kimia darah, seperti kadar

oksigen rendah, peningkatan jumlah karbon dioksida dan hidrogen, atau

penurunan pH, memicu mekanisme respons kemoreseptor.

Bahan retikuler sepertiga bawah pons dan dua pertiga atas medula

obluganta mengandung pusat vasomotor, yang didistribusikan secara

bilateral. Semua pembuluh darah tubuh mendapatkan sinyal dari area ini

yang dikirim ke bawah melalui sumsum tulang belakang dan serat

vasokonstriktor. Karena pusat vasomotor aktif tonik, ia biasanya

mentransmisikan sinyal saraf secara terus menerus. Selain mengontrol

tekanan darah dan detak jantung, sistem saraf pusat vasomotor juga

mengontrol aliran darah.

Bagian medial, yang terletak dekat dengan nukleus motorik dorsal

saraf vagus, mengirimkan impuls melalui saraf vagus ke jantung dan dapat

melewati bagian vasokonstriktor dari pusat vasomotor. Bagian lateral

mengirimkan impuls rangsang melalui serabut saraf simpatis ke jantung

untuk meningkatkan kecepatan dan kontraktilitas jantung. Karena

kapasitasnya untuk efek rangsang dan penghambatan, hipotalamus juga

berdampak pada sistem vasokonstriktor. Tergantung pada apakah area

tersebut diaktifkan, bagian anterior atau posterolateral hipotalamus

menghasilkan rangsangan atau penghambatan (Apriyani, 2019).

4. Komplikasi Hipertensi

` Komplikasi pada hipertensi menurut Ns, Alfeus Manungtung

(2018). Meliputi:

9
a. Stroke dapat terjadi dari perdarahan tekanan tinggi di otak atau dari

embolus yang dikeluarkan dari arteri selain otak yang telah mengalami

tekanan tinggi.

b. Ketika arteri koroner aterosklerotik miokard tidak dapat memberikan

oksigen yang cukup atau ketika aliran darah ke pembuluh darah

terhambat, infark miokard dapat terjadi.

c. Perkembangan kerusakan yang disebabkan oleh tekanan kuat pada

kapiler ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.

d. Gagal jantung, yaitu ketika jantung tidak mampu memompa darah

cukup cepat untuk kembali ke jantung dan menyebabkan cairan

menumpuk di paru-paru.

e. Ensefalopati dapat berkembang, terutama pada kasus hipertensi cepat

atau ganas.

5. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut Ns, Hanim Mufarokhah, (2019).

Sebagai berikut:

Kategori TD Sitolik TD Diastolik

Optimal < 120 < 80

Normal 120 – 139 81 – 89

Hipertensi tingkat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 160 – 179 100 – 109

10
Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistolik ≥ 140 < 90

terisolasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

6. Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi klinis hipertensi menurut Ns, Hanim Mufarokhah,

(2019). Sebagai berikut:

a. Sakit kepala terus-menerus.

b. Nyeri dada.

c. Pusing.

d. Jantung berdebar-debar.

e. Penglihatan kabur

f. Pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

g. Gejala lainnya.

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pemeriksaan penunjang menurut Ns, Alfeus Manungtung, (2018).

Dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Hemoglobin/hematokrik, dapat dilakukan melalui pengecekan anemia.

b. Peningkatan kadar kalsium dan kalium serum dapat memperburuk

hipertensi.

11
c. Peningkatan kadar kolesterol serum dan trigliserida mungkin

merupakan tanda bahwa konsekuensi kardiovaskular sedang dipicu.

d. Asam urat, yang berkontribusi terhadap hipertensi.

e. CT scan melihat ke dalam pheochromocytoma, CSV, dan tumor otak.

8. Pencegahan Dan Penanganan Hipertensi

Hipertensi dapat dicegah dan tangani menurut Ns, Alfeus

Manungtung, (2018). Dengan cara sebagai berikut :

a. Hindari penggunaan alkohol dan sepenuhnya berhenti merokok.

b. Diet rendah garam atau makanan.

c. Latihan olahraga.

d. Memperbanyak minum air putih.

e. Memeriksakan tekanan darah secara berkala.

f. Menjalani gaya hidup sehat.

9. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi

Beberapa faktor penyebab hipertensi menurut Joyce et al. (2014).


Yaitu :

a. Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa

hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih

dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

b. Jenis kelamin

Secara keseluruhan, pria lebih mungkin dibandingkan wanita untuk

memiliki hipertensi hingga usia 55 tahun.

12
c. Nutrisi

Mengkonsumsi terlalu banyak natrium dapat memainkan peran penting

dalam munculnya hipertensi esensial. Setidaknya 40% pasien yang

kemudian mengalami hipertensi akan sensitif terhadap garam, dan

konsumsi garam yang berlebihan dapat menjadi faktor penyebab dalam

beberapa kasus hipertensi.

d. Penyalahgunaan obat

Mereka yang mengonsumsi 3 ons etanol setiap hari juga memiliki

prevalensi hipertensi yang signifikan. Ada perdebatan tentang efek kafein.

Meskipun menyebabkan lonjakan singkat pada tekanan darah, kafein tidak

memiliki dampak jangka panjang.


10. Batasan Hipertensi Pada Lansia

Batasan menurut WHO, (2018). Sebagaipberikut :

a. Usia pertengahanp(middle age) yaitupkelompok usia 45-59 tahun.

b. Usia lanjut (elderly)pantara 60-74 tahun.

c. Usia tua (old)pantara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tuap(very old) diatas 90 tahun.

Namun pada batasan-batasan tersebut, saya ingin melakukan

penelitian pada lansia usia petengahan dan memasuki usiaplanjut (45-59

tahun).

13
B. Tinjauan Teori Tentang Terapi MusikpKlasik Terhadap Penurunan

TekananpDarah Pada Lansia

Gambar 2.1 Terapi musik klasik

1. Definisi Terapi Musik Klasik

Terapi musik klasik merupakan Penggunaan musik sebagai teknik

terapi untuk meningkatkan, memelihara, dan meningkatkan kondisi

mental, fisik, dan emosional dikenal sebagai terapi musik klasik. Musik

bisa menjadi terapi ampuh untuk menurunkan tekanan darah bagi

penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, terutama lansia (Suryana,

2012).

Terapi musik klasikpmerupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

menurunkanptekanan darah serta mengurangi nyeri dan kecemasan pada

lansia. (Suherly et al., 2012).

14
Seperti yang dikatakan sebelumnya, terapi musik klasik membantu

menurunkan tekanan darah pada orang tua. Selain menurunkan tekanan

darah, juga meredakan ketidaknyamanan dan kecemasan.

2. Tujuan Terapi Musik Klasik

Tujuan terapi musikpklasik menurut Nurrahmani, (2012). Sebagai

berikut:

a. Secara efektif meningkatkan ambang relaksasi otak saat sedang stres.

b. Dapat menginduksi sistem limbik, yang mengontrol emosi, untuk

rileks, menghasilkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan

tekanan darah.

c. Peningkatan regulasi detak jantung adalah mungkin.

d. Memiliki kemampuan untuk mendorong tubuh membuat molekul

oksida nitrat. Di mana molekul ini beroperasi, ia dapat menurunkan

tekanan darah dengan mempengaruhi tonus pembuluh darah.

e. Dapat menurunkan tekanan darah, terutama pada orang tua.

3. Manfaat TerapipMusik Klasik

Ada beberapa manfaatpterapi musik klasik menurut Herawati,

(2018). Sebagai berikut:

a. Mampu membuat moodpmenjadi bahagia, menghilangkan stress,

menurunkan tekananpdarah serta mengurangi nyeri.

b. Untuk membantu seseorang menata dirinya melalui kekuatan musik

klasik, sehingga mampu mengurangi gangguan yang dideritanya.

15
c. Mampu memberikan dampak yang menguntungkan bagi keberadaan

manusia.

d. Menurunkan pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah,

menghasilkan konsentrasi katekolamin plasma yang rendah.

4. Pengaruh TerapipMusik Klasik Terhadap Penurunan Hipertensi

Musik klasik merupakan Tekanan darah orang lanjut usia dapat

diturunkan sebagai hasil dari kreativitas, rasa, dan inisiatif manusia yang

luar biasa yang digambarkan dalam bentuk suara, melodi, ritme, dan

harmoni yang dapat membangkitkan suasana hati yang gembira,

meredakan ketegangan, mengurangi ketidaknyamanan, dan menjatuhkan

darah. tekanan (Fahriani et al., 2015).

Musik klasik merupakan stimulus khusus yang dapat mempengaruhi

reaksi fisiologis dan psikologis pendengar. Ini adalah intervensi yang

berhasil untuk mempromosikan relaksasi psikologis seperti yang

ditunjukkan oleh penurunan denyut jantung, laju pernapasan, dan tekanan

darah (Istirokah, 2013).

Menurut penelitian, responden yang menerima terapi musik klasik

mengalami penurunan tekanan darah untuk hipertensi ringan hingga

sedang. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik klasik berdampak pada

penurunan tekanan darah pada lansia (Diyono, 2015).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa musik klasik adalah

ciptaan, cita rasa, dan prakarsa manusia yang indah yang diwujudkan

dalam bentuk bunyi, bunyi melodi, ritme, dan harmoni yang dapat

16
menurunkan tekanan darah, meredakan ketegangan, dan mengurangi rasa

tidak nyaman dalam kehidupan. orang-orang senior.

5. Prosedur Terapi Musik Klasik

Prosedur pada terapi musik klasik menurut Jasmarizal et al.,

(2011). Meliputi:

6. Alat dan bahan

1) MP3 Player merk Audi

2) Headphone

3) Garpu tala

4) Tensimeter

5) Lembar kuesioner

7. Cara kerja

1) Sebelum peserta berada di ruangan yang nyaman (tidak bising)

2) Peserta dalam posisi nyaman (duduk)

3) Satu set alat musik yang terdiri dari smartphone dan pemutar MP3

yang diisi dengan tiga lagu terkenal dibagikan kepada setiap

peserta.

4) Lanjutkan memainkan musik pada volume yang ditentukan

peserta sampai peserta mendengar lagu yang ditawarkan.

5) Musik didengarkan selama ± 30 menit

6) Terapi musik klasik dilakukan selama 3x seminggu

17
C. Kerangka Teori

Hipertensi

Faktor-Faktor Penyebab
Hipertensi :
Terapi Musik
Klasik 1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Nutrisi
4. Penyalahgunaan obat
(Joyce et al., 2014)

Manfaat Terapi Musik


Klasik

(Herawati, 2018)

Tujuan Terapi Musik Klasik

(Nurrahmani, 2012)

Pengaruh Terapi Prosedur Terapi Musik


Musik Klasik Klasik

(Diyono, 2015) (Jasmarizal et al., 2011)

Gambar 3.1 KerangkapTeori

18
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi realitas yang menjelaskan

bagaimana variabel terkait satu sama lain dan memungkinkan terjadinya

komunikasi (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka

konseptual akan membantu dalam menghubungkan temuan penelitian dengan

teori (Nursalam, 2017).

Kerangka kerja ini berkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk

mempelajari lebih lanjut tentang “pengaruh terapi musik klasik terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia di puskesmas Bontonyeleng”.

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan maka

digambarkanpsuatu modelphubungan variablepyang akan diteliti oleh peneliti

sebagai berikut :

Penurunan Tekanan
Terapi Musik Klasik Darah pada lansia

Keterangan :

: Variabelpdependen

: Variabelpindependen

: Penghubungpantar variabel

Gambarp3.2 KerangkapKonsep
19
B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah kualitas, sifat, atau nilai seseorang, benda,

atau aktivitas yang memiliki variasi tertentu yang diputuskan oleh penelitian

untuk diselidiki sebelum kesimpulan dibuat. (Sugiono, 2017).

1. Variabel yang dipengaruhi atau diakibatkan oleh adanya variabel bebas

disebut sebagai variabel terikat. Tekanan darah berfungsi sebagai

variabel dependen penelitian.

2. Variabel yang mempengaruhi, memprovokasi, atau menyebabkan

berkembangnya variabel terikat disebut sebagai variabel bebas. Dalam

penelitian ini, terapi musik klasik berperan sebagai variabel independen.

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah abstrak yang diartikulasikan dalam bahasa

yang jelas dan dapat dimengerti (Ihsan, 2015).

1. Menurut Suryana, (2012). Terapi musik klasik adalah salahpsatu

metodepatau teknik yang digunakan dalam proses penurunan tekanan

darah (Hipertensi). Dimana metode ini sangat sederhana digunakan

pada penderita hiepertensi khususnya lansia.

2. Menurut Ns, Alfeus Manungtung, (2018). Tekanan darah adalah

keadaan tanpa gejala, dimana tekananpdarah abnormal tinggipdi dalam

arteri yang meliputi tekanan darah sistolik dan diastolik.

20
D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu acuan bagi peneliti yang

memungkinkan peneliti untuk melakukan operasional atau pengukuran secara

cermat, akurat dan replikasi terhadap suatu objek atau fenomena yang

kemudian dapat diulangi oleh orang lain. (Nursalam, 2017).

Adapun definisi operasional yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:

1. Terapi Musik Klasik

Terapi musik klasik adalah pemberian terapi musik klasik pada lansia

yang dapat menurunkan tekanan darah. Pemberian terapi ini dilakukan

selama 3x seminggu dengan durasi ± 30 menit.

2. Tekanan darah

Tekanan darah adalah pengukuran tekanan darah pasien baik sebelum

dan sesudah terapi musik klasik yang meliputi tekanan darah sistolik dan

diastolik.

a. Alat ukur : Menggunakan alat ukur tekanan darah

spigmomanometer.

b. Skala ukur : Numerik

c. Kriteria objektif :

1) Tekanan darah normal antara 120 dan 140 mmHg.

2) Tingkat tekanan darah sistolik dan diastolik pada hipertensi

stadium 1 masing-masing berkisar antara 140 hingga 159 mmHg

dan 90 hingga 99 mmHg.

21
3) Hipertensi stadium 2 didefinisikan sebagai memiliki tekanan

darah sistolik minimal 160 mmHg dan tekanan darah diastolik

minimal 100 mmHg.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah solusi sementara untuk rumusan masalah. Hal ini

diperlukan untuk menunjukkan kefanaannya menggunakan fakta empiris

yang dikumpulkan (Sugiono, 2017).

Hipotesis dalam penelitianpini yaitu “Ada Pengaruh Terapi Musik

Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Puskesmas

Bontonyeleng”.

22
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desainppenelitian merupkan karakteristik dari suatu yang

membedakan dengan peneliti lain. Metodologi untuk melakukan penelitian

yang memberikan pedoman untuk kemajuan penelitian dikenal sebagai desain

penelitian (Sugiono, 2017).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian Quasi Experiment dengan pendekatan Time Series Design. Dimana

desain ini peneliti mengujicoba suatu intervensi pada sekelompok subjek

dengan atau tanpa kelompok pembanding untuk memasukkan subjek ke

dalam kelompok perlakuan (Kelana, 2011).

R O1 X1 O2 o3 o4 dst

Gambar 3.3 Quasi Eksperimet – Time Series Design

Keterangan :

R: Semua peserta penelitian mendapatkan perlakuan atau intervensi.

O1: Pre-test kelompok perlakuan

O2,O3,O4: Berdasarkan perkembangan waktu, post-test 1,2,3, dan 4

perlakuan.

X1: Uji coba atau intervensi yang sesuai protokol dengan terapi

23
Pada penelitian ini,psebelum dilakukanpterapi musik klasik (pre-test),

tekanan darah penderita hipertensi diukur selama 4x pengukuran. Kemudian

peneliti melakukan terapi musik klasik selama ±30 menit, setelahpitu diukur

kembalip(post-test) tekanan darah pasien tersebut, lalu dibandingkan antara

tekanan darah pre-test dan post-test.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. WaktupPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2022

2. Lokasi Penelitian

Penelitianpdilaksanakan di Puskesmas Bontonyeleng, Kec. Gantarang,

Kab. Bulukumba.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan Objek atau topik yang masuk ke dalam

kategori generalisasi memiliki atribut dan karakteristik yang ditetapkan

oleh penelitian untuk diperiksa dan dari mana kesimpulan dapat

diturunkan. Sugiono, (2017). Sebanyak 365 pasien hipertensi dari

Puskesmas Bontonyeleng menjadi populasi penelitian.

2. Sampel

Sampel merupakan representasi ukuran populasi dan susunannya.

Penelitian ini melibatkan sampel yang dikumpulkan dari populasi jika

cukup besar (Sugiono, 2017).

24
Pasien hipertensi di Puskesmas Bontonyeleng menjadi sampel

penelitian. Simple random sampling adalah metode pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan pendekatan

pengambilan sampel secara acak langsung ini adalah suatu cara

pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa

memperhitungkan strata yang populasinya dibagi menjadi (Sugiono,

2017).
Rumus perhitungan sampel :

( Ƶ α +Ƶᵦ)
n 1=n2=2 = ( X ₁− X ₂ . s)²

( )
2
( 1,96+0,84 )
¿2 . 12,5
240,3−231,6

( )
2
2,8
¿2 .12,5
8,7
2
¿ 2 ( 0,32 x 12,5 )

2
¿ 2(4)

¿2¿

¿ 32

Keterangan :

n = Sampel X1 = 240,3

Ƶα = 1,96 X2 = 231,6

Ƶᵦ = 0,084 S = 12,5

25
a. Kriteria Inklusif

1) Masyarakat yang bersedia menjadi responden

2) Hipertensi tahap I dan tahap II

3) Lansia usia 45 – 59 tahun

b. Kriteria Eksklusif

1) Masyarakat yang tidakpbersedia menjadipresponden

2) Mengalamipgangguan kesehatan (sakit)

3) Hipertensi tahap III

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan Pengamatan, pengukuran, atau

pengamatan dan alat pengumpulan data yang sangat baik digunakan untuk

memastikan bahwa data yang dikumpulkan akurat dan dapat diandalkan

(Nursalam, 2017).

Dalam penelitian ini, menggunakan lembar observasi yang menjadi

metode utama pengumpulan data (pengukuran tekanan darah menggunakan

sphygmomanometer digital).

E. Teknik Pengumpulan Data

1. DatapPrimer

Data primer adalah informasi yang telah dikumpulkan langsung

dari peserta studi menggunakan teknik untuk mengukur tanggapan

mereka atau mengambil data mereka (Suyanto, 2014).

26
Data primer dalamppenelitian ini dilakukan di puskesmas

Bontonyeleng berupa penurunan tekanan darah pada lansia.

2. DatapSekunder

Data yang dapat diperoleh dari pihak lain atau yang diperoleh

secara tidak sengaja oleh peneliti dari subjek penelitian disebut sebagai

data sekunder. Data sekunder biasanya berupa laporan atau dokumentasi

data yang sudah bersifat publik (Suyanto, 2014).

Data sekunder dalam penelitianpini diperoleh daripbuku-bukupdan

jurnal-jurnal penelitian sebelumnya dan bagian dari puskesmas

Bontonyeleng.

27
F. Alur Penelitian

Proposal Penelitian :

Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunanptekanan darah


pada lansia dipPuskesmas Bontonyeleng

Hipotesis :

Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunanptekanan


darah pada lansia dipPuskesmas Bontonyeleng

Populasi :

365 orang penderita hipertensi

Sampel :

32 penderita hipertensi dengan menggunakan


Simple Random Sampling
Intrumen Penelitian :

Lembar Observasi

Tempat Penelitian :

Di Puskesmas Bontonyeleng

Dinas Kesehatan Puskesmas Bontonyeleng


Bulukumba

Pengumpulan Data : Analisa Data :

Data Sekunder Univariat

Gambar 4.1 Alur Penelitian

28
G. Pengolahan Data Analisa Data

1. Pengolahan Data

Tahap-tahap pengelolaan data menurut Syamsuddin, (2015).

Meliputi kegiatan:

a. Editing

memeriksa data mentah yang telah dikumpulkan, seperti:

1) Isi bagian yang kosong atau kosong.

2) Memperbaiki kekurangan atau area yang tidak jelas dalam

perekaman data.

3) Verifikasi bahwa data konsisten dengan data yang diharapkan.

4) Verifikasi konsistensi temuan pengukuran.

5) Verifikasi keakuratan data.

b. Coding

Pengkodean data, sering dilakukan untuk data kuantitatif, untuk

memudahkan analisis data.

c. Tabuasi

Untuk mempermudah analisis dan pelaporan data, data harus

disajikan dalam tabel. Konsumen data dan analisis data dapat dengan

mudah mengumpulkan informasi dengan menggunakan tabel data

yang sesederhana mungkin.

2. Analisa Data

a. AnalisispUnivariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menguji setiap

variabel yang diturunkan dari hasil pengukuran sedemikian rupa

29
sehingga kumpulan data menghasilkan pengetahuan yang dapat

ditindaklanjuti dan hanya satu variabel yang digunakan untuk

memproses data Suljarwesi, (2014). Pada penelitianpini akan

diketahuipdistribusi frekuensi mengenai karakteristik responden.

b. AnalisispBivariat

Analisis bivariat adalah jenis analisis yang melibatkan lebih

dari dua variabel dan digunakan untuk memastikan bagaimana

variabel berhubungan satu sama lain (Suljarwesi, 2014). Uji T tidak

berpasangan dengan alternatif Friedman digunakan dalam

penelitian ini.

30
H. Etika Penelitian

Secara umum, ada empat pertimbangan etis dasar dalam penelitian atau

pengumpulan data: prinsip manfaat, premis menghormati hak subjek,

kebijakan menjaga kerahasiaan, dan prinsip keadilan. Nursalam, (2017).

Yaitupsebagaipberikut :

1. Konsep yang menguntungkan

a. Tanpa rasa sakit

b. Tanpa eksploitasi

c. Tanpa resiko (Benfist Ration)

2. Gagasan bahwa hak asasi manusia harus dihormati (Respect Human

Dignity)

a. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perawatan yang diterima

b. kebebasan untuk berpartisipasi atau memilih keluar sebagai

tanggapan

3. Asas keadilan (right ti justice)

a. Hak atas perlakuan yang sama

b. Hak atas privasi

4. Prinsip menjaga kerahasiaannya

Penelitian memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan yang

menyangkut dengan privasi responden dengan cara menyamarkan

identitasnya serta menggantinya dengan menggunakan kode-kode

tertentu yang memudahkan peneliti untuk membedakan dan

mengingatnya.

31
I. Jadwal Penelitian

Bulan

No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Penetapan
Panitia

2 Penyusunan
Buku Panduan

3 Penetapan
Pembimbingan
Dan Penguji

4 Pengajuan Judul

5 Screening Judul
& Acc Judul
Dari
Pembimbing

6 Pembimbingan
Proposal

7 Pendaftaran
Ujian Proposal

8 Ujian Proposal

32
BAB V

HASIL DAN PEMAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitianpini, mengenai pengaruh terapi musik klasik terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia di Puskesmas Bontonyeleng yang telah

dilakukan sejak Mei 2022 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang,

responden dalam penelitian ini adalah lansia yang memiliki penyakit

hipertensi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Quasi eksperimen dengan menggunakan Time Series Design. Dalam

penelitian ini, teknik sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling.

Analisis data, termasuk analisis univariat dan bivariat, dilakukan setelah

data diolah. Hasilnya ditampilkan sebagai tabel distribusi frekuensi.

1. Karekteristik Responden

a. Usia

Tebel 2.2 Distribusipkarakteristik respondenpberdasarkanpusia

N Mean Median SD Min - Max

USIA 32 51.84 52.00 3.575 47 58

Berdasarkan tabel 2.2 dapat dilihat pada usia terdapat 32


responden dengan mean 51.84, median 52.00, standart deviation
3.575, usia lansia min 47 tahun dan max 58 tahun.

33
b. JenispKelamin

Tabel 2.3 Distribusi Karakteritik RespondenpBerdasarkan JenispKelamin

Jenis Kelamin N Persentase (%)


Perempuan 18 56.3%
Laki-laki 14 43.8%
Total 32 100.0%

Berdasarkan tabel 2.3 dapat dilihat dari 32 responden yang

berjenis kelaminpperempuan sebanyak 18 orang (56.3%), dan

responden yang berjenispkelamin laki-lakipsebanyak 14 orang

(43.8%).

c. Pekerjaan

Tabel 2.4pDistribusi karakteristik respondenpberdasarkan pekerjaan

Pekerjaan N Persentase(%)

IRT 15 46.9%
Swasta 11 34.4%
Wiraswasta 4 12.5%
PNS 2 6.3%
Total 32 100.0%

Berdasarkanptabel 2.4 dapat diketahui darip32 responden dengan

hasil data pekerjaan IRT sebanyak 15 orang (46.9%),

swastapsebanyak 11porang (34.4%), wiraswasta sebanyak 4 orang

(12.5%) dan PNS sebanyak 2 orang (6.3%). Dari beberapa pekerjaan

yang lebih banyak respondennya itu pada pekerjaan IRT.

34
2. Analisis Univariat

a. Tekanan darah sebelum diberikan intervensi

Tabel 2.5 Distribusiptekanan darahpsistolik dan diastolik sebelum diberikan perlakuan

Variabel Median Min – Max

Minggu 1 Pre sistol 130.00 120 150


Pre diastol 80.00 60 90
Minggu 2 Pre sistol 130.00 120 150
Pre diastol 80.00 70 90
Minggu 3 Pre sistol 120.00 110 150
Pre diastol 80.00 70 90
Minggu 4 Pre sistol 120.00 110 140
Pre diastol 80.00 70 80

Berdasarkan Tabel 2.5, rata-rata distribusi tekanan darah sebelum

intervensi adalah pada Minggu ke 1 dengan tekanan darah sistolik 130

mmHg, diastolik 80 mmHg, Minggu ke 2 dengan tekanan darah sistolik 130

mmHg, diastolik 80 mmHg, Minggu ke 3 dengan sistolik 120 mmHg,

diastolik 80 mmHg, dan Minggu 4 dengan tekanan darah sistolik 120 mmHg

diastolik 80 mmHg.

35
b. Tekanan darah setelah diberikan intervensi

Tabel 2.6 Distribusi tekananpdarah sistolik dan diastolik setelahdi berikanp perlakuan

Variabel Median Min - Max

Minggu 1 Post sistol 120.00 100 150


Post diastol 70.00 60 80
Minggu 2 Post sistol 120.00 100 140
Post diastol 80.00 70 80
Minggu 3 Post sistol 120.00 100 140
Post diastol 80.00 70 80
Minggu 4 Post sistol 120.00 100 140
Post diastol 70.00 70 80

Tabel 2.6 menunjukkan bahwa rata-rata distribusi tekanan darah

setelah intervensi adalah pada minggu ke 1 tekanan darah sistolik 120

mmHg, diastolik 70 mmHg, pada minggu ke 2 dengan sistolik 120 mmHg,

tekanan darah diastolik 80 mmHg, pada minggu ke 3 dengan sistolik 120

mmHg, tekanan darah diastolik 80 mmHg, dan pada minggu ke4 dengan

sistolik 120 mmHg, tekanan darah diastolik 70 mmHg.

36
3. Analisis Bivariat

Analisis pengaruh terapipmusik klasik terhadapppenurunan

tekanan darah pada lansia di puskesmas Bontonyeleng.

Tabel 2.7 Hasil analisis pengaruh terapi musikpklasik terhadapppenurunan tekananpdarah

pada lansia di Puskesmas Bontonyeleng

N Median Min-Max Nilai P

Sistol 32 120.00 100-140 0,000

Diastol 32 70.00 70-80 0,000

Berdasarkan tabel 2.7 hal ini menunjukkanpbahwa dengan intervensi

terapi musik klasik hasil uji statistik Friedman didapatkan Asymp. Sig untuk

tekanan sistolik dan diastolik nilai p=0,000 (p<0,05), maka Ho ditolakpHa

diterima atau dengan kata lain tekanan darah setelah dilakukan terapipmusik

klasik efektif menurunkan tekananpdarah sistolik dan diastolik.

37
B. Pembahasan

1. Tekanan DarahpSebelumpDiberikan Intervensi Terapi MusikpKlasik

Berdasarkan tabel 2.5 dapat diketahui bahwa tekanan darah

sebelum diberikan terapi musik klasik, distribusi rata-rata tekanan

darahpsebelum intervensi yaitu dengan nilai median pada sistolik 130

mmHg dan diastolik 80 mmHg.

Menurut penelitian penyebab hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Bontonyeleng adalah kurangnya merifleks otak sehingga

menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Dalam hal

ini dapat menerapkan gaya hidup sehat yang menggunakan alternative

nonfarmakologis yang lebih menurunkan tekanan darah salah satunya

menggunakan terapi musik klasikpyang dapat dilakukan secara

mandiri atau bersama-sama, juga tidak menimbulkan efek samping

seperti hanya obat-obatan antihipertensi.

Penelitian ini sejalanpdengan yangpdilakukan oleh Hadi M,

(2009) bahwa faktor penyebab terjadinya hiperensi adalah kurangnya

aktivitas merifleks otak, stres, obesitas dan pengaturan diet.

Sedangkan faktorpyang tidak dapat terkontrol meliputipketurunan dan

umur.

Penelitian ini didukung oleh Hayundoro, (2014) bahwa

dengan Sistem limbik dapat dipicu oleh terapi musik klasik,

menghasilkan relaksasi seseorang. Hal ini mempengaruhi tekanan

darah sehingga tekanan darah bisa turun saat seseorang dalam keadaan

tenang.

38
Hal ini diperkuatpoleh Djohan, (2016) karena dapat memicu

produksi endorfin dan serotonin, terapi musik klasik dapat membuat

seseorang merasa tenang. Methanonine, suatu bentuk morfin alami

yang diproduksi oleh tubuh, dan endorfin dan serotonin membantu

orang dengan stres dan tekanan darah tinggi merasa lebih rileks di

tubuh mereka.

2. Tekanan darah setelah diberikan intervensi terapi musik klasik

Menurut temuan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Bontonyeleng, tekanan darah menurun setelah mendapat intervensi

terapi musik klasik. 32 responden berpartisipasi dalam penelitian ini,

yang dilakukan pada Mei 2022. Kurang lebih 30 menit terapi musik

klasik diberikan di pagi hari serta 3x setiap minggu.

Tabel 2.6 menunjukkan bahwa setelah mendapat perlakuan

musik klasik tekanan darah menurun, dengan sistolik 120 mmHg dan

diastolik 70 mmHg.
Penelitian inipsejalan denganppenelitian Sundari, (2011)

menunjukkan bahwa tekanan darah individu hipertensi yang

menerima terapi musik klasik tiga kali seminggu mengalami

perubahan substansial antara sebelum dan sesudah terapi.

Manfaat terapi musikpklasik menurut Herawati, (2018) yaitu

untuk membantu seseorang menata dirinya melalui kekuatan musik

klasik, sehingga mampu membuat mood menjadi bahagia,

menghilangkan stres, memberikan efek-efek positif bagi kehidupan

manusia, serta mengurangi pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh

39
darah, sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi

rendah.

3. Untuk Menganalisis PengaruhpTerapi Musik Klasik Terhadap

PenurunanpTekanan Darah

Menurut penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bontonyeleng,

terapi musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada orang lanjut

usia. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji statistik

uji T tidak berpasangan dengan alt. friedman, didapatkan Asymp. Sig

untuk tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dengan nilai

p=0,000 (p<0,05), maka Ho ditolak Ha diterima atau dengan kata lain

tekanan darah setelah dilakukan terapi music klasik efektif

menrurunkan tekanan darah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitianpyang dilakukan oleh

Herdiman, (2015) tentang “pengaruh terapi musik klasik dalam

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Kepuh Kec.

Palimanan Kab. Cirebon” menghasilkan temuan bahwa terapi musik

klasik menurunkan tekanan darah, dengan p-value 0,000 (p 0,05) Ho

ditolak dan Ha diterima, menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap

tekanan darah sebelum dan sesudah terapi musik klasik. di Posyandu

Lansia Desa Waleng.

2 dari 32 responden yang tidak merasakan penurunan tekanan

darah baik sebelum atau sesudah menerima terapi musik klasik.

Responden serius melakukan terapi musik klasik, dan sedang stres,

40
menurut peneliti, yang merupakan variabel yang mempengaruhi

tersebut.

Hal ini didukung oleh teori Dewi et al., (2010) yang

menunjukkan bahwa persepsi pasien tentang stres dan kesehatan

keduanya jauh diturunkan dan ditingkatkan dengan terapi musik

klasik. Pelatihan terapi musik klasik dapat menjadi terapi yang

berhasil untuk kesehatan psikologis dan kualitas hidup pasien jantung,

sehingga juga bermanfaat bagi pasien hipertensi esensial.

Menurut Riyadi, (2014) Warisan, usia, psikologi, riwayat

keluarga hipertensi, asupan kalori yang berlebihan, dan stres adalah

variabel lain yang dapat mengubah tekanan darah.

Menurut penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Bontonyeleng, terapi musik klasik dapat menurunkan tekanan darah

responden, dengan rata-rata penurunan 10 mmHg. Jika terapi musik

klasik dilakukan secara rutin 3x seminggu, dapat menurunkan tekanan

darah.

41
C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengakui bahwa ada beberapa kekurangan dan kekurangan

dalam proses penelitian, yang menyebabkan hasil yang kurang ideal atau

bahkan salah. Setiap proyek penelitian harus menghadapi tantangan

selama pelaksanaan; penelitian ini memiliki beberapa kendala, antara lain

sebagai berikut:

1. Pemberian terapi pada penelitian ini dilakukan selama 4 minggu.

Penelitian ini dilakukan di ruangan Puskesmas Bontonyeleng yang

hanya bisa mendapatkan ±10 responden sehari karena kurangnya

masyarakat dalam berpartisipan sehingga mengalami hambatan untuk

memperoleh sampel yang optimal.

2. Populasi yang terlalu luas sehingga tidak bisa dijangkau secara

keseluruhan.

3. Masih kurang kemampuan penelitian dalam jurnal-jurnal yang

dijadikan sebagai bahan referensi dalam penyusunan penelitian ini.

42
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut tujuan yang tepat yang tercantum dalam bab sebelumnya,

peneliti menarik kesimpulan berikut:

1. Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum intervensi terapi musik klasik

adalah dengan sistolik 130 dan distolik 80 mmHg.

2. Tekanan darah setelah mendapat intervensi terapi musik klasik dengan

nilai sistolik 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg.

3. Ada pengaruh terapi music klasik terhadap penurunanptekanan darah pada

lansia di Puskesmas Bontonyeleng.


B. Saran

1. Bagi Puskesmas Bontonyeleng Kabupaten Bulukumba

Agar puskesmas menyelenggarakan program terapi musik klasik

atau upaya peningkatan kinerja petugas dengan penanganan pasien

hipertensi melalui pendidikan terapi musik klasik.

2. Kepada Perawat

Hal ini dimaksudkan agar mereka lebih aktif, meningkatkan motivasi

dan program kesehatan, mengaktifkan dan mendorong kegiatan yang

berkaitan dengan terapi musik klasik khususnya sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai program reguler karena terapi musik klasik

merupakan salah satu olahraga yang memiliki banyak manfaat kesehatan.

.
43
3. Bagi penelitipselanjutnya

1. Melakukan studi berkelanjutan tentang manfaat terapi musik klasik

dengan berbagai variabel.

2. Diharapkan lebih banyak penelitian akan memperpanjang jumlah

waktu pasien menerima terapi musik klasik.

44

Anda mungkin juga menyukai