Dosen Pembimbing:
Ns. Muhamad Idris, S.Kep, M.KKK/ NIDN 0314088201
Disusun Oleh:
Chika Bella Agustina 1720220007
Nurul Nisfi 1720220010
Syifa Muzdalifa 1720220011
Margareta Hendriani 1720220024
Widyapati Permadi 1720220025
D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Penyuluhan Kesehatan ini. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Siti Fatimah S.Kp, M.Pd selaku
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Ns. Marini Agustin S.Kep, M.Pd selaku
Kepala Program Studi D-III Keperawatan, serta dosen pembimbing Fakultas Ilmu
Kesehatan Ns. Muhamad Idris, S.Kep, M.KKK yang telah berkenan membantu
pada tahap penyusunan hingga selesainya laporan ini.
Berkat tugas yang diberikan ini, maka dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis menyadari penyusunan dan
penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaannya.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Hormat kami
Widyapati Permadi
17202220025 Syifa Muzdalifa
1720220011
Mengetahui
A. LATAR BELAKANG
HIV/AIDS terus menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kasus
HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun selama sebelas
tahun terakhir, pada umumnya di kelompok usia produktif (20-49 tahun) yaitu
sebesar 70-80%. Di Indonesia, penyebaran HIV/AIDS terjadi merata hampir
di semua Provinsi. Prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun
mengalami peningkatan.
Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada 2021 sebanyak 36.902 kasus. Dari jumlah itu, mayoritas
penderitanya merupakan usia produktif. Penderita kasus HIV paling banyak
berasal dari rentang usia 25-49 tahun dengan persentase 69,7% pada
2021. Lalu disusul rentang usia 20-24 tahun sebesar 16,9% dan penderita HIV
di atas 50 tahun sebesar 8,1%. Sementara itu, sebanyak 3,1% penderita HIV
berasal dari usia 15-19 tahun dan usia di bawah 4 tahun sebanyak 3,1% dan
1,4%. Kemudian, persentase terkecil penderita HIV yang dilaporkan terdapat
pada usia 5-14 tahun sebesar 0,7%. Adapun jumlah kasus HIV stadium lanjut
atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia sebanyak
5.750 kasus pada 2021. Mayoritas penderitanya berada pada rentang usia 30-
39 tahun. Kemudian sebanyak 29,4% penderita AIDS berasal dari rentang usia
20-29 tahun. Diikuti 18,7% penderita pada rentang usia 40-49 tahun, 9,8%
usia 50-59 tahun, dan 3,4% usia di atas 60 tahun. Sedangkan usia di bawah 15
tahun persentasenya di bawah 2%.
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), dan hal tersebut harus segera
mendapatkan penanganan. Perlakuan diskriminatif dapat berasal dari keluarga
sendiri, teman dan kerabat, masyarakat sekitar, ataupun dari pemerintah.
Stigma dan deskriminasi menimbulkan dampak psikologi yang berat
bagaimana ODHA memandang diri mereka. Kondisi ini dapat mendorong
terjadinya depresi, kurang penghargaan diri, keputusasaan, bahkan keinginan
bunuh diri atau merusak dirinya. Kurangnya dukungan dari lingkungan
(dukungan material, informasional, emosional, sosial, atau spiritual) akan
membuat kualitas hidup ODHA memburuk (Wahyuningsih & Novianto,
2017).
Menurut World Health Organization (Utami, Liza, & Ashal, 2018) bahwa
depresi merupakan suasana hati dan tanggapan emosional dalam menanggapi
respon kehidupan, dapat menyebabkan gangguan yang serius dan berdampak
pada tempat kerja, sekolah maupun keluarga, bahkan bunuh diri bisa
dilakukan akibat dari depresi, Hasil sidang World Health Assembly pada 2018
menyatakan depresi ditingkat negara semakin meningkat secara global.
Depresi merupakan salah satu bentuk yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, tidak bergairah, putus asa, dan tidak berguna (Wandono, 2017),
depresi juga dapat menonaktifkan hubungan fungsional, sosial dan fisik, dan
meningkatkan angka bunuh diri (Rahmawati, Arneliwati, & Elita, 2015).
Gejala paling khas sering terjadi saat berduka cita dan individu yang
melaporkan keadaan depresi, seperti mengalami kesedihan, insomnia,
penurunan nafsu makan.
B. NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama Penyuluhan Kesehatan ”Peningkatan pengetahuan
remaja terkait penyakit HIV/AIDS”
C. TEMA KEGIATAN
Peningkatan pengetahuan remaja terkait penyakit HIV/AIDS.
D. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan umum : untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV dan AIDS
secara mandiri, serta diharapkan siswa-siswi mampu menerapkan cara
pencegahan HIV dan AIDS.
2. Tujuan khusus diharapkan siswa mampu :
a. Memahami tentang HIV dan AIDS secara mandiri dengan benar.
b. Mengetahui penyebab utama penularan infeksi HIV secara mandiri
dengan benar.
c. Mengetahui proses terjadinya infeksi HIV secara mandiri dengan
benar.
d. Menyebutkan tanda dan gejala HIV secara mandiri dengan benar.
e. Menyebutkan cara penularan HIV secara mandiri dengan benar.
f. Menyebutkan cara pencegahan HIV secara mandiri dengan benar.
.
Lampiran 1
2023
Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIA : Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd
Tatap Muka
20.16-20.25 Sambutan Ketua Jamar komarudin dan
DKM Nurul Fayad
Islam dan
sambutan Ketua
Irmani
- Chika Bella Agustina Tatap Muka
20.26-21.00 Pemaparan - Nurul Nisfi
Materi
21.00-21.15 Tanya Jawab Widyapati Permadi Tatap Muka
Lampiran 4
ANGGARAN DANA KEGIATAN
PENYULUHAN KESEHATAN DI SMK KI HAJAR DEWANTARA
HARI JUM’AT, 08 DESEMBER 2022
A. PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus golongan RNA yang
spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan AIDS.
HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah
membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus tersebut. Mereka berpotensi
sebagai sumber penularan bagi orang lain.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Sindrome.
disebut acquired (diperoleh) karena hanya akan menderita kalau terinfeksi
HIV. Immunodeficiency berarti menyebabkan rusaknya sistem kekebalan
tubuh, disebut syndrome karena di tahun-tahun sebelum HIV ditemukan dan
dikenali sebagai penyebab AIDS, kita mengenali sejumlah gejala dan
komplikasi, termasuk infeksi dan kanker yang terjadi pada orang yang
mempunyai faktor-faktor risiko yang umum. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome/Sindroma Defisiensi Imun Akut / SIDA) adalah
kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat
infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya berbagai
penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome/Sindrom Defisiensi Imun
Didapat /SIDA)
A : Acquired artinya didapat, (bukan diturunkan) yang berarti AIDS terjadi
karena tertular virus HIV
I : Immuno/imun artinya kekebalan tubuh. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
D : Deficiency/Defisiensi artinya tidak cukup atau kekurangan (sel darah putih
tertentu dalam sistem kekebalan tubuh).
S : Syndrome/sindrom, artinya sekelompok gejala sebagai akibat infeksi HIV.
Dengan demikian, AIDS pada dasarnya adalah kumpulan gejala klinis
akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. Ini artinya
orang yang mengidap AIDS sangat mudah tertular berbagai macam penyakit.
Ketika sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, tubuh tidak dapat
melawan kuman-kuman yang pada kondisi normal tidak menimbulkan
penyakit. Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur,
dan bakteri serta dapat menyerang berbagai organ tubuh. Setiap orang yang
menderita AIDS pasti terinfeksi HIV, namun tidak semua orang dengan
infeksi HIV menderita AIDS.
Masa Jendela (window period) adalah masa dimana seseorang yang
sudah terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan antibodi di dalam darahnya
masih belum ditemukan HIV. Masa jendela ini biasanya berlangsung 3 bulan
sejak infeksi awal.
Limfosit adalah bagian dari sel lekosit yang memiliki fungsi spesifik untuk
fagositosis, memori. Limfosit terbagi 2 golongan utama yaitu limfosit T dan
B. Limfosit T adalah jenis limfosit yang mengalami proses pematangan di
timus (T) dan memiliki fungsi dalam memori, sitotoksik terhadap antigen
asing.
CD 4 (CD: cluster of differentiation) adalah reseptor pada permukaan sel
limfosit T yang menjadi tempat melekatnya virus HIV. Jumlah CD4+ limfosit
T dalam plasma adalah petunjuk progresivitas penyakit pada infeksi HIV.
Viral Load adalah beban virus yang setara dengan jumlah virus dalam darah
yang dapat diukur dengan alat tertentu (antara lain PCR).
Antigen p24 adalah antigen yang terdapat pada virus HIV yang dapat
dideteksi 2-3 minggu setelah terinfeksi.
B. PENYEBAB UTAMA PENULARAN HIV/AIDS
1. Berhubungan Seksual Tanpa Pengaman
Hubungan seksual merupakan penyebab utama penularan HIV/AIDS yang
paling umum terjadi karena virus dapat menular melalui cairan sperma dan
lendir vagina. Berhubungan seksual dengan penderita HIV memiliki risiko
tertular paling tinggi. Sebaiknya hindari bergonta-ganti pasangan dan
gunakan kondom untuk keamanan Anda.
2. Penggunaan Jarum Suntik Bersama
Jarum suntik tidak steril merupakan salah satu media penularan virus
HIV/AIDS. Penularan virus HIV melalui jarum suntik banyak terjadi pada
pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian. Hal
ini disebabkan oleh jarum yang digunakan oleh penderita HIV digunakan
oleh orang lainnya, sehingga virus juga ditularkan ke orang yang
menggunakan jarum tersebut.
3. Alat Tato atau Tindik Tidak Steril
Sama halnya dengan jarum suntik, pembuatan tato di bagian tubuh
merupakan salah satu penyebab utama penularan HIV/AIDS. Ini karena
alat tato juga menggunakan jarum suntik, bila dipakai secara bergantian
meningkatkan risiko terkena HIV dari orang sebelumnya. Penting bagi
Anda untuk memastikan jarum steril sebelum melakukan tato atau tindik.
4. Transplantasi Organ Tubuh dari Penderita HIV
Penularan virus HIV/AIDS dapat terjadi melalui proses transplantasi organ
tubuh, misalnya ketika seseorang mendapat transplantasi organ dari
penderita HIV/AIDS, virus di dalam organ tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh pasien. Hal ini perlu diwaspadai baik oleh petugas medis maupun
pasien dengan memastikan seluruh kondisi kesehatannya terlebih dahulu.
Tak hanya itu, transfusi darah tanpa melalui proses screening bisa
menularkan HIV pada Anda.
5. Pekerja Rumah Sakit Lebih Rentan
Bekerja di rumah sakit sakit meningkatkan risiko seseorang tertular virus
HIV/AIDS. Ini karena mereka yang bekerja sebagai petugas medis
cenderung melakukan kontak dengan darah atau jarum suntik yang telah
terkontaminasi virus HIV/AIDS. Meskipun petugas medis telah melakukan
beragam pengamanan dengan baik, risiko ini tetap harus diwaspadai.
6. ASI dari Ibu HIV
Virus HIV dapat ditularkan melalui ASI dari ibu dengan HIV/AIDS, maka
dari itu perlu pertimbangan dokter mengenai pemberian ASI pada bayi.
Agar kondisi ini tidak terjadi pada bayi Anda nantinya, konsultasikan
dengan dokter kandungan Anda untuk memulai program kehamilan. Tes
HIV juga dapat dilakukan bagi mereka yang telah menginjak masa
kehamilan.
7. Diturunkan dari Ibu ke Janin dalam Kandungan
HIV dapat ditularkan oleh ibu hamil yang menderita HIV kepada janin
selama di dalam kandungan. Akibatnya janin yang terlahir ke dunia
berisiko mengalami HIV karena virus dapat menembus sawar plasenta.
Untuk mencegahnya, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Penularan HIV dapat terjadi dimana pun, baik itu rumah sakit, lingkungan
pemakai narkoba, tempat pembuatan jasa tato yang mana menggunkan jarum
suntik sebagai medianya sebab jarum suntik terkadang dilakukan secara
bergantian, akhirnya tidak steril dan bisa jadi telah mengenai tubuh penderita
HIV/AIDS. Selain itu, penularan HIV/AIDS yang paling utama ialah hubungan
seksual secara bergantian tanpa memakai pengaman.
E. PENULARAN HIV
1. HIV menular melalui:
a) Cairan genital
Cairan genital (sperma, lendir vagina) memiliki jumlah virus yang
tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan penularan. Oleh
karenanya hubungan seksual yang berisiko dapat menularkan HIV.
Semua jenis hubungan seksual misalnya kontak seksual genital,
kontak seksual oral dan anal dapat menularkan HIV Secara statistik
kemungkinan penularan lewat cairan sprema dan vagina berkisar
antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui
transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS
terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman. Hubungan seksual
secara anal (lewat dubur), paling berisiko menularkan HIV, karena
epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan
epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran
darah.
b) Darah
Penularan melalui darah dapat terjadi melalui transfusi darah dan
produknya (plasma, trombosis) dan perilaku menyuntik yang tidak
aman pada pengguna napza suntik (penasun/IDU). Pada transplantasi
organ yang tercemar virus HIV juga dapat menularkan HIV pada
penerima donor.
c) Dari ibu ke bayinya
Hal ini terjadi selama dalam kandungan melalui placenta yang
terinfeksi, melalui cairan genital saat persalinan dan saat menyusui
melalui pemberian ASI. Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu
hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian
menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke
bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 25-40%%,
artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan
ada 3-4 bayi yang lahir dengan HIV positif.
2. Cairan tubuh yang tidak menularkan HIV/AIDS:
a) Keringat
b) Air mata
c) Air liur/ludah
d) Air kencing/urine
3. HIV tidak ditularkan melalui cara berikut:
a) Bersenggolan
b) Berjabatan tangan
c) Bersentuhan dengan atau menggunakan pakaian bekas penderita HIV
d) Hidup serumah dengan ODHA
e) Berciuman biasa
f) Makanan atau minuman bersama
g) Berenang bersama
h) Gigitan nyamuk
i) Sabun mandi
j) Penggunaan toilet bersama
F. PENCEGAHAN HIV
1. Jenis pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan penyakit sesuai dengan aktivitas kesehatan pada tingkat
primer, sekunder, dan tersier (Potter & Perry, 2014) adalah sebagai
berikut:
a) Pencegahan primer
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan memberikan edukasi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
HIV dan AIDS melalui penyuluhan, pelatihan pada kelompok risiko
tinggi maupun rendah. Salah satu contohnya dengan memberikan
edukasi. Salah satu teori untuk upaya pencegahan HIV/AIDS yaitu
Teori atau metode ABCDE yaitu pencegahan yang dilakukan untuk
mengurangi kasus HIV/AIDS dengan menghindari faktor risiko dan
transmisinya.
b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui diagnosis dini dan
pemberian pengobatan. Pada HIV/AIDS dapat dilakukan dengan
melakukan tes darah.
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penyakit
yang sudah terjadi. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan ini
dapat dilakukan dengan upaya rehabilitasi atau penggunaan obat ARV
untuk menjaga kondisi penderita agar tidak menjadi semakin
memburuk.
D. Materi penyuluhan
1. Pengertian Pengertian HIV dan AIDS.
2. Penyebab utama penularan HIV dan AIDS.
3. Proses terjadinya infeksi HIV.
4. Tanda dan gejala HIV.
5. Cara penularan HIV.
6. Cara pencegahan HIV.
E. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Diskusi
Media : Proyektor, PPT, Laptop, Leaflet
F. Setting tempat
PAPAN TULIS
PROYEKTOR
PENYAJI MATERI
REMAJ
A
MASJID
G. Langkah – Langkah Penyuluhan
No Tahapan Waktu Kegiatan
Penyuluhan Sasaran
1. Pembukaan 10 - Memberi salam - Peserta menjawab
/ Fase menit - Tegur sapa salam
Orientasi - Memperkenalkan diri - Peserta menjawab sapaan
- Menjelaskan tujuan - Peserta mendengarkan
penyuluhan - Peserta menyimak
2. Kegiatan 30
inti / Fase menit Petugas bertanya - Peserta menyebutkan apa
kerja mengenai pengetahuan yang mereka ketahui
peserta tentang materi
yang akan disampaikan
Petugas menjelaskan:
- Pengertian HIV dan - Peserta menyimak
AIDS
- Penyebab utama - Peserta menyimak
penularan HIV dan
AIDS
- Proses terjadinya - Peserta menyimak
infeksi HIV
- Tanda dan gejala HIV - Peserta menyimak
- Cara penularan HIV - Peserta menyimak
- Cara pencegahan HIV - Peserta menyimak
H. Leaflet
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) 90% peserta hadir.
b) Tempat dan alat tersedia sesuai dengan rencana.
c) Peran dan tugas peserta sesuai dengan rencana.
2. Evaluasi proses
a) Pelaksanaan kegiatan terlambat beberapa menit dari waktu yang
telah direncanakan.
b) Peserta berperan aktif selama pertemuan.
3. Evaluasi Hasil
a) Pelaksanaan kegiatan terlambat beberapa menit dari waktu yang
sudah direncanakan.
b) Remaja mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS.
c) Remaja memahami bagaimana proses dan tahapan terjadinya
HIV/AIDS.
d) Remaja memahami tanda gejala, penyebab utama penularan serta
pencegahan HIV/AIDS.
e) Memperkuat mental para remaja untuk menghadapi dampak
globalisasi, terutama masalah seks bebas.
f) Berdasarkan hasil pre test dan post test, peserta mengalami
peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS sebanyak 80%.
DOKUMENTASI KEGIATAN
DAFTAR HADIR MAHASISWA PANITIA PENYULUHAN
KESEHATAN “PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA
TERKAIT PENYAKIT HIV/AIDS”
Tanggal : 08 Desember 2022
No Nama NIM Tanda tangan