UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
Oleh :
CINDY AMANDA VIOLA
NIM. 1511211025
Hasil penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji hasil penelitian skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
Pembimbing I Pembimbing II
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Cindy Amanda Viola
Nomor Buku Pokok : 1511211025
Tanggal Lahir : 26 April 2000
Tahun Masuk : 2015
Peminatan : Epidemiologi & Biostatistik
Nama Pembimbing Akademik : Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si
Nama Pembimbing I : Vivi Triana, SKM, MPH
Nama Pembimbing II : Ade Suzana Eka Putri, PhD
Nama Penguji I : Defriman Djafri, SKM, MKM, PhD
Nama Penguji II : Yudi Pradipta, SKM, MPH
JUDUL PENELITIAN:
HUBUNGAN MANAJEMEN SELF CARE DENGAN KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS
ANDALAS
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik
dan administrasi untuk mengikuti ujian hasil penelitian skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.
Padang, Juli 2019
Mengetahui, Mengesahkan,
Kepala Departemen Epidemiologi Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas Universitas Andalas
ABSTRAK
Tujuan
Penderita diabetes mellitus tipe 2 masih banyak yang memiliki kadar gula darah yang
tidak terkendali dan diikuti oleh kurangnya manajemen self care yang dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan manajemen self care dengan kadar
gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas Andalas.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan populasi seluruh penderita
diabetes melitus tipe 2 yang berkunjung ke puskesmas Andalas. Sampel diambil
melalui consecutive sampling dengan jumlah sampel 77 responden. Data primer yang
diperoleh melalui wawancara yaitu manajemen self care, sedangkan data sekunder
yang diperoleh melalui hasil laboratorium yaitu kadar gula darah responden. Analisis
data menggunakan korelasi pearson dan regresi linear sederhana.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, kadar gula darah penderita DM tipe 2 sebanyak 89,6%
responden berada pada kategori tidak terkendali. Sebanyak 44,2% responden
memiliki manajemen self care kurang baik. Terdapat hubungan antara manajemen
self care dengan kadar gula darah yang berkorelasi sedang (r=-0,321) dengan arah
hubungan negatif. Manajemen self care dapat mempengaruhi kadar gula darah
sebesar 10,3% (R square=0,103).
Kesimpulan
Kadar gula darah yang tidak terkendali pada penderita DM tipe 2 dapat dipengaruhi
oleh manajemen self care yang kurang baik. Diharapkan kepada petugas kesehatan
khususnya pemengang program PTM untuk memberikan edukasi secara berkala
kepada penderita diabetes mellitus tipe 2 mengenai pentingnya melakukan
manajemen self-care dengan baik.
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
“Hubungan Manajemen Self Care dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini
1. Bapak Prof. Tafdil Husni SE., MBA., PhD selaku Rektor Universitas
Andalas.
3. Ibu Ade Suzana Eka Putri, PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
4. Ibu Vivi Triana, SKM, MPH selaku Ketua Peminatan Epidemiologi dan
perkuliahan.
6. Bapak Yudi Pradipta, SKM, MPH selaku Penguji II yang telah memberi
vi
saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu dr. Mela Aryati selaku Kepala Puskesmas Andalas yang telah
8. Bapak dan Ibu dosen serta staf Fakultas Kesehatan Universitas Andalas yang
9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yaitu Bapak Ambardi SE, MM dan
Ibu Desmi Viova yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, motivasi
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian yang akan datang.
Semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
vii
DAFTAR ISI
viii
2.6 Kerangka Konsep..............................................................................................31
2.7 Hipotesis Penelitian..........................................................................................32
BAB 3 : METODE PENELITIAN..........................................................................33
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................33
3.2 Waktu dan Tempat............................................................................................33
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................33
3.3.1 Populasi......................................................................................................33
3.3.2 Sampel.......................................................................................................33
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................35
3.4 Definisi Operasional.........................................................................................36
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................37
3.5.1 Data Primer................................................................................................37
3.5.2 Data Sekunder............................................................................................37
3.6 Teknik Pengolahan Data...................................................................................38
3.7 Analisa Data......................................................................................................38
BAB 4 : HASIL.........................................................................................................39
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................40
4.2 Karakteristik Responden...................................................................................41
4.3 Analisis Univariat.............................................................................................42
4.3.1 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah....................................................42
4.3.2 Distribusi Frekuensi Manajemen Self Care...............................................43
4.3.3 Distribusi Frekuensi Item Manajemen Self Care.......................................46
4.4 Analisis Bivariat...............................................................................................46
4.4.1 Hasil Uji Asumsi........................................................................................46
4.4.2 Analisis Korelasi Bivariat Pearson............................................................47
4.4.3 Analisis Regresi Linear Sederhana............................................................48
BAB 5 : PEMBAHASAN.........................................................................................50
5.1 Keterbatasan Penelitian....................................................................................50
5.2 Analisis Univariat.............................................................................................50
5.2.1 Kadar Gula Darah......................................................................................50
5.2.2 Manajemen Self Care................................................................................51
5.3 Analisis Bivariat Hubungan Manajemen Self Care dengan Kadar Gula Darah
................................................................................................................................52
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................55
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................55
ix
6.2 Saran.................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 di
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 di
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Manajemen Self Care Pada Penderita DM Tipe 2 di
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Manajemen Self Care Pada Penderita DM Tipe 2 di
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Item Manajemen Self Care Pada Penderita DM Tipe 2
Tabel 4.10 Hubungan Manajemen Self Care dengan Kadar Gula Darah Pada
Tabel 4.11 Pengaruh Manajemen Self Care dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
xi
DM Tipe 2 di Puskesmas Andalas Tahun 2019.......................................48
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Manajemen Self Care Dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2(20, 36, 37, 42).....................30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Manajemen Self Care Dengan Kadar Gula
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
1. PM = Penyakit Menular
3. DM = Diabetes Mellitus
xv
BAB 1 : PENDAHULUAN
(PM) menjadi penyakit tidak menular (PTM) yang mengubah pola kematian di
dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2016, enam dari
tidak menular.(1) Data WHO di tahun 2018 mengatakan bahwa PTM telah
menyumbang 41 juta kematian di dunia setiap tahunnya, setara dengan 71% dari
semua kematian secara global.(2) Sedangkan menurut Centers for Disease Control
(CDC) tahun 2018, lebih dari 68% kematian secara global disebabkan oleh PTM, dan
75% di antaranya terjadi pada negara berpenghasilan menengah ke bawah. (3) Diabetes
menempati urutan ke empat dengan 1,6 juta kematian secara global tiap tahunnya,
sesudah penyakit kardiovaskular (17,9 juta), kanker (9 juta), dan penyakit pernapasan
(3,9 juta).(4) Berdasarkan data WHO tahun 2015, diabetes merupakan salah satu dari
empat prioritas PTM dan menjadi penyebab utama untuk kebutaan, serangan jantung,
Diabetes menurut WHO adalah penyakit metabolik kronis yang terjadi akibat
pankreas tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tubuh tidak dapat
kadar gula darah yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu dapat menyebabkan
kerusakan serius terutama pada saraf dan pembuluh darah.(6) Berdasarkan data CDC,
1
2
gestasional. DM tipe 1 terjadi karena tidak dapat memproduksi insulin atau hanya
penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh, sedangkan diabetes gestasional
terjadi karena tubuh tidak dapat membuat insulin yang cukup selama masa
Berdasarkan data WHO dan IDF, jumlah penderita diabetes di dunia hampir
empat kali lipat sejak tahun 1980, yaitu dari 108 juta jiwa menjadi 382 juta jiwa
dengan prevalensi 8,3% di tahun 2013, lalu meningkat sebanyak 415 juta jiwa
dengan prevalensi 8,8% di tahun 2015 dan kemudian terjadi peningkatan lagi namun
tidak mengalami perubahan prevalensi, yaitu sebanyak 425 juta jiwa dengan
prevalensi 8,8% di tahun 2017. Diperkirakan pada tahun 2045 akan terus mengalami
waktu lima tahun terakhir terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2013, Indonesia menempati urutan ke tujuh sebagai negara dengan jumlah penderita
diabetes terbanyak di dunia, yaitu dengan 8,5 juta jiwa kemudian pada tahun 2015
terbanyak di dunia, namun mengalami kenaikan dengan 10 juta jiwa, terakhir pada
tahun 2017 meningkat kembali dengan urutan ke enam dengan jumlah penderita
diabetes di Indonesia telah mengalami kenaikan yang cukup bermakna dalam rentang
waktu 2007 sampai 2018. Hingga kini, di tahun 2018 tercatat bahwa prevalensi
3
penderita diabetes di Indonesia yaitu 8,5%. Angka ini meningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2013 yaitu 6,9% dan pada tahun 2007 sebanyak 5,7%.(11-13)
provinsi. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2016 menunjukkan
bahwa diabetes menempati urutan ke enam dari sepuluh penyakit terbanyak yang
tercatat di Puskesmas se-kota Padang, yaitu dengan prevalensi 2,46%, dan menurut
Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2017, prevalensi penyandang diabetes tipe 2
terdiagnosis, hanya sepertiga saja yang memiliki kadar gula darah yang terkendali
dengan baik.(16) Selanjutnya, diketahui dari beberapa penelitian bahwa status kadar
gula darah penderita DM Tipe 2 menunjukkan nilai kendali gula darah yang buruk.
Penelitian dari Ardyana (2014) mengatakan bahwa status glukosa darah puasa pasien
yang kurang baik yaitu sebanyak 64,%. Selanjutnya penelitian dari Rachmawardani
Prof.Dr.Soerojo Magelang menunjukkan rerata nilai kendali gula darah puasa yang
buruk. Kemudian diperkuat oleh penelitian dari Astari (2016) yang mengatakan
bahwa kadar gula darah puasa penderita DM tipe 2 di Puskesmas Purnama Pontianak
(2013) nilai kendali gula darah yang baik dapat dicapai dengan melakukan
manajemen self care yang baik.(20) Manajemen self care ini bertujuan untuk
mengendalikan kadar gula darah penderita DM agar tetap dalam batas normal,
4
sehingga dapat terhindar dari bahaya komplikasi. Menurut Sulistria (2013) di dalam
penelitiannya mengatakan bahwa tingkat self care (diet, aktivitas fisik, pemantauan
kadar gula darah, pengobatan dan perawatan kaki) yang tinggi dapat menjaga kadar
penelitian Rohmawardani (2018) mengatakan bahwa ada hubungan antara self care
dengan status glikemik pasien DM tipe 2. (22) Hal ini didukung oleh penelitian
Nurjanah, dkk (2018) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara self care
dengan kadar gula darah dengan nilai korelasi negatif, artinya apabila semakin
rendah self care maka semakin tinggi kadar gula darah atau semakin rendah perilaku
self care maka semakin tidak normal kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe 2.
(23)
Diet dapat mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Astuti (2018) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kepatuhan diet
dengan kadar gula darah yang berpola negatif, artinya apabila penderita DM Tipe 2
dapat menerapkan diet yang sehat maka kadar gula darah dapat terkontrol dengan
hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu
Paramitha (2014) menyimpulkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar
gula darah pasien diabetes melitus yang berpola negatif, dimana semakin sering
menyimpulkan terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah
5
Penelitian Anani, dkk (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kebiasaan minum obat dengan kadar glukosa darah pasien DM. (28) Selanjutnya
Rusnoto (2018) juga mengatakan ada hubungan tingkat kepatuhan minum obat
gula darah dengan perawatan kaki sebagai upaya pencegahan ulkus diabetikum.
Sebagaimana diketahui, ulkus diabetikum merupakan salah satu jenis komplikasi dari
DM tipe 2, apabila pengendalian kadar gula darah tidak dilakukan dengan baik maka
satu puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien DM paling banyak selama tiga
tahun terakhir.(14, 15, 31) Dari studi awal yang peneliti lakukan kepada 5 orang penderita
diantaranya memiliki kadar gula darah yang tidak normal. Kemudian manajemen self
care penderita DM pada item pemantauan gula darah dan perawatan kaki masih
tergolong kurang baik, hal ini dikarenakan tidak adanya responden yang
perawatan kaki yang benar, selanjutnya pada item aktivitas fisik masih terdapat
responden yang belum rutin melakukannya setiap hari, kemudian pada item
pengobatan masih terdapat responden yang lupa minum obat, namun pada item diet
tidak terkendali, hal ini diketahui dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh
kepada lima orang penderita DM tipe 2, terdapat responden yang belum melakukan
manajemen self care dengan baik dan diikuti dengan kadar gula darah yang tidak
self care dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Andalas.
manajemen self care dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Andalas.
di Puskesmas Andalas
Puskesmas Andalas
Puskesmas Andalas
manajemen self care dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2.
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2, supaya dapat dijadikan sebagai
3. Bagi Masyarakat
agustus-mei tahun 2019 untuk mengetahui hubungan manajemen self care dengan
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Variabel dalam penelitian ini adalah
8
kadar gula darah dan manajemen self care. Penelitian ini menggunakan data primer
dari kuesioner SDSCA dan data sekunder melalui rekam medis penderita DM Tipe 2.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Mellitus merupakan penyakit kronik menahun yang ditandai dengan tingginya kadar
gula dalam darah (hiperglikemia) akibat dari kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau gabungan keduanya.(32) Menurut kriteria IDF, ADA, dan PERKENI, apabila gula
darah pada saat puasa seseorang berada di atas 126 mg/dL dan dua jam sesudah
makan di atas 200 mg/dL, maka seseorang tersebut sudah dapat dikatakan menderita
makanan. Makanan yang dimakan sehari-hari, terdiri dari karbohidrat (gula dan
tepung), protein (asam amino), dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan
9
10
dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran
pencernaan, makanan tersebut dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu.
Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-
organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar, zat makanan tersebut harus masuk dahulu
ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa
dibakar melalui proses kimia yang rumit, dan hasil akhirnya berupa energi. Proses
inilah yang disebut dengan metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin
dalam sel, untuk selanjutnya dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah
berkurang atau pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin),
meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu
sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka dan tetap tertutup, hingga glukosa
tidak dapat masuk sel untuk dibakar (di metabolisme). Akibatnya glukosa tetap
Penderita diabetes tipe 1 sering terjadi pada anak-anak atau dewasa muda.
11
Sistem kekebalan tubuh yang awalnya bertugas untuk memerangi virus dan
bakteri salah mengenali sel beta pankreas sebagai benda asing sehingga
glikogen yang disimpan dalam hati dan otot. Akibatnya, penderita harus
tipe 2 ini merupakan diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Pada
tidak efektif bagi tubuh. Jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor
insulin pada permukaan sel yang kurang atau berubah struktur, sehingga sel
penderita oleh masyarakat dunia dan menyerang dari segala usia. Deteksi
dini sangat diperlukan dalam jenis diabetes ini agar terhindar dari akibat
3. DM Gestasional
beta pankreas yang tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk
mengontrol gula darah yang aman bagi ibu dan janin selama masa
kehamilan.(36)
jika tidak dikontrol dengan baik maka akan terjadi beberapa risiko pada
bayi, seperti :
secara normal
b. Potensi cedera bahu bayi baru lahir akan terjadi apabila tidak
tipe 2.(36)
fungsi sel beta pankreas. Secara genetik risiko DM tipe 2 meningkat pada
beratnya lebih dari 4 kg, individu dengan gen yang memiliki obesitas, ras
atau etnis tertentu yang mempunyai insiden tinggi terhadap kejadian DM.
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
2. Usia
tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.
glukosa darah naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13%
3. Jenis Kelamin
diabetes mellitus.(38)
4. Dislipidemia
lemak bebas secara cepat yang berasal dari pembesaran lemak visceral.
Proses ini membuat sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas
5. Obesitas
pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin
Gaya hidup yang salah ini sering berkaitan kepada pola makan
yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik. Pada era teknologi
sekarang ini, orang cenderung lebih memilih makanan yang enak yang
aktivitas fisik bisa berakibat pada timbunan lemak di perut sehingga akan
8. Stres
stres dapat mengubah pola makan menjadi tidak sehat, latihan fisik
16
darah.(39) Gula darah, atau glukosa adalah gula utama yang ditemukan dalam darah.
Gula darah berasal dari makanan yang dimakan, dan merupakan sumber energi
utama bagi tubuh. Darah membawa glukosa ke seluruh sel-sel tubuh untuk
adalah untuk mengetahui apakah pengobatan yang dilakukan telah tercapai atau jika
belum tercapai dilakukan kembali penyesuaian obat yang cocok bagi penderita DM.
(16)
Waktu yang tepat dalam melaksanakan pemeriksaan kadar gula darah dibagi
3. Pemeriksaan kadar gula darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai
Dorothea Orem. Pengertian self care menurut Orem adalah suatu pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh individu itu sendiri untuk mempertahankan kehidupan,
Manajemen self care bagi penderita diabetes adalah tindakan perawatan diri yang
dilakukan oleh seseorang yang menderita DM agar mencapai kadar gula darah yang
optimal sehingga terhindar dari komplikasi akut maupun kronik serta dapat
Toobert manajemen self care terdiri dari 5 kegiatan yaitu diet, aktivitas fisik,
1. Diet
maka perencanaan makan yang sehat atau diet sangatlah tepat untuk
akut maupun kronik serta meningkatkan kualitas hidup. Seorang yang telah
energi
energi
diabetes mellitus :
untuk aktivitas
untuk aktivitas
sehari
sehari(36)
dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 menunjukkan bahwa 66,7% subjek
yang ketepatan jumlah makanan kurang baik memiliki status glukosa darah
tidak terkendali. Hal ini disebabkan jumlah asupan makanan yang dikonsumsi
hubungan antara pola makan dengan dengan GDS (p=0,002), jika pola makan
hubungan yang kuat antara pola makan dengan kadar gula darah pada
tidak baik seperti yang dianjurkan prinsip 3J (jadwal makan, jenis dan jumlah
kandungan kalori) maka akan terjadi ketidakstabilan kadar gula darah. (17, 43, 44)
2. Aktivitas Fisik
terhadap kadar gula darah. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam
akan berkurang. Dalam keadaan tersebut akan terdapat reaksi otot yang mana
darah menurun dan hal tersebut dapat meningkatkan kontrol gula darah.(45, 46)
D = Durasi 30 – 60 menit
fisik dalam kategori tinggi memiliki kemungkinan sebesar 0,210 kali lipat
karena nilai p= 0,021 atau lebih kecil dari α yaitu 0,05. Aktifitas fisik dengan
kategori tinggi memiliki hubungan yang signifikan dengan KGD (p=0,021) akan
tetapi aktifitas fisik dalam kategori sedang tidak memiliki hubungan yang signifikan
menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah
gula darah adalah pagi hari setelah bangun tidur, saat 2 jam setelah makan,
siklus tidur. PGDM dilakukan 3 atau 4 kali sehari untuk penderita yang
mencapai kadar gula darah yang terkendali. Berikut adalah panduan dalam
melakukan PGDM:
A. Cuci tangan dengan air hangat dan sabun hingga bersih dan jangan
tangan.
4. Pengobatan
bersamaan dengan pengaturan pola makan (diet) dan aktivitas fisik. Penderita
DM tipe 2 perlu untuk meminum OHO secara teratur agar terhindar dari
beta pankreas
perifer.
Linagliptin.
artinya semakin tinggi tingkat kepatuhan minum obat maka tingkat kadar
glukosa darah rendah atau semakin rendah tingkat kepatuhan minum obat
Pasien diabetes yang tidak patuh dalam mengonsumsi OHO berisiko 8,6 kali
25
lebih tinggi meningkatkan kadar gula darah dibandingkan dengan pasien yang
5. Perawatan Kaki
kaki dan mencegah kaki penderita diabetes tidak diamputasi. Perawatan kaki
B. Jika terdapat kapalan pada permukaan kulit kaki, jangan diobati sendiri
C. Cuci kaki setiap hari menggunakan air hangat dan sabun yang lembut
F. Gunakan sepatu yang cocok dengan ukuran kaki, hindari memakai sepatu
yang terlalu sempit atau longgar dan jangan menggunakan hak tinggi
alergenik, gunakan kaos kaki yang berbahan dasar katun agar tidak
H. Pada saat menggunting kuku, potongan kuku harus lurus dan tidak
I. Hindari memakai bantal atau botol yang berisi air panas untuk
menghangatkan kaki.(16)
terjadinya ulkus kaki diabetik. Berdasarkan penelitian Ardi dkk (2014) menyatakan
ada hubungan antara kepatuhan perawatan kaki dengan resiko ulkus kaki diabetik
(p=0,005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DM yang tidak patuh dalam
melakukan perawatan kaki lebih berisiko untuk terkena ulkus kaki diabetik (63,3%)
dibandingkan dengan pasien yang patuh dalam melakukan perawatan kaki (36,7%).
Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50% akan mengalami infeksi akibat adanya
glukosa darah yang tinggi karena merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur.
Penelitian Veranita dkk (2016) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara derajat
ulkus kaki diabetik dengan kadar gula darah pada penderita DM (p=0,009). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden dengan resiko tinggi terjadinya ulkus kaki
diabetik memiliki kadar glukosa darah ≥200 mg/dL dan memiliki derajat ulkus kaki
27
5. Lisa Astuti 2018 Hubungan Kepatuhan Deskriptif Variabel Dependen : p = 0,021 Ada hubungan antara
Diet Dengan Kadar dan Kadar Gula Darah r = -0,421 kepatuhan diet dengan
Gula Darah Pasien Korelasional Puasa kadar gula darah yang
DM Kelompok Variabel Independen : berpola negatif.
Persadia RS PKU Kepatuhan diit
Muhammadiyah
Gamping
Yogyakarta(24)
6. Fehni Vietryani 2017 Hubungan Pola Cross Variabel Dependen : p = 0,000 Ada hubungan pola
Dolongseda, Gresty Aktivitas Fisik dan Sectional Kadar Gula Darah aktivitas fisik dan pola
N. M Masi, Yolanda Pola Makan Dengan Variabel Independen : makan dengan kadar gula
B. Bataha Kadar Gula Darah Pola Aktivitas Fisik darah pada pasien
Pada Pasien Diabetes diabetes melitus tipe II.
Pola Makan
Melitus Tipe II Di Poli
Penyakit Dalam
Rumah Sakit
Pancaran Kasih
GMIM Manado(48)
7 Rusnoto, Rahma 2018 Hubungan Tingkat Cross Variabel Dependen : p = 0,000 Ada hubungan antara
Agung Subagiyo Kepatuhan Minum Sectional Kadar Gula Darah kepatuhan minum obat
Obat Dengan Kadar Variabel Independen : dengan kadar gula darah.
Glukosa Darah Kepatuhan Minum
Pada Pasien Diabetes Obat
Mellitus Di Klinik
Anisah Demak(29)
28
29
sampling.
30
Resistensi Insulin
Manajemen self-care :
Diet
Aktivitas fisik
Pemantauan Gula Darah
Pengobatan Kadar Gula Darah
Perawatan Kaki
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Manajemen Self Care Dengan Kadar
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2(20, 36, 37, 42)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Manajemen Self Care Dengan Kadar
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
32
Andalas, Padang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita yang didiagnosis menderita DM
33
34
2
Z α P ( 1−P ) . N
1−
2
n=
d 2 ( N−1 ) + Z 2 α P(1−P)
1−
2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
P = proporsi self care kurang baik dengan kadar gula darah tidak
terkendali(53) = 0,69
N = 439
Z2 α P ( 1−P ) . N
1−
2
n=
d 2 ( N−1 ) + Z 2 α P(1−P)
1−
2
n=70
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eklusi
berlangsung.
36
Definisi
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel
Dependen
Kadar Gula Jumlah kandungan Rekam Telaah mg/dL Rasio
Darah gula dalam darah yang Medis Dokumen
di lihat dari rekam
medis GDP (Gula
Darah Puasa)
responden terbaru, lalu
dibandingkan dengan
standar yang
ditetapkan oleh
PERKENI.
Variabel
Independen
Manajemen Kegiatan pengendalian Kuesioner Wawancara Skor Rasio
Self Care kadar gula darah SDSCA
penderita diabetes
yang diukur selama
seminggu terakhir
yang terdiri dari diet,
aktivitas fisik,
pemantauan gula
darah, pengobatan dan
perawatan kaki.
37
dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2. The Summary Of Diabetes Self
tingkat manajemen Self Care penderita diabetes yang terdiri dari pertanyaan
mean−x
Tingkat Manajemen Self Care = x 100
x i−x
Keterangan :
mean = nilai rata-rata
x = nilai minimum
xi = nilai maksimum
terjadi kesalahan.
Data yang telah dikumpulkan dapat diberikan kode berupa angka atau
pengolahan data.
ini bertujuan untuk memeriksa kembali data yang telah dimasukkan, agar
penelitian ini adalah kadar gula darah, manajemen self care (diet, aktivitas
fisik, pemantauan gula darah, pengobatan, dan perawatan kaki). Hasil dari
39
2. Analisis Bivariat
korelasi (r) berikut ini adalah kisaran nilai korelasi dan arti nilai korelasi
lanjutan dari uji korelasi pearson. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah manajemen self care (diet, aktivitas fisik, pemantauan gula darah,
8,15 km2 serta berada pada -0,939 Lintang Selatan/Lintang Utara dan
penduduk 84,830 jiwa, jumlah bayi 1,541 jiwa, jumlah anak balita 5,939 jiwa,
jumlah balita 7,480 jiwa, jumlah bumil 1,681 jiwa, jumlah bumil resti 337
jiwa, bulin 1,604 jiwa, jumlah busui/bufas 1,604 jiwa, jumlah PUS (15-39
tahun) 24,763 jiwa, jumlah PUS (15-49 tahun) 16,591 jiwa, dan jumlah lansia
40
Pengobatan, Klinik Gizi, Poli BP Lansia, Poli Gigi, Poli Kesehatan Ibu Anak dan KB
karakteristik usia responden yang paling banyak adalah < 60 tahun, yaitu sebesar
55,8%. Sebanyak 53,2% responden sudah menderita DM tipe 2 lebih dari lima tahun
frekuensi dari setiap variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah
41
kadar gula darah dan manajemen self care.
1
6
8
,
8
9
140
1
Kadar Gula Darah 181,47 dan 55,412 94 368
– 6
145
8
1
9
4
,
0
4
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata kadar
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 di
Puskesmas Andalas Tahun 2019
Kadar Gula Darah F %
Tidak Terkendali 69 89,6
Terkendali 8 10,4
Total 77 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Andalas tahun 2019 paling banyak memiliki kadar gula darah yang tidak
42
4.3.2 Distribusi Frekuensi Manajemen Self Care
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Manajemen Self Care Pada Penderita DM Tipe 2
di Puskesmas Andalas Tahun 2019
Mean 95%CI Median Mode SD Min Max
Manajemen Self 40,70 4 41 5,645 32 54
Care 3 1
9
,
4
2
4
1
,
9
8
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa rerata skor manajemen
nilai mean 40,70 untuk melihat distribusi frekuensi manajemen self care yang
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Manajemen Self Care Pada Penderita DM Tipe 2
di Puskesmas Andalas Tahun 2019
Manajemen Self Care F %
Kurang Baik 34 44,2
Baik 43 55,8
Total 77 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, manajemen self care pada penderita DM
tipe 2 di Puskesmas Andalas tahun 2019 lebih banyak berada pada kategori
43
Manajemen self-care terdiri dari beberapa item yaitu, diet, aktivitas
KK SR SL
No PERTANYAAN TP (1) % % % %
(2) (3) (4)
DIET
1 Bapak/Ibu mengikuti 19 24,7 22 28,6 15 19,5 21 27,3
rencana makan yang sehat,
yaitu mengatur jadwal
makan (3 kali makan utama,
3 kali makan selingan)
2 Bapak/ibu memakai gula 30 39 23 29,9 18 23,4 6 7,8
pengganti seperti gula
jagung saat ingin
mengonsumsi minuman /
makanan yang manis
3 Bapak/ibu setiap hari 32 41,6 18 23,4 24 31,2 3 3,9
memperhatikan jumlah
kandungan kalori ( dalam
satu piring terdapat ¼
karbohidrat, ¼ protein, ½
sayuran )
4 Bapak/Ibu mengonsumsi 3 3,9 35 45,5 17 22,1 22 28,6
buah dan sayuran setiap hari
5 Bapak/Ibu mengonsumsi 29 37,7 36 46,8 11 14,3 1 1,3
makanan berlemak tinggi
(daging sapi/kambing,
makanan cepat saji) atau
produk olahan susu (keju,
krim, yoghurt, mentega)
setiap hari
44
AKTIVITAS FISIK
Bapak/Ibu melakukan
6 aktivitas fisik misalnya 9 11,7 20 26 15 19,5 33 42,9
(mencuci, menyapu,
mengepel, menjemur,
berjalan kaki) setidaknya
selama 30 menit ?
7 Bapak/Ibu mengikuti sesi 44 57,1 14 18,2 6 7,8 13 16,9
latihan khusus, misalnya
(berenang, jogging
bersepeda) atau yang
menjadi pekerjaan Bapak/Ibu
setiap hari
PENGOBATAN
8 Bapak/Ibu melakukan 0 0 17 22,1 11 14,3 49 63,6
pengobatan sesuai yang
dianjurkan tenaga kesehatan
9 a. Jika Bapak/Ibu
menggunakan insulin,
Bapak/Ibu melakukan
suntikan insulin sesuai yang
dianjurkan oleh tenaga
kesehatan setiap harinya
1 1,3 19 24,7 16 20,8 41 53,2
b. Jika Bapak/Ibu
mengonsumsi pil, Bapak/ibu
minum obat sesuai dengan
dosis yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan setiap
harinya
PEMANTAUAN GULA
DARAH
10 Bapak/Ibu selalu mengecek 0 0 5 6,5 22 28,6 50 64,9
gula darah sesuai waktu yang
disarankan oleh tenaga
kesehatan
11 a. Jika Bapak/Ibu
menggunakan insulin,
Bapak/Ibu selalu mengecek
gula darah setiap harinya
(minimal 2 - 4 kali) 7 9,1 27 35,1 13 16,9 30 39
b. Jika Bapak/Ibu tidak
menggunakan insulin,
Bapak/Ibu selalu mengecek
gula darah sekali sebulan
PERAWATAN KAKI
12 Bapak/Ibu melakukan 46 59,7 11 14,3 12 15,6 8 10,4
pemeriksaan kaki (luka,
ruam, lecet, dll) secara
mandiri setiap hari
13 Bapak/Ibu memeriksa bagian 35 45,5 16 20,8 18 23,4 8 10,4
dalam sepatu sebelum
digunakan
14 Bapak/Ibu mengeringkan 47 61 10 13 11 14,3 9 11,7
sela-sela jari setelah mencuci
kaki
45
15 Bapak/Ibu merendam kaki 56 72,7 16 20,8 2 2,6 3 3,9
dengan air hangat
16 Bapak/Ibu mengenakan 64 83,1 10 13 1 1,3 2 2,6
pelembab atau lotion pada
bagian kaki (terutama bagian
tumit)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, pada item pertanyaan tentang diet, masih
banyak penderita DM tipe 2 yang belum mengganti gula dengan gula jagung (39%)
Selanjutnya pada item aktivitas fisik, masih banyak responden yang tidak pernah
mengikuti aktivitas fisik khusus seperti berenang, jogging, atau bersepeda (57,1%).
Terakhir pada pertanyaan tentang item perawatan kaki, sangat banyak responden
bagian dalam sepatu (45,5%), mengeringkan sela-sela jari kaki (61%), dan
46
care kurang baik terdapat pada item perawatan kaki, yaitu sebesar 57,1% dan
item diet 50,6%, kemudian pada item lain seperti aktivitas fisik (55,8%),
pengobatan (50,6%) dan pemantauan gula darah (76,6%) dinilai sudah cukup
baik.
4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya
sederhana.
1. Uji Normalitas
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diperoleh nilai signifikansi 0,140 > 0,05.
2. Uji Linearitas
from Linearity adalah 0,394 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan linear secara signifikan antara variabel kadar gula darah
47
4.4.2 Analisis Korelasi Bivariat Pearson
Tabel 4.14 Hubungan Manajemen Self Care dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Andalas Tahun 2019
Komponen Variabel Koefisien Korelasi (r) p-value
Manajemen Self Care -0,321 0,004
Kadar Gula Darah
Tabel 4.10 diatas, menunjukkan bahwa ada hubungan antara manajemen self
care dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Andalas Tahun 2019
dengan nilai signifikasi 0,004 yang berarti p-value < α = 0,05. Manajemen self care
dengan kadar gula darah memiliki koefisien korelasi dengan tingkat kekuatan
hubungan sedang yaitu -0,321, nilai korelasi ini memiliki arah hubungan yang
negatif, artinya semakin rendah manajemen self care maka semakin tinggi kadar gula
darah, sebaliknya semakin tinggi manajemen self care maka semakin rendah kadar
manajemen self care dengan kadaar gula darah yaitu sebesar 0,321. Diketahui dari
tabel nilai koefisian determinasi (R Square) sebesar 0,103, artinya adalah manajemen
Selanjutnya, dari tabel 4.7 diketahui nilai F hitung yaitu 8,628 dengan tingkat
signifikansi 0,004 < 0,05. Artinya, terdapat pengaruh antara manajemen self care
Y = a + bX
48
Y = 309,786 + (-3,153)X
berkurang 3,153 mg/dL kadar gula darah. Model regresi dapat dilihat dengan
400
300
Gula Darah Puasa
200
100
R Sq Linear = 0.103
30 35 40 45 50 55
Manajemen Self Care
pola, sehingga model regresi dari grafik tersebut dapat dikatakan linear dan
49
menyebar dan mengikuti pola garis distribusi normal.
50
BAB 5 : PEMBAHASAN
probability sampling, yaitu consecutive sampling, sehingga hasil dari analisis tidak
kadar gula darah sebesar 181,47 mg/dL, dimana sebesar 89,6% responden berada
pada kategori kadar gula darah yang tidak terkendali dan 10,4% responden yang
berada pada kategori kadar gula darah terkendali. Hal ini menunjukkan bahwa
memiliki kadar gula darah yang tidak terkendali dibandingkan dengan yang memiliki
kadar gula darah terkendali. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Viena,dkk
memiliki kadar gula darah tidak terkendali dan sebanyak 19% yang memiliki kadar
gula darah terkendali. Selanjutnya, penelitian Astari (2016) mengatakan bahwa lebih
banyak penderita DM tipe 2 berada pada kategori kadar gula darah tidak terkendali
yaitu sebanyak 64,71% dan sebanyak 35,29% memiliki kadar gula darah yang
bahwa sebanyak 93,3% penderita DM tipe 2 memiliki kadar gula darah yang tidak
terkendali dan hanya 6,7% saja yang memiliki kadar gula darah terkendali.
51
52
puskesmas Andalas, kadar gula darah yang tidak terkendali disebabkan oleh adanya
responden yang masih belum mengetahui pemakaian obat dengan tepat, kurang
aktivitas fisik sehari-hari, dan belum banyak responden yang menerapkan pola
makan 3J dengan benar serta kemungkinan lain seperti adanya komplikasi yang
diderita.
penderita DM tipe 2 yang berada pada kategori kurang baik sebanyak 44,2% dan
yang berada pada kategori baik sebanyak 55,8%. Hasil penelitian ini sesuai dengan
melakukan manajemen self care dengan baik. Selanjutnya didukung oleh penelitian
dari Fitriani (2018) di Bandar Lampung, yang mengatakan bahwa sebanyak 80,41%
penderita DM tipe 2 memiliki manajemen self care yang baik dan sebanyak 19,58%
saja yang memiliki manajemen self care kurang baik. Namun hasil ini berbeda
self care yang kurang baik sebesar 58,2% dibandingkan yang memiliki manajemen
Manajemen self care pada penderita DM tipe 2 merupakan suatu tindakan untuk
secara mandiri agar pasien mampu mencegah dan mengelola penyakit yang dideritanya
serta patuh pada pengobatan dan nasihat yang diberikan oleh pelayanan kesehatan.
Manajemen self care terdiri dari 5 item, yaitu diet, aktivitas fisik, pengobatan,
53
pemantauan gula darah, dan perawatan kaki. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi
terhadap 5 item kegiatan manajemen self care, skor terendah berada pada item diet
(50,6%) dan perawatan kaki (57,1%). Hal ini disebabkan oleh banyaknya responden
yang belum menerapkan pola makan 3J dengan benar, serta masih banyak responden
5.3 Analisis Bivariat Hubungan Manajemen Self Care dengan Kadar Gula
Darah
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
signifikan antara manajemen self care dengan kadar gula darah dengan p-value
0,004. Uji korelasi pearson menyatakan bahwa terdapat hubungan antara manajemen
self care dengan kadar gula darah yang berkekuatan sedang (-0,321) dengan arah
hubungan yang bersifat negatif, artinya bahwa semakin baik manajemen self care
yang dilakukan maka akan semakin terkendali kadar gula darah, sebaliknya apabila
semakin kurang baik manajemen self care yang dilakukan maka akan semakin tidak
mengetahui seberapa besar pengaruh manajemen self care terhadap kadar gula darah,
hasilnya yaitu didapatkan manajemen self care dapat mempengaruhi kadar gula
self care dengan gula darah puasa yang berkorelasi sedang (-0,302) dengan arah
hubungan negatif. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian Keban,dkk (2016) di
Cibinong yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan manajemen self care
54
dengan kadar gula darah dengan p-value (>0,05) karena kemungkinan kadar gula
darah yang tidak terkendali disebabkan oleh faktor lain seperti adanya penyakit
bahwa manajemen self care sangat penting dipahami dan dilaksanakan secara
keseluruhan oleh penderita DM tipe 2, karena merupakan cara yang efektif untuk
memantau kadar gula darah. Seorang yang telah menderita DM sangat penting untuk
mengatur jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka
makanan
memegang peranan penting dalam peningkatan kadar gula darah. Makan secara
berlebihan dan melebihi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu
peningkatan kadar gula darah yang dapat mengakibatkan terjadinya DM. Aktivitas
fisik sangat berguna dalam manajemen self care bagi penderita diabetes, karena
dapat mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di membran plasma sehingga
dapat menurunkan kadar gula darah. Adnan dkk (2013) mengatakan bahwa timbunan
lemak yang berlebihan di dalam tubuh dapat mengakibatkan resistensi insulin yang
akan berpengaruh terhadap kadar gula darah. Selanjutnya penderita DM tipe 2 perlu
untuk meminum OHO secara teratur agar terhindar dari komplikasi jangka panjang,
serta perlu dilakukannya pemantauan gula darah secara mandiri dengan rutin,
terutama bagi penderita DM tipe 2 yang menggunakan suntikan insulin, hal ini
berfungsi untuk mengetahui kondisi kadar gula didalam tubuh, agar terhindar dari
pada penderita DM dengan tujuan untuk mengetahui adanya kelainan pada kaki
55
sedini mungkin, menjaga kebersihan kaki dan mencegah kaki penderita diabetes
tidak diamputasi. Dengan demikian manajemen self care merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam menjaga agar kadar gula darah penderita DM tipe 2 dapat
tetap optimal. Kadar gula darah yang terkendali dapat mencegah penderita DM untuk
terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, kebutaan dan
manajemen self care dengan teratur dan secara optimal, maka kadar gula darah
penderita diabetes mellitus dapat terjaga dalam rentang normal sehingga hal tersebut
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara manajemen self care
dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Andalas tahun
2. Sebagian besar responden memiliki kadar gula darah yang tidak terkendali.
kadar gula darah yang berkekuatan sedang dengan arah hubungan negatif.
sebesar 10,3%
6.2 Saran
1. Bagi Petugas di Puskesmas Andalas
edukasi mengenai manajemen self care yang baik secara berkala terhadap
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Global Health Estimates 2016: Deaths by Cause, Age, Sex, by Country and by
Region, 2000-2016 [Internet]. World Health Organization. 2018 [cited 9
November 2018]. Available from:
http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death
7. About Diabetes [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention. 2017
[cited 9 November 2018]. Available from:
https://www.cdc.gov/diabetes//index.html.
8. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. IDF; 2013.
10. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas Eighth Edition. IDF;
2017.
14. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang. Padang: Dinas
Kesehatan Kota Padang; 2016.
15. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang. Padang: Dinas
Kesehatan Kota Padang; 2017.
17. Ardyana D. Hubungan Pola Makan Dengan Status Glukosa Darah Puasa Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan Di Rumah Dakit PKU Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
18. Rachmawati N. Gambaran Kontrol dan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes
Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Jurnal
Jurusan Keperawatan. 2015;1. No.1:1-8.
19. Astari R. Hubungan Antara Kepatuhan Terapi Diet Dan Kadar Gula Darah
Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purnama Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2016.
21. Sulistria YM. Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. 2013;2 No.2.
22. Rohmawardani I. Hubungan Self Care dengan Status Glikemik Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di WIlayah Kerja Puskesmas Boyolali I. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018.
23. Nurjanah S, Diani N, Rizany I. Hubungan Self Care dengan Kadar Gula Darah
Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Ulin Banjarmasin.
Dinamika Kesehatan. 2018;9. No. 1:698-712.
24. Astuti L. Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kadar Gula Darah Pasien DM
Kelompok Persadia RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas 'Aisyiyah, 2018.
25. Febriana R. Hubungan Kepatuhan Diit Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rawat Inap RSUD Sukoharjo. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
26. Paramitha GM. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
27. Nurayati L, Adriani M. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutrition. 2017:80-7.
29. Rusnoto, Subagiyo RA. Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Anisah Demak.
University Research Colloqium. 2018.
30. Rusnoto, Chandiq N, Winarto. Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah
Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum. University Research Colloquium.
2017:513-20.
31. Dinas Kesehatan Kota Padang. Persentasi Pencapaian SPM Diabetes Mellitus
Puskesmas se-Kota Padang Januari s/d Oktober 2018. Padang: Dinas Kesehatan
Kota Padang; 2018.
33. Tandra H. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes dari Kepala sampai Kaki.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2014.
35. Fransisca K. Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes. Jakarta: Penerbit Cerdas
Sehat; 2012.
43. Cholifah N, Azizah N, Indanah. Hubungan Antara Pola Makan Dan Aktivitas
Fisik Dengan Kadar GDS Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Tipe II Di
Puskesmas Mayong II Jepara Tahun 2015. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen
2016;7. No.2
44. Susanti, Bistara DN. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Vokasional. 2018;Vol. 3 No 1.
45. Adnan M, Mulyati T, Isworo JT. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan di RS
Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013;2
Nomor 1.
46. Barnes D.E. Program Olahraga Diabetes. Yogyakarta: Citra Aji Parama; 2011.
48. Dolongseda FV, Masi GNM, Bataha YB. Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dan
Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. e-journal
Keperawatan. 2017;5. No.1.
53. Mulyani NS. Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Dengan Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Kota Banda Aceh. SEL. 2016;3. No.
2:56-63.