Anda di halaman 1dari 158

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU

TAHUN 2008

TESIS

Oleh

JUNITA TATARINI PURBA 067023009/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Junita Tatarini Purba : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, 2009 USU Repository 2008

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh
JUNITA TATARINI PURBA 067023009/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Judul Tesis

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi

: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008 : Junita Tatarini Purba : 067023009 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) Ketua

(drh. Rasmaliah, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi

Direktur

(Dr.Drs.Surya Utama, MS)

(Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus : 09 Juni 2009

Telah diuji pada Tanggal : 09 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes 2. Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si 3. Siti Khadijah, SKM, M.Kes

PERNYATAAN
FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009

Junita Tatarini Purba

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. Sejak otonomi daerah program KB banyak mengalami kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu masih 42% dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%. Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Populasi adalah seluruh istri PUS sebanyak 2.333 orang dengan besar sampel 100 orang yang diambil secara proportional sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah jumlah anak (Sig=0,008), pengetahun (Sig=0,014) dan sikap (Sig=0,041) sedangkan faktor pendukung dan pendorong yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah variabel ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,001) dan dukungan petugas kesehatan (Sig=0,005). Variabel yang dominan pengaruhnya adalah ketersediaan alat kontrasepsi (Koefisien B = 3,112). Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu kebijakan lainnya dalam pengalokasian dana untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis kepada masyarakat khususnya kepada keluarga miskin. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan peningkatan kemampuan petugas kesehatan sehingga mampu memberikan informasi tentang alat kontrasepsi dan dapat memahami serta menyadari bahwa akseptor memiliki hak reproduksi sehat dan hak konsumen pengguna alat kontrasepsi. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memahami dan menerima norma keluarga kecil sehingga diharapkan mampu membentuk keluarga bahagia dan sejahtera melalui pengaturan atau pembatasan kelahiran anak. Kata kunci : Perilaku, Pemakaian Alat Kontrasepsi

ABSTRACT One of the efforts done by the government to reduce the rate of population growth is through Family Planning Program (KB). Since the district autonomy had been started, Family Planning Program has faced many constraints that resulted in the decrease of the rate of contraception use. The coverage of current user in Rambah Samo sub-district, district of Rokan Hulu reported is still 42% and this is still lower if compared to the national target of 75%. The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of predisposing factors (age, education, number of child, knowledge, and attitude), enabling factors (availability of contraception device and accessibility of contraception device service) and reinforcing factors (support from health providers and decision makers) on the use of contraception device. The population for this study are 2.333 wives of fertile age couple and 100 of them were selected for the samples of this study through proportional sampling technique. The data were analyzed through multiple logistic regression test with the level of confidence of 95%. The result of analysis shows that predisposing factors which have influence on the use of contraception device are number of child (Sig=0.008), knowledge (Sig=0.014), and attitute (Sig=0.041), while enabling and reinforcing factors are variable of availability of contraception device (Sig=0.001) and support from health providers (Sig=0.005). The most dominantly influencing variable is the use of contraception device (Coefficient = 3.112). It is suggested that the Health Office and the Civil Registration and Population Affairs of Rokan Hulu District need to cooperate and approach the stakeholder in allocating the budget for free contraceptive to the society of Rokan Hulu District especially to the poor families. It needs to improve the capability of the health providers that they are able to provide information about contraceptive and can understand and realize that the acceptors have their right for health reproduction and the right of consumer as the user of contraception device. It is necessary to provide an extension to the society to enable them to understand and accept the norm of family planning that, in the end, they can form a happy and prosperous family by regulating and limiting childbirth. Key words: Behavior, Use of Contraception Device

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2 pada Sekolah Pascasarjana USU, Medan. Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada Ibu Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga tesis ini selesai. Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si dan Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku tim penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat menyempurnakan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada: 1. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

iii

4. Bapak dr. H. Mursal Amir, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau dan seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan. 5. Bapak dr. Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu yang memberi izin dan dukungan selama pendidikan. 6. Rekan-rekan dan sahabat di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

angkatan tahun 2006. 7. Suami tercinta Danni Suparman Rumahorbo, ST buat semua doa, harapan, dan pengorbanan juga dukungan dan motivasi yang tiada pernah berhenti, ananda tersayang Davita Ephania dan Kezia Morasari, sumber inspirasi dan penghiburan, yang telah banyak berkorban selama pendidikan. 8. Ayahanda S. Purba, ibunda M. Sitompul, ayahanda mertua B. Rumahorbo, ibunda mertua T. Manik dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semoga TYME membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan melimpahkan berkat dan anugerahNya. Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Rokan Hulu.

Medan, Juni 2009

Penulis

iv

10

RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat/Tanggal Lahir Agama Alamat

: Junita Tatarini Purba : Sarulla, 12 Juni 1977 : Protestan : Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Jl. Diponegoro Komp. Pemda Rokan Hulu Pasirpengaraian-Propinsi Riau

Telp/HP

: 081264734544

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1983 1989 Tahun 1989 1992 Tahun 1992 1995 Tahun 1995 1999 Tahun 2006 2009 : SDN 176377 Aeknatolu : SMPN Simamora : SMA N 3 Balige : FKM USU Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Kesehatan Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi

Administrasi

Komunitas/ Epidemiologi.

RIWAYAT PEKERJAAN 2000 Sekarang : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau

11

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang ............................................................................... Permasalahan ................................................................................. Tujuan Penelitian .......................................................................... Hipotesis ........................................................................................ Manfaat Penelitian ........................................................................ i ii iii v vi viii x xi 1 1 8 8 8 9 10 10 17 17 18 20 20 20 22 35 39 40 40 40 40 42 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan ........................................................... 2.2. Program Keluarga Berencana Nasional ......................................... 2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana ........................................... 2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia................ 2.3. Kontrasepsi .................................................................................... 2.3.1. Pengertian Kontrasepsi ........................................................ 2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi .................................................... 2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi ............................ 2.4. Landasan Teori............................................................................... 2.5. Kerangka Konsep .......................................................................... BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. Jenis Penelitian............................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ Populasi dan Sampel ..................................................................... Metode Pengumpulan Data............................................................ Variabel dan Definisi Operasional.................................................

vi

12

3.6. Metode Pengukuran ...................................................................... 3.7. Metode Analisis Data .................................................................... BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................. 4.1.1. Keadaan Geografis............................................................... 4.1.2. Kependudukan ..................................................................... 4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan.......................................... 4.2. Analisis Univariat............................................................................ 4.2.1. Karakteristik Responden .................................................... 4.2.2. Pengetahuan ....................................................................... 4.2.3. Sikap .................................................................................. 4.2.4. Ketersediaan Alat Kontrasepsi........................................... 4.2.5. Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi..................... 4.2.6. Dukungan Petugas Kesehatan............................................ 4.2.7. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga ............................. 4.2.8. Faktor Predisposisi............................................................. 4.2.9. Faktor Pendukung .............................................................. 4.2.10. Faktor Pendorong............................................................... 4.3. Analisis Bivariat .............................................................................. 4.3.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 4.3.2. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 4.3.3. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 4.4. Analisis Multivariat ....................................................................... BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 5.1. Faktor Predisposisi .......................................................................... 5.2. Faktor Pendukung............................................................................ 5.3. Faktor Pendorong ............................................................................ 5.4. Faktor Paling Dominan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ..... BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 6.2. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

46 50 52 52 52 52 53 54 54 56 59 60 61 62 64 65 66 67 68 68 70 72 73 76 76 84 92 97 99 99 99 101

vii

13

DAFTAR TABEL

Nomor 2.1. 3.1.

Judul

Halaman 27

Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional............................. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.......................................... Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................... Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............................ Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................................................................................... Distribusi Responden Menurut Indikator Pengetahuan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. Distribusi Responden Menurut Indikator Sikap di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. Distribusi Responden Menurut Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ....................... Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ................................................................................ Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut KB di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................... Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................................................................................... Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................

42

3.2.

43

4.1.

53

4.2.

55

4.3.

58

4.4.

60

4.5.

60

4.6.

61

4.7.

61

4.8.

62

4.9.

62

viii

14

4.10. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............ 4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 4.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Pengambil Keputusan Dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008................
4.13. Distribusi Responden yang Ikut KB Menurut Pengambil Keputusan dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................... Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi di Kecamatan

63

64

64
64

4.14.

Rambah Samo Tahun 2008 ..................................................................


4.15. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendukung di Kecamatan

66 67 68 70 72 73

Rambah Samo Tahun 2008 ..................................................................


4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan

Rambah Samo Tahun 2008 ..................................................................


4.17. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................


4.18. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................


4.19. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................


4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ................................................................................

74

ix

15

DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. Judul Halaman 24 30 31

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi................ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesertaan dalam Program KB ..... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi.............. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan Komunitas ..................................................................................... Kerangka Konsep Penelitian ...............................................................

38 39

2.5.

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1.

Judul

Halaman

Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 ........................................................ 106 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ........................................................... 112 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...................................................... 115 Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi)................................................. 117 Analisis Bivariat ....................................................................................... 127 Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda) .................................. 135 Surat Izin Penelitian ................................................................................. 140 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................... 141

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

xi

17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes RI, 2004). Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah untuk menuju tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur

18

umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Wiknjosastro, 1999). Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2 (BPS, 2007). Penyebaran penduduk sampai tahun 2005 tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data menunjukkan 58,7% penduduk berada di Pulau Jawa (Depkes RI, 2007). Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB) (Hatmadji, 2004). Sejak pertama kali dicanangkan tahun 1970, program KB telah menunjukkan hasil dengan terjadinya penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate (TFR), sedangkan tingkat pemakaian kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) mengalami peningkatan. Pada periode tahun 1980-1990 LPP adalah 1,97%, tahun 1990-2000 turun menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34% (BPS, 2007a). TFR tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia subur (PUS), tahun 1980-1990 turun menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28 (BPS, 2007b). Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai target nasional yaitu 2,1 (BKKBN, 2005). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

19

Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan CPR dari 54,7% (tahun 1994) menjadi 57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003) (BPS, 2005). Peran pihak swasta dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam ber-KB khususnya dalam pendistribusian alat kontrasepsi modern mengalami peningkatan dari 42% (tahun 1997) menjadi 63% (tahun 2003), sedangkan peran pemerintah menurun dari 43% (tahun 1997) menjadi 28% (tahun 2003). Tempat pelayanan untuk akseptor KB baru di klinik KB pemerintah pada tahun 2005 sebanyak 59,66% sedangkan swasta sebanyak 5,47% (Depkes RI, 2007). Kurangnya mengakibatkan peran pemerintah dalam menggalakkan yang akan program KB

tingginya pertambahan

penduduk

menyebabkan

meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan pelayanan lainnya. Ketidakmampuan menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008). Berdasarkan laporan BPS tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebesar 16,58% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 37,17 juta jiwa (BKKBN, 2009). Hal ini mengakibatkan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut United Nations Development Program/UNDP (2008), IPM Indonesia masih sangat rendah yaitu 0,728 menduduki peringkat 107 dari 177 negara. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk memanfaatkan jumlah populasinya yang besar menjadi kekuatan ekonomi dan harus segera mengatur laju pertumbuhan penduduknya (Herlianto, 2008).

20

Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan oleh BKKBN yaitu 75%. Menurut SDKI 1997 angka kesertaan KB sebanyak 57,4% dan SDKI 2002-2003 sebanyak 60,3% (BKKBN, 2005). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003 persentase KB aktif terhadap PUS adalah 54,5% meningkat menjadi 57,9% pada tahun 2006 (Kasmiyati, 2008). Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak sama (BKKBN, 2004). Memasuki era desentralisasi/otonomi daerah, setiap pemerintah daerah tingkat II (kabupaten/kota) memiliki otoritas penuh untuk memilih dan memilah program yang paling penting bagi daerahnya. Hampir 70% kantor BKKBN di daerah menjadi satu dengan dinas-dinas pemerintah lainnya, hanya sedikit lembaga BKKBN yang berdiri sendiri. Umumnya urusan KB digabungkan dengan bidang kesejahteraan sosial atau catatan sipil dan kependudukan. Selain itu, daerah menunjukkan komitmen yang rendah untuk menjamin kelembagaan KB dalam peraturan daerah (BKKBN, 2004). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga diperkirakan ikut menjadi salah satu penyebab, karena berpengaruh terhadap daya beli masyarakat termasuk kontrasepsi. Sementara itu belum semua rakyat miskin mendapatkan akses pelayanan

21

KB khususnya alat kontrasepsi gratis, hal ini mengakibatkan minimnya CPR di kalangan PUS (Herlianto, 2008). Fakta lainnya adalah bahwa hingga saat ini ketersediaan alat kontrasepsi, khususnya dengan harga terjangkau bagi PUS keluarga miskin baik di perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih sulit direalisasikan (Beni, 2003). Kabupaten Rokan Hulu sebagai kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Kampar pada tahun 1998 juga mengalami hal yang sama. Keadaan demografi pada tahun 2007 terdiri dari 79.158 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 328.306 jiwa, 71.503 jiwa diantaranya adalah masyarakat miskin dengan mata pencaharian sebagian besar penduduk pada sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan. Kabupaten yang terdiri dari 14 kecamatan ini menghadapi berbagai permasalahan yang harus segera diatasi sebagai kabupaten baru. Salah satunya adalah permasalahan bidang KB dan kependudukan yang masih banyak mengalami kendala sehingga mengakibatkan pencapaian akseptor KB aktif tiap tahunnya masih di bawah target nasional. Sedangkan Kecamatan Rambah Samo sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu merupakan daerah baru yang dibuka pada tahun 1979/1980 khusus untuk tujuan transmigrasi. Jumlah PUS di Kecamatan Rambah Samo pada tahun 2004 sebanyak 1.594 orang dengan akseptor KB aktif 926 (58,09%), dengan pemakaian kontrasepsi IUD 6,26%, Pil 48,92%, Suntik 37,26%, Implant 6,26%, Kondom 0,43%, dan lain-lain 0,86%. Sedangkan tahun 2007 jumlah PUS sebanyak 2.333 orang dengan akseptor

22

KB aktif 982 (42,09%) dengan pemakaian kontrasepsi IUD 8,04%, Pil 35,44%, Suntik 46,44%, Implant 7,94%, Kondom 1,12% dan lain-lain 1,02%. Pencapaian akseptor KB aktif masih rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu 75% (Dinas Kesehatan Kab. Rokan Hulu, 2008). Berdasarkan pengamatan di lapangan, diduga beberapa aspek yang menjadi faktor penyebab masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi adalah kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat kontrasepsi yang kurang tersedia di sarana kesehatan. Informasi yang diperoleh dari Kepala Bidang Kependudukan dan KB Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu tahun 2007, diketahui bahwa pengadaan alat kontrasepsi untuk masyarakat belum mencukupi dan tidak terdistribusi secara merata. Hal ini disebabkan karena dana yang tersedia untuk pengadaan alat kontrasepsi terbatas, sehingga hanya beberapa jenis alat kontrasepsi saja yang tersedia dan jumlahnya belum mencukupi. Menurut Green dan Kreuter (2005), determinan perilaku atau tindakan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan, keyakinan, sikap, kepercayaan, budaya, nilai-nilai, dan sebagainya); faktor pendukung (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas); faktor yang memperkuat atau mendorong (sikap, perilaku, pengetahuan, keahlian dan dukungan petugas) dalam melayani kesehatan di masyarakat.

23

Manuaba (1998) mengatakan bahwa faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meutia (1997) menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik (pekerjaan, pengambil keputusan dalam keluarga) dan pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi implant. Hasil penelitian Sakhnan (2001) melaporkan faktor usia, jumlah anak, nilai anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak lokasi ke pelayanan KB, perilaku petugas merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS dalam program KB. Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua faktor yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat kontrasepsi antara lain: sosio-ekonomi, demografi, psiko-sosial, agama, dan pengetahuan. Masih rendahnya partisipasi pria ber-KB antara lain disebabkan kondisi lingkungan sosial budaya masyarakat yang masih kurang mendukung, pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarganya masih rendah, serta keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan,

24

pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.2. Permasalahan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung

(ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan) berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.4. Hipotesis Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil

25

keputusan) berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi penyusunan kebijakan terkait dengan KB dan penggunaan alat kontrasepsi dan kebijakan menyangkut pelayanan publik dalam bidang kesehatan masyarakat. 2. Manfaat Akademis Untuk menambah wawasan bagi peneliti lain guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang administrasi kesehatan komunitas.

26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku Kesehatan Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni faktor predisposisi (predisposing factor), faktor-faktor yang mendukung (enabling factor), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. b) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,

10

27

dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Dalam perkembangannya, teori Green ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

28

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB. Selanjutnya Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. b) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

29

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

30

f)

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.

Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta

31

kesediaannya mendatangi tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2003) a) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang KB. b) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif.

32

d) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau memakai alat kontrasepsi, meskipun mendapat tantangan dari suami atau mertuanya. 3. Praktek atau tindakan (Practice) Menurut Sarwono (2007), sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain) dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap alat kontrasepsi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas yang mudah dicapai agar ibu tersebut dapat memakai alat kontrasepsi. Selain fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Beberapa tingkatan praktek adalah: a) Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

33

b) Respons terpimpin (Guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. c) Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d) Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Program Keluarga Berencana Nasional 2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (1970), yang dikutip oleh Hartanto (2004), keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval di antara kehamilan, (4) Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mochtar (1995) mengatakan keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

34

Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk mengatur jarak kelahirannya dengan menggunakan alat atau metode kontrasepsi. Secara umum tujuan keluarga berencana adalah untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kehamilan dan membatasi jumlah anak dua orang saja, upaya ini juga dapat menyehatkan kondisi sosial ekonomi keluarga (Saifuddin, 2003). 2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia Permulaan pemikiran tentang KB di Indonesia tidak mempersoalkan angka kelahiran tetapi tingginya angka kematian ibu akibat terlalu sering melahirkan, berkisar pada 800 per 100.000 kelahiran bahkan tidak jarang ibu meninggal bersama bayinya (Wiknjosastro, 1999). Hal inilah yang menggugah Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kala itu Sarwono Prawirohardjo untuk mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tanggal 23 Desember 1957. Konsep yang dikembangkan oleh PKBI adalah kesehatan ibu dan anak yang memberi inspirasi bagi pendirian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang kemudian di kelola oleh Pemerintah Orde Baru. Keputusan pemerintah untuk menjadikan KB sebagai program nasional dan dinyatakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, disusul dengan keluarnya Keputusan

35

Presiden No. 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Memasuki Pelita V, pemerintah dalam hal ini BKKBN telah memperkenalkan satu program baru yang disebut dengan Gerakan KB Mandiri. Dengan program yang baru ini pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi organisasi profesi serta sektor swasta lainnya dalam memberikan pelayanan KB. Proses pembangunan konsep KB mandiri berawal dari diperkenalkannya konsep alih peran kemudian berkembang menjadi alih kelola dan selanjutnya mengkristalkan menjadi KB Mandiri. Falsafah KB Mandiri pada hakekatnya merupakan keadaan dan sikap mental dari pemerintah maupun pengelola/pelaksana KB baik secara individu maupun kelompok dalam mengelola dan melaksanakan KB atas kemauan sendiri tanpa tergantung dari orang lain dalam memelopori menjadi peserta KB. Dengan demikian ketergantungan program KB terhadap pemerintah semakin berkurang. Agar masyarakat mau membiayai sendiri pelayanan KB, maka beberapa hal yang menyangkut tersedianya pelayanan yang mudah dicapai dan dijangkau masyarakat serta kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perlu diusahakan (KBKKBN, 1990). Untuk menunjang pelaksanaan KB Mandiri pada tahun 1988 telah dicanangkan program KB Lingkaran Biru (LIBI) dan akhirnya dilontarkan suatu kegiatan pemasaran sosial LIBI lengkap dengan logonya guna memperkenalkan

36

sederetan pelayanan swasta maupun alat kontrasepsi untuk KB. Untuk memperluas pilihan alat kontrasepsi terhadap kebutuhan ber-KB, maka tanggal 1 Juli 1992 telah diresmikan oleh Presiden Suharto sebuah lambang baru yaitu Lingkaran Emas (LIMAS). Pemasaran KB LIMAS bukan satu pengganti pemasaran kontrasepsi LIBI, tetapi suatu usaha yang bersamaan untuk lebih memberikan banyak pilihan kontrasepsi kepada peserta KB mandiri yang pada akhirnya dapat diharapkan memberikan kepuasan kepada akseptor (BKKBN, 1992).

2.3. Kontrasepsi 2.3.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah alat atau obat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang akan mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut. 2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi Metode/cara kontrasepsi menurut jenisnya dibagi menjadi: (Manuaba, 1998) 1. Metode sederhana tanpa alat/obat a. Metode Amenorea Laktasi (MAL) b. Metode KB alamiah (KBA)

37

c. Sanggama terputus (coitus interruptus) 2. Metode sederhana dengan alat/obat (barrier) a. Kondom b. Diafragma c. Spermisida 3. Metode efektif a. Pil KB b. Suntikan KB c. Susuk KB ( Bawah Kulit/AKBK) d. IUD ( Dalam Rahim/AKDR) 4. Metode mantap dengan cara operasi a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW/Tubektomi) b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP/Vasektomi) Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang berbedabeda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Namun perlu diingat adanya aksioma (azas) kontrasepsi, yaitu: (1) cara apapun yang dipakai adalah lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik hasilnya (efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara terus menerus, (3) penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang penting untuk berhasilnya suatu cara kontrasepsi.

38

Banyak orang kesulitan untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat. Bukan hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individu, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Muryani, 2004). 2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi Menurut Berthrand (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah sebagai berikut: 1. Faktor sosio-demografi Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standard hidup yang lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga dan status pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara-negara sedang berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya. Beberapa faktor demografi tertentu juga mempengaruhi penerimaan KB di beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang bekembang, penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 an yang sudah memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga mempengaruhi adalah suku dan agama. 2. Faktor sosio-psikologi Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain

39

adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki, sikap terhadap KB, komunikasi suami isteri, persepsi terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan efek samping alat kontrasepsi. 3. Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan Program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) merupakan salah satu faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat pelayanan dan keterlibatan dengan media massa. Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

40

a. b. c. d. e. f. g. h.

Faktor sosio-demografi Pendidikan Pendapatan Status pekerjaan Perumahan Status gizi Umur Suku Agama Faktor sosio-psikologi Ukuran keluarga ideal Pentingnya nilai anak laki Sikap terhadap KB Komunikasi suami-istri Persepsi terhadap kematian anak Faktor yang berhubungan dengan pelayanan Keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB Pengetahuan tentang kontrasepsi Jarak ke pusat pelayanan Paparan dengan media massa Pemakaian Kontrasepsi

a. b. c. d. e.

a. b. c. d.

Sumber : Bertrand, 1980 Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut: a. permanen atau reversibel b. efektif c. murah d. aman e. mudah didapat

41

f. mudah digunakan dan tidak putus pakai g. memiliki efek samping yang tidak diinginkan h. dapat digunakan pada saat menyusui i. melindungi terhadap penyakit hubungan seksual j. membutuhkan kerjasama pasangan k. harus digunakan setiap saat pasangan berhubungan seksual Karakteristik pasangan seperti umur, jumlah dan jenis kelamin anak, dan frekuensi hubungan seksual juga mungkin mempengaruhi. Kepentingan faktor-faktor ini mungkin berubah dari waktu ke waktu karena keinginan pasangan untuk mengganti metode kontrasepsi yang digunakan. Tidak semua faktor ini sama pentingnya pada tiap pasangan. Sebagai contoh, pasangan yang tidak menginginkan anak lagi mungkin menilai keefektifan metode lebih dari kemudahan penggunaan. Sebaliknya, seorang wanita yang menginginkan menunda kelahiran mungkin lebih menilai kenyamanan dan kemudahan penggunaan daripada keefektifan metode. Pemilihan metode kontrasepsi mungkin juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima dari teman atau kerabat. Kadang-kadang informasi yang diberikan tidak benar sehingga menimbulkan kesalahan pengertian tentang penggunaan kontrasepsi. Menurut Affandi dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah:

42

a. Faktor pola perencanaan keluarga. Adalah mengenai penentuan besarnya jumlah keluarga yang menyangkut waktu yang tepat untuk mengakhiri kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus diketahui kapan kurun waktu reproduksi sehat, berapa sebaiknya jumlah anak sesuai kondisi, berapa perbedaan jarak umur antara anak. Seorang wanita secara biologik memasuki usia reproduksinya beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman dan kesuburan ini akan berlangsung terus menerus sampai 10-15 tahun sesudah kurun waktu dimana kehamilan dan persalinan itu berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling aman adalah umur 20-35 tahun dengan pengaturan: 1. anak pertama lahir sesudah ibunya berumur 20 tahun 2. anak kedua lahir sebelum ibunya berumur 30 tahun 3. jarak antara anak pertama dan kedua sekurang-kurangnya 2 tahun atau diusahakan jangan ada 2 anak balita dalam kesempatan yang sama. Kemudian menyelesaikan besarnya keluarga sewaktu istri berusia 30-35 tahun dengan kontrasepsi mantap b. Faktor subyektif Bagaimanapun baiknya suatu alat kontrasepsi baik dipandang dari sudut kesehatan maupun rasionalitasnya namun belumlah tentu dirasakan cocok dan dipilih oleh akseptor/calon akseptor. Pilihan ini sangat pula tergantung pada pengetahuannya tentang kontrasepsi tersebut, baik yang didapat dari keluarga/kerabat maupun yang didapat dari petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.

43

c. Faktor obyektif Pemilihan kontrasepsi yang digunakan disesuaikan dengan keadaan wanita (kondisi fisik dan umur) serta disesuaikan dengan fase-fase menurut kurun waktu reproduksinya. Biasanya pemilihan kontrasepsi juga disesuaikan dengan maksud penggunaan kontrasepsi tersebut. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional
Fase Mencegah Kehamilan Fase Menjarangkan Kehamilan Fase Mengakhiri Kehamilan

a. Pil b. Suntikan c. IUD

a. b. c. d. 20-21 tahun

IUD Suntikan Pil Implant

Umur d. Faktor motivasi

a. b. c. d. e. 30-35 tahun

Kontap IUD Implant Suntikan Pil

Kelangsungan pemakaian kontrasepsi sangat tergantung dari motivasi dan penerimaan pasangan suami istri. Motivasi akseptor KB untuk terus menggunakan kontrasepsi yang lama, akan merubah metode, atau menghentikan sama sekali penggunaan kontraspsi, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mereka yang menggunakan kontrasepsi dengan tujuan untuk membatasi kelahiran mempunyai tingkat kemantapan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bertujuan untuk menunda kehamilan.

44

Menurut

Soeradji,

dkk.

dalam Mutiara

(1998), faktor-faktor yang

mempengaruhi kesertaan dalam program KB adalah: 1. Faktor demografi, meliputi: a. rata-rata jumlah anak yang masih hidup b. rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup c. tingkat kematian bayi d. tingkat harapan hidup saat lahir e. angka fertilitas total 2. Faktor sosial, meliputi: a. persentase rumah tangga yang memiliki radio b. persentase rumah tangga yang memiliki televisi c. persentase penduduk yang tinggal di daerah kota d. kepadatan penduduk per km2 e. persentase penduduk yang dapat berbahasa Indonesia f. persentase penduduk wanita berumur 20-24 tahun yang belum pernah kawin g. persentase penduduk wanita berumur 15-24 tahun yang belum pernah kawin h. jumlah guru SD per 10.000 penduduk usia sekolah i. persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang sakit selama seminggu j. persentase penduduk umur 10 tahun atau lebih yang mendapatkan perawatan tenaga medis k. persentase penduduk usia sekolah yang masih bersekolah

45

l. persentase wanita yang pernah kawin umur 15-49 tahun 3. Faktor ekonomi, meliputi: a. rasio ketergantungan antara penduduk umur 0-9 dan 55+ tahun terhadap yang berumur 10-54 tahun b. persentase wanita yang bekerja c. partisipasi angkatan kerja wanita d. persentase wanita yang bekerja pada pekerjaan tradisional e. persentase petani yang tidak memiliki tanah f. rata-rata luas sawah 4. Faktor infra struktur, meliputi : a. persentase rumah tangga yang mendapatkan leding b. jumlah gedung SD per 10.000 penduduk usia sekolah c. jumlah gedung SMTP per 10.000 penduduk usia sekolah d. persentase sawah dengan irigasi e. persentase tanah sawah 5. Faktor input, meliputi : a. jumlah dokter per 10.000 wanita umur 20-24 tahun b. jumlah bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun c. jumlah pembantu bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun d. jumlah klinik KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun e. jumlah petugas lapangan KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

46

f. jumlah pembantu pembina KB desa per 10.000 wanita umur 20-24 tahun g. rata-rata hari kerja klinik per minggu Kelima faktor-faktor tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini: Faktor Demografi

Faktor Sosial Faktor Input Faktor Ekonomi Kesertaan dalam program KB

Faktor Infra Struktur Sumber : Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) Gambar 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesertaan Dalam Program KB Menurut Utomo dalam Mutiara (1998), penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh umur, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan dan frekuensi pemaparan terhadap media massa. Umur mempengaruhi jumlah anak hidup dan tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan mempengaruhi frekuensi pemaparan terhadap media massa. Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

47

Jumlah Anak Hidup

Frekuensi Pemaparan Terhadap Media Massa

Penggunaan Kontrasepsi

Tingkat Pendidikan Sumber : Utomo dalam Mutiara (1998)

Umur

Gambar 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan klasifikasi beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: A. Umur Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut

(Siswosudarmo, 2001). Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam

48

pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Dang di Vietnam dalam Mutiara (1998) dilaporkan bahwa ada hubungan yang kuat antara umur dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang berumur < 20 tahun kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih. Sementara wanita yang berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya untuk menggunakan kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Ini mengisyaratkan bahwa ada penurunan penggunaan kontrasepsi pada kelompok wanita yang lebih tua. B. Pendidikan Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 1998). Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah

49

anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah (Soekanto, 2006). Penelitian Dang dalam Mutiara (1998) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang tidak sekolah kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,55 kali dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Sementara wanita yang berpendidikan dasar kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,88 kali dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Pola yang sama juga dijumpai dengan pendidikan suami. C. Jumlah anak Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal. Hasil penelitian Dang dalam Mutiara (1998) melaporkan ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita dengan jumlah anak 4 orang atau lebih memiliki kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi

50

sebesar 1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang anak atau kurang. Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi. D. Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). E. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi Menurut Manuaba (1998), faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa.

51

Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat. Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah. F. Dukungan petugas kesehatan Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam masyarakat tertentu kata-kata kepala suku selalu diikuti; keberhasilan program KB di Indonesia antara lain karena melibatkan ulama; iklan-iklan obat atau pasta gigi di televisi menampilkan tokoh yang berpakaian dokter atau dokter gigi. Untuk mengubah atau mendidik masyarakat diperlukan tokoh panutan yang dapat merupakan pemimpin masyarakat, tetapi dapat juga tokoh-tokoh lain (professional, pakar, ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan, dan sebagainya) tergantung pada jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan (Sarwono, 2001).

52

G. Pengambil keputusan Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihakpihak tertentu. Menurut Friedman (1998) dan Sarwono (2007) ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang saran. Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

2.4. Landasan Teori Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan Kreuter (2005) yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada 3 faktor yang mempengaruhi individu untuk bertindak yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan yang dirasakan, kemampuan

53

dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat), faktor pendukung (tersedia sarana dan prasarana) dan faktor pendorong (petugas kesehatan). Konsep tersebut dikombinasikan dengan teori Kar yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta menurut Robbins (1994), beberapa karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan status masa kerja. Berdasarkan konsep tersebut, maka kerangka teori adalah sebagai berikut:

54

Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai-nilai 5. Persepsi Faktor Pendukung: 1. Ketersediaan sumber daya 2. Kemudahan untuk mencapai sumber daya 3. Peraturan/Hukum 4. Keterampilan 5. Ketersediaan waktu Faktor Pendorong: 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Panutan 3. Pekerja 4. Teman 5. Pembuat keputusan 6. Dukungan sosial Faktor Internal: 1. Tingkat kecerdasan 2. Tingkat emosional 3. Jenis kelamin 4. Kebangsaan 5. Usia 6. Masa kerja Genetika

Perilaku dari individu, kelompok, dan komunitas

Faktor Eksternal: 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan Biologik 3. Lingkungan Sosial (Budaya, Ekonomi, Politik)

Sumber: Green dan Kreuter (2005), Notoatmodjo (2007), Robbins (1994). Gambar 2.4. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan Komunitas

55

2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Faktor Predisposisi : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Jumlah anak 4. Pengetahuan 5. Sikap Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan alat kontrasepsi 2. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi Faktor Pendorong : 1. Dukungan petugas kesehatan 2. Pengambil keputusan Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel dependen adalah pemakaian alat kontrasepsi. Variabel Dependen Pemakaian alat kontrasepsi

56

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu dengan tingkat akseptor KB aktif (current user) 42%, masih di bawah Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 75%. Penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli 2008 sampai dengan Desember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh PUS yang ada di Kecamatan Rambah Samo, dan berdasarkan data di Puskesmas pada tahun 2007 berjumlah 2.333. Sampel adalah seluruh isteri dari PUS yang tinggal menetap di Kecamatan Rambah Samo dengan kriteria sebagai berikut: a. Responden berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2 b. Responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak

40

57

Kriteria ini dibuat dengan asumsi kelompok umur tersebut merupakan golongan istri yang sebaiknya memakai alat kontrasepsi sesuai dengan tujuan KB, yaitu istri yang berumur < 20 tahun (untuk menunda kehamilan) dan berumur > 35 tahun (untuk mengakhiri kesuburan). Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Lemeshow et.al., 1997)

n {Z1 / 2 Po(1Po)Z12 Pa(1Pa) }2 (PaPo)


Keterangan: n : besar sampel Z1-/2=1,96

Z1-/2 : nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan = 0,05 Z1- : kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila Po Pa

10%, maka Z1- = 1,282

: proporsi PUS yang menjadi akseptor KB aktif : 42% : proporsi PUS yang diharapkan menjadi akseptor KB aktif : 59%

{1, 96 0, 42(10, 42)1, 282 0, 59(10, 59) }2 (0,590,42)2

n 88 ,35

88 (sampel minimal)

Dengan mempertimbangkan faktor non respons sebanyak 10%, maka besar sampel yang diambil adalah 88 + 8,8 = 96,8 dibulatkan menjadi 100 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sampel berimbang (proportional sampling). Teknik tersebut dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan sampel wilayah, sebab banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama, sehingga sampel yang diteliti adalah seperti tabel berikut:

58

Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 Nama Desa Rambah Utama Rambah Baru Pasir Makmur Karya Mulya Masda Makmur Jumlah Jumlah PUS 665 568 409 405 286 2.333 Rekapitulasi Perhitungan Sampel 665/2333 x 100 = 28,50 568/2333 x 100 = 24,35 409/2333 x 100 = 17,53 405/2333 x 100 = 17,36 286/2333 x 100 = 12,26 Besar Sampel 29 24 18 17 12 100

Setelah ditentukan banyaknya sampel pada setiap wilayah selanjutnya sampel ditentukan dengan cara sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu mengambil sebagian dengan menggunakan tabel random (Pratiknya, 2003).

3.4. Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan dari responden dengan metode wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan laporan yang tersedia di Puskesmas Rambah Samo, Kantor Camat Rambah Samo, Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dan BPS Kabupaten Rokan Hulu. Sebelum data dikumpulkan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang akan digunakan (kuesioner) memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada bulan Juli 2008 terhadap 30 orang istri PUS yang berada di Kecamatan Rambah Samo Barat yang memiliki karakteristik yang sama dengan istri PUS di lokasi penelitian.

59

Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur dan dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid dan jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002). Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > r tabel, dinyatakan reliabel dan jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002). Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Variabel Pengetahuan Butir Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 r hitung 0,4345 0,4975 0,6752 0,7502 0,7208 0,6752 0,8090 0,7457 0,8212 0,8655 0,5843 0,8212 0,8655 Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Cronbach Alpha Status Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

0,8843

Sikap

0,9105

60

Lanjutan Tabel 3.2. Variabel Dukungan Petugas Kesehatan Butir Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 r hitung 0,7908 0,7908 0,7908 0,7908 0,5818 0,4966 Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Cronbach Alpha Status Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

0,8301

Berdasarkan Tabel 3.2. di atas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel pada df = 28; = 5% sebesar 0,361, demikian juga alpha lebih besar dari r tabel (0,361), dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk penelitian sudah valid dan reliabel (Triton, 2006).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel bebas (independent variable) adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendorong (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah pemakaian alat kontrasepsi. 1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah realisasi responden untuk memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi sebagai suatu cara atau metode untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan maupun untuk mengakhiri kesuburan. 2. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

61

3.

Pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh tanda tamat belajar.

4.

Jumlah anak adalah banyaknya anak hidup yang dimiliki oleh responden pada saat penelitian.

5.

Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang alat kontrasepsi yang mencakup arti, tujuan/manfaat, jenis alat kontrasepsi, efek samping, jenis alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui dan jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki.

6.

Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan penilaian atau pendapat tentang setuju atau tidak setuju dalam kaitannya dengan keputusan pemakaian alat kontrasepsi yang menyangkut sikap terhadap NKKBS.

7.

Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidak adanya alat kontrasepsi di puskesmas yang dibutuhkan oleh responden sesuai dengan keinginannya.

8.

Keterjangkauan

pelayanan

alat

kontrasepsi

adalah

kemudahan

untuk

mendapatkan akses terhadap pelayanan alat kontrasepsi dilihat dari segi jarak, waktu tempuh dan biaya yang dikeluarkan oleh responden. 9. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi ataupun penjelasan yang lengkap tentang alat kontrasepsi.

62

10. Pengambil keputusan adalah orang yang menentukan responden untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yaitu pemakaian alat kontrasepsi.

3.6. Metode Pengukuran Variabel dependen 1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah responden yang pada saat wawancara memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi, dibagi menjadi 2 kategori: 0. Ya/Pakai alat kontrasepsi 1. Tidak Pakai alat kontrasepsi Skala : Ordinal Variabel independen 1. Umur, dikategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan konsep tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh ibu pada waktu hamil dan bersalin. 0. Risiko rendah : 20-35 tahun 1. Risiko tinggi : < 20 dan > 35 tahun Skala : Ordinal 2. Pendidikan, berdasarkan Program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun

dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu: 0. Tinggi, jika ijazah terakhir minimal Diploma tiga (D3) 1. Menengah, jika ijazah terakhir SLTA/sederajat 2. Dasar, jika ijazah terakhir SLTP/sederajat Skala : Ordinal

63

3. Jumlah anak, dikelompokkan atas 2 kategori berdasarkan tujuan program KB yaitu: 0. 2 orang 1. > 2 orang Skala : Ordinal 4. Pengetahuan Pengetahuan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot (Singarimbun dan Efendy, 1989). Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 8 buah dan responden bisa menjawab lebih dari satu jawaban sesuai dengan pilihan yang telah tersedia. Masing-masing jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban Tidak Tahu diberi nilai 0, sehingga total skor maksimal adalah 31 dan skor minimal 0 (Arikunto, 2006). Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa total skor variabel pengetahuan tidak berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (13,5) yaitu: 0. Tinggi, apabila total skor responden > Median 1. Rendah, apabila total skor responden Median Skala : Ordinal 5. Sikap Diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 5 buah, jika responden menjawab Setuju diberi nilai

64

1 dan jika menjawab Tidak Setuju diberi nilai 0, sehingga nilai minimal adalah 0 dan nilai maksimal 5. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa total skor variabel sikap tidak berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (2) yaitu: 0. Baik, apabila total skor responden > Median 1. Tidak baik, apabila total skor responden Median Skala : Ordinal 6. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah 0. Tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi selalu tersedia dan sesuai dengan keinginan. 1. Tidak tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi tidak selalu tersedia dan tidak sesuai dengan keinginan. Skala : Ordinal 7. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi Jarak : berdasarkan kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan ratarata jarak terdekat (km) dari rumah tangga ke fasilitas umum (BPS, 2007a), maka jarak dikategorikan sebagai berikut: 0. Dekat, jika jarak dari rumah ke puskesmas 2,5 km 1. Jauh, jika jarak dari rumah ke puskesmas > 2,5 km Skala : Ordinal

65

Validasi data jarak dilakukan dengan menggunakan speedometer pada kendaraan sepeda motor. Waktu : jika waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk sampai di sarana kesehatan termasuk jika responden memiliki sarana transportasi (sepeda, sepeda motor, mobil) dan dengan memperhitungkan kondisi jalan yang mayoritas jalan tanah maka waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke sarana kesehatan dikategorikan sebagai berikut: 0. Dekat, jika waktu tempuh tidak lebih dari 30 menit 1. Jauh, jika waktu tempuh lebih dari 30 menit Skala : Ordinal Biaya : jika responden mengatakan tidak mengeluarkan biaya atau mengeluarkan biaya untuk pelayanan yang diterima, maka dikategorikan sebagai berikut: 0. Murah, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut terjangkau 1. Mahal, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut tidak terjangkau Skala : Ordinal 8. Dukungan petugas kesehatan. Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan adalah dengan memberikan skor 1 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 6 buah, sehingga total skor minimal adalah 0 dan skor maksimal 6. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa total

66

skor variabel dukungan petugas kesehatan tidak berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (3) yaitu: 0. Mendukung, apabila total skor responden > Median 1. Tidak mendukung, apabila total skor responden Median Skala : Ordinal 9. Pengambil keputusan dalam keluarga 0. Baik, jika yang mengambil keputusan terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah musyawarah suami dan isteri. 1. Tidak baik, jika yang mengambil keputusan terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah salah satu pihak atau orang lain diluar suami-istri. Skala : Ordinal

3.7. Metode Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi faktor predisposisi, pendukung dan pendorong serta variabel dependen yaitu pemakaian alat kontrasepsi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan istri, jumlah anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan petugas

67

kesehatan dan pengambil keputusan dalam keluarga) dengan variabel dependen (pemakaian alat kontrasepsi) dengan menggunakan uji chi square. 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel independen (faktor predisposisi, pendukung dan pendorong) terhadap variabel dependen (pemakaian alat kontrasepsi) sehingga diketahui variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi

logistik ganda (multiple logistic regression) metode Forward Stepwise (Likelihood Ratio). Syarat untuk masuk ke dalam model pengujian multivariat adalah jika pada analisis bivariat variabel independen memiliki nilai Sig < 0,25.

68

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Rambah Samo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu, dengan batas - batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rambah Hilir dan Kepenuhan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rokan IV Koto Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kepenuhan dan Kunto Darussalam Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rambah Jarak dari ibukota kabupaten 17 km, dengan luas wilayah 249,9 km2 terdiri dari 5 desa, 15 dusun dan 25 Rukun Warga (RW) dengan rincian: Desa Rambah Utama dengan 2 dusun dan 8 RW Desa Rambah Baru dengan 2 dusun dan 4 RW Desa Pasir Makmur dengan 2 dusun dan 4 RW Desa Karya Mulya dengan 6 dusun dan 6 RW Desa Masda Makmur dengan 3 dusun dan 3 RW 4.1.2. Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Rambah Samo Tahun 2007 adalah 11.293 jiwa yang terdiri dari 6.172 jiwa laki-laki dan 5.121 jiwa perempuan dengan tingkat

52

69

kepadatan penduduk 45,19 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Desa Rambah Utama Rambah Baru Pasir Makmur Marga Mulya Masda Makmur Jumlah KK 798 698 658 669 464 3287 Laki-laki 1371 1296 1256 1356 893 6172 Perempuan 1215 1056 1026 1150 674 5121 Jumlah 2586 2352 2282 2505 1567 11293

Sumber : Profil Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada adalah puskesmas yang terletak di desa Rambah Utama dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 22 orang yang terdiri dari dokter umum 1 orang, dokter gigi 1 orang, bidan 3 orang, perawat 5 orang, perawat gigi 1 orang, analis 1 orang, staf administrasi 5 orang. Bidan di desa sebanyak 5 orang dan tinggal di poliklinik bersalin desa (polindes) masing-masing. Setiap hari Rabu bidan di desa tersebut harus hadir di puskesmas untuk membantu pelayanan kesehatan karena pada hari tersebut jumlah pasien biasanya lebih banyak dari hari lainnya disebabkan karena adanya hari pasar yang waktunya seminggu sekali di desa Rambah Utama. Puskesmas tersebut juga didukung oleh 1 (satu) unit puskesmas keliling, 2 (dua) unit sepeda motor yang berfungsi untuk pelayanan rujukan jika diperlukan. Juga telah tersedia seperangkat komputer untuk mempermudah proses administrasi.

70

Seiring dengan perkembangan teknologi daerah ini sekarang telah dapat dijangkau oleh jaringan telepon seluler sehingga lebih mempermudah sistem komunikasi. Selain puskesmas induk, ada juga puskesmas pembantu (pustu) yang terletak di desa Pasir Makmur dan Masda Makmur, tetapi pustu tersebut tidak dioperasionalkan dengan maksimal karena kurangnya petugas kesehatan.

4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian berjumlah 100 orang dan merupakan istri dari PUS yang berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2 dan berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak. Berdasarkan kriteria tersebut didapat bahwa umur istri tidak ada yang < 20 tahun, sedangkan yang berumur 20-35 tahun sebesar 60% dan yang berumur > 35 tahun sebesar 40%. Seluruh responden diberikan pertanyaan yang sama dan dari wawancara diketahui bahwa 28 orang responden sedang memakai alat kontrasepsi dan 72 orang tidak memakai alat kontrasepsi tetapi pernah menggunakan salah satu metode kontrasepsi sehingga mereka tahu tentang alat kontrasepsi. Umur suami dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai tengah (median) yaitu berumur kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun, yang berumur kurang dari 40 tahun sebesar 71% dan yang berumur lebih dari 40 tahun 29%. Pendidikan istri adalah tingkat SD (36%) selanjutnya SMP (30%), SMA (27%), D3 (6%) dan S1 sebesar 1%. Sedangkan pendidikan suami mayoritas SMP (40%)

71

kemudian SD (31%) diikuti tingkat SMA (22%), D3 (4%) dan S1 sebesar 3%. Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden memiliki anak > 2 orang (64%) sedangkan yang memiliki anak 2 orang sebanyak 36%. Mayoritas respoden tidak ikut KB (72%) dan yang ikut KB 28%. Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Pil (39,28%), Suntik (25%), Spiral (21,43%) dan Implant (14,29%). Alasan responden belum ikut KB karena masih ingin punya anak (67%), masih ingin punya anak laki-laki (18%), ingin punya anak perempuan (5%), dilarang suami (7%) dan karena alasan kesehatan (3%). Rata-rata jarak kelahiran anak dihitung dari nilai median dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu <56 bulan dan 56 bulan, jarak kelahiran <56 bulan sebanyak 39% dan 56 bulan sebanyak 61%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Karakteristik Umur istri (tahun) < 20 20-35 >35 Pendidikan istri SD SMP SMA D3 S1 Umur suami (tahun) <40 40 f 0 60 40 36 30 27 6 1 71 29 Persentase (%) 0,00 60,00 40,00 36,00 30,00 27,00 6,00 1,00 71,00 29,00

72

Lanjutan Tabel 4.2. Karakteristik Pendidikan Suami SD SMP SMA D3 S1 Jumlah Anak 2 orang > 2 orang Peserta KB Ya Tidak Alat Kontrasepsi yang digunakan (n = 28) Spiral Implant Suntik Pil Kondom MOP/MOW Alasan belum ikut KB (n = 72) Masih ingin punya anak Ingin punya anak laki-laki Ingin punya anak perempuan Dilarang suami Alasan Kesehatan Rata-rata Jarak Kelahiran <56 bulan 56 bulan f 31 40 22 4 3 46 54 28 72 6 4 7 11 0 0 48 13 4 5 2 39 61 Persentase (%) 31,00 40,00 22,00 4,00 3,00 46,00 54,00 28,00 72,00 21,43 14,29 25,00 39,28 0,00 0,00 66,67 18,06 5,55 6,94 2,78 39,00 61,00

4.2.2. Pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mendapat informasi dari PPLKB/PLKB, 66% dari klinik KB/puskesmas, 36% dari dokter/bidan praktek swasta, 23% dari surat kabar/majalah, 14% dari radio/televisi dan 13% dari suami/orangtua/mertua. Seluruh responden menjawab pengertian KB yaitu suatu

73

usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, 63% menjawab sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengaturan kelahiran dan 30% sebagai suatu cara yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi jumlah anak (idealnya adalah 2 anak). Seluruh responden menjawab tujuan KB sebagai usaha membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak (64%), penundaan/penjarangan kelahiran (39%) dan pembatasan kelahiran (22%). Semua responden menyebutkan manfaat pemakaian alat kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan, untuk mengatur jarak kehamilan (59%) dan untuk mengakhiri kesuburan (27%). Seluruh responden mengetahui jenis alat kontrasepsi spiral/IUD, Implant/Susuk (67%), Suntik (41%), Pil (18%), Kondom (13%) dan Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW) sebanyak 11%. Seluruh responden menyebutkan efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi adalah rasa nyeri/mules, kelainan haid/perdarahan/bercak darah (58%), mual/muntah/pusing (35%), infeksi atau keputihan (17%) dan perubahan berat badan/gemuk (13%). Semua responden menjawab alat kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu menyusui adalah pil dan jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki kondom. Secara rinci indikator pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

74

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Indikator Pengetahuan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Pengetahuan Sumber informasi tentang KB/alat kontrasepsi Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) Puskesmas Dokter/Bidan Praktek Swasta Surat kabar/Majalah Radio/Televisi Suami/Orangtua/mertua Tidak tahu Pengertian KB adalah Suatu usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengaturan kelahiran. Suatu cara yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi jumlah anak (idealnya adalah 2 anak) Tidak tahu Tujuan KB adalah Membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak Penundaan/penjarangan kelahiran Pembatasan kelahiran Tidak tahu Manfaat pemakaian alat kontrasepsi adalah Untuk mencegah terjadinya kehamilan Untuk mengatur jarak kehamilan Untuk mengakhiri kesuburan Tidak tahu Jenis alat kontrasepsi apa saja yang diketahui Spiral/IUD Implant/Susuk Suntik Pil Kondom Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW) Tidak tahu f 100 66 36 23 14 13 0 Persentase (%) 100,00 66,00 36,00 23,00 14,00 13,00 0,00

100 63 30 0 100 64 39 22 0 100 59 27 0 100 67 41 18 13 11 0

100,00 63,00 30,00 0,00 100,00 64,00 39,00 22,00 0,00 100,00 59,00 27,00 0,00 100,00 67,00 41,00 18,00 13,00 11,00 0,00

75

Lanjutan Tabel 4.3. Indikator Pengetahuan Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi Rasa nyeri/mules Kelainan haid/perdarahan/bercak darah Mual/muntah/pusing Infeksi/Keputihan Perubahan berat badan/gemuk Tidak tahu Alat kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu menyusui adalah Pil Suntik Tidak tahu Jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki adalah Kondom MOP/Tubektomi Tidak tahu f Persentase (%) 100,00 58,00 35,00 17,00 13,00 0,00 100,00 39,00 0,00 100,00 36,00 0,00

100 58 35 17 13 0 100 39 0 100 36 0

4.2.3. Sikap Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% responden setuju manfaat KB untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, 52% setuju KB bertujuan untuk merencanakan keluarga kecil, bahagia dan berkualitas, 58% setuju pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk menunda kehamilan dan menjarangkan kelahiran. Sebanyak 58% responden tidak setuju mempunyai anak yang banyak tidak akan membawa rezeki yang banyak dan 55% responden tidak setuju anak laki-laki nilainya sama dengan anak perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

76

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Indikator Sikap di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Sikap Manfaat KB adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak KB bertujuan untuk merencanakan keluarga kecil, bahagia dan berkualitas Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk menunda kehamilan dan menjarangkan kelahiran Mempunyai anak yang banyak tidak akan membawa rezeki yang banyak. Anak laki-laki nilainya sama dengan anak perempuan Tidak Setuju n % 43 43,00 48 42 48,00 42,00 Setuju n % 57 57,00 52 58 52,00 58,00

58 55

58,00 55,00

42 45

42,00 45,00

4.2.4. Ketersediaan Alat Kontrasepsi Berdasarkan ketersediaan alat kontrasepsi, 57% responden mengatakan alat kontrasepsi selalu tersedia di puskesmas dan 51% mengatakan alat kontrasepsi yang diinginkan selalu tersedia. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi Alat kontrasepsi selalu tersedia di puskesmas Jenis alat kontrasepsi yang diinginkan selalu tersedia di puskesmas Ya n 57 51 % 57,00 51,00 Tidak n % 43 43,00 49 49,00

Responden menjawab jika alat kontrasepsi tidak tersedia di puskesmas maka 33% mendapatkannya di klinik swasta, 58% di praktek dokter/bidan dan 9% di apotek, seperti data pada tabel berikut:

77

Tabel 4.6. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Klinik swasta Praktek Dokter/Bidan Apotek f 33 58 9 % 33,00 58,00 9,00

Jika dirinci lebih lanjut berdasarkan jumlah responden yang ikut KB yaitu sebanyak 28 orang, mereka menjawab bahwa mereka mendapatkan alat kontrasepsi di klinik swasta sebanyak 42,86%, praktek dokter/bidan sebanyak 39,28% dan di apotek sebanyak 17,86%. Lebih lanjut dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.7. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut KB di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Klinik swasta Praktek Dokter/Bidan Apotek f 12 11 5 % 42,86 39,28 17,86

4.2.5. Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi Responden yang menjawab jarak rumah ke puskesmas <2,5 km sebanyak 43% dan 57% mengatakan lebih dari 2,5 km. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke puskesmas 55% mengatakan <30 menit dan 45% mengatakan >30 menit. Responden yang mengatakan mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB sebanyak 95% dan tidak mengeluarkan biaya sebanyak 5%. sedangkan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

78

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Keterjangkauan Jarak rumah ke puskesmas Waktu yang dibutuhkan ke puskesmas Mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB Dekat / Ya Jauh / Tidak n % n % 43 43,00 57 57,00 55 55,00 45 45,00 95 905,0 5 5,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai puskesmas 47% responden menjawab dengan berjalan kaki, 33% menggunakan sepeda dan 20% menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9. Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Jenis Alat Transportasi Jalan Kaki Sepeda Sepeda Motor f 47 33 20 Persentase (%) 47,00 33,00 20,00

4.2.6. Dukungan Petugas Kesehatan Dukungan petugas dalam indikator ini adalah perawat dan bidan yang bekerja di poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA/KB) puskesmas dan bertugas dalam pelayanan kesehatan resproduksi ibu dan remaja termasuk pelayanan KB pada PUS. Berdasarkan indikator dukungan petugas kesehatan, 71% responden mengatakan petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB dan alat kontrasepsi, 73% mengatakan petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB atau

79

menggunakan kontrasepsi, 55% mengatakan petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek sampingnya. Responden yang mengatakan petugas kesehatan memberi kesempatan atau kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi sebanyak 58%, 52% mengatakan petugas kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin dan 61% responden mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan memuaskan. Data selengkapnya seperti pada tabel berikut: Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Dukungan Petugas Kesehatan Petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB dan alat kontrasepsi Petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB atau menggunakan kontrasepsi Petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek sampingnya Petugas kesehatan memberi kesempatan atau kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi Petugas kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan memuaskan Ya n 71 73 55 % 71,00 73,00 55,00 n 29 27 45 Tidak % 29,00 27,00 45,00

58 52 61

58,00 52,00 61,00

42 48 39

42,00 48,00 39,00

Responden menjawab pelayanan yang tidak puas karena petugas kurang ramah (47%), petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang diharapkan (52%) dan alat/fasilitas tidak lengkap (1%). Secara rinci dapat dilihat seperti tabel berikut:

80

Tabel 4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Alasan Tidak Puas Petugas kurang ramah Petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang diharapkan Alat/fasilitas tidak lengkap Biaya terlalu mahal 4.2.7. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga Berdasarkan pengambil keputusan dalam keluarga terhadap pemakaian alat kontrasepsi, 51% responden menjawab suami, 13% menjawab istri dan 36% menjawab musyawarah suami-istri. Data selengkapnya sebagai berikut: Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Pengambil Keputusan dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Pengambil Keputusan Suami Istri Musyawarah Suami dan Istri f 51 13 36 Persentase (%) 51,00 13,00 36,00 f 47 52 1 0 Persentase (%) 47,00 52,00 1,00 0,00

Lebih lanjut jika dirinci berdasarkan responden yang ikut KB yaitu sebanyak 28 orang, maka dapat dilihat bahwa pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami sebanyak 42,86%, istri sebanyak 39,28% dan musyawarah suami dan istri sebanyak 17,86%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 4.13. Distribusi Responden yang Ikut KB Menurut Pengambil Keputusan dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Indikator Pengambil Keputusan Suami Istri Musyawarah Suami dan Istri f 12 11 5 Persentase (%) 42,86 39,28 17,86

81

4.2.8. Faktor Predisposisi Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa penggolongan umur responden 40% umur risiko tinggi dan 60% umur risiko rendah. Pendidikan responden 66% adalah pendidikan dasar, 27% pendidikan menengah dan 7% responden dengan pendidikan tinggi. Berdasarkan kategori jumlah anak, 64% memiliki anak > 2 orang dan 36% memiliki anak 2 orang. Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah berdasarkan nilai median. Setelah dihitung didapat nilai mediannya 13,5 sehingga 47% responden kategori tinggi dan 53% kategori rendah. Sikap responden juga dikategorikan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik berdasarkan nilai median. Dari perhitungan diperoleh nilai median adalah 2 maka 36% adalah kategori baik dan 64% kategori tidak baik. Secara rinci faktor predisposisi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

82

Tabel 4.14. Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Faktor Predisposisi Umur Risiko rendah Risiko tinggi Pendidikan Isteri Tinggi Menengah Dasar Jumlah Anak 2 orang > 2 orang Pengetahuan Tinggi Rendah Sikap Baik Tidak Baik 60 40 7 27 66 46 54 47 53 36 64 60,00 40,00 7,00 27,00 66,00 46,00 54,00 47,00 53,00 36,00 64,00 f Persentase (%)

4.2.9. Faktor Pendukung Tabel 4.13. menunjukkan bahwa yang menyatakan alat kontrasepsi tersedia 48% dan tidak tersedia sebanyak 52%. Berdasarkan jarak ke puskesmas 29% kategori dekat dan 71% kategori jauh. Waktu tempuh 63% kategori dekat dan 37% kategori jauh. Sedangkan berdasarkan biaya yang dikeluarkan 47% mengatakan murah dan 53% mengatakan mahal. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

83

Tabel 4.15. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendukung di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Faktor Pendukung Ketersediaan Alat kontrasepsi Tersedia Tidak tersedia Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi - Jarak Dekat (2,5 km) Jauh (> 2,5 km) - Waktu Dekat ( 30 menit) Jauh (> 30 menit) Murah - Biaya Mahal 4.2.10. Faktor Pendorong Dukungan petugas kesehatan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai median yaitu mendukung dan tidak mendukung. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai median 3, sehingga berdasarkan kategori yang telah ditentukan tersebut diperoleh bahwa 48% responden menyatakan petugas kesehatan mendukung dalam hal pemakaian alat kontrasepsi dan 52% menyatakan tidak mendukung. Responden yang menyatakan bahwa pengambil keputusan untuk pemakaian alat kontrasepsi dengan kategori baik sebanyak 38% dan tidak baik 62%. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: f 48 52 29 71 63 37 47 53 Persentase (%) 48,00 52,00 29,00 71,00 63,00 37,00 47,00 53,00

84

Tabel 4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Faktor Pendorong Dukungan Petugas Kesehatan Mendukung Tidak Mendukung Pengambil Keputusan Musyawarah Suami dan istri Selain suami dan istri f 48 52 38 62 Persentase (%) 48,00 52,00 38,00 62,00

4.3. Analisis Bivariat Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen (faktor predisposisi, pendukung dan pendorong) dengan dependen (pemakaian alat kontrasepsi) dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut dilakukan uji statistik dengan uji chi-square. 4.3.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap) dengan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan umur risiko tinggi yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,0% dan yang tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 85,0% sedangkan umur risiko rendah yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 36,7% dan yang tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 63,3%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan umur dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig = 0,033).

85

Berdasarkan pendidikan, responden dengan pendidikan tinggi yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 57,1% dan tidak memakai sebanyak 42,9%, responden dengan pendidikan menengah memakai alat kontrasepsi sebanyak 40,7% dan tidak memakai sebanyak 59,3%. Sedangkan pendidikan dasar yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 19,7% dan tidak memakai 80,3%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,025). Responden yang memiliki anak > 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 38,9% dan tidak memakai sebanyak 61,1% sedangkan yang memiliki anak 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,2% dan tidak memakai 84,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,016). Responden dengan pengetahuan tinggi yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 46,8% dan tidak memakai sebanyak 53,2% sedangkan responden dengan pengetahuan rendah memakai alat kontrasepsi sebanyak 11,3% dan tidak memakai sebanyak 88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,000) Responden dengan sikap yang baik memakai alat kontrasepsi sebanyak 50,0% dan tidak memakai sebanyak 50,0% sedangkan sikap yang tidak baik memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,6% dan tidak memakai sebanyak 84,4%. Hasil uji statistik

86

menunjukkan ada hubungan sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,001). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.17. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Pemakaian Alat Kontrasepsi Ya Tidak n % n % 22 6 4 11 13 7 21 22 6 18 10 36,70 15,00 57,10 40,70 19,70 15,20 38,90 46,80 11,30 50,00 15,60 38 34 3 16 53 39 33 25 47 18 54 63,30 85,00 42,50 59,30 80,30 84,80 61,10 53,20 88,70 50,00 84,40 Total n 60 40 7 27 66 46 54 47 53 36 64 % 100,00 100,00 0,030 100,00 100,00 100,00 0,016 100,00 100,00 0,000 100,00 100,00 0,001 100,00 100,00 Sig 0,033

Faktor Predisposisi Umur Risiko rendah Risiko tinggi Pendidikan Tinggi Menengah Dasar Jumlah anak 2 orang >2 orang Pengetahuan Tinggi Rendah Sikap Baik Tidak baik

4.3.2. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dengan pemakaian alat kontrasepsi. Variabel keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi diukur berdasarkan 3 (tiga) sub variabel yaitu jarak rumah ke puskesmas, waktu tempuh dan biaya. Hasil tabulasi silang pada Tabel 4.16. menunjukkan bahwa responden yang mengatakan alat kontrasepsi tersedia dan memakai alat kontrasepsi sebanyak 52,1%

87

dan tidak memakai sebanyak 47,9%. Sedangkan responden yang mengatakan alat kontrasepsi tidak tersedia tetapi memakai alat kontrasepsi sebanyak 5,8% dan tidak memakai sebanyak 94,2%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan ketersediaan alat kontrasepsi dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,000). Responden yang jarak rumah dekat dan memakai alat kontrasepsi sebanyak 10,3% dan tidak memakai 89,7%. Responden dengan kategori jauh memakai alat kontrasepsi sebanyak 35,2% dan tidak memakai sebanyak 64,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak rumah dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,023). Berdasarkan waktu tempuh, responden dengan kategori dekat memakai alat kontrasepsi sebanyak 36,5% dan tidak memakai 63,5%. Responden dengan kategori jauh memakai alat kontrasepsi sebanyak 13,5% dan tidak memakai 86,5%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan waktu tempuh dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,025). Untuk biaya yang dikeluarkan, responden dengan kategori murah memakai alat kontrasepsi sebanyak 46,8% dan tidak memakai 53,2%. Sedangkan kategori mahal yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 11,3% dan tidak memakai sebanyak 88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan biaya yang dikeluarkan dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,000). Data selengkapnya sebagai berikut:

88

Tabel 4.18. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Pemakaian Alat Kontrasepsi Ya Tidak n % n % 25 3 52,10 5,80 23 49 47,90 94,20 Total Sig n 48 52 % 0,000 100,00 100,00 0,023 3 25 23 5 22 6 10,30 35,20 36,50 13,50 46,80 11,30 26 46 40 32 25 47 89,70 64,80 63,50 86,50 53,20 88,70 29 71 63 37 47 53 100,00 100,00 0,025 100,00 100,00 0,000 Murah Mahal 100,00 100,00

Faktor Pendukung Ketersediaan Tersedia Tidak tersedia Keterjangkauan - Jarak Dekat (2,5 km) Jauh (> 2,5 km) - Waktu Dekat ( 30 menit) Jauh (> 30 menit) - Biaya

4.3.3. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan pengambil keputusan) dengan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil tabulasi silang pada Tabel 4.18. menunjukkan bahwa responden yang mengatakan petugas kesehatan mendukung dan memakai alat kontrasepsi sebanyak 43,8% dan tidak memakai sebanyak 56,3%. Sedangkan responden yang mengatakan petugas kesehatan tidak mendukung tetapi memakai alat kontrasepsi sebanyak 13,5% dan tidak memakai sebanyak 86,5%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig = 0,002).

89

Berdasarkan pengambil keputusan dalam keluarga, responden dengan kategori baik yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 26,3% dan tidak memakai sebanyak 73,7%. Sedangkan responden dengan kategori tidak baik yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 29,0% dan tidak memakai sebanyak 72,0%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan pengambil keputusan dalam keluarga dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,949). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Pemakaian Alat Kontrasepsi Ya Tidak n % n % 21 7 10 18 43,80 13,50 26,30 29,00 27 45 28 44 56,30 86,50 73,70 71,00 Total Sig n 48 52 38 62 % 0,002 100,00 100,00 0,949 100,00 100,00

Faktor Pendorong Dukungan petugas Kesehatan Mendukung Tidak mendukung Pengambil keputusan Baik (suami dan istri) Tidak Baik (selain suami dan istri)

4.4. Analisis Multivariat Berdasarkan analisis bivariat diperoleh bahwa variabel umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi, jarak, waktu tempuh, biaya dan dukungan petugas kesehatan memenuhi syarat untuk masuk ke dalam model pengujian multivariat (Sig<0,25). Berikutnya adalah pemilihan model yang dilakukan secara hierarkis dengan cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang Signifikan

90

(>0,05) dimasukkan ke dalam model secara bertahap (Forward Stepwise). Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Variabel Penelitian Jumlah anak Pengetahuan Sikap Ketersediaan alat kontrasepsi Dukungan Petugas Kesehatan B -2,135 1,817 1,448 3,112 2,245 Exp (B) 0,118 6,151 4,253 22,457 9,442 Sig 0,008 0,014 0,041 0,001 0,005 CI 95% 0,024-0,575 1,454-26,025 1,063-17,014 3,893-129,551 2,005-44,459

Hasil tabel di atas merupakan akhir analisis multivariat uji regresi logistik ganda karena jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi dan dukungan petugas kesehatan telah memiliki nilai < 0,05, artinya variabel tersebut tidak dikeluarkan dari model dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan nilai Koefisien B yang tertinggi adalah variabel ketersediaan alat kontrasepsi yaitu 3,112. Ini menunjukkan variabel tersebut merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai Exp (B) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika alat kontrasepsi tersedia maka peluang responden untuk memakai alat kontrasepsi 22 kali dibandingkan jika alat kontrasepsi tidak tersedia setelah dikontrol oleh variabel jumlah anak, pengetahuan, sikap dan dukungan petugas kesehatan (95% CI: 3,893129,551).

91

Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 91% yang artinya variabel jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi dan dukungan petugas kesehatan bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pemakaian alat kontrasepsi sebesar 91%, sedangkan sisanya sebesar 9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (seperti faktor umur, pendidikan, jarak, waktu tempuh, biaya, pekerjaan, pengambil keputusan dalam keluarga dan lain-lain).

92

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap. 1. Pengaruh umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan kategori umur risiko tinggi 40% dan kategori risiko rendah 60%. Dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa responden dengan umur risiko tinggi yang tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 85% dan yang memakai 15%. Hasil uji chi square memperlihatkan bahwa ada hubungan umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,033), sedangkan pada hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda (Notoatmodjo, 1993). Pada penelitian ini umur tidak berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi karena responden pada kategori umur risiko tinggi justru banyak yang tidak memakai alat kontrasepsi. Umur yang semakin meningkat tidak menjadi alasan utama responden untuk memakai alat kontrasepsi, tetapi lebih mengutamakan banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Jika jumlah anak telah dirasa

76

93

cukup, maka responden akan mengusahakan dengan sungguh-sungguh untuk memakai alat kontrasepsi Hasil tabulasi silang antara kategori umur dengan jumlah anak didapat bahwa umur dengan risiko tinggi yang memiliki anak > 2 orang sebesar 47,5% dan yang memiliki anak 2 orang sebesar 52,5%. Sedangkan umur dengan kategori risiko rendah yang memiliki anak > 2 orang sebesar 38,4% dan yang memiliki anak 2 76 orang sebesar 21,6%. Jawaban yang diberikan oleh responden mayoritas mengatakan masih ingin punya anak, ingin punya anak laki-laki, ingin punya anak perempuan, dilarang suami dan alasan kesehatan. Alasan inilah yang mengakibatkan responden tidak memakai alat kontrasepsi. Analisa BKKBN tentang SDKI 2002/2003 mengatakan bahwa umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan, sehingga berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Faktor umur sangat berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang kelak berhubungan pula dengan kesehatan ibu. Umur juga berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, makin tua umur istri maka pemilihan alat kontrasepsi ke arah alat yang mempunyai efektifitas lebih tinggi yakni metode kontrasepsi jangka panjang. Kontrasepsi rasional harus mempertimbangkan umur akseptor, bila umur lebih dari 35 tahun, maka lebih efektif menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 1999).

94

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hasibuan (2001) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap pemakaian metoda kontrasepsi (Sig=0,012). 2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan kategori pendidikan dasar 66% dan 80,3% tidak memakai kontrasepsi. Hasil uji chi square memperlihatkan ada hubungan pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,030), sedangkan hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi seorang pribadi dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya (Gerungan, 1986). Dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa peningkatan pendidikan tidak diikuti dengan peningkatan pemakaian alat kontrasepsi atau dengan kata lain makin tinggi tingkat pendidikan, pemakaian alat kontrasepsinya makin menurun. Demikian juga sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan, responden yang tidak memakai alat kontrasepsi makin meningkat. Pada penelitian ini didapat bahwa 71% pendidikan suami adalah pendidikan dasar, 22% menengah dan 7% tinggi, tingkat pendidikan suami yang mayoritas

95

tingkat dasar tersebut diperkirakan menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi. Selain tingkat pendidikan yang masih rendah, pemakaian alat kontrasepsi ini juga dihubungkan dengan alasan responden yang masih menginginkan anak atau jenis kelamin tertentu seperti telah diuraikan diatas sehingga meskipun telah memiliki anak 2 orang responden belum memakai alat kontrasepsi. 3. Pengaruh Jumlah Anak terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh jumlah anak terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,008), artinya makin banyak anak yang dimiliki oleh responden akan diikuti dengan peningkatan pemakaian alat kontrasepsi. Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Sedangkan jumlah anak > 2 orang menunjukkan bahwa respons terhadap pelayanan KB dan kontrasepsi belum baik. Istilah dua anak saja belum menjadi tujuan pokok dalam keluarga. Tujuan normatif program KB adalah untuk menciptakan NKKBS, maka diharapkan keluarga sudah harus mampu membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur

96

kelahiran anak supaya diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Jawaban yang diberikan oleh responden tentang alasan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah 48% mengatakan masih ingin punya anak, ingin punya anak laki-laki 13%, ingin punya anak perempuan 4%, dilarang suami 5% dan alasan kesehatan 2%. Hal ini menunjukkan bahwa 2 orang anak masih dianggap kurang atau belum cukup. Masyarakat di daerah penelitian pada umumnya bekerja di sektor pertanian dan perkebunan yang memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja untuk mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap banyaknya jumlah anak yang dimiliki, anak merupakan sumber daya yang diharapkan dapat membantu orangtua dalam bekerja dan berusaha. Menurut Hatmadji (2004) yang mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat dari dua segi kegunaannya yaitu (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di

97

masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. 4. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,014). Hasil ini

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan pemakaian alat kontrasepsi, artinya bahwa semakin rendah pengetahuan responden maka pemakaian alat kontrasepsi juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden tinggi maka pemakaian alat kontrasepsi juga akan meningkat. Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa tindakan seorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih langgeng dan bertahan apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang kuat.

98

Penelitian Prihastuti (2005) menunjukkan bahwa informasi yang diberikan petugas kepada akseptor tentang metode KB-nya masih kurang memadai, sehingga akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah yang berdampak pada rendahnya pemanfaatan pelayanan KB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meutia (1997) yang mengatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi Implant (Sig=0,001). Juga sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri LIMAS (Sig=0,001). Pengetahuan responden yang rendah berhubungan juga dengan tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu mayoritas berada pada ketegori pendidikan dasar, demikian juga dengan pendidikan suami. Pendidikan yang rendah akan berhubungan dengan pengetahuan yang rendah pula, karena responden tidak mendapatkan pendidikan yang memadai untuk menambah wawasan mereka tentang alat kontrasepsi. Pada umumnya responden dianggap sebagai pasien saja tanpa dibekali dengan pendidikan yang baik tentang KB dan kesehatan reproduksi (KR). Hal lain yang mempengaruhi adalah petugas PLKB yang tidak ada lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Pada awal program, para PLKB inilah sebagai garda depan dalam menyukseskan program KB, setelah desentralisasi PLKB tidak dapat lagi melaksanakan tugas seperti dulu karena telah dilebur dengan lembaga lain. Dari

99

penelitian terlihat bahwa 100% responden mengetahui KB dan alat kontrasepsi dari PLKB tetapi sekarang hal itu tidak ada lagi akibatnya responden tidak mendapatkan informasi yang mereka harapkan. 5. Pengaruh Sikap terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh sikap terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,041). Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerimaan terhadap tujuan yang ditawarkan dalam program KB, manfaat dan juga kegunaan pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap responden yang belum baik juga diikuti dengan pemakaian alat kontrasepsi yang masih rendah. Artinya bahwa ketika responden memberi penilaian yang kurang baik terhadap program KB dan pemakaian alat kontrassepsi, maka dia juga akan memberi tindakan atau tanggapan yang negatif pula yaitu dengan tidak menggunakannya atau memakainya. Sikap responden yang mayoritas tidak baik berhubungan pula dengan pendidikan yang lebih banyak pada kategori pendidikan dasar dan tingkat pengetahuan yang juga mayoritas pada kategori rendah, sehingga berpengaruh terhadap pola pikir dan bertindak termasuk dalam pemakaian alat kotrasepsi. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian

100

alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta kesediaannya mendatangi tempat pelayanan, fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan bahwa diperoleh hubungan yang bermakna antara sikap dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri LIMAS (Sig=0,000).

5.2. Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi. 1. Pengaruh Ketersediaan Alat Kontrasepsi terhadap Pemakaian Alat Kontasepsi Uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,001). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pemakaian atau pemanfaatan alat kontrasepsi berbanding lurus dengan ketersediaan alat

kontrasepsinya. Jika alat kontrasepsi tersedia maka akan diikuti dengan pemakaian yang meningkat, demikian pula jika alat kontrasepsi tidak tersedia maka responden yang tidak memakai juga akan meningkat. Menurut Manuaba (1998), faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan

101

kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa. Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat. Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari puskesmas Rambah Samo ternyata tidak semua jenis/metode kontrasepsi tersedia. Implant dan IUD tidak tersedia karena harganya yang cukup mahal, dan kalaupun ada pembagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlahnya sangat sedikit dan biasanya diberikan jika ada acara-acara tertentu yang berhubungan dengan KB dan kesehatan. Sedangkan Suntik KB kadang tidak tersedia sehingga akseptor KB mendapatkannya di praktek dokter atau bidan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap responden didapat bahwa responden yang memakai kontrasepsi pada umumnya menggunakan metode kontrasepsi pil (39%) dan suntik (25%) yang harganya tergolong murah. Suntik dan

102

pil biasanya mereka dapatkan di puskesmas dengan mengeluarkan biaya rata-rata Rp. 15.000,- untuk sekali suntik dan untuk pil bisa mereka dapatkan secara gratis atau membayar sebanyak Rp. 5.000,-. Harga ini tergolong murah jika mereka harus menggunakan alat kontrasepsi spiral atau implant yang harganya tergolong mahal dan mereka harus mengeluarkan dana rata-rata Rp. 200.000,- sampai Rp. 300.000,-. Meskipun secara nominal harga ini tergolong mahal tetapi jika dihitung dengan manfaat pemakaian jangka waktu yang lama maka sebenarnya metode ini lebih murah, tetapi karena responden harus mengeluarkan biaya sekaligus maka nilai tersebut terasa mahal. Berbeda dengan suntik dan pil yang bisa mereka dapatkan dengan harga murah meskipun dengan pemakaian jangka waktu yang relatif pendek (sekali tiap bulan atau tiga bulan) untuk suntik dan harus diminum setiap hari untuk pil. Menurut Kartono dalam Hutauruk (2006), PUS tidak memanfaatkan pelayanan KB karena penyedia pelayanan KB tidak menyediakan semua metode kontrasepsi. Petugas cenderung memprioritaskan dan membatasi suatu metode tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini akan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan KB. Ketersediaan ini juga berkaitan dengan struktur organisasi pada lembaga BKKBN yang berubah setelah orde baru. Jika dahulu masalah alat kontrasepsi ditangani oleh BKKBN sekarang hal tersebut sudah berubah. Sejak BKKBN dilebur

103

dan digabung dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan maka kegiatan BKKBN menjadi tidak berjalan. Pengadaan alat kontrasepsi menjadi terhenti, hanya menunggu pengadaan dari BKKBN pusat. Untuk pengadaan di Dinas Kesehatan sendiri juga mengalami kendala karena terbentur dengan masalah biaya yang terbatas dan lebih banyak diprioritaskan pada pengadaan obat-obatan dan vaksin. Selain itu terjadi pula lempar tanggung jawab, karena kedua belah pihak merasa bahwa masalah alat kontrasepsi bukan urusannya dan lebih memprioritaskan pada program-program yang pokok. Hal inilah yang mengakibatkan akseptor susah untuk mendapatkan alat kontrasepsi. Kurangnya advokasi kepada legislatif dan eksekutif juga merupakan hal yang mengakibatkan rendahnya dana yang dialokasikan untuk pengadaan alat kontrasepsi. Tidak semua anggota legislatif yang concern pada masalah tersebut dan menganggap bahwa program KB merupakan urusan keluarga, padahal kesehatan merupakan hak semua orang dan pemerintah seharusnya menjaminnya (Prihastuti, 2005). Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 2005 Pemerintah melaksanakan mekanisme asuransi kesehatan yang dikenal dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Askeskin). Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pada tahun 2008 dinamakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Ruang lingkup Program Jamkesmas pada tahun 2008 diutamakan pada upaya pelayanan kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) bagi

104

peserta Jamkesmas, disamping upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas pada upaya pencegahan yang bersifat sekunder. Pelayanan KB termasuk dalam pelayanan rawat jalan tingkat primer, namun alat kontrasepsi disediakan oleh BKKBN. Hal ini mengakibatkan cakupan pelayanan alat kontrasepsi menjadi tidak satu kesatuan karena terkendala pada pengadaan alat kontrasepsi yang disediakan oleh BKKBN. Kendala inilah yang harus segera diatasi masyarakat menjadi mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi yang sebenarnya bisa mereka dapatkan secara gratis. Untuk penduduk miskin biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian alat kontrasepsi tersebut tentu juga memberatkan selain juga mereka harus mengeluarkan biaya untuk hidup sehari-hari. Oleh karena itulah diharapkan pemerintah pusat khususnya pemerintah daerah memberi perhatian khusus dalam hal ini, sehingga dapat memberi solusi untuk dapat membantu atau meringankan beban penduduk miskin dengan tetap memberi pelayanan kesehatan KB dan kontrasepsi dengan gratis. Dengan pelayanan tersebut diharapkan akseptor KB yang sedang memakai alat kontrasepsi tidak menjadi drop out karena putus pakai. Hal ini diungkapkan oleh Herlianto (2008) yang mangatakan bahwa ditengah otonomi daerah akseptor KB sulit untuk memanfaatkan pelayanan KB karena keterbatasan biaya untuk memperoleh alat/metode KB dan mengakibatkan terjadinya drop out karena akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam safari KB seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

105

Menurut Rochmah dalam Hutauruk (2005), yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor organisasional yaitu ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan sulit atau mudahnya penggunaannya. Hasil penelitian Hutauruk (2006) juga mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan KB dengan utilisasi pelayanan KB (Sig=0,000). 2. Pengaruh Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi terhadap Pemakaian Alat Kontasepsi Keterjangkauan pelayanan dalam hal ini dilihat dari 3 (tiga) kategori yaitu dari segi jarak, waktu tempuh dan biaya. Masing-masing sub variabel tersebut setelah diuji dengan uji chi-square menunjukkan hubungan yang Signifikan dengan pemakaian alat kontrasepsi, sehingga dapat dikatakan bahwa jarak, waktu tempuh dan biaya berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil ini menunjukkan bahwa jauh dekatnya jarak di lokasi penelitian akan mempengaruhi mereka dalam pemanfaatan pelayanan. Jika mereka membutuhkan pelayanan maka seharusnya mereka tidak akan memperhitungkan jarak dan kondisi jalan. Jarak bukanlah sesuatu hal yang dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan alat kontrasepsi. Hal ini dapat dilihat dari responden yang jarak rumahnya dekat tetapi 89,7% tidak memakai alat kontrasepsi, sedangkan responden yang jarak rumahnya jauh dan

106

tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 64,8%. Dari kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa jarak bukan suatu hal yang dapat menyebabkan responden menjadi terganggu untuk mendapatkan alat kontrasepsi. Jika mereka membutuhkan alat kontrasepsi tersebut maka mereka tidak akan mempermasalahkan jarak ke puskesmas. Meskipun sebenarnya jarak merupakan suatu kondisi yang menghambat seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Menurut Depkes RI (2007), pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografis, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan. Ini adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh. Fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada belum digunakan dengan efisien oleh masyarakat karena lokasi pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam radius masyarakat banyak dan lebih banyak berpusat di kota-kota dan lokasi sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan. Menurut Rafael dalam Hutauruk (2005), faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan seperti jarak tempuh dan waktu yang terbuang untuk pergi ke fasilitas, biaya, kendala, sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan modern, atau keramahan petugas

107

pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan yang tidak strategis atau sangat sulit dicapai menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rumah reponden 29% dekat dengan puskesmas, dapat ditempuh dalam waktu 30 menit (63%) dengan berjalan kaki (47%), menggunakan sepeda (33%) ataupun sepeda motor (30%). Sedangkan dari segi biaya 95% responden mengeluarkan biaya untuk mendapatkan alat kontrasepsi dengan harga yang bervariasi sesuai dengan pilihan metode kontrasepsi. Keterjangkauan dari segi biaya pada umumnya banyak berhubungan dengan ketersediaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Keterjangkauan dari segi biaya berhubungan dengan tersedia atau tidak tersedianya alat kontrasepsi tersebut. Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berprofesi sebagai petani sehingga dilihar dari segi ekonomi mereka berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan mereka untuk membayar atau membeli barang dan jasa termasuk untuk membeli alat kontrasepsi. Mereka dihadapkan pada terbatasnya pilihan yang ada dan sesuai dengan

108

kondisi keuangan, sehingga mayoritas pilihannya adalah metode kontrasepsi pil dan suntik yang dari segi biaya tergolong murah meskipun jangka waktu pemakaiannya singkat.

5.3. Faktor Pendorong Faktor pendorong dalam penelitian ini adalah dukungan petugas kesehatan dan pengambil keputusan dalam keluarga. 1. Pengaruh Kontasepsi Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengatakan petugas kesehatan tidak mendukung dan mereka tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 86,5%, sedangkan petugas kesehatan mendukung dan mereka memakai alat kontrasepsi sebanyak 43,8%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,005). Petugas kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah bidan atau perawat yang bertugas di klinik kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana (KIA/KB). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Pemakaian Alat

109

maupun anjuran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemakaian alat kontrasepsi. Kecamatan Rambah Samo sendiri telah mempunyai polindes di tiap-tiap desa, namun dalam kenyataannya para bidan di desa tidak tinggal menetap di polindes tersebut. Bidan hanya datang setengah hari saja dan mereka pada umumnya tinggal menetap di ibukota kecamatan, sehingga pelayanan kepada masyarakat tidak optimal. Banyak masyarakat yang akhirnya enggan datang untuk berobat ataupun konsultasi tentang masalah kesehatannya karena sering kecewa bidan tidak berada di tempat. Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari kepala puskesmas Kecamatan Rambah Samo maupun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan memberi sanksi yang tegas jika petugas kesehatan terutama bidan di desa yang tidak mau melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh. Pelayanan yang kurang baik seperti ini akan menjadi citra buruk bagi pelayanan kesehatan terutama petugas kesehatan itu sendiri. Selain petugas kesehatan, peran petugas PLKB dalam hal pemakaian alat kontrasepsi juga tidak dapat diabaikan. Petugas PLKB biasanya membujuk para calon akseptor agar mau memakai alat kontrasepsi. Setelah memberikan penjelasan tentang alat kontrasepsi petugas PLKB akan merujuk calon akseptor ke puskesmas untuk proses pemasangan alat kontrasepsi. Kerjasama ini sudah berjalan sejak zaman orde baru yang mengakibatkan meningkatnya akseptor KB. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan sistem organisasi peran petugas PLKB banyak

110

mengalami perubahan. Di daerah penelitian sendiri petugas PLKB sudah tidak ada lagi, sehingga otomatis peran tersebut digantikan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan menjadi pihak yang mengkampanyekan program KB kepada masyarakat. Namun dalam perkembangannya tugas tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik. Petugas kesehatan juga tidak memiliki dana yang cukup untuk program tersebut, sehingga mereka hanya dapat melayani para calon akseptor yang datang ke puskesmas. Di puskesmas inilah petugas kesehatan memegang peran penting karena mereka harus dapat meyakinkan para calon akseptor untuk memakai alat kontrasepsi. Dengan kekuatan yang mereka miliki petugas kesehatan biasanya mampu menekan ataupun mendorong calon akseptor untuk memakai alat kontrasepsi, sehingga calon akseptor yang belum mengambil keputusan akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah diyakinkan oleh petugas kesehatan. Meskipun sering tidak memiliki pilihan dalam hal jenis alat kontrasepsi yang dikehendaki, namun mereka menyerahkan hal tersebut kepada petugas kesehatan. Depkes RI (2007) mengatakan bahwa tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pemakaian alat kontrasepsi.

111

Berdasarkan indikator dukungan petugas kesehatan, mayoritas responden mengatakan petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB dan alat kontrasepsi, menyarankan agar ibu ikut KB atau menggunakan kontrasepsi. Petugas kesehatan juga menjelaskan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih serta efek sampingnya, memberi kesempatan atau kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi, menyarankan untuk pemeriksaan rutin dan mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan memuaskan. Petugas kesehatan juga merupakan sosok yang masih dianggap panutan di masyarakat, sehingga anjuran atau keputusan yang dibuat akan dilaksanakan oleh masyarakat. Demikian juga dalam hal pemakaian alat kontrasepsi. Adanya hubungan yang akrab antara perawat/bidan dengan masyarakat lebih memudahkan mereka dalam menggerakkan masyarakat, tidak sekedar hubungan antara orang sakit dengan petugas kesehatan. Hubungan tersebut lebih memudahkan mereka jika calon akseptor ingin memakai alat kontrasepsi. Juliantoro (2000) mengatakan bahwa dalam pelayanan kontrasepsi, hubungan antara penyedia pelayanan dengan konsumen kontrasepsi tidak sama dengan hubungan dokter dengan pasien. Dalam pelayanan kontrasepsi, klien bukanlah orang sakit yang ingin disembuhkan dengan sikap pasrah terhadap segala keputusan yang diambil penyedia layanan. Konsumen kontrasepsi adalah orang yang datang dalam keadaan sehat, mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk melakukan pilihan

112

sehingga pelayanan KB harus berbeda dengan pelayanan orang sakit. Bila hal ini diperhatikan maka pemanfaatan pelayanan KB dapat meningkat. Oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan dapat mengubah pola/cara pikir mereka dalam menghadapi para konsumen kontrasepsi, mereka harus tetap meningkatkan kemampuan dan keahlian sehingga dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada masyarakat sehingga NKKBS dapat diterima dengan positif. Program KB masih harus tetap disosialisasikan kepada masyarakat seperti yang dilakukan oleh petugas PLKB pada masa yang lalu, sehingga program KB terus berlanjut dan berkesinambungan. 2. Pengaruh Pengambil Keputusan dalam Keluarga terhadap Pemakaian Alat Kontasepsi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengambil keputusan dalam keluarga dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,949). Maksudnya adalah bahwa dalam hal pemakaian alat kontrasepsi suami dan istri tidak begitu mempermasalahkan musyawarah, keputusan dapat diambil oleh suami atau istri saja dengan memperhatikan segala risiko yang mungkin timbul akibat dari pemakaian alat kontrasepsi. Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara musyawarah suami-istri dengan suami atau istri saja dalam mengambil keputusan dalam pemakaian alat kontrasepsi. Friedman (1998) dan Sarwono (2007) mengatakan bahwa ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri

113

sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

5.4. Faktor Paling Dominan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Berdasarkan uji regresi logistik ganda, diketahui bahwa variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah ketersediaan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa (Manuaba, 1998). Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.

114

Disamping itu daya beli individu juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah. Menurut Kartono dalam Hutauruk (2006), PUS tidak memanfaatkan pelayanan KB karena penyedia pelayanan KB tidak menyediakan semua metode kontrasepsi. Petugas cenderung memprioritaskan dan membatasi suatu metode tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini akan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan KB. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Herlianto (2008), bahwa ditengah otonomi daerah akseptor KB sulit untuk memanfaatkan pelayanan KB karena keterbatasan biaya untuk memperoleh alat/metode KB dan mengakibatkan terjadinya drop out karena akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam safari KB seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Rochmah dalam Hutauruk (2006) mengatakan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor organisasional yaitu ketersediaan sumber daya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan sulit atau mudahnya penggunaannya. Hasil penelitian Hutauruk (2006) juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan KB dengan utilisasi pelayanan KB (Sig=0,000).

115

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proporsi istri PUS yang tidak memakai alat kontrasepsi sebesar 72%. 2. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang Signifikan antara umur (Sig=0,033), pendidikan (Sig=0,030), jumlah anak (Sig=0,016), pengetahuan (Sig=0,000), sikap (Sig=0,001), ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,000), jarak (Sig=0,023), waktu tempuh (Sig=0,025), biaya (Sig=0,000) dan dukungan petugas kesehatan (Sig=0,002) dengan pemakaian alat kontrasepsi. 3. Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara jumlah anak (Sig=0,008), pengetahuan (Sig=0,014), sikap (Sig=0,041),

ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,001) dan dukungan petugas kesehatan (Sig=0,005) terhadap pemakaian alat kontrasepsi 4. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah ketersediaan alat kontrasepsi (Koefisien B = 3,112).

6.1. Saran 1. Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu kebijakan

99

116

lainnya dalam mengalokasikan dana untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis kepada masyarakat khususnya kepada keluarga miskin. 2. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan peningkatan kemampuan petugas kesehatan sehingga mampu memberikan informasi tentang alat kontrasepsi dan dapat memahami serta menyadari bahwa akseptor memiliki hak reproduksi sehat dan hak konsumen pengguna alat kontrasepsi. 3. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memahami dan menerima norma keluarga kecil sehingga diharapkan mampu membentuk keluarga bahagia dan sejahtera melalui pengaturan atau pembatasan kelahiran anak.

117

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Dj., 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2005. Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, BPS, Jakarta. _________________, 2007a. Statistik Indonesia 2007, BPS, Jakarta. _________________, 2007b. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2006, BPS, Jakarta. Beni, R., 2003. Analisis Berita Kependudukan: Triwulan Keempat 2003. Warta Demografi, Tahun 33 (4): 1-8. Bertrand, J., 1980. Audience Research for Improving Family Planning Comunication Program, Communication Laboratory Community & Family Studi Center, University of Chicago BKKBN, 1990. Dua Dasawarsa Gerakan KB Nasional, Jakarta. _______, 1992. Informasi Aspek Medis Alat Kontrasepsi LIMAS, Jakarta. _______, 1999. Tingkat dan Perkembangan Pemakaian Alat Kontrasepsi Menurut Parameter Demografi Sosioekonomi di Indonesia Tahun 1994-1997, Jakarta. _______, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN, Jakarta. _______, 2004. Hasil Pelaksanaan Program KB Nasional, Cukilan Data Program Keluarga Berencana Nasional. No. 255 Tahun XXXI, Jakarta. _______, 2005. Hasil Pelaksanaan Program KB Nasional, Cukilan Data Program Keluarga Berencana Nasional. No. 256 Tahun XXXII, Jakarta. ______, 2009. Jumlah Penduduk Miskin Berkurang di 2007, http//www.bkkbn.go.id diakses tanggal 10 Juni 2009. Cornelius, T., 2004. Memecahkan Kasus Statistik Deskriptif, Parametrik dan Non Parametrik. Penerbit Andi, Yogyakarta. .

101

118

Depkes RI, 2001. Analisis Situasi dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan KB, Jakarta. _________, 2004. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta. _________, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Jakarta. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu, 2008. Profil Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007, Pasirpengaraian. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007, Pasirpengaraian. Friedman, M., 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Gerungan, W.A., 1986. Psikologi Sosial, Eresco, Bandung. Green, L., and Kreuter M.W., 2005. Health Program Planning: An Educational and Ecological Approach. Fourth Edition, McGraw Hill, New York. Hartanto, H., 2004. KB dan Kontrasepsi, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Hasibuan, S.E.R., 2001. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Metoda Kontrasepsi di Kelurahan Sidorame Barat II Kecamatan Medan Perjuangan Kodya Medan Tahun 2001. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Hatmadji, S.H., 2004. Fertilitas (Kelahiran) dalam Dasar-dasar Demografi. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Herlianto, D., 2008. Ledakan Pertumbuhan Penduduk: Keluarga Berencana Tetap Menjadi Kunci. http//www.media-indonesia.com/rubrik/arsipaktual. diakses tanggal 30 Agustus 2008. Hutauruk, A., 2006. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS) dan Kualitas Pelayanan KB dengan Utilisasi Pelayanan KB di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2006. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Juliantoro, D., 2000. 30 Tahun Cukup, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

119

Kasmiyati, 2008. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia 2007. http//www.bkkbn.go.id/ditfor/download.php?type=p&prgid=175 diakses tanggal 17 September 2008 . Kusuma, V., et.al. 2005. Menyisir dari Pinggir, STARH-INSIST, Yogyakarta. Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., dan Klar, J., 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (Terjemahan Dibyo Pramono), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mantra , I.B., 2006. Demografi Umum, Edisi 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Meutia, 1997. Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Akseptor KB Terhadap Utilitas Alat Kontrasepsi Implant di Kelurahan Kota Matsum-1 Kotamadya Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Mochtar, R., 1995. Sinopsis Obstetri Edisi 2, Cetakan 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mutiara, E., 1998. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi di Wilayah Indonesia Timur (Analisis Data SDKI 1994). Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. ______________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Pardosi, T.I., 2005. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kemandirian Akseptor KB Aktif dalam Pemanfaatan Program KB Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kec. Medan Baru Kodya Medan Tahun 2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Pratiknya, A.W., 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

120

Prihastuti, I., 2004. Alkon Hilang, Anak Tak Terbilang, LP3Y dan STARH, Yogyakarta. __________, 2005. Akseptor KB Terengah di Otonomi Daerah, LP3ES, Yogyakarta. Riduwan, M., 2002. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, Alphabet, Bandung. Robbins, S.P., 1994. Teori Organisasi, Penerbit Arcan, Bandung. Saifuddin, A.B., 2003. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Sakhnan, R., 2001. Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu PUS dalam Program KB Pada Suku Talang Mamak di Desa Seberial Indragiri Hulu Propinsi Riau Tahun 2000. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Sarwono, S., 2007. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Cetakan Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sarwono, S.W., 2001. Psikologi Sosial, Cetakan Kedua, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Sciortino, S., 1999. Menuju Kesehatan Madani, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Singarimbun, M., dan Efendi, S., 1989. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. Siswosudarmo, dkk., 2001. Tekonologi Kontrasepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soekanto, S., 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Speroff, L., dan Darney, P., 2005. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Suryabrata, S., 2003. Metodologi Penelitian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

121

Syamsiah, 2002. Peranan Dukungan Suami Istri Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Peserta KB di Soak Bayu Kab Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Triton, 2006. SPSS 13 Terapan Riset Statistik Parametrik, Penerbit Andi, Yogyakarta. UNDP, 2008. Indonesia the Human Development Index - Going Beyond Income. http:/hdr.undp.org/end/reports/ . diakses tanggal 28 Februari 2008. Universitas Sumatera Utara, 2007, Panduan Penelitian Proposal dan Tesis, AKK Sekolah Pasca Sarjana, USU Press, Medan. Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

122

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU Nomor Kuesioner Nama pewawancara : Hari/tanggal A :

Identitas responden 1. No. Responden 2. Nama 3. Umur 4. Pendidikan 5. Umur Suami 6. Pendidikan Suami 7. Jumlah Anak

: : : : : : :

8. Apakah ibu peserta KB? (Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan No.10) 1. Ya 2. Tidak 9. Jika Ya, alat kontrasepsi apa yang digunakan saat ini? a. Spiral b. Implant/Susuk c. Suntik d. Pil e. Kondom f. MOP/MOW g. Lain-lain . 10. Jika Tidak, apa alasan ibu belum ber-KB a. Belum punya anak b. Masih ingin punya anak c. Ingin punya anak laki-laki d. Ingin punya anak perempuan e. Alasan kesehatan f. Dilarang suami g. Lain-lain, sebutkan.............

106

123

11. Berapa rata-rata jarak kehamilan dengan anak sebelumnya.. 1. Anak pertama.............. bulan 2. Anak kedua................. bulan 3. Anak ketiga .................bulan 4. dan seterusnya............... B Pengetahuan tentang alat kontrasepsi (Jawaban bisa lebih dari 1) 1. Darimanakah ibu mengetahui tentang KB/alat kontrasepsi? 1. PPLKB/PLKB 2. Puskesmas 3. Dokter/Bidan Praktek Swasta 4. Surat kabar/Majalah 5. Radio/Televisi 6. Suami/Orangtua/mertua 7. Tidak tahu 2. Menurut ibu, pengertian KB adalah? 1. Suatu usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. 2. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengaturan kelahiran. 3. Suatu cara yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi jumlah anak (idealnya adalah 2 anak) 4. Tidak tahu 3. Menurut ibu, apakah tujuan KB? 1. Membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera 2. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak 3. Penundaan/penjarangan kelahiran 4. Pembatasan kelahiran 5. Tidak tahu 4. Menurut ibu, apakah manfaat pemakaian alat kontrasepsi? 1. Untuk mencegah terjadinya kehamilan 2. Untuk mengatur jarak kehamilan 3. Untuk mengakhiri kesuburan 4. Tidak tahu 5. Jenis alat kontrasepsi apa saja yang ibu ketahui? 1. Spiral/IUD

124

2. Implant/Susuk 3. Suntik 4. Pil 5. Kondom 6. Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW) 7. Tidak tahu 6. Menurut ibu, apa sajakah efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi? 1. Rasa nyeri/mules 2. Kelainan haid/perdarahan/bercak darah 3. Mual/muntah/pusing 4. Infeksi/Keputihan 5. Perubahan berat badan/gemuk 6. Tidak tahu 7. Menurut ibu, apakah alat kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu menyusui? 1. Pil 2. Suntik 3. Tidak tahu 8. Menurut ibu, apa saja jenis kontrasepsi untuk laki-laki? 1. Kondom 2. MOP/Tubektomi 3. Tidak tahu C Sikap (Pilih satu jawaban saja) 1. Menurut ibu, manfaat KB adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak 1. Setuju 2. Tidak setuju Alasan . 2. Menurut ibu, KB bertujuan untuk merencanakan keluarga kecil, bahagia dan berkualitas 1. Setuju 2. Tidak setuju Alasan .

125

3. Menurut ibu, pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk menunda kehamilan dan menjarangkan kelahiran 1. Setuju 2. Tidak setuju Alasan . 4. Menurut ibu, mempunyai anak yang banyak tidak akan membawa rezeki yang banyak. 1. Setuju 2. Tidak setuju Alasan . 5. Menurut ibu, anak laki-laki nilainya sama dengan anak perempuan 1. Setuju 2. Tidak setuju Alasan . D Ketersediaan Alat Kontrasepsi: (Pilih satu jawaban saja) 1. Pada saat ibu ingin ikut KB, apakah alat kontrasepsi selalu tersedia di sarana kesehatan? 1. Ya 2. Tidak 2. Apakah jenis alat kontrasepsi yang diinginkan selalu tersedia di sarana kesehatan? 1. Ya 2. Tidak Jika Tidak, dimana ibu mendapatkan alat kontrasepsi? 1. Klinik swasta 2. Praktek Dokter/Bidan 3. Apotek 4. Lain-lain, sebutkan Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi (Pilih satu jawaban saja) 1. Berapakah jarak rumah ibu ke sarana kesehatan? 1. 2,5 km

126

2. > 2,5 km 2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat pelayanan kesehatan? 1. 30 menit 2. > 30 menit Jenis alat transportasi apa yang ibu gunakan untuk mencapai tempat tersebut? 1. Jalan kaki 2. Sepeda 3. Sepeda motor 4. Mobil 3. Apakah ibu mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB? 1. Ya 2. Tidak Bila ibu membayar untuk ber-KB, berapa biaya yang harus dikeluarkan? (Sebutkan nominalnya dalam rupiah) 1. s/d 100.000,2. 100.000 s/d 200.000,3. > 200.000,Dukungan Petugas Kesehatan: (Pilih satu jawaban saja) 1. Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB dan alat kontrasepsi? 1. Ya 2. Tidak 2. Apakah petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB atau menggunakan kontrasepsi? 1. Ya 2. Tidak 3. Apakah petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek sampingnya? 1. Ya 2. Tidak

127

4. Apakah petugas kesehatan memberi kesempatan atau kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi? 1. Ya 2. Tidak 5. Apakah petugas kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin? 1. Ya 2. Tidak 6. Apakah pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan memuaskan? 1. Ya 2. Tidak Jika tidak puas, apakah penyebabnya? 1. Petugas kurang ramah 2. Petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang diharapkan 3. Alat/fasilitas tidak lengkap 4. Biaya terlalu mahal 5. Lain-lain, sebutkan G Pengambil Keputusan: Siapakah yang mengambil keputusan tentang pemakaian alat kontrasepsi dalam keluarga? 1. Suami 2. Isteri 3. Musyawarah suami-isteri 4. Mertua/orangtua 5. Tetangga/teman dekat 6. Petugas kesehatan Alasan ..

WAWANCARA SELESAI TERIMAKASIH ATAS WAKTU DAN KESEMPATAN YANG TELAH DIBERIKAN

128

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Data Reliability PENGETAHUAN


***** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 .6333 .7667 .8667 .7333 .6000 .8667 .7667 .6333 Std Dev .4901 .4302 .3457 .4498 .4983 .3457 .4302 .4901 Cases 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0

Statistics for SCALE

N of Mean Variance Std Dev Variables 5.8667 6.8092 2.6094 8

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 5.2333 5.1000 5.0000 5.1333 5.2667 5.0000 5.1000 5.2333 Scale Corrected Variance Item- Alpha if Item Total if Item Deleted Correlation Deleted 5.5644 5.6103 5.5862 5.0851 4.9609 5.5862 5.0586 4.9437 .4345 .4975 .6752 .7502 .7208 .6752 .8090 .7457 .8941 .8849 .8700 .8597 .8628 .8700 .8541 .8599

Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .8843 30.0 N of Items = 8

129

Reliability SIKAP
****** Method 1(space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean 1. 2. 3. 4. 5. S1 S2 S3 S4 S5 .8667 .7667 .6333 .8667 .7667 Std Dev .3457 .4302 .4901 .3457 .4302 Cases 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0

112

Statistics for SCALE

N of Mean Variance Std Dev Variables 3.9000 3.1276 1.7685 5

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted S1 S2 S3 S4 S5 3.0333 3.1333 3.2667 3.0333 3.1333 Scale Corrected Variance Item- Alpha if Item Total if Item Deleted Correlation Deleted 2.1713 1.9126 2.0644 2.1713 1.9126 .8212 .8655 .5843 .8212 .8655 .8851 .8702 .9399 .8851 .8702

Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .9105 30.0 N of Items = 5

130

Reliability Dukungan Petugas Kesehatan


****** Method 1 (space saver)will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean 1. 2. 3. 4. 5. 6. PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 .9667 .9667 .9667 .9667 .8333 .7667 Std Dev .1826 .1826 .1826 .1826 .3790 .4302 Cases 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0

Statistics for SCALE

N of Mean Variance Std Dev Variables 5.4667 1.4989 1.2243 6

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 4.5000 4.5000 4.5000 4.5000 4.6333 4.7000 Scale Corrected Variance Item- Alpha if Item Total if Item Deleted Correlation Deleted 1.1552 1.1552 1.1552 1.1552 .9299 .9069 .7908 .7908 .7908 .7908 .5818 .4966 .7861 .7861 .7861 .7861 .8220 .8682

Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .8301 30.0 N of Items = 6

131

Lampiran 3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

132

Descriptives

Total Pengetahuan

Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis

Lower Bound Upper Bound

Statistic 16.06 14.58 17.54 15.68 13.50 55.734 7.466 8 31 23 13.50 .600 -.943

Std. Error .747

.241

.478 .143

Total Sikap

Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Lower Bound Upper Bound

2.54 2.26 2.82 2.54 2.00 2.049 1.431 0 5 5 2.00 .392 -.824

.241

.478 .151

Total dukungan petugas Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis

Lower Bound Upper Bound

3.70 3.40 4.00 3.73 3.00 2.293 1.514 0 6 6 2.00 .098 -.823

.241

.478

115

133

Tests of Normality

Total Pengetahuan Total Sikap Total dukungan petugas

Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .159 100 .000 .287 100 .000 .248 100 .000

Shapiro-Wilk Statistic .883 .880 .901 df 100 100 100 Sig. .000 .000 .000

a. Lilliefors Significance Correction

134

Lampiran 4 Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi) Frequency Table


Umur Istri

Kategori Umur Suami

DDKISTRI

Valid sd smp sma d3 pt Total

Frequency 36 30 27 6 1 100

Percent 36.0 30.0 27.0 6.0 1.0 100.0

Valid Percent 36.0 30.0 27.0 6.0 1.0 100.0

Cumulative Percent 36.0 66.0 93.0 99.0 100.0

Pendidikan Suami

Valid SD SMP SMA D3 S1 Total

Frequency 31 40 22 4 3 100

Percent 31.0 40.0 22.0 4.0 3.0 100.0

Valid Percent 31.0 40.0 22.0 4.0 3.0 100.0

Cumulative Percent 31.0 71.0 93.0 97.0 100.0

117


Valid 20-35 tahun >35 tahun Total

Frequency 60 40 100

Percent 60.0 40.0 100.0

Valid Percent 60.0 40.0 100.0

Cumulative Percent 60.0 100.0

Valid <40 tahun >=40 tahun Total

Frequency 71 29 100

Percent 71.0 29.0 100.0

Valid Percent 71.0 29.0 100.0

Cumulative Percent 71.0 100.0

117

135

Kategori Jumlah Anak

Valid > 2 orang <= 2 orang Total

Frequency 54 46 100

Percent 54.0 46.0 100.0

Valid Percent 54.0 46.0 100.0

Cumulative Percent 54.0 100.0

Pemakaian Alkon

Valid Ya/Pakai Tidak Total

Frequency 28 72 100

Percent 28.0 72.0 100.0

Valid Percent 28.0 72.0 100.0

Cumulative Percent 28.0 100.0

Alat kontrasepsi yang digunakan

Valid tidak kb spiral implant/susuk suntik pil Total

Frequency 72 6 4 7 11 100

Percent 72.0 6.0 4.0 7.0 11.0 100.0

Valid Percent 72.0 6.0 4.0 7.0 11.0 100.0

Cumulative Percent 72.0 78.0 82.0 89.0 100.0

Alasan ibu belum ber-kb

Valid Berkb masih ingin punya anak ingin anak laki-laki ingin anak perempuan Alasan kesehatan Dilarang Suami Total

Frequency 28 48 13 4 2 5 100 Kategori Jarak Lahir

Percent 28.0 48.0 13.0 4.0 2.0 5.0 100.0

Valid Percent 28.0 48.0 13.0 4.0 2.0 5.0 100.0

Cumulative Percent 28.0 76.0 89.0 93.0 95.0 100.0

Valid <56 bulan >= 56 bulan Total

Frequency 39 61 100

Percent 39.0 61.0 100.0

Valid Percent 39.0 61.0 100.0

Cumulative Percent 39.0 100.0

136

Sikap

Valid Tidak Setuju Setuju Total

Frequency 43 57 100

Percent 43.0 57.0 100.0 Sikap

Valid Percent 43.0 57.0 100.0

Cumulative Percent 43.0 100.0

Valid Tidak Setuju Setuju Total

Frequency 48 52 100

Percent 48.0 52.0 100.0 Sikap

Valid Percent 48.0 52.0 100.0

Cumulative Percent 48.0 100.0

Valid Tidak Setuju Setuju Total

Frequency 42 58 100

Percent 42.0 58.0 100.0 SIkap

Valid Percent 42.0 58.0 100.0

Cumulative Percent 42.0 100.0

Valid Tidak Setuju Setuju Total

Frequency 58 42 100

Percent 58.0 42.0 100.0 Sikap

Valid Percent 58.0 42.0 100.0

Cumulative Percent 58.0 100.0

Valid Tidak Setuju Setuju Total

Frequency 55 45 100

Percent 55.0 45.0 100.0

Valid Percent 55.0 45.0 100.0

Cumulative Percent 55.0 100.0

137

Ketersediaan Alkon

Valid Tidak Ya Total

Frequency 43 57 100

Percent 43.0 57.0 100.0

Valid Percent 43.0 57.0 100.0

Cumulative Percent 43.0 100.0

Ketersediaan Alkon

Valid Tidak Ya Total

Frequency 49 51 100

Percent 49.0 51.0 100.0

Valid Percent 49.0 51.0 100.0

Cumulative Percent 49.0 100.0

Tempat mendapatkan alkon

Valid Klinik swasta Praktek dokter/bidan Apotik Total

Frequency 33 58 9 100

Percent 33.0 58.0 9.0 100.0

Valid Percent 33.0 58.0 9.0 100.0

Cumulative Percent 33.0 91.0 100.0

Jarak ke sarkes

Valid <2,5 km >2,5 km Total

Frequency 43 57 100

Percent 43.0 57.0 100.0 Waktu Tempuh

Valid Percent 43.0 57.0 100.0

Cumulative Percent 43.0 100.0

Valid <30 mnt >30 mnt Total

Freqenucy 55 45 100

Percent 55.0 45.0 100.0

Valid Percent 55.0 45.0 100.0

Cumulative Percent 55.0 100.0

138

Biaya yg dikeluarkan

Valid Tidak Terjangkau Terjangkau Total

Frequency 51 49 100

Percent 51.0 49.0 100.0

Valid Percent 51.0 49.0 100.0

Cumulative Percent 51.0 100.0

Jenis alat transportasi yang dimiliki

Valid Jalan kaki Sepeda Sepeda Motor Total

Frequency 47 33 20 100

Percent 47.0 33.0 20.0 100.0

Valid Percent 47.0 33.0 20.0 100.0

Cumulative Percent 47.0 80.0 100.0

Dukungan Petugas

Valid Tidak Ya Total

Frequency 29 71 100

Percent 29.0 71.0 100.0

Valid Percent 29.0 71.0 100.0

Cumulative Percent 29.0 100.0

Dukungan Petugas

Valid Tidak Ya Total

Frequency 27 73 100

Percent 27.0 73.0 100.0

Valid Percent 27.0 73.0 100.0

Cumulative Percent 27.0 100.0

Dukungan Petugas

Valid Tidak Ya Total

Frequency 45 55 100

Percent 45.0 55.0 100.0

Valid Percent 45.0 55.0 100.0

Cumulative Percent 45.0 100.0

139

Dukungan Petugas

Valid Tidak Ya Total

Frequency 42 58 100

Percent 42.0 58.0 100.0

Valid Percent 42.0 58.0 100.0

Cumulative Percent 42.0 100.0

Dukungan Petugas

Valid Tidak Ya Total

Frequency 48 52 100

Percent 48.0 52.0 100.0

Valid Percent 48.0 52.0 100.0

Cumulative Percent 48.0 100.0

Dukungan Petugas

Valid Tidak Ya Total

Frequency 39 61 100

Percent 39.0 61.0 100.0

Valid Percent 39.0 61.0 100.0

Cumulative Percent 39.0 100.0

Alasan Tidak puas atas pelayanan petugas kesehatan

Valid Petugas kurang ramah petugas tidak mampu memberi informasi Fasilitas tidak lengkap Total

Frequency 47 52 1 100

Percent 47.0 52.0 1.0 100.0

Valid Percent 47.0 52.0 1.0 100.0

Cumulative Percent 47.0 99.0 100.0

Pengambil Keputusan dalam Keluarga

Valid Suami Isteri Musyawarah Total

Frequency 51 13 36 100

Percent 51.0 13.0 36.0 100.0

Valid Percent 51.0 13.0 36.0 100.0

Cumulative Percent 51.0 64.0 100.0

140

Kategori Umur Istri

Valid Tinggi Rendah Total

Frequency 40 60 100

Percent 40.0 60.0 100.0

Valid Percent 40.0 60.0 100.0

Cumulative Percent 40.0 100.0

Pendidikan istri

Valid Tinggi Menengah Dasar Total

Frequency 7 27 66 100

Percent 7.0 27.0 66.0 100.0

Valid Percent 7.0 27.0 66.0 100.0

Cumulative Percent 7.0 34.0 100.0

Kategori Jumlah Anak

Valid > 2 orang <= 2 orang Total

Frequency 54 46 100

Percent 54.0 46.0 100.0

Valid Percent 54.0 46.0 100.0

Cumulative Percent 54.0 100.0

Kategori Pengetahuan

Valid Tinggi Rendah Total

Frequency 47 53 100

Percent 47.0 53.0 100.0 Kategori Sikap

Valid Percent 47.0 53.0 100.0

Cumulative Percent 47.0 100.0

Valid Baik Tidak baik Total

Frequency 36 64 100

Percent 36.0 64.0 100.0

Valid Percent 36.0 64.0 100.0

Cumulative Percent 36.0 100.0

141

Kategori Ketersediaan Alkon

Valid Tersedia Tidak Tersedia Total

Frequency 48 52 100

Percent 48.0 52.0 100.0

Valid Percent 48.0 52.0 100.0

Cumulative Percent 48.0 100.0

Jarak ke sarkes

Valid Dekat Jauh Total

Frequency 29 71 100

Percent 29.0 71.0 100.0

Valid Percent 29.0 71.0 100.0

Cumulative Percent 29.0 100.0

Waktu Tempuh

Valid Dekat Jauh Total

Frequency 63 37 100

Percent 63.0 37.0 100.0

Valid Percent 63.0 37.0 100.0

Cumulative Percent 63.0 100.0

Biaya yg dikeluarkan

Valid Murah Mahal Total

Frequency 47 53 100

Percent 47.0 53.0 100.0

Valid Percent 47.0 53.0 100.0

Cumulative Percent 47.0 100.0

Kategori Dukungan Petugas

Valid Mendukung Tidak mendukung Total

Frequency 48 52 100

Percent 48.0 52.0 100.0

Valid Percent 48.0 52.0 100.0

Cumulative Percent 48.0 100.0

142

Kategori Pengambil Keputusan

Valid Baik Tidak Baik Total

Frequency 38 62 100

Percent 38.0 62.0 100.0

Valid Percent 38.0 62.0 100.0

Cumulative Percent 38.0 100.0

Pengambil Keputusan dalam Keluarga * Pemakaian Alkon Crosstabulation

Pengambil Keputusan dalam Keluarga Suami Count Expected Count % within Pengambil Keputusan dalam Keluarga Isteri Count Expected Count % within Pengambil Keputusan dalam Keluarga Count Expected Count % within Pengambil Keputusan dalam Keluarga Total Count Expected Count % within Pengambil Keputusan dalam Keluarga

Pemakaian Alkon Ya 17 17.0 100.0% 3 3.0 100.0% 8 8.0 100.0% 28 28.0 100.0%

Total 17 17.0 100.0% 3 3.0 100.0% 8 8.0 100.0% 28 28.0 100.0%

Musyawarah

143

Tempat mendapatkan alkon * Pemakaian Alkon Crosstabulation

Tempat mendapatkan Klinik swasta alkon Count Expected Count % within Tempat mendapatkan alkon Expected Count % within Tempat mendapatkan alkon Apotik Count Expected Count % within Tempat mendapatkan alkon Total Count Expected Count % within Tempat mendapatkan alkon

Pemakaian Alkon Ya 12 12.0 100.0% 11 11.0 100.0% 5 5.0 100.0% 28 28.0 100.0% Total 12 12.0 100.0% 11 11.0 100.0% 5 5.0 100.0% 28 28.0 100.0%

Praktek dokter/bidan Count

144

Lampiran 5 Analisis Bivariat Kategori Umur Istri * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Umur Istri Risiko Rendah Count Expected Count % within Kategori Umur Istri Risiko Tinggi Count Expected Count % within Kategori Umur Istri Total Count Expected Count % within Kategori Umur Istri Chi-Square Tests

Pemakaian Alkon Ya 22 16.8 36.7% 6 11.2 15.0% 28 28.0 28.0% Tidak 38 43.2 63.3% 34 28.8 85.0% 72 72.0 72.0% Total 60 60.0 100.0% 40 40.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 5.589 4.566 5.915


b

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .018 .033 .015 .019

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.023

.015

5.533 100

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.20.

Pendidikan istri * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pendidikan istri Tinggi Count Expected Count % within Pendidikan istri Menengah Count Expected Count % within Pendidikan istri Dasar Count Expected Count % within Pendidikan istri Total Count Expected Count % within Pendidikan istri

Pemakaian Alkon Ya 4 2.0 57.1% 11 7.6 40.7% 13 18.5 19.7% 28 28.0 28.0% Tidak 3 5.0 42.9% 16 19.4 59.3% 53 47.5 80.3% 72 72.0 72.0% Total 7 7.0 100.0% 27 27.0 100.0% 66 66.0 100.0% 100 100.0 100.0%

127

145

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value 7.380 a 7.036 7.272 100

df 2 2 1

Asymp. Sig. (2-sided) .025 .030 .007

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.96.

Kategori Jumlah Anak * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Jumlah Anak <= 2 orang Count Expected Count % within Kategori Jumlah Anak Count Expected Count % within Kategori Jumlah Anak Expected Count % within Kategori Jumlah Anak Chi-Square Tests

Pemakaian Alkon Ya Tidak 7 39 12.9 33.1 15.2% 21 15.1 38.9% 28 28.0 28.0% 84.8% 33 38.9 61.1% 72 72.0 72.0%

Total 46 46.0 100.0% 54 54.0 100.0% 100 100.0 100.0%

> 2 orang

Total

Count

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 6.904 b 5.780 7.185 6.835 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .009 .016 .007 .009

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.013

.007

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.88.

146

Kategori Pengetahuan * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Pengetahuan Tinggi Count Expected Count % within Kategori Pengetahuan Count Expected Count % within Kategori Pengetahuan Expected Count % within Kategori Pengetahuan Chi-Square Tests

Pemakaian Alkon Ya Tidak 22 25 13.2 33.8 46.8% 6 14.8 11.3% 28 28.0 28.0% 53.2% 47 38.2 88.7% 72 72.0 72.0%

Total 47 47.0 100.0% 53 53.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Rendah

Total

Count

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 15.561 13.851 16.190 15.405 100


b

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000 .000

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.000

.000

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.16.

Kategori Sikap * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Sikap Baik Count Expected Count % within Kategori Sikap Tidak baik Count Expected Count % within Kategori Sikap Total Count Expected Count % within Kategori Sikap

Pemakaian Alkon Ya 18 10.1 50.0% 10 17.9 15.6% 28 28.0 28.0% Tidak 18 25.9 50.0% 54 46.1 84.4% 72 72.0 72.0% Total 36 36.0 100.0% 64 64.0 100.0% 100 100.0 100.0%

147

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 13.504b 11.853 13.209 13.369 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .000 .001 .000 .000

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.000

.000

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.08.

Kategori Ketersediaan Alkon * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Ketersediaan Alkon Tersedia Count Expected Count % within Kategori Ketersediaan Alkon Tidak Tersedia Count Expected Count % within Kategori Ketersediaan Alkon Count Expected Count % within Kategori Ketersediaan Alkon Chi-Square Tests

Pemakaian Alkon Ya Tidak 25 23 13.4 34.6 52.1% 3 14.6 5.8% 28 28.0 28.0% 47.9% 49 37.4 94.2% 72 72.0 72.0%

Total 48 48.0 100.0% 52 52.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Total

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 26.557 b 24.309 29.193 26.292 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000 .000

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.000

.000

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.44.

148

Jarak ke sarkes * Pemakaian Alkon


Crosstab

Jarak ke sarkes Dekat Count Expected Count % within Jarak ke sarkes Jauh Count Expected Count % within Jarak ke sarkes Total Count Expected Count % within Jarak ke sarkes

Pemakaian Alkon Ya 3 8.1 10.3% 25 19.9 35.2% 28 28.0 28.0% Tidak 26 20.9 89.7% 46 51.1 64.8% 72 72.0 72.0% Total 29 29.0 100.0% 71 71.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 6.315 b 5.142 7.178 6.252 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .012 .023 .007 .012

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.014

.009

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.12.

Waktu Tempuh * Pemakaian Alkon


Crosstab

Waktu Tempuh Dekat Count Expected Count % within Waktu Tempuh Jauh Count Expected Count % within Waktu Tempuh Total Count Expected Count % within Waktu Tempuh

Pemakaian Alkon Ya 23 17.6 36.5% 5 10.4 13.5% 28 28.0 28.0% Tidak 40 45.4 63.5% 32 26.6 86.5% 72 72.0 72.0% Total 63 63.0 100.0% 37 37.0 100.0% 100 100.0 100.0%

149

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 6.114 b 5.026 6.592 6.052 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .013 .025 .010 .014

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.020

.011

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.36.

Biaya yg dikeluarkan * Pemakaian Alkon


Crosstab

Biaya yg dikeluarkan Murah Count Expected Count % within Biaya yg dikeluarkan Count Expected Count % within Biaya yg dikeluarkan Total Count Expected Count % within Biaya yg dikeluarkan Chi-Square Tests

Pemakaian Alkon Ya Tidak 22 25 13.2 33.8 46.8% 6 14.8 11.3% 28 28.0 28.0% 53.2% 47 38.2 88.7% 72 72.0 72.0%

Total 47 47.0 100.0% 53 53.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Mahal

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 15.561 b 13.851 16.190 15.405 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000 .000

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.000

.000

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.16.

150

Kategori Dukungan Petugas * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Dukungan Petugas Mendukung Count Expected Count % within Kategori Dukungan Petugas Tidak mendukung Count Expected Count % within Kategori Dukungan Petugas Total Count Expected Count % within Kategori Dukungan Petugas

Pemakaian Alkon Ya 21 13.4 43.8% 7 14.6 13.5% 28 28.0 28.0% Tidak 27 34.6 56.3% 45 37.4 86.5% 72 72.0 72.0% Total 48 48.0 100.0% 52 52.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value 11.358 b 9.905 11.714 11.245 100

df 1 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .001 .002 .001 .001

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.001

.001

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.44.

Kategori Pengambil Keputusan * Pemakaian Alkon


Crosstab

Kategori Pengambil Keputusan Baik Count Expected Count % within Kategori Pengambil Keputusan Tidak Baik Count Expected Count % within Kategori Pengambil Keputusan Count Expected Count % within Kategori Pengambil Keputusan

Pemakaian Alkon Ya Tidak 10 28 10.6 27.4 26.3% 18 17.4 29.0% 28 28.0 28.0% 73.7% 44 44.6 71.0% 72 72.0 72.0%

Total 38 38.0 100.0% 62 62.0 100.0% 100 100.0 100.0%

Total

151

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a

Value .086 .004 .087


b

df 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .769 .949 .768

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

.822

.478

.085 100

.770

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.64.

152

Lampiran 6 Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda)


Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total
a

N 100 0 100 0 100

Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding

Categorical Variables Codings

Frequency Pendidikan Tinggi istri Menengah Dasar 7 27 66

Parameter coding (1) 1.000 .000 .000 (2) .000 1.000 .000

Block 0: Beginning Block


Classification Table
a,b

Predicted Pemakaian Alkon Observed Ya Step 0 Pemakaian Alkon Ya Tidak Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 0 0 Tidak 28 72 Percentage Correct .0 100.0 72.0

Variables in the Equation

B Step 0 Constant .944 S.E. .223 Wald 17.983 df 1 Sig. .000 Exp(B) 2.571

135

Original Value Ya Tidak

Internal Value 0 1

153

Variables not in the Equation

Step 0 Variables UMURKAT DIDIK DIDIK(1) DIDIK(2) JHLANAKK TAHUKAT SIKAPKAT SEDIAKAT JARAK WAKTU BIAYA DUKUNGKA Overall Statistics

Score 5.589 7.380 3.171 2.978 6.904 15.561 13.504 26.557 6.315 6.114 15.561 11.358 53.021

df 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11

Sig. .018 .025 .075 .084 .009 .000 .000 .000 .012 .013 .000 .001 .000

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)


Omnibus Tests of Model Coefficients

Step 1 Step Block Model Step 2 Step Block Model Step 3 Step Block Model Step 4 Step Block Model Step 5 Step Block Model

Chi-square 29.193 29.193 29.193 11.417 40.609 40.609 11.786 52.395 52.395 6.469 58.863 58.863 4.417 63.280 63.280
Model Summary

df 1 1 1 1 2 2 1 3 3 1 4 4 1 5 5

Sig. .000 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .011 .000 .000 .036 .000 .000

Step 1 2 3 4 5

-2 Log likelihood 89.398 77.982 66.196 59.727 55.310

Cox & Snell R Square .253 .334 .408 .445 .469

Nagelkerke R Square .365 .481 .587 .641 .675

154

Classification Table

Predicted Pemakaian Alkon Observed Step 1 Pemakaian Alkon Ya Tidak Overall Percentage Step 2 Pemakaian Alkon Ya Tidak Overall Percentage Step 3 Pemakaian Alkon Ya Tidak Overall Percentage Step 4 Pemakaian Alkon Ya Tidak Overall Percentage Step 5 Pemakaian Alkon Ya Tidak Overall Percentage a. The cut value is .500 Variables in the Equation 22 3 6 69 22 7 6 65 18 7 10 65 18 7 10 65 Ya 25 23 Tidak 3 49 Percentage Correct 89.3 68.1 74.0 64.3 90.3 83.0 64.3 90.3 83.0 78.6 90.3 87.0 78.6 95.8 91.0

Step SEDIAKAT a 1 Constant Step JHLANAKK b 2 SEDIAKAT Constant Step JHLANAKK 3


c

B 2.877 -.083 -1.910 3.305 .897 -2.418 3.593 2.189 .187 -2.302 1.691 3.475 2.254 -.517 -2.135 1.817 1.448 3.112 2.245 -1.326

S.E. .661 .289 .609 .720 .447 .747 .828 .721 .511 .758 .702 .888 .775 .618 .807 .736 .707 .894 .791 .809

Wald 18.926 .083 9.841 21.072 4.033 10.474 18.832 9.206 .134 9.230 5.806 15.322 8.463 .699 7.005 6.093 4.187 12.110 8.066 2.686

df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Sig. .000 .773 .002 .000 .045 .001 .000 .002 .714 .002 .016 .000 .004 .403 .008 .014 .041 .001 .005 .101

Exp(B) 17.754 .920 .148 27.252 2.453 .089 36.351 8.925 1.206 .100 5.423 32.307 9.528 .597 .118 6.151 4.253 22.457 9.442 .266

95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 4.858 64.882 .045 6.645 .488 111.753

.021 7.173 2.170 .023 1.371 5.670 2.086 .024 1.454 1.063 3.893 2.005

.385 184.211 36.700 .442 21.450 184.093 43.513 .575 26.025 17.014 129.551 44.459

SEDIAKAT DUKUNGKA Constant Step JHLANAKK d 4 TAHUKAT SEDIAKAT DUKUNGKA Constant Step JHLANAKK e 5 TAHUKAT SIKAPKAT SEDIAKAT DUKUNGKA Constant

a. Variable(s) entered on step 1: SEDIAKAT. b. Variable(s) entered on step 2: JHLANAKK. c. Variable(s) entered on step 3: DUKUNGKA. d. Variable(s) entered on step 4: TAHUKAT. e. Variable(s) entered on step 5: SIKAPKAT.

155

Model if Term Removed Change in -2 Log Likelihood 29.193 11.417 33.424 13.982 31.710 11.786 11.803 6.469 24.631 10.898 8.454 6.803 4.417 17.095 10.116

Model Log Variable Step 1 Step 2 SEDIAKAT JHLANAKK SEDIAKAT Step 3 JHLANAKK SEDIAKAT DUKUNGKA Step 4 JHLANAKK TAHUKAT SEDIAKAT DUKUNGKA Step 5 JHLANAKK TAHUKAT SIKAPKAT SEDIAKAT DUKUNGKA Likelihood -59.295 -44.699 -55.703 -40.089 -48.953 -38.991 -35.765 -33.098 -42.179 -35.313 -31.882 -31.057 -29.864 -36.203 -32.713

Sig. of the df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Change .000 .001 .000 .000 .000 .001 .001 .011 .000 .001 .004 .009 .036 .000 .001

156

Variables not in the Equation

Step
1

Variables

UMURKAT DIDIK DIDIK(1) DIDIK(2) JHLANAKK TAHUKAT SIKAPKAT JARAK WAKTU BIAYA DUKUNGKA

Score 4.108 5.147 2.845 1.318 10.786 8.484 6.610 .537 2.456 3.305 9.036 33.484 1.222 5.456 1.150 3.515 7.518 3.925 2.142 2.126 2.365 11.177 27.105 .000 5.104 .956 3.398 6.446 4.133 .478 .665 .698 16.933 .845 5.608 .994 3.624 4.501 .001 .116 .053 11.524 .806 4.365 1.308 2.326 .159 .003 .000 6.975

df 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 1 1 1 1 1 1 1 8 1 2 1 1 1 1 1 1 7 1 2 1 1 1 1 1 6

Sig. .043 .076 .092 .251 .001 .004 .010 .464 .117 .069 .003 .000 .269 .065 .283 .061 .006 .048 .143 .145 .124 .001 .001 .991 .078 .328 .065 .011 .042 .489 .415 .403 .031 .358 .061 .319 .057 .034 .980 .734 .819 .117 .369 .113 .253 .127 .690 .958 .997 .323

Step 2

Overall Statistics Variables UMURKAT DIDIK DIDIK(1) DIDIK(2) TAHUKAT SIKAPKAT JARAK WAKTU BIAYA DUKUNGKA

Step 3

Overall Statistics Variables UMURKAT DIDIK DIDIK(1) DIDIK(2) TAHUKAT SIKAPKAT JARAK WAKTU BIAYA

Step 4

Overall Statistics Variables UMURKAT DIDIK DIDIK(1) DIDIK(2) SIKAPKAT JARAK WAKTU BIAYA Overall Statistics Variables UMURKAT DIDIK DIDIK(1) DIDIK(2) JARAK WAKTU BIAYA Overall Statistics

Step 5

Anda mungkin juga menyukai