Anda di halaman 1dari 9

Dongeng Si Dada Emas

http://dongengadalahcerita.blogspot.co.id/2015/06/dongeng-si-dada-emasdongeng-anak-dunia.html
Dahulu kala ada seorang raja yang hidup berdampingan dengan permaisurinya.
Kehidupan sudah lama, tetapi juga masih belum hamil. Raja merasa cemas dan
sedih, karena tidak punya anak, sehingga siapa yang akan meneruskan tahta
kerajaannya.

Pada suatu kesempatan raja punya gagasan ingin mengumpulkan semua


pengawalnya. Setelah pengawalnya berkumpul sang raja berkata, Pada malam
ini semua pengawalku pergi ke kolong rumah penduduk dan dengarkan kalau
ada di antara penduduk itu ada berkata, Seumpama saya menjadi istri raja.
saya secepatnya hamil.

Mendengar perintah raja itu semua pengawalnya melaksanakan dengan giatgiat. Semuanya menyebar menuju ke kolong rumah penduduk. Tiba-tiba
turunlah hujan deras, kemudian salah satu diantara sekian banyak pengawal
raja itu ada yang berteduh di kolong rumah penduduk. Terdengarlah dalam
rumah si gadis miskin itu berkata, Seumpama saya menjadi istri raja, maka
saya akan melahirkan tiga anak yang berdada emas, seorang anak perempuan
dan duanya laki-laki. Perkataan si gadis miskin itu benar-benar didengar
pengawal raja.

Setelah hujan reda pengawal raja bergegas pulang menuju ke istana sambil
bersenang hati, karena tercapai apa yang diperintahkan raja kepadanya. Setiba
di istana pengawal itu langsung melaporkankepada sang Raja.

Atas laporan dari pengawalnya, kemudian si gadis miskin disuruh datang ke


istana untuk dimintai keterangan. Raja bersama permaisurinya tercengang
dikala mendengar keterangan dari gadis miskin itu. Akhirnya gadis miskin itu

dinikah oleh raja sebagai istri kedua, karena sang Raja benar-benar ingin
mendapatkan keturunan.

Tidak lama kemudian gadis miskin yang telah dikawin raja itu akhirnya hamil
dan dia mengidam daging rusa. Sekalipun gadis miskin yang dinikahi, tetapi
sang Raja begitu kasih sayang, sehingga apa yang diminta selalu dituruti.
Bahkan untuk mencari daging rusa sang Raja terjun sendiri berburu ke hutan.
Melihat sayangnya yang luar biasa kepada istrinya kedua. Kini permaisurinya
mulai cemburu.

Pada saat raja berburu tiba-tiba istrinya yang miskin melahirkan tiga anak yang
berdada emas, satu perempuan dan dua laki-laki, ternyata benar apa yang
pernah dikatakan oleh gadis miskin tersebut.

Pada saat melahirkan si miskin mata dan telinga ditutup, hal ini merupakan
aturan dari kerajaan. Dengan rasa kesedihan si miskin tak bisa melihat, serta
mendengarkan tangis dari anaknya, dan juga tidak bisa mengenalinya.

Saat itu bertepatan juga dengan anjing beranak tiga ekor, satu betina dan dua
jantan. Ketiga anak anjing itu dimuat di baki lalu dibawa ke istana perlu
ditukarkan dengan ketiga anak miskin tersebut. Sementara ketiga anak si
miskin itu dibawa ke tempat yang jauh dari istana. Ibu si miskin yang baru saja
melahirkan tadi ditaruh di kolong istana tepatnya di bawah jamban dalam
keadaan terikat.

Kini tibalah sang Raja dari hutan sambil membawa daging rusa. Beliau
dipersilahkan permaisurinya untuk melihat ketiga ekor anjing yang baru saja
dilahirkan dari si miskin itu. Saat melihat ketiga anjing itu raja marah-marah,
dan menganggap si miskin adalah pembohong.

Lambat laun ketiga anak itu besar dan menginjak dewasa. Mereka dibesarkan
oleh petani, dan selama itu mereka berada di kebun. Mereka tidak tahu, bahwa
dirinya anak raja, sementara ibunya dalam keadaan diikat. Pada lain
kesempatan sang Raja mengadakan pesta yang banyak sekali hiburannya.
Diantara hiburannya adalah penyambungan ayam. Mendengar kabar ini, Inang
pengasuh yang sangat mencintai anak-anak berdada emas itu menyuruh
mereka agar ikut serta menyambung ayam.

Nenek Inang Pengasuh berkata, Hai cucuku, kesanalah kamu ikut


menyambung ayam? Ayam apa yang harus saya bawa, sementara tidak punya
ayam, tanya sang cucu. Nenek berkata lagi, Nanti kau saya buatkan ayam
agar ikut menyambung ayam.

Kemudian dibuatkan seekor ayam dengan menyulap seekor kucing, lalu menjadi
ayam jantan. Setelah mendapat ayam, lalu si anak-anak berdada emas cepetcepet menuju istana.

Setiba di istana, Raja berkata, Bagaimana anak-anak apakah kamu benarbenar punya minat untuk menyambung ayam? Si dada emas menjawab: kalau
sudah datang kemari dan ayam sudah dibawa tentu saja sudah siap.
Pertandingan dimulai ayam milik sang raja dengan ayam milik sang anak dada
emas mulai tertarung. Ayam sang raja terpental oleh ayam sang anak dada
emas, akhirnya dia pulang membawa sekantong emas berkat ayam yang
dimilikinya tadi.

Permaisuri telah dihantui dengan rasa khawatir dikala melihat anak berdada
emas itu, sementara Raja merasa penasaran atas kekalahannya itu. Sang Raja
berkata, Besok kita mengadakan lagi menyambung ayam, oleh karena itu
datanglah anak-anak!

Setiba di rumah mereka berdada emas itu menyampaikan tentang


permainannya kepada nenek yang mengasuhnya. Kemudian nenek bertanya,
Apakah anak-anak mau menyambung ayam lagi? Ya nek aku semua senang
jika menang karena mendapatkan emas.

Esok harinya si nenek membuatkan ayam siluman lagi, sambil mengatakan, bila
nantinya kamu menang, maka janganlah minta emas, tetapi mintalah wanita
yang sedang diikat di bawah kolong jamban, sementara dia sudah berlumut,
karena sudah lama bertempat di bawah jamban tersebut, dan itulah benarbenar ibumu.

Setelah si nenek tadi mengatakan hal yang mengagetkan tadi, maka mereka
berdada emas berupaya sekali untuk membebaskan ibunya yang sedang diikat
di bawah kolong jamban.

Mereka berangkat dengan penuh semangat sampai di istana langsung diadakan


sambun ayam. Dalam jangka waktu relatif singkat, ayam raja berlumuran
darah, hingga mati. Melihat ayamnya kalah itu sang Raja merasa malu. Sang
Raja mengajak ketiga anak itu untuk diberi hadiah.

Setiba di istana mereka berdada emas mengatakan, Kemenangan kali ini kami
tidak mengharapkan uang emas, tetapi minta dibebaskannya wanita yang diikat
di kolong bawah jamban itu.

Raja berkata, Kalian punya maksud apa dengan orang semacam itu? Dia
benar-benar pembohong! Si Dada emas berkata, Wanita itu adalah ibu kami.
Raja bertambah heran dan tercengang mendengar ucapan anak tersebut.

Tidak lama kemudian muncullah Inang dan burung nuri sahabat anak-anak
berdada emas itu. Kini burung nuri dan yang hadir saat itu sedang bercerita

tentang beberapa tahun yang lalu tentang si miskin melahirkan di istana


ketepatan sang Raja berburu ke hutan.

Burung Nuri terus bercerita tentang si miskin lahir, tetapi permaisuri


mengatakan kepadanya, hai burung nuri, berhentilah kamu cerita! Permaisuri
merasa takut kejahatannya terbongkar. Akan tetapi sang Raja minta kepada
burung nuri agar meneruskan ceritanya, karena tertarik sekali.

Setelah burung nuri bercerita panjang lebar, maka tiba-tiba sang Raja
menangis, karena selama ini tertipu permaisurinya, karena selama ini
membiarkan selirnya terlantar di bawah jamban. Setelah itu ibu terlantar
langsung dibebaskan serta dimandikan dengan bersih. Dia segera menemui
anak-anaknya dan saling berpelukan, karena selama ini tidak pernah
menjumpai dan baru kali ini mereka sama-sama tahu. Begitu juga sang Raja
yang selama ini bersalah, dia juga ikut memeluk selirnya dan anak-anaknya.

Ternyata yang bohong adalah permaisuriku, untuk itu dia segera memerintah
kepada pengawalnya untuk menangkapnya lalu diikat dan ditaruh dibawah
jamban, sebagai ganti selirku. Biar dia merasakan akibat perlakuan jahat itu.
Dahulu kala ada seorang raja yang hidup berdampingan dengan permaisurinya.
Kehidupan sudah lama, tetapi juga masih belum hamil. Raja merasa cemas dan sedih,
karena tidak punya anak, sehingga siapa yang akan meneruskan tahta kerajaannya.

Pada suatu kesempatan raja punya gagasan ingin mengumpulkan semua pengawalnya.
Setelah pengawalnya berkumpul sang raja berkata, Pada malam ini semua pengawalku
pergi ke kolong rumah penduduk dan dengarkan kalau ada di antara penduduk itu ada
berkata, Seumpama saya menjadi istri raja. saya secepatnya hamil.

Mendengar perintah raja itu semua pengawalnya melaksanakan dengan giat-giat.


Semuanya menyebar menuju ke kolong rumah penduduk. Tiba-tiba turunlah hujan
deras, kemudian salah satu diantara sekian banyak pengawal raja itu ada yang
berteduh di kolong rumah penduduk. Terdengarlah dalam rumah si gadis miskin itu
berkata, Seumpama saya menjadi istri raja, maka saya akan melahirkan tiga anak

yang berdada emas, seorang anak perempuan dan duanya laki-laki. Perkataan si gadis
miskin itu benar-benar didengar pengawal raja.

Setelah hujan reda pengawal raja bergegas pulang menuju ke istana sambil bersenang
hati, karena tercapai apa yang diperintahkan raja kepadanya. Setiba di istana pengawal
itu langsung melaporkankepada sang Raja.

Atas laporan dari pengawalnya, kemudian si gadis miskin disuruh datang ke istana
untuk dimintai keterangan. Raja bersama permaisurinya tercengang dikala mendengar
keterangan dari gadis miskin itu. Akhirnya gadis miskin itu dinikah oleh raja sebagai
istri kedua, karena sang Raja benar-benar ingin mendapatkan keturunan.

Tidak lama kemudian gadis miskin yang telah dikawin raja itu akhirnya hamil dan dia
mengidam daging rusa. Sekalipun gadis miskin yang dinikahi, tetapi sang Raja begitu
kasih sayang, sehingga apa yang diminta selalu dituruti. Bahkan untuk mencari daging
rusa sang Raja terjun sendiri berburu ke hutan. Melihat sayangnya yang luar biasa
kepada istrinya kedua. Kini permaisurinya mulai cemburu.

Pada saat raja berburu tiba-tiba istrinya yang miskin melahirkan tiga anak yang
berdada emas, satu perempuan dan dua laki-laki, ternyata benar apa yang pernah
dikatakan oleh gadis miskin tersebut.

Pada saat melahirkan si miskin mata dan telinga ditutup, hal ini merupakan aturan dari
kerajaan. Dengan rasa kesedihan si miskin tak bisa melihat, serta mendengarkan tangis
dari anaknya, dan juga tidak bisa mengenalinya.

Saat itu bertepatan juga dengan anjing beranak tiga ekor, satu betina dan dua jantan.
Ketiga anak anjing itu dimuat di baki lalu dibawa ke istana perlu ditukarkan dengan
ketiga anak miskin tersebut. Sementara ketiga anak si miskin itu dibawa ke tempat
yang jauh dari istana. Ibu si miskin yang baru saja melahirkan tadi ditaruh di kolong
istana tepatnya di bawah jamban dalam keadaan terikat.

Kini tibalah sang Raja dari hutan sambil membawa daging rusa. Beliau dipersilahkan
permaisurinya untuk melihat ketiga ekor anjing yang baru saja dilahirkan dari si miskin
itu. Saat melihat ketiga anjing itu raja marah-marah, dan menganggap si miskin adalah
pembohong.

Lambat laun ketiga anak itu besar dan menginjak dewasa. Mereka dibesarkan oleh
petani, dan selama itu mereka berada di kebun. Mereka tidak tahu, bahwa dirinya anak
raja, sementara ibunya dalam keadaan diikat. Pada lain kesempatan sang Raja
mengadakan pesta yang banyak sekali hiburannya. Diantara hiburannya adalah
penyambungan ayam. Mendengar kabar ini, Inang pengasuh yang sangat mencintai
anak-anak berdada emas itu menyuruh mereka agar ikut serta menyambung ayam.

Nenek Inang Pengasuh berkata, Hai cucuku, kesanalah kamu ikut menyambung
ayam? Ayam apa yang harus saya bawa, sementara tidak punya ayam, tanya sang
cucu. Nenek berkata lagi, Nanti kau saya buatkan ayam agar ikut menyambung
ayam.

Kemudian dibuatkan seekor ayam dengan menyulap seekor kucing, lalu menjadi ayam
jantan. Setelah mendapat ayam, lalu si anak-anak berdada emas cepet-cepet menuju
istana.

Setiba di istana, Raja berkata, Bagaimana anak-anak apakah kamu benar-benar punya
minat untuk menyambung ayam? Si dada emas menjawab: kalau sudah datang
kemari dan ayam sudah dibawa tentu saja sudah siap. Pertandingan dimulai ayam milik
sang raja dengan ayam milik sang anak dada emas mulai tertarung. Ayam sang raja
terpental oleh ayam sang anak dada emas, akhirnya dia pulang membawa sekantong
emas berkat ayam yang dimilikinya tadi.

Permaisuri telah dihantui dengan rasa khawatir dikala melihat anak berdada emas itu,
sementara Raja merasa penasaran atas kekalahannya itu. Sang Raja berkata, Besok
kita mengadakan lagi menyambung ayam, oleh karena itu datanglah anak-anak!

Setiba di rumah mereka berdada emas itu menyampaikan tentang permainannya


kepada nenek yang mengasuhnya. Kemudian nenek bertanya, Apakah anak-anak mau

menyambung ayam lagi? Ya nek aku semua senang jika menang karena mendapatkan
emas.

Esok harinya si nenek membuatkan ayam siluman lagi, sambil mengatakan, bila
nantinya kamu menang, maka janganlah minta emas, tetapi mintalah wanita yang
sedang diikat di bawah kolong jamban, sementara dia sudah berlumut, karena sudah
lama bertempat di bawah jamban tersebut, dan itulah benar-benar ibumu.

Setelah si nenek tadi mengatakan hal yang mengagetkan tadi, maka mereka berdada
emas berupaya sekali untuk membebaskan ibunya yang sedang diikat di bawah kolong
jamban.

Mereka berangkat dengan penuh semangat sampai di istana langsung diadakan


sambun ayam. Dalam jangka waktu relatif singkat, ayam raja berlumuran darah,
hingga mati. Melihat ayamnya kalah itu sang Raja merasa malu. Sang Raja mengajak
ketiga anak itu untuk diberi hadiah.

Setiba di istana mereka berdada emas mengatakan, Kemenangan kali ini kami tidak
mengharapkan uang emas, tetapi minta dibebaskannya wanita yang diikat di kolong
bawah jamban itu.

Raja berkata, Kalian punya maksud apa dengan orang semacam itu? Dia benar-benar
pembohong! Si Dada emas berkata, Wanita itu adalah ibu kami. Raja bertambah heran
dan tercengang mendengar ucapan anak tersebut.

Tidak lama kemudian muncullah Inang dan burung nuri sahabat anak-anak berdada
emas itu. Kini burung nuri dan yang hadir saat itu sedang bercerita tentang beberapa
tahun yang lalu tentang si miskin melahirkan di istana ketepatan sang Raja berburu ke
hutan.

Burung Nuri terus bercerita tentang si miskin lahir, tetapi permaisuri mengatakan
kepadanya, hai burung nuri, berhentilah kamu cerita! Permaisuri merasa takut

kejahatannya terbongkar. Akan tetapi sang Raja minta kepada burung nuri agar
meneruskan ceritanya, karena tertarik sekali.

Setelah burung nuri bercerita panjang lebar, maka tiba-tiba sang Raja menangis,
karena selama ini tertipu permaisurinya, karena selama ini membiarkan selirnya
terlantar di bawah jamban. Setelah itu ibu terlantar langsung dibebaskan serta
dimandikan dengan bersih. Dia segera menemui anak-anaknya dan saling berpelukan,
karena selama ini tidak pernah menjumpai dan baru kali ini mereka sama-sama tahu.
Begitu juga sang Raja yang selama ini bersalah, dia juga ikut memeluk selirnya dan
anak-anaknya.

Ternyata yang bohong adalah permaisuriku, untuk itu dia segera memerintah kepada
pengawalnya untuk menangkapnya lalu diikat dan ditaruh dibawah jamban, sebagai
ganti selirku. Biar dia merasakan akibat perlakuan jahat itu.

Anda mungkin juga menyukai