Anda di halaman 1dari 69

DRAINASE PERKOTAAN TSI-437

01. PENDAHULUAN

1
Silabus
Tujuan Mata Kuliah:
Memberikan pengetahuan perencanaan sistem drainase perkotaan
yang berwawasan lingkungan.
Kompetensi yang Diharapkan:
Mampu merencanakan sistem drainase perkotaan yang berwawasan
lingkungan.
Uraian Isi Mata Kuliah:
Pengertian drainase perkotaan;
Dasar-dasar hidrologi dan hidraulika untuk drainase perkotaan;
Survei untuk kebutuhan perencanaan drainase;
Analisis dampak urbanisasi, pengendalian limpasan permukaan,
perencanaan saluran drainase, perencanaan gorong-gorong,
perencanaan kolam parkir banjir, dan perencanaan kolam resapan;
Perencanaan sistem drainase jalan dan lapangan olah raga;
Pengenalan konsep sistem polder.

2
Silabus
Tugas Responsi :
Sebelum UTS:
Menyelesaikan soal-soal perancangan dimensi
saluran drainase pada suatu kawasan perkotaan.
Sesudah UTS:
Menyelesaikan soal-soal penelusuran banjir
reservoir

3
REFERENSI
Buku Wajib:
1. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi Offset.
2. Butler, D. and Davies, John W. 2004. Urban
Drainage, London: Spon Press, Taylor & Francis
Group.
Buku Anjuran:
1. Ditgutiswa. 1997. Drainase Perkotaan. Gunadharma.

4
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Perte Tujuan Pembelajaran Khusus Topik/SubTopik Bahasan Rincian isi kuliah untuk setiap Metode Sumber
muan (TPK) TPK Pembelajaran Pembelajaran
ke
1 Mahasiswamengetahui Konsep perencanaan Perspektif perkembangan Kuliah dan Urban
tujuanperencanaan sistem drainase drainase kawasan diskusi Drainage,David
sistemdrainase. perkotaan ButlerandJohnW.
Mahasiswamengetahui Perubahan paradigm Davies.
sistemdrainaseyang perencanaan sistem Bab 1,Introduction,
terdiridariinlet,saluran, drainase hal 113
gorong2,kolamparkir
banjir,kolamresapan.
2 Mahasiswadapat Analisis IDF PersamaanTalbot, Kuliah dan Urban
memahamidan ShermandanIshiguro diskusi Drainage,David
menggunakanpersamaan Analisis frekuensi ButlerandJohnW.
intensitashujansebagai Analisis kurva IDF Davies.
fungsidariwaktu Bab 5,Rainfall,
Mahasiswamampu Hal.7390
melakukananalisiskurva
IDF.
3 Mahasiswadapat AnalisaWaktu PersamaanIzzard, Kuliah dan Urban
4 memahamidan KonsentrasiLimpasan Kirpich,Kerbydankinematic diskusi Drainage,David
menganalisawaktu wave ButlerandJohnW.
konsentrasipadaanalisa Davies
limpasan Bab 11,Storm
sewers,hal 226
230

5
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
5 Mahasiswadapat Analisis debitbanjir Metode rasional. Kuliah dan Urban
memahamidan rencana:metode Menganalisabesaran diskusi Drainage,David
menentukanbesaran rasional koefisienlimpasan ButlerandJohn
debitbanjirrencana yangakandigunakan W.Davies
yangakandigunakan Bab 11,Storm
sewers,hal 230
237
6 Mahasiswadapat Perencanaansistim MorningGlory Kuliah dan Urban
7 memahamidan inlet Menentukanbesaran diskusi Drainage,David
merencanakanlokasi Tipedananalisa coeficientofdischarge Kuliah dan ButlerandJohn
dantipeinletyang dimensirencana Persamaan Bernoully diskusi W.Davies
akandigunakanuntuk inlet Persamaan Manning Bab 7,System
mengendalikanaliran Perencanaansistim Persamaan Chezy componentsand
limpasanmenuju salurandrainase layout,hal 119
saluran denganpenampang, 129
Mahasiswadapat segitiga,empat Urban
merencanakan persegipanjangdan Drainage,David
dimensisaluran trapesium ButlerandJohn
drainaseuntuk W.Davies
berbagaitipesaluran. Bab 8,Hydraulics,
Mahasiswadapat hal 159165
menganlisadan
merencanakan
pertemuandari
beberapasaluran

Ujian Tengah Semester 6


SATUAN ACARA PERKULIAHAN
8 Mahasiswa dapat Perencanaan gorong-gorong Persamaan Bernoulli Kuliah dan Urban
9 memahami dengan adanya dan siphon Persamaan Manning diskusi Drainage,David
10 gorong2, akan terjadi Perencanaan Kolam Parkir Persamaan Chezy Butler and John W.
perubahan profil muka air di Banjir Menentukan besaran Davies
sekitar gorong2,dan dapat parameter untuk Bab 8, Hydraulics,
merencanakan gorong- menentukan perencanaan hal 149-155
gorong kolam parkir banjir Applied Hydrology,
Mahasiswa dapat Perencanaan Bangunan Air Ven Te Chow, David
memahami prinsip Reservoir Routing R. Maidment, Larry
merencanakan kolam banjir W. Mays
dan dapat merencanakan Bab 8, Lumped Flow
sistim kolam parkir banjir Routing
11 Mahasiswa dapat Perencanaan sistem Infiltrasi Kuliah dan Fundamentals of
12 memahami dan drainase lapangan terbang Analisis model aliran diskusi Hydraulic
13 merencanakan sistem dan lapangan olah raga drainase bawah tanah dengan Engineering
drainase dimana limpasan Perencanaan Sumur dan menggunakan persamaan Systems, Ned H.C.
hujan sebagian besar Kolam Resapan Darcy Hwang
diresapkan ke dalam tanah, Pengenalan Konsep sistim Analisis model aliran sumur Bab. 6, Hydraulics of
kemudian di dalam tanah polder resapan dengan Wells and Seepage,
terdapat sistem pipa untuk menggunakan persamaan hal 199-220
mengalirkan aliran air Darcy Fundamentals of
tersebut Analisis model kolam Hydraulic
Mahasiswa dapat resapan dengan Engineering
merencanakan sumur menggunakan Reservoir Systems, Ned H.C.
resapan dan kolam resapan Routing Hwang
untuk mengurangi limpasan Memahami konsep sistem Bab. 6, Hydraulics of
Mahasiswa dapat polder Wells and Seepage,
memahami dan menjelaskan Bangunan Air hal 199-220
sistim polder Sistem Pompa Aplikasi Sistem
Polder di Jakarta
7
Pengertian Drainase:
Drainase : suatu sistem pembuangan air lebih (excess
water) dan air limbah (wastewater) yang berupa buangan
air - dari daerah perumahan dan permukiman, industri,
pertanian, lahan terbuka, badan jalan, - serta menyalur-
kannya ke luar dari kawasan tersebut.
Sistem drainase diperlukan pada daerah perkotaan karena
adanya interaksi aktifitas manusia dan siklus alamiah air.
Interaksi ini dalam 2 bentuk berikut:
Pengambilan air dari badan air untuk memenuhi
kebutuhan air minum, dan
Penutupan permukaan tanah dengan lapisan kedap air,
mengubah lintasan limpasan air hujan menjauh dari
sistem drainase alamiah yang ada.
Kedua interaksi di atas menghasilkan dua jenis air yang
perlu disalurkan dengan saluran drainase.
8
Pengertian Drainase:
Tipe pertama adalah air kotor (wastewater), adalah air
limbah domestik, non domestik dan industri. Air limbah ini
perlu dibuang dengan aman. Air kotor ini mengandung
material terlarut (dissolved material), bahan halus dan
bahan padat dari buangan WC, dari dapur, industri dan
penggunaan lainnya.
Tipe kedua adalah air bersih/air hujan (strormwater),
adalah air hujan yang jatuh pada daerah terbangun. Jika
air hujan ini tidak didrain dengan benar akan
menyebabkan ketidak nyamanan, kerusakan, banjir dan
mengancam kesehatan. Air ini mengandung polutan yang
berasal dari hujan, udara atau dari permukaan tanah.
Sistem drainase perkotaan diperlukan untuk menangani
kedua jenis air ini dengan tujuan meminimkan dampak
negatif terhadap kehidupan penduduk dan lingkungan.
9
Pengertian Drainase:
Dengan demikian sistem drainase perkotaan mempunyai 2
sisi singgung, dengan publik dan lingkungan seperti
diperlihatkan pada gambar berikut.

Di banyak daerah perkotaan, drainase didasarkan pada


sistem pembuang buatan seluruhnya yang terdiri atas: pipa
dan bangunan yang akan mengumpulkan dan membuang air
buangan ke tempat lain.
Ironisnya pada daerah pemukiman kaum miskin, umumnya
tidak dilengkapi dengan sistem drainase, air kotor ditangani
secara lokal (atau dibiarkan saja) dan air hujan langsung
dibuang ke tanah. 10
Pengaruh Urbanisasi pada Drainase
Pengaruh urbanisasi dapat digambarkan secara
sederhana pada gambar berikut:

11
Pengaruh Urbanisasi pada Drainase
Sebelum urbanisasi:
Hujan sebagian besar akan meresap ke dalam tanah untuk
mengisi tampungan air tanah.
Proporsi hujan yang menjadi limpasan lebih kecil,
Aliran air di permukaan tanah lebih lambat, waktu
konsentrasi lebih besar, puncak banjir lebih rendah
Setelah urbanisasi:
Permukaan tanah ditutup dengan lapisan yang lebih kedap
air dengan permukaan yang lebih licin.
Infiltrasi lebih kecil sehingga besarnya limpasan lebih besar.
Kecepatan aliran permukaan lebih tinggi, waktu konsentrasi
lebih pendek, puncak banjir lebih tinggi.
Kondisi ini meningkatkan resiko terjadinya banjir bandang,
polutan dan sedimen akan tersapu oleh air dan dibawa
menuju sungai.
Dengan demikian pada lingkungan buatan, cenderung polusi
di daerah tangkapan hujan dan di udara lebih besar dari
pada pada lingkungan alamiah.
Pada sistem drainase dimana terjadi percampuran antara air
kotor dan air hujan memungkinkan polutan dari air kotor
terbuang ke sungai. 12
13
Sejarah Perkembangan Drainase:
Kota-2 kuno pada awal peradaban ternyata telah
dilengkapi dengan saluran drainase. Contohnya adalah
permukiman di lembah sungai Indus di India, yaitu Kota
Mohenjo Daro dan Harappa (3500 SM)

14
15
Kota Mohenjo Daro 16
Saluran Drainase Mohenjo Daro 17
Saluran Drainase Mohenjo Daro 18
Sejarah Perkembangan Drainase:
Bangsa Romawi terkenal dengan bangunan talang (aqueduct),
saluran drainase, jalan dan jembatan. Bangunan drainase
perkotaan yang dibuat pada jaman Romawi kuno (600 tahun
SM) berupa saluran bawah tanah yang cukup besar (cloaca
maxima) untuk menampung dan membuang limpasan air hujan
dari daerah rawa-rawa di Forum Roma. Sampai saat ini
bangunan masih berfungsi.

19
20
Cloaca Maxima Roma
21
Cloaca Maxima Roma 22
Cloaca Maxima Roma 23
Sejarah Perkembangan Drainase:
Sistem drainase berkembang secara intensif dengan
perkembangan kota-kota di Eropa dan Amerika Utara.
Awalnya sistem drainase hanya untuk menerima limpasan
air hujan dan menyalurkannya ke badan air terdekat.
Desain dan pembangunannya belum baik, saluran bawah
tanah dari batu bata rembes cukup besar. Pada beberapa
kasus kemiringan saluran tidak cukup sehingga air tidak
lancar dan terjadi genangan dalam saluran setelah terjadi
hujan.
Pembuangan kotoran manusia secara tradisional (WC
umum dan alat angkut tinja) tak dapat dipertahankan
karena pertambahan penduduk cukup besar. Kawasan
perkampungan miskin dan hunian menjadi kumuh dan bau
oleh kotoran manusia dan air buangan domestik.
Pada tahun 1815 di London dilakukan perubahan
peraturan dengan membolehkan membuang limbah
domestik ke dalam sistem drainase. Terciptalah sistem
drainase tercampur. Hal sama terjadi di Boston (1833) dan
Paris (1880).
24
25
Sejarah Perkembangan Drainase:
Penyelesaian di atas sebenarnya hanya memindahkan
masalah dari lahan (tanah) ke badan air penerima. Terjadi
pencemaran pada badan air penerima.
Muncul kesadaran untuk mengolah air limbah sebelum di
buang ke dalam sistem drainase. Tentu saja realisasinya
tidak mudah terutama pada kota-kota tua yang sistemnya
sudah terbangun dan mapan.
Adalah tidak praktis untuk membuat pengolah limbah
(IPAL) di setiap titik keluaran (outlet) dari saluran drainase.
Lahirlah konsep untuk menyatukan outlet setiap saluran
limbah pada IPAL terpusat di bagian hilir.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat pipa penyalur
(interceptor) yang akan menyalurkan air kotor dari setiap
outlet saluran menuju IPAL terpusat.
Timbul kesulitan praktis untuk menentukan dimensi dari
pipa penyalur. Idealnya kapasitasnya sama dengan jumlah
kapasitas saluran tercampur di hulunya. Hal ini akan
menghasilkan dimensi yang luar biasa besar dan sangat
mahal. 26
27
Sejarah Perkembangan Drainase:
Saluran tercampur didesain untuk mengalirkan air limbah
(dry weather flow, DWF) yang relatif kecil dan air hujan
(wet weather flow, WWF) yang jauh lebih besar.
Sebagai kompromi, umumnya kapasitas pipa penyalur
diambil 2 sampai 3 kali DWF, akibatnya saat hujan
kapasitasnya akan terlampaui dan terjadi limpasan di
setiap outlet saluran langsung ke sungai (combined sewer
overflows, CSO).
CSO ini merupakan sumber pencemaran sungai.
Persoalan lain dari sistem tercampur (combined sewers)
adalah sambungan langsung dari rumah ke sistem
(umumnya bagian terendah, basement). Saat terjadi hujan
akan terjadi aliran balik seperti ditunjukkan pada gambar
berikut.

28
29
Sejarah Perkembangan Drainase:
Persoalan lain dari sistem tercampur ini adalah fluktuasi air
yang cukup besar sehingga pada saat aliran rendah terjadi
pengendapan sedimen. Sedimen ini akan terbilas pada
awal musim hujan, sehingga tingkat polusi saat itu paling
besar (lihat gambar di bawah).
Persoalan di atas melahirkan konsep untuk membuat
sistem terpisah antara saluran air kotor (limbah) dan
saluran air hujan (bersih), sehingga diperlukan dua pipa
terpisah, satu untuk air kotor dan lainnya untuk air hujan.
Masalah yang timbul pada praktek penggunaan sistem
terpisah ini adalah terutama pada sistem air kotornya.
Seringkali pipanya bocor sehingga air hujan dapat masuk
ke pipa ini demikian juga air tanah sehingga akan
menyebabkan alirannya menjadi tertekan dan terjadi aliran
balik seperti pada sistem terpisah
30
31
Sejarah Perkembangan Drainase:
Untuk mengatasi hal ini, pada beberapa titik dibangun
outlet di sistem air hujan sehingga bisa membuang
kelebihan air kotor ke saluran air hujan atau langsung ke
sungai. Efeknya sama saja dengan CSO.
Perkembangan di Indonesia pada paruh pertama abad 20
adalah pembuatan banjir kanal dan saluran pembuang di
Jakarata (1910), Riolering di Yogyakarta (1935).
Sampai saat ini kota-kota di Indonesia masih
menggunakan sistem drainase tercampur tanpa dilengkapi
dengan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

32
33
Perbandingan Sistem Tercampur dan Sistem
Terpisah

34
36
37
38
39
40
41
Permasalahan Drainase Perkotaan di Indonesia:
Banjir setiap tahun, cenderung meningkat, baik frekuensi
maupun luasan, kedalaman dan durasinya,
Akar masalah banjir adalah :
Pertambahan penduduk yang sangat cepat,
Pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut,
Perubahan tata guna lahan (daerah kedap semakin luas),
Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan rendah (sampah,
penyempitan badan air dll),
Belum konsistennya pelaksanaan dan penegakan hukum,
Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen
infrastruktur yang lain (tiang listrik di tengah saluran drainase,
pipa air minum memotong saluran pada penampang basahnya),
Pengaruh pasang surut,
Terjadinya penurunan permukaan tanah.

42
Tujuan dan Manfaat Drainase Perkotaan
Tujuan Drainase Perkotaan : Mengalirkan secepat
mungkin air lebih (air hujan dan air kotor) dari
kawasan perkotaan ke luar kawasan sehingga tidak
menimbulkan ketidak nyamanan di kawasan yang
bersangkutan (Konsep lama).
Manfaat Drainase Perkotaan : Meningkatnya
kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah
permukiman pada khususnya serta seluruh daerah
perkotaan pada umumnya.

43
Konsep Drainase Perkotaan
Drainase Perkotaan melayani pembuangan kelebihan
air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya
melalui permukaan tanah atau lewat di bawah
permukaan tanah untuk dibuang ke sungai, laut atau
danau.
Kelebihan air berupa : air hujan, air limbah domestik,
maupun air limbah industri.
Drainase Perkotaan harus terpadu dengan sanitasi,
sampah, pengendalian banjir kota dll.

44
Ruang Lingkup Drainase Perkotaan
Penanganan kelebihan air di kota di Indonesia
dilaksanakan oleh 2 unit kerja yang terpisah :
Drainase Perkotaan (Urban drainage), ditangani oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.
Perlindungan Banjir Kota (Urban flood protection),
ditangani oleh Direktorat Jenderal Pengairan
Kementerian PU.

45
Ruang Lingkup Drainase Perkotaan

46
Sistem Drainase Mayor dan Minor
Sistem drainase minor terdiri atas selokan-selokan di
tepi jalan, saluran-saluran maupun bangunan-
bangunan air pengumpul air drainase dari bagian hulu
suatu areal dan membawanya ke sistem drainase
mayor. Luas areal yang dilayani setiap saluran < 10
Ha.
Sistem drainase mayor mengumpulkan air dari sistem
drainase minor dan membawa air tersebut ke sungai
atau laut

47
48
Saluran Terbuka dan Saluran Tertutup
Saluran drainase buatan dapat berupa saluran terbuka
maupun saluran tertutup. Kelebihan dan kekurangan kedua
tipe saluran ini diberikan pada Tabel berikut:
Tipe Saluran Kelebihan Kekurangan
Saluran Tertutup - Nyaman, Aman, Estetika - Biaya konstruksi mahal,
- Tak perlu pembebasan tanah, - Pemeliharan mahal,
- Pengendalian inflow bagus, - Perlu tenaga dan alat khusus.
Pemeliharan mudah bila
-
mampu mengglontor sendiri
Pengendalian inflow dan limbah
Saluran Terbuka - Biaya konstruksi lebih murah, -
kurang,
Keamanan dan kenyamanan
- Mudah pemeliharaannya. -
kurang,
Pengendalian inflow dan limbah
-
kurang,
- Perlu pembebasan tanah,
- Perlu pemeliharaan lebih sering.

49
Paradigma Baru di Bidang Drainase
Pendekatan baru di bidang drainase adalah menahan
limpasan selama mungkin dengan cara meresapkan
ke dalam tanah dimana saja memungkinkan dan
memperpanjang waktu konsentrasi.
Caranya antara lain :
Menampung air sementara di lahan ( halaman,
lapangan, lapangan parkir dll),
Menampung dan menahan air di saluran, kolam, waduk
dll,
Memperpanjang saluran agar waktu konsentrasi
bertambah,
Jarak antar inlet di jalan diperlebar.
50
Komponen Sistem Drainase Perkotaan

51
Komponen Sistem Drainase Perkotaan

52
Komponen Sistem Drainase Perkotaan

53
Komponen Sistem Drainase Perkotaan

54
Komponen Sistem Drainase Perkotaan

55
56
SALURAN DRAINASE
57
SALURAN DRAINASE
Drain Inlet

58
Gorong-
gorong

Saluran

59
60
Drain - Inlet
61
Drain - Inlet 62
Gorong-gorong (Culvert) 63
64
Kolam Retensi
65
Kolam Retensi
66
Kolam Retensi
67
68
69

Anda mungkin juga menyukai