Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN P1

POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET

Disusun Oleh :
Vania Dwinda Oktaviana (02311540000102)

Asisten :
Fizanti Causia Aguisti (02311440000010)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
HALAMAN JUDUL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN P1

POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET

Disusun Oleh :
Vania Dwinda Oktaviana
(02311540000102)

Asisten :
Fizanti CausiaAguisti (02311440000010)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM P1 REKAYASA BAHAN


POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET

Laporan praktikum Rekayasa Bahan ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk mengikuti praktikum Rekayasa Bahan

selanjutnya.

Surabaya, 28 September 2017

Mengetahui,
Asisten Praktikum

FIZANTI CAUSIA AGUISTI

02311440000010

v
v

ABSTRAK

Polimer merupakan senyawa molekul besar berbentuk


rantai atau jaringan yang tersusun dari gabungan ribuan hingga
jutaan unit pembangun (monomer) berulang. Jenis-jenis polimer
sendiri dapat digolongkan atas jenis polimer berdasarkan
sumbernya, jenis polimer berdasarkan jenis monomer
penyusunnya, jenis polimer berdasarkan sifat termalnya, dan jenis
polimer berdasarkan reaksi pembentukannya. Golongan polimer
yang diperhatikan dalam praktikum ini adalah jenis polimer
berdasarkan sifat termalnya. Polimer mempunyai banyak variasi
sifat dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Untuk itulah
dilaksanakan praktikum rekayasa bahan mengenai sifat polimer
thermoset dan termoplast dengan tujuan untuk lebih mengenal
bahan polimer, sifat-sifat bahan polimer thermoset dan termoplast
dan juga perbedaan dari kedua sifat tersebut. Dalam praktikum ini
terdapat tiga bahan yang diuji yaitu polimer A (tabalan ban), B
(ban dalam) dan C (sarung tangan lateks). Dari ketiga bahan
tersebut diberi perlakuan yang sama, yaitu dipanaskan dengan
suhu yang semakin meningkat sampai terjadi perubahan secara
fisik pada bahan. Hasil yang diperoleh adalah bahan A termasuk
ke dalam bahan thermoset, sementara bahan B dan C termasuk ke
dalam bahan termoplast.

Kata kunci : Polimer, Termoplast, Termoset


vi

ABSTRACT

Polymers are a large unity or a network composed of a mixture of


thousands of repeating builder units (monomers). The polymer
types themselves can be classified on the type of polymer based
on the source, the type of polymer based on the type of the
constituent monomer, the type of polymer based on its thermal
properties, and the type of polymer based on the reaction of its
formation. The polymer group noticed in this practicum is a type
of polymer based on its thermal properties. Polymers have many
variations of properties and are very beneficial to human life. For
thermodynamic and thermoplast practicum purposes for the
purpose of knowing the polymer material, the properties of the
thermoset and thermoplast polymer materials as well as the
differences of the two properties. In this laboratory there are
three materials tested: polymer A (tire tab), B (inner tube) and C
(latex glove). Of the three materials were given the same
treatment, which is heated with increasing temperature. The
resulting result is material A included in the thermoset material,
while materials B and C belong to the thermoplast material.

Keywords: polymer, thermoplastic, thermoset.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga dapat
menyelesaikan laporan resmi percobaan Rekayasa Bahan
Polimer Termoplastik dan Termoset dengan baik. Adanya
percobaan ini sangat bermanfaat bagi kita semua
khususnya untuk mengetahui sifat termal polimer yaitu
termoplastik dan termoset. Untuk itulah kami
mempersembahkan sebuah laporan resmi percobaan
percobaan Rekayasa Bahan Polimer Termoplastik dan
Termoset dengan harapan dapat membantu sebagai bahan
referensi bagi mahasiswa.
Kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ketua Jurusan Teknik Fisika
2. Dosen Pengajar mata kuliah Rekayasa Bahan
3. Asisten Laboratotrium Rekayasa Bahan
4. Seluruh teman-teman Teknik Fisika yang telah
membantu kelancaran tersusunnya laporan resmi ini.
Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bag semua
yang membacanya serta kami mengharapkan kritik dan
saran demi kemajuan susunan laporan yang lebih baik lagi.

Surabaya, 13 Oktober 2017

Hormat kami

v
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN .................................................. IV
ABSTRAK................................................................................. IV
ABSTRACT ................................................................................. V
KATA PENGANTAR ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR ISI ............................................................................. VI
DAFTAR GAMBAR .. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR TABEL ....... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB I PENDAHULUAN .............. ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
1.1. Latar Belakang ................ Error! Bookmark not defined.
1.2. Permasalahan ................... Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan....................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah .............. Error! Bookmark not defined.
BAB II DASAR TEORI ................ ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
2.1. Pengertian Polimer .......... Error! Bookmark not defined.
2.2. Karakteristik dan Peranan Polimer ........................................ 3
2.3. Jenis-jenis Polimer ............................................................ 5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ................................. 9
3.1. Peralatan ............................................................................ 9
3.2. Prosedur Percobaan ........................................................... 9
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ...... ERROR!
BOOKMARK NOT DEFINED.
4.1. Analisa Data .................... Error! Bookmark not defined.
4.2. Pembahasan ..................................................................... 19
BAB V PENUTUP .... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.1
5.1. Kesimpulan.................... Error! Bookmark not defined.1
5.2. Saran .............................. Error! Bookmark not defined.1
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 233
LAMPIRAN I.....25
LAMPIRAN II...27
viii

vi

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembentukan polietilena (PE) dari etena5


Gambar 2.2 Pembentukan poliisoprena dari isoprena5
Gambar 2.3 Pembentukan poliester: PET dari dimetil
tereftalat dan etilena glikol...7
Gambar 2.4 Pembentukan poliamida: nilon 66 dari asam
adipat dan heksametilendiamina...7
Gambar 6.1 Kapasitas produksi plastik berbahan polimer alami
dalam tahun 2003 dan 2007..8
Gambar 6.2 Skema diagram dari 4 tipe susunan komposit
semikonduktor. a.) semikonduktor/matrik ; b.) konfigurasi lapisan
; c.) Core shell geometry ; d.) pasangan semikonduktor insert c)
dan d) menunjukkan hubungan diagram energy (SC =
Semikonduktor).8

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Polimer Alam.5


Tabel 2.2 Contoh Polimer Sintetis..5
Tabel 4.1 Data Pada Polimer A (Tambalan Ban)11
Tabel 4.2 Data Pada Polimer B (Ban Dalam).13
Tabel 4.3 Data Pada Polimer C (Sarung Tangan Latex).17

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia semakin hari semakin
berkembang pesat dan menunjukkan potensinya di kancah global.
Tidak hanya karena pertumbuhan ekonominya yang pesat yang
bisa berlangsung terus dalam suatu jangka waktu yang lama,
tetapi juga karena pembangunan industrinya yang sangat pesat,
Indonesia sempat masuk di dalam kelompok negara-negara Asia
Tenggara dan Timur yang dijuluki East Asian economic
miracle.. [1] Tak terkecuali dengan industri material dan bahan
yang menghasilkan berbagai material yang akan dibutuhkan
industri elektronik ataupun manufaktur. Salah satu produk dari
industri ini adalah polimer. Kini polimer sangat populer dalam
kebutuhannya untuk memproduksi berbagai macam produk,
mulai dari produk cair, padat, bahan kimia , alat kebutuhan
infrastruktur, kebutuhan rumah tangga, wadah produk makanan
dan lain sebagainya. Bahkan polimer mulai digagas sebagai
bahan alternatif pengganti bahan-bahan yang sifatnya merugikan
bagi lingkungan.
Karena manfaat dan penggunaan polimer yang banyak maka
perlu dilakukan pembelajaran mengenai bahan polimer, sifat-sifat
polimer dan bagaimana cara menggolongkan sifat polimer
tersebut. Hal ini demi menunjang kemampuan kita sebagai
generasi penerus bangsa yang dapat memanfaatkan potensi
polimer yang
jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Oleh karena itu
dilakukanlah praktikum ini untuk memenuhi pemahaman dan
kemampuan tersebut.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang muncul dari latar belakang
diakukannya praktikum ini adalah:
a. Apa yang dimaksud bahan polimer?
b. Bagaimana sifat-sifat polimer termoplastik dan thermoset?
c. Bagaimana membedakan polimer termoplastik dan thermoset?
1
2

1.3 Tujuan
Adapun diakukannya praktikum ini adalah
a. Praktikan dapat mengenali yang dimaksud bahan polimer
b. Praktikan dapat mengetahui sifat-sifat polimer termoplastik
dan thermoset
c. Praktikan dapat membedakan polimer termoplastik dan
thermoset

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam praktikum rekayasa bahan
polimer thermoset dan termoplast ini adalah mempelajari
mengenai sifat polimer thermoset dan termoplast untuk tiga jenis
polimer yang diuji (lateks, ban dalam dan tambal ban) di
Laboratorium Rekayasa Bahan Teknik Fisika ITS pada Selasa 25
September 2017.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Polimer


Polimer merupakan senyawa molekul besar berbentuk
rantai atau jaringan yang tersusun dari gabungan ribuan hingga
jutaan unit pembangun (monomer) yang berulang. Kata polimer
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
Poly dan meros. [2] Poly artinya banyak sedangkan Meros berarti
unit atau bagian. Polimer merupakan senyawa yang besar yang
terbentuk dari hasil penggabungan sejumlah (banyak) unit-unit
molekul yang kecil, sehingga dapat disebut sebagai senyawa
makromolekul. Sebagai contoh, polipropilena (PP) adalah
polimer yang tersusun dari monomer propena. [3]

2.2 Karakteristik dan Peranan Polimer


Karakteristik atau sifat polimer didasarkan pada empat
hal-hal berikut: yaitu panjang rantai, gaya antarmolekul,
percabangan dan ikatan silang antarrantai polimer. Semakin
panjang rantai polimer, maka kekuatan dan titik leleh senyawanya
semakin tinggi. Semakin besar gaya antarmolekul pada rantai
polimernya, maka senyawa polimer akan semakin kuat dan
semakin sulit leleh. Rantai polimer yang memiliki cabang banyak
akan memiliki daya regang rendah yang disertai mudahnya
meleleh.Ikatan silang antarmolekul menyebabkan jaringan
menjadi kaku, sehingga bahan polimer menjadi keras dan rapuh.
Semakin banyak ikatan silang yang dimiliki oleh polimer, maka
polimer akan semakin mudah patah.
Polimer yang mempunyai ikatan silang akan bersifat
termosetting, sedangkan polimer yang tidak mempunyai ikatan
silang akan besifat termoplastik. Termosetting merupakan jenis
polimer yang tetap keras dan tidak bisa lunak ketika dikenai
panas. Polimer ini hanya dapat dipanaskan satu kali yaitu pada
saat pembuatannya. Jadi apabila setelah pecah tidak dapat
disambung kembali. Contoh polimer jenis ini adalah bakelit.
Termoplastik merupakan jenis polimer yang dapat melunak ketika
3
4

dikenai panas dan mengeras kembali setelah didinginkan. Artinya


polimer jenis ini dapat dipanaskan berulang-ulang. Contoh
polimer yang masuk jenis ini adalah jenis plastik seperti
polietilena PE, plastik poliproilena PP, plastik polietilen tereftalat,
dan plastik polivinil chloride PVC. Secara umum, karakteristik
polimer adalah sebagai berikut:
a. Densitas yang rendah, dibandingkan dengan logam dan
keramik.
b. Rasio kekuatan terhadap berat (strength to weight) yang baik
untuk beberapa jenis polimer.
c. Ketahanan korosi yang tinggi.
d. Konduktivitas listrik dan panas yang rendah.

Dibandingkan dengan bahan-bahan jenis lain, polimer


memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena:
a. Dapat difabrikasi dengan cetakan menjadi bentuk-bentuk yang
rumit, umumnya tanpa proses pengerjaan lanjutan.
b. Atas dasar kriteria volumetric basis, polimer:
o sangat kompetitif dalam hal harga dibandingkan logam.
o umumnya membutuhkan energi proses yang lebih sedikit
dibandingkan logam.
c. Beberapa jenis plastik adalah sangat transparan seperti
polymethyl methacrylate PMMA atau akrilik, yang sangat
kompetitif dibandingkan dengan gelas/kaca.

Secara umum polimer memiliki keterbatasan sebagai


material teknik, antara lain:
a. Kekuatan yang relatif lebih rendah daripada logam dan
keramik.
b. Kekakuan yang rendah.
c. Temperatur penggunaan terbatasi hanya beberapa ratus
derajat oC saja. Perilaku viskoelastis, merupakan keterbatasan
khusus dalam aplikasi struktur penanggung beban
d. Beberapa jenis polimer mengalami degradasi ketika di-ekspos
dalam cahaya matahari dan radiasi lainnya.
5

2.3 Jenis-jenis Polimer


2.3.1 Jenis polimer berdasarkan sumbernya
2.3.1.1 Polimer alam
Merupakan polimer yang terdapat di atau berasal dari
alam, dan merupakan hasil dari proses metobolisme makhluk
hidup. Contohnya dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut

Tabel 2.1 Contoh Polimer Alam

2.3.1.2 Polimer Sintetis


Merupakan polimer yang tidak terdapat di alam, dan dibentuk
dari manipulasi dan proses kimia yang dilakukan oleh manusia.
Contohnya dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut
Tabel 2.2 Contoh Polimer Sintetis
6

2.3.2 Jenis Polimer Berdasarkan Jenis Monomer


Penyusunnya
2.3.2.1 Homopolimer
Merupakan polimer yang tersusun dari satu jenis
monomer. Contoh: polietilena (etena), polipropilena (propena),
polistirena (stirena), PVC (vinil klorida), PVA (vinil asetat),
poliisoprena (isoprena), dan PAN (akrilonitril).

2.3.2.2 Kopolimer
Merupakan polimer yang tersusun dari dua jenis atau
lebih monomer. Contoh: nilon 6,6 (heksametilendiamina + asam
adipat), dakron (asam tereftalat + etilena glikol), SBR (stirena +
butadiena), dan ABS (akrilonitril + butadiena + stirena).

2.3.3 Jenis polimer Berdasarkan Sifat Termalnya


2.3.3.1 Termoplas
Yaitu polimer yang melunak jika dipanaskan, dan dapat
dicetak kembali menjadi bentuk lain. Sifat ini disebabkan oleh
struktur termoplas yang terdiri dari rantai-rantai panjang dengan
gaya interaksi antar molekul yang lemah. Sifat-sifat lain dari
termoplas adalah ringan, kuat, dan transparan. Contoh termoplas
adalah polietilena, polipropilena, PET, dan PVC.

2.3.3.2 Termoset
Yaitu polimer yang memiliki bentuk permanen dan tidak
menjadi lunak jika dipanaskan. Sifat ini disebabkan oleh ada
banyaknya ikatan kovalen yang kuat antara rantai-rantai molekul.
Pemanasan termoset pada suhu yang terlalu tinggi dapat
memutuskan ikatan-ikatan tersebut dan bahkan membuat termoset
menjadi terbakar. Contoh termoset adalah bakelit dan melamin.

2.3.4 Jenis Polimer Berdasarkan Reaksi Pembentukannya


Reaksi pembentukan polimer dari monomernya disebut
reaksi polimerisasi. Reaksi polimerisasi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu
7

2.3.4.1 Polimerisasi Adisi


Polimerisasi adisi umumnya terjadi pada monomer yang
mempunyai ikatan rangkap. Umumnya monomer yang
direaksikan dalam polimerisasi adisi adalah senyawa alkena dan
turunannya. Dari reaksi polimerisasi adisi dihasilkan polimer
adisi sebagai produk tunggal. Contoh reaksi polimerisasi adisi:
a. Pembentukan polietilena (PE) dari etena

Gambar 2.3 Pembentukan polietilena (PE) dari etena

b. Pembentukan poliisoprena dari isoprene

Gambar 2.4 Pembentukan poliisoprena dari isoprena

2.3.4.2 Polimerisasi Kondensasi


Polimerisasi kondensasi merupakan penggabungan
monomer dengan reaksi kimia yang terjadi antara dua gugus
fungsi berbeda dari masing-masing monomer. Polimerisasi ini
terjadi pada monomer yang masing-masing mempunyai
setidaknya dua gugus fungsi reaktif. Dari hasil polimerisasi
kondensasi dihasilkan polimer dan juga molekul-molekul kecil,
seperti H2O, HCl, dan CH3OH. Polimer seperti poliester,
poliamida, polikarbonat, dan poliuretana disintesis melalui reaksi
polimerisasi kondensasi. Contoh reaksi polimerisasi adisi:
8

a. Pembentukan poliester: PET dari dimetil tereftalat dan etilena


glikol

Gambar 2.5 Pembentukan poliester: PET dari dimetil tereftalat


dan etilena glikol

b. Pembentukan poliamida: nilon 66 dari asam adipat dan


heksametilendiamina

Gambar 2.6 Pembentukan poliamida: nilon 66 dari asam adipat


dan heksametilendiamina
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Peralatan
Berikut merupakan peralatan dan bahan yang digunakan guna
menunjang pelaksanaan praktikum ini:
a. Hotplate/kompor listrik
b. Cawan krusible
c. Termometer tembak
d. Spatula
e. Polimer A (Ban dalam)
f. Polimer B (Tambalan ban)
g. Polimer C (Sarung tangan Latex)
3.2. Prosedur Percobaan
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
melaksanakan praktikum ini ialah sebagai berikut:
a. Peralatan dan bahan disiapkan.
b. Polimer A dipotong kecil lalu diletakkan di cawan krusible.
c. Wadah (cawan krusible) diletakkan di atas hotplate/kompor
listrik, lalu dinyalakan (set suhu hotplate awa 50C).
d. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, perubahan yang
terjadi di catat dan di foto.
e. Wadah yang digunakan dipanaskan lagi dengan diberikan
penambahan suhu sebesar 400C dan ditahan selama 5
menit. Dicatat dan difoto perubahan yang terjadi.
f. Langkah-langkah tersebut diatas diulangi hingga terjadi
perubahan besar (misal: meleleh atau gosong) dan suhunya
dicatat (pada saat terjadi perubahan).
g. Langkah (a) hingga (f) diulangi untuk polimer B dan C.

9
10
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Dalam praktikum yang telah dilakukan ini,
didapatkan data dari bahan polimer A (tambal ban) sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Data pada Polimer A (Tambalan ban)

11
12
Dari tabel tersebut dapat diamati perubahan fisik
bahan uji A atau tambal ban ketika diberi panas dengan
suhu yang semakin nmeningkat. Terlihat bahwa bahan uji A
setelah meleleh sepenuhnya menjadi hancur dan mengeras.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan
polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama
kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah,
maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.[4] Maka
dari itu bahan A termasuk ke dalam sifat thermoset karena
polimer thermoset merupakan jenis polimer yang tetap keras
dan tidak bisa lunak ketika dikenai panas.[5]
Tabel 4.2 Data pada Polimer B (Ban Dalam)

13
14
15
16

Dari tabel diatas dapat diamati perubahan fisik bahan


uji B atau ban dalam ketika diberi panas dengan suhu yang
semakin tinggi. Terlihat bahan B menjadi hancur dan
mengeras ketika mencapai suhu 490C (dikarenakan bahan
terlalu sering diaduk menggunakan spatula) . Hal ini
menyebabkan bahan ini seolah-olah terlihat menunjukkan
sifat bahan termoset. Padahal seharusnya bahan ini tetap
lentur karena bahan termasuk ke dalam jenis bahan
termoplast. Sebab polimer termoplast merupakan jenis
polimer yang dapat melunak ketika dikenai panas dan
mengeras kembali setelah didinginkan.[4] Juga ban dalam
bersifat elastis dan termoplast bersifat lebih elastis daripada
thermoset.[5]
17

Tabel 4.3 Data pada Polimer C (Sarung Tangan Latex)


18
19

Dari tabel diatas dapat diamati perubahan fisik bahan


uji C atau sarung tangan lateks ketika diberi panas dengan
suhu yang semakin tinggi. Terlihat bahwa bahan C pada
suhu 330C meleleh sempurna namun tidak hancur. Hal
tersebut menandakan kalau bahan ini termasuk ke dalam
jenis bahan termoplast, karena polimer termoplast
merupakan jenis polimer yang dapat melunak ketika dikenai
panas dan mengeras kembali setelah didinginkan.[5]

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilaksanakan
percobaan untuk mengetahui Sifat termoplas dan tersmoset
pada polimer. Dan didapatkan data yang dituliskan pada
BAB IV, 4.1 Analisa data. Dari data praktikum tersebut
didapati bahwa keadaan fisik bahan yang ditunjukkan pada
suhu tertentu dari masing-masing bahan berbeda. Pada
bahan polimer A yaitu tambalan ban dapat dilihat dengan
suhu yang ditingkatkan terus-menerus hingga bahan tersebut
mengalami perubahan fisik yaitu menjadi lunak, hingga
terdegradasi atau rusak menjadi hancur dan mengeras. Maka
dari itu bahan A (tambalan ban) dapat digolongkan ke dalam
sifat thermoset karena polimer thermoset merupakan jenis
polimer yang tetap keras dan tidak bisa lunak ketika dikenai
panas. [5] Sementara pada bahan polimer B atau ban dalam
didapati perubahan fisiknya ketika diberi panas dengan suhu
yang semakin tinggi, terlihat bahan B menjadi hancur dan
20

mengeras ketika mencapai suhu 490C. Hal ini tidak sesuai


dengan teori bahwa ban dalam digolongkan bersifat
thermoset sebab polimer termoplast merupakan jenis
polimer yang dapat melunak ketika dikenai panas dan
mengeras kembali setelah didinginkan.[5] Dan ban dalam
bersifat elastis dan termoplast bersifat lebih elastis daripada
thermoset.[5] Namun karena pada proses praktikum bahan ini
terlalu sering diaduk menggunakan spatula, hal ini
menyebabkan bahan ini seolah-olah terlihat menunjukkan
sifat bahan termoset. Padahal seharusnya bahan ini tetap
lentur karena bahan termasuk ke dalam jenis bahan
termoplast. Lalu terakhir pada polimer C yaitu sarung
tangan latex didapati perubahan fisik bahan uji C atau
sarung tangan lateks ketika diberi panas dengan suhu yang
semakin tinggi. Terlihat bahwa bahan C pada suhu 330C
meleleh sempurna namun tidak hancur. Hal tersebut
menandakan kalau bahan ini termasuk ke dalam jenis bahan
termoplast, karena polimer termoplast merupakan jenis
polimer yang dapat melunak ketika dikenai panas dan
mengeras kembali setelah didinginkan.[5]
21

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan mengenai polimer
termoplast dan termoset ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan polimer merupakan bahan makromolekul yang
tersusun atas penyusun sederhana (monomer) yang
berulang-ulang.
2. Bahan thermoset memiliki sifat hanya dapat dipanaskan
satu kali saja yaitu ketika pembuatan. Jika bahan diapaskan
lagi bahan akan tetap kaku dan keras dan bahkan menjadi
hancur. Sementara bahan termoplast dapat dipanaskan
berkali-kali, ketika dipanaskan bahan akan menjadi lentur
dan tidak hancur sama sekali.
3. Dari tiga jenis polimer yang diuji diperoleh hasil bahan
A termasuk ke dalam bahan thermoset, sementara bahan B
dan C termasuk ke dalam bahan termoplast.

5.2. Saran
Adapun saran penulis dan praktikan dalam praktikum
ini adalah untuk tidak terlalu sering mengaduk-aduk bahan
uji agar bahan uji tidak menjadi hancur atau mempengaruhi
wujud fisik bahan.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

D. Sawitri, D. D. Ristanti dan L. J. Mawarani, Modul


Praktikum Rekayasa Bahan, pp. 5-8, 2017.
[1]
Anonim. (2016, Juli 13). Perkembangan Industri di
Indonesia[Online].Available:http://zetzu.blogspot.co.id/201
0/10/perkembangan-industri-di-indonesia.html
[2]Blora, Alik Mahmudi. (2015,Desember 18). Pengertian,
Sifat Dan Manfaat, Kegunaan Polimer[Online].
Available:http://blog.unnes.ac.id/alikmahmudi/2015/12/18/
pengertian-sifat-dan-manfaat-kegunaan-polimer/
[3]
Susianto,S.Si.,Nirwan. (2017). Polimer [Online].
Available: http://www.studiobelajar.com /polimer/
[4]
Anonim. (2016). Polimer [Online]. Available :
https://sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-2/polimer/
[5]
Biz, Ardra.(unknown). Pengertian sifat dan manfaat
kegunaan senyawa polimer [Online]. Available:
https://ardra.biz/sain-teknologi/ilmu-kimia/pengertian-sifat-
dan-manfaat-kegunaan-senyawa-polimer/.

23
24
LAMPIRAN I

1. Tentukan manakah yang termasuk termoplastik dan


termoset, jelaskan alasannya.
Dari tiga jenis polimer yang diuji diperoleh hasil bahan
A termasuk ke dalam bahan thermoset, sementara bahan B
dan C termasuk ke dalam bahan termoplast. Karena bahan
A menjadi kaku, keras dan hancur (terdegradasi) pada suhu
tinggi sementara bahan B dan C melunak pada suhu tinggi.
Meskipun pada praktikum ini bahan B menjadi hancur
karrena bahan terlalu sering diaduk-aduk.
2. Bisakah polimer termoset berubah menjadi
termoplast? Jelaskan alasannya
Mungkin saja bisa untuk beberapa polimer khusus
dengan diberi perlakuan khusus juga, contohnya adalah
poly(phenylene sulfide) (PPS) yang dapat mengurangi
jumlah ikatan silang jika diberi perlakuan thermal khusus.
Yang menyebabkan bahan bersifat thermoset ataupun
termoplast adalah adanya ikatan silang dalam bahan. Ikatan
silang antar molekul menyebabkan jaringan menjadi kaku,
sehingga bahan polimer kan menjadi keras dan rapuh.
Semakin banyak ikatan silang yang dimiliki oleh polimer,
maka akan semakin mudah patah polimer tersebut. Polimer
yang memiliki ikatan silang akan bersifat termotetting,
sedangkan polimer yang tidak mempunyai ikatan silanng
akan bersifat termoplastik.[5]

25
26
27

LAMPIRAN II
RESUME JOURNAL
BIONANOKOMPOSIT : PELUANG POLIMER
ALAMI SEBAGAI MATERIAL BARU
SEMIKONDUKTOR
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012, Hal. 75-85
Nuryetti
Kini semua komponen elektronik memerlukan
semikonduktor sebagai komponen dasarnya. Namun selama ini
kebutuhan material semikonduktor dipenuhi oleh komposit
plastik dan bahan aktif silika. Sementara bahan komposit plastik
ini sendiri terbuat dari bahan turunan minyak bumi yang semakin
hari semakin terbatas jumlahnya dan merupakan non-renewable
resources. Selain itu semikonduktor yang sudah tidak terpakai
ataupun tidak berfungsi dengan baik akan dibuang begitu saja dan
menjadi sampah plastik yang menimbulkan polusi karena sulit
untuk diuraikan (nondegredable). Hal ini memerlukan solusi
berupa material alternatif yang dapat menggantikan bahan plastik
sebagai material semikonduktor.
Bionanokomposit merupakan material generasi baru dari
nanokomposit yang muncul di bidang ilmu pengetahuan material
dan teknologi nano. Bionanokomposit adalah gabungan dari
matrik polimer alami dari bahan pengisi organik /anorganik yang
berukuran nano. Saat ini usaha pegembangan nanokomposit
berbahan polimer alami difokuskan pada peningkatan sifat-sifat
mekanik dan panas dan sifat fungsionalnya. Polimer alami
merupakan sumber yang dapat diperbaharui seperti protein,
polisakarida dan lemak. Material ini memiliki potensi yang besar
untuk digunakan sebagai material semikonduktor. Dengan
melihat kebutuhan akan material semikonduktor yang terus
meningkat dan bahan baku polimer alami (pati) di Indonesia yang
berlimpah, merupakan peluang yang cukup menjanjikan untuk
pengembangan bionanokomposit sebagai material semikonduktor
di Indonesia. Dengan melihat kebutuhan akan material
semikonduktor yang terus meningkat dan bahan baku polimer
alami (pati) di Indonesia yang berlimpah, merupakan peluang
28

yang cukup menjanjikan untuk mengembangkan material


semikonduktor bionanokomposit di Indonesia. Oleh karena itu
pada artikel ini akan dibahas tentang bionanokomposit sebagai
material semikonduktor, proses pembuatan, karakteristik dan
peluang polimer alami sebagai bahan alam. bionanokomposit.
Bionanokomposit dikenal sebagai material yang terdiri
dari kombinasi biopolimer dengan suatu organik/anorganik yang
berukuran nano. Karakteristik dari bionanokomposit
memperlihatkan keuntungan karena bersifat biokompatibel,
biodegradabel dan pembuatan bionanokomposit. Mempunyai sifat
khusus sesuai dengan K arakteristik bionanokomposit bahan
anorganik yang digunakan.
Komposit biodegradable terdiri dari polimer
biodegradabel sebagai matrik dan dapat juga sebagai pengisi
(filler), karena kedua komponen adalah biodegradable maka
komposit yang dihasilkan akan bersifat degradable. Beberapa
peneliti telah meneliti campuran serat selulosa dengan
biopoliester dan plasticized pati. Plasticized pati disebut juga
'thermoplastik starch' (TPS). Namun TPS memperlihatkan
beberapa kekurangan karena kuatnya karakter hidropilik (sensitif
terhadap air), sifat mekanikal agak kurang baik dibandingkan
dengan polimer konvensional. Hal ini membuat film yang
dihasilkan sensitive terhadap kelembaban lingkungan Untuk
memperbaiki kelemahan ini TPS biasanya digabungkan dengan
komponen lain yang bersifat sebagai bahan penguat, dimodifikasi
untuk menndapatkan material yang dapat mencair dibawah
temperature dekomposisi, sehingga dapat diproses dengan teknik
konvensional seperti injeksi, ekstrusi, dan moulding.
Melalui proses-proses tersebut menghasilkan struktur
semikristalin dari pati, granular akan hilang dan sebagian pati
akan terdepolimerisasi membentuk massa amorp. Hasil penelitian
Shen (2010) menunjukkan peningkatan penggunaan plastik
berbahan pati. Berikut adalah salah satu hasil penelitian Shen
(2010) yang menunjukkan peningkatan penggunaan plastic
berbahan pati.
29

Gambar 6.1 Kapasitas produksi plastik berbahan polimer alami


dalam tahun 2003 dan 2007
Pada analisa Bionanokomposit sebagai material
semikonduktor dibahas bahwa material semikonduktor berbasis
komposit memiliki komponen aktif dominan sebagai suatu
komponen semikonduktor anorganik seperti metal oksida atau
khalkogenik (Rajeshwar, 2001). Prinsip umum dari komposit
adalah menyatunya kedua phase penyusun komposit. Polimer
secara umum adalah material yang bersifat isolator. Sifat-sifat
elektrik dari suatu isolator polimer daat dimodifikasi dengan
penambahan partikel seperti nanotube, pengisi metalik dan ZnO
(Tjong, 2006). Komposit dapat berupa lapisan dari berbagai
komponen seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Gambar 6.2 Skema diagram dari 4 tipe susunan


komposit semikonduktor. a.) semikonduktor/matrik ; b.)
konfigurasi lapisan ; c.) Core shell geometry ; d.) pasangan
30

semikonduktor insert c) dan d) menunjukkan hubungan diagram


energy (SC = Semikonduktor)
Beberapa penelitian dilaporkan berhasil membentuk
semikonduktor nanokristal antara lain zeolite dan polimer.
Namun masih sedikit menggunakan semikonduktor yang
termasuk dalam grup II-VI atau IV-VI. Pada Analisa
Bionanokomposit, struktur dan sifat fungsional bionanokomposit
dapat dibuat sesuai dengan keinginan dengan memilih organik
dan anorganik. Sifat khusus akan muncul karena adanya interaksi
pada permukaan masing masing phase (Sze S.K., 2007). Susunan
phase (anorganik) dalam komposit yang menentukan sifat dari
komposit yang dihasilkan. Dengan mengkombinasikan phasa
organik dan anorganik, menghasilkan komposit yang mempunyai
sifat menguntungkan dari bahan awal, menghasilkan kreasi untuk
yang lebih luas
Melalui berbagai penelitian dan analisa tersebut didapati
bahwa bionanokomposit sebagai polimer alami memiliki peluang
yang besar untuk dapat menggantikan bahan plastic sebagai
bahan semikonduktor, dengan memenuhi spesifikasi yang ramah
lingkungan, unik dan fungsional. Potensi polimer alami (pati) di
Indonesia yang sangat melimpah pun menjadi factor pendukung
yang lain untuk berkembangnya industri bionanokomposit untuk
material semikonduktor. Hal ini pula dapat meningkatkan nilai
tambah ekonomi produk agroindustry dalam negeri dan
memberikan kontribusi dalam mengurangi sampah plastik.

Anda mungkin juga menyukai