BIDANG KEGIATAN :
PKM-P
DIUSULKAN OLEH :
Perkembangan industry saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Meningkatnya
jumlah industry tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga akan memberikan dampak
negatif, misalnya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh buangan limbah industri berupa
limbah cair, padat maupun gas. Pengaruh dari limbah industry ini mengakibatkan meningkatnya
jumlah racun dan polutan logam berat dalam lingkungan. Logam berat seperti Hg, Pb, Cr, Ni,
Cu, Cd dan Zn dapat terakumulasi dalam organism dan dalam jumlah besar dapat menyebabkan
keracunan jika terserap dalam tubuh (Ngah et al., 2004). Logam berat timbal (Pb) terutama
dikenal sebagai logam yang paling beracun di antara logam berat, bahkan pada konsentrasi
rendah di lingkungan.
Di dalam suatu sistem Daerah Aliran Sungai, sungai yang berfungsi sebagai wadah
pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondisi
sungai tidak dapat dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai (PP 38 Tahun 2011). Kualitas
air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan
kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di
dalamnya (Wiwoho, 2005).
Air sungai merupakan salah satu sumber air yang digunakan masyarakat dikota Medan
untuk menopang kehidupan, air sungai yang kualitasnya buruk akan berdampak terhadap
lingkungan hidup menjadi buruk, sehingga akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan
kehidupan lingkungan hidup lainya. Penurunan kualitas air sungai akan menurunkan daya guna,
hasil dan produktivitas selain itu juga akan berdampak terhadap pengurangan daya tamping
sungai yang menyebabkan menurunkan kekayan sumber daya alam yang ada. Namun di daerah
Kota Medan sudah banyak sungai yang sudah tercemari oleh logam-logam berat sehingga air
sungai tersebut tidak layak untuk digunakan. Salah satu logam yang mencemari air sungai
tersebut yaitu logam Pb. Ini merupakan satu masalah yang harus diatasi, karena air yang bersih
merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Maka dari itu untuk air sungai yang sudah
tercemari sudah seharusnya di atasi agar layak di pergunakan untuk kelangsungan hidup
masyarakat setempat.
2.2 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa terakumulasinya partikel pada permukaan (Atkins 1999).
Zat yang menjerap disebut adsorben, sedangkan zat yang terjerap disebut adsorbat. Adsorben
dapat berupa zat padat maupun zat cair. Adsorben padat diantaranya adalah silika gel, alumina,
platina halus, selulosa, dan arang aktif. Adsorbat dapat berupa zat padat, zat cair, dan gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi antara lain sifat fisik dan kimia
adsorben misalnya luas permukaan, ukuran partikel, komposisi kimia, sifat fisik, dan kimia
adsorbat, misalnya ukuran molekul dan komposisi kimia, serta konsentrasi adsorbat dalam fase
cairan. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas permukaan padatan persatuan
volume tertentu sehingga akan semakin banyak zat yang diadsorpsi (Atkins 1999).
Teori adsorpsi menjelaskan pengikatan atau penggabungan molekul terlarut pada
permukaan adsorben oleh gaya elektrik lemah yang dikenal dengan ikatan van der Waals.
Adsorpsi akan terkonsentrasi pada sisi permukaan yang memiliki energi yang lebih tinggi.
Aktivasi adsorben akan menaikan energi pada permukaannya sehingga dapat meningkatkan
tarikan terhadap molekul terlarut (Jason 2004). Koefisien adsorpsi menjadi nilai yang penting
dalam proses penghilangan kontaminan dalam air. Jason (2004) mendefinisikan koefisien
adsorpsi sebagai nilai saat kontaminan terhilangkan dari fase cair (adsorbat) menuju fase padat
(adsorben).
Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan hal yang sangat penting dalam
adsorpsi. Perbesaran luas permukaan adsorben dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikelnya. Adsorben polar cenderung mengadsorpsi adsorbat polar secara kuat, dan
mengadsorpsi adsorbat nonpolar secara lemah. Sebaliknya adsorben nonpolar cenderung untuk
mengadsorpsi secara kuat adsorbat nonpolar dan mengadsorpsi adsorbat polar secara lemah (Bird
1993).
Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu makrotransport, mikrotransport,
dan sorpsi. Makrotransport meliputi perpindahan adsorbat melalui air menuju interfase cair-padat
dengan proses pemanasan dan difusi. Mikrotransport meliputi difusi adsorbat melalui sistem
makropori dan submikropori. Sorpsi adalah istilah untuk menjelaskan kontak adsorbat terhadap
adsorben. Istilah ini digunakan karena sulitnya membedakan proses yang berlangsung¸ apakah
fisika atau kimia. Kapasitas adsorpsi suatu adsorben untuk sebuah kontaminan dapat ditentukan
dengan menghitung isoterm adsorpsi (Tchobanogglous dan Franklin 1991).
2.3 Sungai
Sungai merupakan salah satu air permukaan yang merupakan sumber air untuk
kehidupan, peranan sungai sangat penting sehingga harus dipelihara dengan baik, menurut
(Mahfudloh, M., & Lestari, H. 2017) sungai saat ini banyak yang tercemar akibat adanya
aktivitas manusia yang tidak ramah terhadap sungai sehingga membuang limbah tanpa
melakukan pengelolaan terlebih dahulu, selain itu masalah sungai saat ini adalah masalah daya
tamping sungai yang sudah sangat melebih batas dikutip dari penelitian (Hindriani, H.2013)
Penurunan kualitas air sungai akan menurunkan fungsi perairan dan mengganggu
kehidupan aquatic yang ada didalamnya, dimana kehidupan aquatic mempunyai fungsi masing-
masing untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Aktivitas manusia adalah penyumbang paling
banyak memberikan dampak terhadap peningkatan bahan organik. Bahan organic akan teurai,
sehingga menjadi peningkatan unsure fosfor dan nitrogen di perairan. Menurut (Amalia, G. R.
2013) upaya dalam menjaga sungai atau mengurangi dari pencemaran adalah dengan melakukan
upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan hidup terhadap sumber pencemaran, Salah
satu upaya pengelolaan sungai adalah mengatasi tingkat penurunan kualitas sungai, penurunan
kualitas sungai diantaranya disebabkan oleh masuknya berbagai buangan limbah dari berbagai
aktifitas manusia. Rusaknya tatanan salah satu sumber penyebabnya adalah dari logam berat
seperti Pb. (Diantariani, N. P,.Dkk, 2006)
3.3. Prosedur
1. Preparasi Adsorben
Kulit kacang tanah dibersihkan dari kotoran yang menempel dan dicuci dengan air bersih
kemudian disaring. Kulit kacang tanah selanjutnya dikeringkan menggunakan sinar matahari
langsung selama dua hari. Kulit kacang tanah yang sudah kering kemudian dihaluskan dan
diayak dengan ayakan 100 mesh. Hasil ayakan ini diperoleh serbuk kulit kacang tanah (KK).
2. Aktivasi Adsorben dengan H3PO4 1 M
Adsorben KK hasil preparasi ditambahkan reagen aktivator asam H3PO4 1 M kemudian
digojok. Selanjutnya dicuci hingga pH 7 dan dikeringkan dalam oven hingga berat konstan,
selanjutnya didinginkan sebagai adsorben teraktivasi asam (KKA).
3. Aktivasi Adsorben dengan KOH 0,1 M
Adsorben KK hasil preparasi ditambahkan reagen aktivator asam KOH 0,1 M kemudian
digojok. Selanjutnya dicuci hingga pH 7 dan dikeringkan dalam oven hingga berat
konstan, selanjutnya
didinginkan sebagai adsorben teraktivasi basa (KKB).
4. Analisis Pb(II) pada Sampel
a. Pengaruh pH
Adsorben (KK, KKA dan KKB) dimasukan kedalam masing-masing wadah yang berisi
25 mL larutan sampel dengan variasi pH larutan 2 hingga 6. Larutan HCl 0,1 M dan
NaOH 0,1 M digunakan untuk mengatur pH larutan. Campuran digojok dengan shaker.
Selanjutnya, setelah proses adsorpsi selesai, campuran adsorben dan adsorbat disaring
dan kandungan logam dalam filtrat dianalisis dengan AAS. Kemudian ditentukan
kapasitas adsorpsinya.
b. Pengaruh Waktu Kontak
Adsorben (KK, KKA dan KKB) dimasukan kedalam masing-masing wadah yang berisi
25 mL larutan sampel dengan pH optimum masing-masing adsorben. Campuran digojok
menggunakan shaker dengan variasi waktu kontak selama 0; 10; 25; 40; 60; 70; 90; 100;
110; 130; dan 150 menit pada suhu kamar. Selanjutnya, setelah proses adsorpsi selesai,
campuran adsorben dan adsorbat disaring dan kandungan logam dalam filtrat dianalisis
dengan AAS.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, Suratni dan Julaili Irni. (2020). Analisa Tingkat Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb)
Di Daerah Aliran Sungai Deli Sumatera Utara. Jurnal Biologi Lingkungan, Industri dan
Kesehatan, 6 (2). 153-161
Amalia, G. R. (2013). Peran Stakeholder Dalam Implementasi Kebijakan Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Di Kota Surabaya. Media JurnalPolitikMuda, 2(2), 65-71.
Diantariani, n. P., &putra, k. D. (2006).Penentuan kandungan logam Pb dan Cr pada air dan
sedimen di sungai ao desa samsam kabupaten tabanan. Ecotrophic: jurnal ilmu
lingkungan (journal of environmental science), 1(2).
Hindriani, H. (2013). Pengendalian Pencemaran Sungai Ciujung Berdasarkan Analisis Daya
Tampung Beban Pencemaran. JurnalSumberDaya Air, 9(2), 169-184
Oktasari,Ade.(2018). Kulit Kacang Tanah (ArachishypogaeaL.) sebagaiAdsorben Ion Pb(II).
Jurnal ilmu kimia dan terapan. 2(1)
Windasari, R., 2009, Adsorpsi Zat Warna Tekstil Direct Blue 86 oleh Kulit Kacang Tanah,
Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang.