PERCOBAAN III
REKTISTALISASI GARAM DAPUR KASAR
MELALUI METODE PENGUAPAN
OLEH:
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Muhamad Jefri
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
ini dapat terselesaikan sebagaimana adanya. Laporan ini dibuat dalam rangka
Anorganik.
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
Penulis berharap agar laporan ini dapat dijadikan sebagai dasar acuan dan
bahan pustaka untuk menambah wawasan pembaca dalam penulisan karya tulis
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUTAKA
2.1 Stoikiometri ..................................................................................... 3
2.2 Senyawa Kompleks ......................................................................... 3
2.3 Ekstraksi Pelarut .............................................................................. 4
2.4 Hukum Distribusi Nerst ................................................................... 4
2.5 Titrasi ............................................................................................... 5
2.6 Tembaga .......................................................................................... 5
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 7
3.3 Prodedur Kerja ................................................................................. 7
3.4 Prosedur Analisis Data ..................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform ................. 10
4.2 Penentuan Rumus Molekul Ammin-Tembaga (II) ........................... 11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 14
5.2 Saran .................................................................................................. 14
v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Penentuan Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform ................ 10
Tabel 4.2. Penentuan Rumus Molekul Ammin-Tembaga (II) ........................ 11
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tembaga ....................................................................................... 5
viii
BAB I
PENDAHULUAN
massa dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri ini seringkali disebut sebagai
molaritas, konsep mol dan masih banyak lagi. Di dalamnya juga mempunyai
penting karena memiliki banyak fungsi penting. Salah satu dari fungsi tersebut
yaitu untuk mengetahui massa suatu senyawa setelah ia bereaksi dengan senyawa
kompleks.
adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya logam) yang
dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau agen
pengompleks atau dapat dikatakan bahwa senyawa ini terbentuk melalui ikatan
koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan.
Salah satu contoh dari senyawa kompleks ini yaitu kompleks ammin tembaga (II).
amonia berlebihan ditambahkan ke dalam larutan garam tembaga (II) yang telah
teknik ekstraksi untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan
pelarut-pelarut organik yang tidak bercampur dengan air yang dinamakan ekstrasi
Hukum Nerst menyatakan bahwa jika pada suatu sistem yang terdiri dari
dua lapisan campuran yang dapat tercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa
ketiga, maka senyawa ini akan terdistribusi kedalam dua lapisan tersebut. Namun,
hukum ini hanya berlaku bila zat terlarut tidak menghasilkan atau tidak
mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan zat pelarut. Berdasarkan uraian
(II)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stoikiometri
Stoikiometri adalah bagian utama dari ilmu kimia karena mengacu pada
hubungan antara jumlah yang diukur dalam reaksi kimia serta perhitungan yang
meliputi asumsi hukum yang pasti proporsi dan konservasi materi dan energi.
Stoikiometri mensyaratkan bahwa jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam
reaksi kimia diubah menjadi jumlah yang diukur dinyatakan dalam suatu satuan.
Ada empat jenis yang merupakan prinsip stoikiometri. yaitu: (i) hukum
dalam praktek rekayasa dan operasi yang ada atau merancang partikel manufaktur
baru dan peralatan. Sebuah dasar yang kuat dalam stoikiometri diperlukan untuk
Senyawa kompleks merupakan susunan antara ion logam dan satu atau
lebih ligan yang mendonorkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam
diuraikan menjadi ion kompleks yang bermuatan positif ataupun negatif. Logam
pusat biasanya memiliki bilangan oksida nol dan positif, sedangkan ligannya
4
memiliki bilangan oksida netral maupun anion. Logam pusat pada umumnya
dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Melalui proses
ekstraksi, ion logam dalam pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut organik
(fasa organik). Secara umum, ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut
dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur
dengan air (fasa air). Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari
bahwa pada suhu dan tekanan yang konstan, senyawa-senyawa akan terdistribusi
dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang tidak saling
disebut koefisien distribusi (KD) atau disebut juga koefisien partisi. Koefisien
[𝐴]2 [𝐴]𝑜𝑟𝑔
KD = [A]1
atau KD = [A]air
Dengan:
5
KD : Koefisien distribusi
berlaku pada keadaan yang ideal (tidak terjadi interaksi kimia antara solut dengan
2.5 Titrasi
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Titik akhir titrasi yaitu titik dimana saat titrasi
terjadi perubahan warna yang konstan. Titik equivalen terjadi pada saat terjadinya
atau syarat-syarat yang diperlukan untuk bahan primer, yaitu sangat murni, mudah
2.5 Tembaga
hewan termasuk manusia banyak ditemukan ion tembaga dalam aliran darah,
bersifat esensial bagi seluruh makhluk hidup namun akan menjadi racun jika
oksidasi +l dan +2, tetapi yang jumlahnya melimpah adalah Cu dengan bilangan
membentuk sebagai senyawa yang tidak larut. Dengan demikian Cu yang stabil
adalah Cu(II). Cu(II) dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk
pembentukan sel-sel darah merah, tetapi dalam jumlah besar dapat rnenyebabkan
rasa yang tidak enak pada lidah. Kadar Cu maksimum yang diperbolehkan adalah
0,05-1.5 ppm. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu metode penentuan
Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah corong pisah 50 mL,
Erlenmeyer 250 mL, buret 50 mL, pipet gondok 25 mL, filler, statif dan klem,
Bahan yang digunakan dari percobaan ini adalah larutan asam klorida
0,055 M, larutan kloroform, indikator metil orange, larutan tembaga (II) sulfat 0,1
dalam corong pisah dan dikocok selama 5 menit. Selanjutnya didiamkan sebentar
sekitar 5 menit hingga nampak dua lapisan, kemudian dipisahkan kedua larutan
8
standar HCl 0,055 M menggunakan buret 50 mL. Titik ekivalen ditandai dengan
untuk sisanya. Selanjutnya dihitung jumlah ammonia dalam air dan kloroform
ditambahkan dengan kloroform lalu kembali dikocok. Hal ini dimaksudkan agar
kedua larutan homogen dapat saling berpisah berdasarkan masa jenis masing-
masing larutan yaitu kloroform memiliki massa jenis yang cukup jauh dari air.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya dua lapisan bening pada larutan yang
menjelaskan adanya perbedaan kepolaran diantara dua zat, yaitu kloroform yang
bersifat non polar dan air bersifat polar, sementara ammonia yang terdapat dalam
larutan ini terdistribusi dalam dua fasa karena bersifat semi polar. Kloroform
dibangdingkan dengan massa jenis air, dimana massa jenis kloroform sebesar 1,49
kloroform yang dilakukan dengan cara titrasi, dimana HCl bertindak sebagai
larutan standar karena sebagai penurun nilai pH larutan sehingga larutan yang
awalnya bersifat basa menjadi asam. Indikator yang dipakai yaitu metil orange
karena dapat merubah warna secara jelas dan dan kontras dan sangat sering
digunakan dalam titrasi asam basa. Jika larutannya lebih asam maka pH 3,2 dan
kemudian akan terprotonasi untuk membentuk ion dipol merah, karena sifat
inilah, metil orange dapat digunakan sebagai indikator untuk titrasi. Proses titrasi
dihentikan saat terjadi titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan
warna, dimana dalam percobaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
sampai pada titik akhir titrasi karena menggunakan volume titran yang cukup
banyak dengan perubahan warnanya yaitu menjadi warna me rah muda. Dari
dan kosentrasi NH3 dalam air adalah sebesar 0,97998 M. Dari kedua kosentrasi
sebesar 0,02042.
keunguan. Perubahan warna ini terjadi pada logam transisi yang memiliki
dapat membantu proses distribusi amonia pada kedua fasa. Hasil pengamatan
menunjukkan adanya dua lapisan pada larutan yang menjelaskan bahwa adanya
perbedaan kepolaran diantara dua zat, yaitu kloroform sebagai pelarut non polar
dan Cu bersifat polar, sementara amonia terdistribusi dalam dua fasa karena
sifatnya semi polar. Kloroform terdapat pada lapisan bawah dikarenakan massa
distribusi ammonia dalam Cu dan kloroform yang dilakukan dengan cara titrasi, dimana
HCl bertindak sebagai larutan standar karena sebagai penurun nilai pH larutan
sehingga larutan yang awalnya bersifat basa menjadi asam. Indikator yang dipakai
yaitu metil orange karena dapat merubah warna yang jelas dan sangat sering
digunakan dalam titrasi asam basa. Proses titrasi dihentikan saat terjadi titik akhir
13
titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna, dimana dalam percobaan ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai pada titik akhir titrasi karena
menggunakan volume titran yang cukup banyak dengan perubahan warnanya yaitu
tembaga dari perhitungan diketahui mol Cu 0,1 M diperoleh 1 mmol dan mol NH3
dalam Cu2+ adalah 9,88285 mmol, sehingga perbandingan antara mmol Cu2+ dan
mmol NH3 adalah 1:10. Jadi rumus kompleksnya adalah [Cu(NH3)6]2+. Percobaan
ini menunjukkan bahwa atom Cu sebagai atom pusat dan NH3 sebagai ligannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bahwa senyawa kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan, dimana senyawa
berlebih ke dalam larutan tembaga (II) yang telah diketahui jumlahnya, nilai
5.2 Saran
Saran yang ingin diberikan pada percobaan ini adalah agar pada percobaan
selanjutnya digunakan pelarut nonpolar dan titer lain misalnya karbon tetraklorida
(CCl4) dengan titer menggunakan asam sulfat untuk mengetahui pengaruh pelarut
sekaligus titer yang digunakan terhadap koefisien distribusi larutan yang tidak
saling bercampur.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, R. F. dan R. Djarot S. K.S. 2015. Analisis Pengaruh Ion Zn(II) pada
Penentuan Fe3+ dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin pada pH Optimum
Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. Jurnal Sains dan Seni. 4(2).
ANALISIS DATA
[HCl]baku = 0,055M
[NH3]baku = 1 M
Volume NH3 = 10 mL
Dit : Kd = …?
Penyelesaian:
0,055 M ×3,6 mL
=
10 mL
= 0,02002 M
= 1 M – 0,02002 M
= 0,97998 M
Kd = [NH3]kloroform
[NH3]air
0,02002
= = 0,02042
0,97998
2. Penentuan Rumus Kompleks Ammin - Cu2+
[HCl]baku = 0,055 M
[NH3]awal = 1 M
Penye :
0,055 M × 2,13 mL
=
10 mL
= 0,011715 M
= 1 M – 0,011715 M
= 0,988285M
c. Kd = [NH3]kloroform
[NH3]air
0,011715
=
0,988285
= 0,011853
= 9,88285 mmol
= 0,1 M × 10 mL
= 1 mmol
1 : 9,88285
1 : 10
10 mL NH3 + 10 mL air
- Dimasukkan ke dalam corong
pemisah 250 mL
- Dikocok agar homogen
- Ditambahkan 25 mL kloroform
- Didiamkan selama 5 menit
10 mL NH3 + 10 mL air +
25 mL kloroform
- Didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan
Campuran
- Dipisahkan ke dua lapisan yang
terbentuk
Lapisan kloroform
- Dipindahkan 10 mL ke
erlenmeyer yang berisi 10 mL air
dan ditambahkan iindikator MO
- Dititrasi secara perlahan-lahan
dengan HCl 0,055 M
menggunakan buret 50 mL
- Diulangi titrasi dengan 10 mL
kedua dan sisanya
Kd = 0,02042
2. Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin
10 mL NH3 + 10 mL Cu2+
- Dimasukkan ke dalam corong
pemisah 250 mL
- Dikocok agar homogen
- Ditambahkan 25 mL kloroform
- Didiamkan selama 5 menit
10 mL NH3 + 10 mL Cu2+ +
25 mL kloroform
- Didiamkan sampai terbentuk 2
lapisan
Campuran
- Dipisahkan ke dua lapisan yang
terbentuk
Lapisan kloroform
- Dipindahkan 10 mL ke
erlenmeyer yang berisi 10 mL air
dan ditambahkan iindikator MO
- Dititrasi secara perlahan-lahan
dengan HCl 0,055 M
menggunakan buret 50 mL
- Diulangi titrasi dengan 10 mL
kedua dan sisanya
- Ditentukan rumus kompleksnya
[Cu(NH3)10]2+
LAMPIRAN GAMBAR