Anda di halaman 1dari 22

“PENENTUAN BERAT MOLEKUL”

Dosen Pengampuh: Maria A. Yohanita Nirmalasari S.Si, M.Pd

OLEH:

Elisabeth Elsi Bota (084160004)


Florensia Kurniati Laju (084160007)
Maria Yuventa (084160017)
Patrisia Karolina Bupu (084160022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat Rahmat-Nya penulis dapat meyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penulis memaparkan tentang “ Penentuan Berat
Molekul ”.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan makalah ini tidak
terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membimbing,
memberikan motivasi, dengan masukan-masukan yang membangun dalam
upaya penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Maumere, Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

Daftar Gambar ........................................................................................................... iii

Daftar Tabel ............................................................................................................... iv

BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan .................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Berat Molekul ........................................................................... 2

2.2 Derajat Polimerisasi .................................................................................... 3

2.3 Sifat Dan Konsep Berat Molekul Polimer .................................................. 3

2.4 Metode Yang Digunakan Dalam Penentuan Berat Molekul ...................... 4

BAB III Penutup ....................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 16

3.2 Saran ......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Membran Semipermiabel .............................................................. 5

Gambar 2. Osmometri ..................................................................................... 5

Gambar 3. Alat Penghamburan Cahaya ......................................................... 10

Gambar 4. Plot Zimm ..................................................................................... 11

Gambar 5 . Komponen Alat Untuk Sentrifugasi ............................................ 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai K dan a dari beberapa Pelarut dan Polimer ............................. 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimer merupakan salah satu material yang mengalami
perkembangan sangat cepat. Perkembangan ini meliputi Research and
Development (RAD) dalam kaitannya dengan tuntutan penggunaan
maupun kebutuhan untuk membantu memudahkan kehidupan
manusia.
Penggunaan Polimer sebagai bagian kehidupan manusia sangat
bergantung pada berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah
bobot molekul polimer (Mn). Faktor ini sangat berpengaruh terhadap
sifat makroskopik suatu polimer yang meliputi : sifat termal, sifat
fisis, sifat mekanik maupun sifat optik. Oleh sebab itu penentuan
bobot molekuler suatu polimer merupakan aktivitas yang harus
dilakukan untuk dapat memperkirakan karakteristik polimer tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkaan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan:
1. Apa pengertian dari berat molekul polimer?
2. Bagaimana konsep dasar dari derajat polimerisasi?
3. Bagaimana sifat dan konsep dari berat molekul polimer?
4. Apa saja metode yang di gunakan dalam penentuan berat
molekul?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian berat molekul polimer
2. Untuk mengetahui konsep dasar dari derajat polimerisasi
3. Untuk mengetahui sifat dan konsep dari berat molekul polimer
4. Untuk mengetahui metode yang di gunakan dalam penentuan
berat molekul

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berat Molekul


Polimer adalah molekul besar yang di bangun dari pengulangan
kesatuan kimia yang sederhana dan kecil dan bersetruktur linier
(seperti rantai) yang biasa di sebut monomer.
Berat molekul ( BM ) merupakan salah satu faktor yang
menentukan sifat polimer. Umumnya polimer dengan berat molekul
tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat. Polimer – polimer
diangggap memiliki berat molekul yang berkisar antara ribuan
hingga jutaan dengan berat molekul optimum yang bergantung
pada struktur kimia dan penerapannya.
Dengan mengetahui BM kita dapat memetik beberapa manfaat,
antara lain:
a. Menentukan aplikasi polimer tersebut
b. Sebagai indikator dalam sintesa dan proses pembuatan produk
polimer
c. Studi kinetika reaksi polimerisasi
d. Studi ketahanan produk polimer dan efek cuaca terhadap
kualitas produk
Polimer sendiri biasa disebut juga polidispersi. Polidispersi
adalah banyaknya hamburan yang artinya satu molekul yang
dibentuk dari molekul yang sama tetapi berat molekul tidak sama.
Nilai berat molekul suatu polimer bergantung pada besarnya ukuran
yang digunakan dalam metode pengukurannya.

2
2.2 Derajat Polimerisasi
Derajat polimerisasi adalah nomor unit dari suatu monomer
yang bergabung dengan rantai polimer selama masa rantai tersebut
masih ada. Pada polimerisasi terdapat transfer reaksi yang
berpengaruh terhadap temperatur (derajat polimerisasi) polimer dan
berat molekulnya. Jika transfer reaksi terkontrol dengan baik maka
akan ditemukan pemotongan berat molekul suatu polimer dan adanya
peningkatan temperatur.
Faktor yang mempengaruhi transfer reaksi polimer salah satunya
karena lebih tingginya aktivitas energy pada transfer reaksi
menyebabkan lamanya penggabungan rata-rata transfer yang akan di
gunakan dalam penambahan monomer, sehingga mempengaruhi
berat molekul.

2.3 Sifat dan Konsep Berat Molekul Polimer


Hal yang membedakan polimer dengan spesies berat molekul
rendah adalah adanya distribusi panjang rantai dan untuk itu derajat
polimerisasi dan berat molekular dalam semua polimer yang diketahui
juga terdistribusi (kecuali beberapa makromolekul biologis).
Panjang rantai polimer ditentukan oleh jumlah unit ulangan dalam
rantai yang disebut derajat polimerisasi (𝐷𝑃𝑛 ). Berat molekular
polimer adalah hasil kali berat molekul unit ulangan dan 𝐷𝑃𝑛 .

3
Contoh soal:
Polimer poli (vinil klorida), PVC memiliki DP = 1000 maka berat
molekulnya (Mn) adalah …
Penyelesaian :
Mo ( - CH2CHCl - ) = 63, DP = 1000
Mn = DP x Mo
Mn = 63 x 1000 = 63000.

2.4 Metode Yang Digunakan Dalam Penentuan Berat Molekul


Untuk menghitung nilai Mn dan Mw dapat dilakukan dengan
berbagai metode pengukuran, dimana masing-masing memiliki
metode yang berbeda-beda. Metode- metode tersebut yaitu:
1. Berat Molekul Rata-rata Jumlah (Mn)
a. Pengukuran Sifat Koligatif Larutan (Osmometri)
Osmometri adalah metode penentuan bobot yang
didasarkanpada peristiwa Osmosis. Diantara berbagai
metode penetapan berat molekul rata – rata jumlah yang
didasarkan pada sifat – sifat koligatif, osmometri
membran merupakan metode yang paling bermanfaat dalam
menentukan jumlah partikel terlarut yang ada dengan
menghasilkan harga rata-rata massa molekul relatif.
Osmosis dapat dikatakan sebagai pelewatan pelarut
melalui selaput ardatiris atau semipermiabel dan pelarut
murni ke dalam larutan atau larutan encer ke larutan yang
lebih pekat. Selaput ini biasanya terdiri atas selofan atau
pun bahan berselulosa lainnya. Selaput ini hanya
melewatkan pelarut saja sedangkan zat terlarut tidak dapat
dilewatkan.

4
Gambar 1. Membran Semipermeabel

Prinsip Kerja Osmometer :


Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif yang
bergantung kepada jumlah partikel terlarut yang ada, maka
osmometri menghasilkan harga rata-rata berat molekul.
Tekanan osmotik (P) suatu larutan adalah tekanan luar yang
harus digunakan untuk mencegah lewatnya pelarut berlebih
melalui selaput ardatiris ke dalam larutan.
Selaput ardatiris hanya dapat melewatkan pelarut
sedangkan zat terlarut tidak dapat tembus.
Berikut adalah gambar dari osmometri:

Gambar 2. Osmometri

Mula-mula tinggi larutan pelarut sama, setelah dibiarkan


beberapa saat osmosis terjadi ketika pelarut pindah ke larutan
melalui membrane semipermiabel, sehingga tinggi larutan naik,

5
tetapi pada suatu saat kenaikan berhenti karena sistem
mengalami keseimbangan.
Pada keadaan ini selisih ketinggian pelarut dan
larutan ialah massa molekul relatif polimer dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
𝜋 𝑅𝑇

= + 𝐵𝑪′
𝑪 (𝑀)
Dimana :

π = Tekanan osmosis
𝐶 ′ = Konsentrasi larutan
R = Tetapan gas ideal 0,082 L atm mol-1 K-1 = 8,314 Jmol-1 K-1
T = Suhu (0Kelvin)
B = Koefisien visial
(M) = Massa molekul relative polimer.
Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa jenis
polimer yang tidak ikut terukur, yakni jenis yang memiliki berat
molekul yang rendah, dikarenakan polimer dengan berat molekul
rendah tersebut akan terdifusi melewati membran. Akibatnya,
jumlah berat molekul rata-rata jumlah yang terukur bukan
menyatakan harga keseluruhan dari berat molekul polimer
sampel .
b. Metode Analisis Gugus Ujung
Analisis gugus ujung merupakan teknik analisis
polimer untuk mengetahui massa molekul satu sampel
atau sistem dengan menghitung jumlah rantainya. Dalam
proses polarisasi pada suatu monomer awal dan akhir
rantai, akan terdapat gugus fungsi yang tidak berkaitan
dengan satuan monomer lain. Jika suatu polimer
diketahui mengandung jumlah tertentu gugus ujung per
molekulnya, maka jumlah gugus itu dapat ditentukan dalam
jumlah massa polimer dengan metode analisis gugus ujung.
Dengan demikian jika massa 1 mol polimer dapat

6
ditentukan, maka molekul atau bobot molekul polimer juga
dapat ditentukan.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penerapan
analisis gugus ujung:
1) Gugus ujung harus dapat dianalisis secara kuantitatif.
2) Jumlah gugus ujung yang dapat dianalisis harus
diketahui dengan pasti.
3) Gugus fungsi lain yang mengganggu analisis harus
ditiadakan.
4) Konsentrasi gugus ujung harus cukup besar.
5) Metode ini tidak dapat diterapkan pada polimer
bercabang.
6) Dalam 1 polimer linier terdapat gugus ujung sebanyak
dua kali molekul linier.
Metode analisis gugus ujung dapat dilakukan melalui
beberapa cara yakni titrasi, penerapan spektroskopi UV, IR dan
NMR, pengukuran aktivitas gugus ujung yang radioaktif serta analisis
gugus ujung yang mengandung unsur tertentu. Contoh analisis gugus
ujung dengan cara titrasi, prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:
1) Sampel Poliester (gugus karboksil dan hidroksil), masing –
masing ditimbang dan dilarutkan dalam pelarut yang cocok
(aseton untuk karboksil dan dititrasi
2) Untuk hidroksil sampel diasetilasi dengan anhidrat asetat
berlebih untuk membebaskan asam asetat, bersama dengan
gugus ujung distribusi dengan cara yang sama.
3) Dari kedua titrasi tersebut diperoleh milligram ekuivalen
karboksil dan hidroksil dalam sampel tersebut.
4) Jumlah mol polimer per gram dapat dihitung dengan
persamaan :
𝑴𝒆𝒌𝑪𝑶𝑶𝑯+𝑴𝒆𝒌𝑶𝑯
mol polimer per gram =
𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

7
1
5) 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑚

Gugus ujung lain yang dapat dititrasi adalah gugus amino


dalam polisakarida, gugus asetil dalam poliamida bergugus
asetil, isosianat dalam polistirena dan epoksida dalam polimer
epoksi.
Contoh soal:
Jika 1 gram poliester yang diambil mengandung 1 gugus –COOH per
3
molekul polimer. Jika Cm2 larutan baku natrium hidroksida 0,01 mol dm
diperlukan untuk menetralkan sampel tersebut. Berapa massa molekul relatif
poliester tersebut?

Jawab:

Mol NaOH yang digunakan = 𝟏𝟎 x 0,01 = 10-4 mol


𝟏𝟎𝟎
4
Maka jumlah mol gugus –COOH = 10 - , karena tiap molekul polimer
-4
mengandung 1 gugus –COOH, jumlah mol polimer yang ada = 10 mol.
-4
Berat 10 mol polimer tersebut adalah 1 gram. Maka 1 mol polimer beratnya
-4 4
1/10 gram =10 gram. Dengan demikian massa molekul polimer = 10.000.

Kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut:


 Harus mengandaikan struktur molekul.
 Tidak dapat dipakai untuk polimer bercabang.
 Hanya dapat dipakai untuk polimer dengan daerah berat
molekul < 10.000.
Keunggulan dari metode ini adalah:
 Bisa dipakai untuk polimer kondensasi. Dipakai untuk
menentukan bobot molekul yang mempunyai gugus fungsi.
 Bisa dipakai untuk menentukan polimer poliamida,
insiator, polyester dan radikal bebas.

8
2. Berat Molekul Rata-rata Berat (Mw)
a. Hamburan Sinar / Cahaya
Hamburan cahaya (light scatering) adalah metode
analisis polimer untuk menentukan berat molekul dengan
melihat jumlah cahaya yang dihamburkan oleh partikel –
partikel dalam larutan. Hamburan cahaya dapat dipakai
untuk mendapatkan berat molekul mutlak. Prinsip
kerjanya didasarkan pada fakta bahwa cahaya, ketika
melewati suatu pelarut atau larutan melepaskan energi yang
diakibatkan oleh absorbsi, konversi ke panas dan hamburan.
Jika seberkas sinar ditembuskan kedalam cairan yang tak
menyerap sinar, maka sebagian sinar dihamburkan. Jika
cairan pelarut dibuat tak homogen oleh penambahan
molekul nisbi maka hamburan tambahan akan terjadi.
Peningkatan hamburan dapat dihubungkan dengan
konsentrasi larutan dan massa molekul nisbi zat terlarut,
dibuat dalam persamaan Debye:

Dimana :

9
Skema alat penghamburan sinar sederhana :

Gambar 3. Alat Penghamburan Cahaya

Sinar lampu uap raksa A ditembuskan melalui filter


pemonokromatis B, lalu memasuki sel kaca C yang berisi
larutan polimer. Sinar yang dilewatkan diserap dalam
penangkap sinar D, intensitas sinar hamburan diukur dengan
membiarkan jatuh pada photo – multiplier E yang
dipasang pada lengan yang dapat bergerak sehingga sinar
hamburan dapat dibuat pada berbagai berkas datang.
Multiplier lalu diukur dengan galvanometer. Hamburan
sinar dapat dipakai untuk menentukan massa molekul
polimer > 1.000.000.
Kelemahan dari metode ini adalah mahalnya alat dan
kerumitan metode secara keseluruhan. Kelebihannya yaitu
metode ini adalah cara yang berguna dan luwes serta dapat
digunakan untuk rentang berat molekul yang cukup lebar
(bahkan sampai lebih dari satu juta).

10
Gambar 4. Plot Zimm

b. Ultrasentrifugasi dan Pengendapan


Ultrasentrifugasi merupakan metode penentuan bobot
molekul dengan cara melibatkan pemutaran larutan polimer
pada kecepatan tertentu. Metode ini lebih banyak dipakai
untuk menentukan berat molekul polimer alam seperti
protein. Tekniknya didasarkan pada prinsip bahwa molekul
– molekul di bawah pengaruh medan sentrifugal yang kuat,
mendistribusi diri menurut besarnya secara tegak lurus
terhadap sumbu putar, suatu proses yang disebut
sedimentasi dan lajunya proposional dengan massa
molekul.
Proses sedimentasi terbagi menjadi dua untuk dapat
menentukan nilai Mw, yaitu :
1) Kesetimbangan sedimentasi

Kesetimbangan sedimentasi dilakukan dengan


pemutaran terhadap larutan polimer dengan kecepatan
rendah dalam waktu tertentu sampai tercapai
kesetimbangan antara sedimentasi dan difusi. Berat
molekul rata - rata berat dirumuskan sebagai berikut:

11
Dimana :
C1 dan C2 : konsentrasi berturut – turut pada jarak r1 dan
r2 dari pusat rotasi ke pengamatan sel.
V : volume spesifik polimer
ω : kecepatan sudut rotasi
𝜌 : massa jenis larutan
2) Kecepatan Sedimentasi

Metode ini dilakukan dengan menggunakan


kecepatan tinggi (70000 rpm) untuk menghasilkan
sedimentasi. Besarnya sedimentasi diukur dengan
menggunakan laju sedimentasi. Laju sedimentasi (s)
adalah tetapan sedimentasi yang dihubungkan dengan
massa partikel. Besarnya laju sedimentasi dirumuskan:

Nilai Mw dapat dihitung, yaitu :

Dimana D adalah besarnya koefisien difusi yang didapat dari :

Sentrifugasi dilakukan dalam suatu lubang terbuka


dalam satu rangkaian sel dalam rotor, kedudukannya diberi

12
jendela – jendela sedemikian dan bisa dipakai untuk
mengamati perubahan konsentrasi dalam larutan polimer.
Komponen – komponen dasar ultrasentrifugal sebagai
berikut:

Gambar 5. Komponenen Alat Untuk Sentrifugasi

c. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan
kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara
viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut
murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbi
polimer.
Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat,
lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih
sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer
Ostwald.
Prinsip kerjanya sebagai berikut:
1. Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau
larutan polimer untuk mengalir diantara 2 tanda x dan y.
2. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir
kebawah melalui pipa kapiler A, cairan harus mendorong
cairan naik ke B. Akibatnya volume cairan berbeda masuk

13
percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B
akan berubah pula.
Dasar teori Viskositas yang digunakan untuk massa
molekul polimer ialah jika viskositas larutan polimer adalan η

dan viskositas pelarut murni ialah η0 maka viskositas jenis η .


𝑆𝑃
Larutan polimer diabaikan oleh persamaan:
ɳ− ɳ𝟎
ɳ𝑺𝑷 =
ɳ𝒐

Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas


yang disebabkan oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan
polimer. Harga 𝜂𝑆𝑃 disebut viskositas tereduksi dan diberi
lambang [η ] untuk pelarutan terbatas.
Secara sistematis di tulis:
𝜂𝑠𝑝
lim = =[𝜂]
𝑐−0 𝑐

Karena massa jenis larutan yang dipakai hamper sama


dengan massa jenis pelarut maka dapat di andaikan viskositas
tiap larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu
alirnya dan persamaannya adalah:
𝑡2−𝑡1
𝜂𝑠𝑝 =
𝑡1
Dimana :
t2 : Waktu alir untuk larutan.
t1 : Waktu alir untuk pelarut
Jika dihitung harga 𝜂𝑠𝑝 dan 𝜂𝑆𝑃/𝑐 kemudian

diekstrapolasi ke konsentrasi awal (Co) akan menghasilkan


harga [η]. Dengan demikian dapat dihitung massa molekul
polimer dengan persamaan:
[𝜂] = 𝐾𝑀𝑎
Dimana : M : Massa molekul relatif polimer

14
K dan a untuk beberapa pelarut dan polimer tertentu
disajikan pada tabel 1.1 di bawah ini:

Table 1Nilai K dan a Dari Beberapa Pelarut dan Polimer

Polimer Pelarut T (0C) K A


Polietilena Dekalin 135 6,1 x 10-2 0,70
Polistirena Taulena 75 7,5 x 10-3 0,75
Polisirena Sikloheksana 34 8,2 x 10-2 0,50
Polivinil Asetat Aseton 30 8,6 x 10-3 0,74
Selulosa Asetat Aseton 202 2,38 x 10-3 1,0

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Polimer adalah molekul besar yang di bangun dari pengulangan
kesatuan kimia yang sederhana dan kecil dan bersetruktur linier
(seperti rantai) yang biasa di sebut monomer. Umumnya polimer
dengan berat molekul tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat.
Polimer – polimer diangggap memiliki berat molekul yang berkisar
antara ribuan hingga jutaan dengan berat molekul optimum
yang bergantung pada struktur kimia dan penerapannya.
Derajat polimerisasi adalah nomor unit dari suatu monomer
yang bergabung dengan rantai polimer selama masa rantai tersebut
masih ada.
Metode yang digunakan dalam penentuan berat molekul antara
lain :
1. Berat Molekul Rata-rata Jumlah (Mn)
2. Berat Molekul Rata-rata Berat (Mw)

3.2 Saran
Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik, saran, tanggapan ataupun masukan dari pembaca
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

I k a , W a h y u n i . Penentuan Berat Molekul (Mn) Polimer dengan Metode.


VIiskositas: web.unair.ac.id/admin/file/f_41124_PenentuanBeratMolekul.pdf

Imroatul, Maghfiroh. Penentuan Berat Molekul (Mn) Polimer Dengan Metode


Viskositas: www.academia.edu/.../penentuan_berat_molekul_mn_polimer_ Dengan
Metode Viskositas. 10 November 2014

Indah, Syafitri. Laporan-Kimia-Fisik-Penentuan-Berat-Molekul-Polimer:


https://www.slideshare.net/.../laporan-kimia-fisik-penentuan-berat-molekul-
polimerdigilib.itb.ac.id/files/disk1/622/jbptitbpp-gdl-erythrinas-31053-3-2008ta-
2.pdf. 15 Maret 2017.

17

Anda mungkin juga menyukai