OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat Rahmat-Nya penulis dapat meyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penulis memaparkan tentang “ Penentuan Berat
Molekul ”.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan makalah ini tidak
terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membimbing,
memberikan motivasi, dengan masukan-masukan yang membangun dalam
upaya penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian berat molekul polimer
2. Untuk mengetahui konsep dasar dari derajat polimerisasi
3. Untuk mengetahui sifat dan konsep dari berat molekul polimer
4. Untuk mengetahui metode yang di gunakan dalam penentuan
berat molekul
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Derajat Polimerisasi
Derajat polimerisasi adalah nomor unit dari suatu monomer
yang bergabung dengan rantai polimer selama masa rantai tersebut
masih ada. Pada polimerisasi terdapat transfer reaksi yang
berpengaruh terhadap temperatur (derajat polimerisasi) polimer dan
berat molekulnya. Jika transfer reaksi terkontrol dengan baik maka
akan ditemukan pemotongan berat molekul suatu polimer dan adanya
peningkatan temperatur.
Faktor yang mempengaruhi transfer reaksi polimer salah satunya
karena lebih tingginya aktivitas energy pada transfer reaksi
menyebabkan lamanya penggabungan rata-rata transfer yang akan di
gunakan dalam penambahan monomer, sehingga mempengaruhi
berat molekul.
3
Contoh soal:
Polimer poli (vinil klorida), PVC memiliki DP = 1000 maka berat
molekulnya (Mn) adalah …
Penyelesaian :
Mo ( - CH2CHCl - ) = 63, DP = 1000
Mn = DP x Mo
Mn = 63 x 1000 = 63000.
4
Gambar 1. Membran Semipermeabel
Gambar 2. Osmometri
5
tetapi pada suatu saat kenaikan berhenti karena sistem
mengalami keseimbangan.
Pada keadaan ini selisih ketinggian pelarut dan
larutan ialah massa molekul relatif polimer dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
𝜋 𝑅𝑇
′
= + 𝐵𝑪′
𝑪 (𝑀)
Dimana :
π = Tekanan osmosis
𝐶 ′ = Konsentrasi larutan
R = Tetapan gas ideal 0,082 L atm mol-1 K-1 = 8,314 Jmol-1 K-1
T = Suhu (0Kelvin)
B = Koefisien visial
(M) = Massa molekul relative polimer.
Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa jenis
polimer yang tidak ikut terukur, yakni jenis yang memiliki berat
molekul yang rendah, dikarenakan polimer dengan berat molekul
rendah tersebut akan terdifusi melewati membran. Akibatnya,
jumlah berat molekul rata-rata jumlah yang terukur bukan
menyatakan harga keseluruhan dari berat molekul polimer
sampel .
b. Metode Analisis Gugus Ujung
Analisis gugus ujung merupakan teknik analisis
polimer untuk mengetahui massa molekul satu sampel
atau sistem dengan menghitung jumlah rantainya. Dalam
proses polarisasi pada suatu monomer awal dan akhir
rantai, akan terdapat gugus fungsi yang tidak berkaitan
dengan satuan monomer lain. Jika suatu polimer
diketahui mengandung jumlah tertentu gugus ujung per
molekulnya, maka jumlah gugus itu dapat ditentukan dalam
jumlah massa polimer dengan metode analisis gugus ujung.
Dengan demikian jika massa 1 mol polimer dapat
6
ditentukan, maka molekul atau bobot molekul polimer juga
dapat ditentukan.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penerapan
analisis gugus ujung:
1) Gugus ujung harus dapat dianalisis secara kuantitatif.
2) Jumlah gugus ujung yang dapat dianalisis harus
diketahui dengan pasti.
3) Gugus fungsi lain yang mengganggu analisis harus
ditiadakan.
4) Konsentrasi gugus ujung harus cukup besar.
5) Metode ini tidak dapat diterapkan pada polimer
bercabang.
6) Dalam 1 polimer linier terdapat gugus ujung sebanyak
dua kali molekul linier.
Metode analisis gugus ujung dapat dilakukan melalui
beberapa cara yakni titrasi, penerapan spektroskopi UV, IR dan
NMR, pengukuran aktivitas gugus ujung yang radioaktif serta analisis
gugus ujung yang mengandung unsur tertentu. Contoh analisis gugus
ujung dengan cara titrasi, prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:
1) Sampel Poliester (gugus karboksil dan hidroksil), masing –
masing ditimbang dan dilarutkan dalam pelarut yang cocok
(aseton untuk karboksil dan dititrasi
2) Untuk hidroksil sampel diasetilasi dengan anhidrat asetat
berlebih untuk membebaskan asam asetat, bersama dengan
gugus ujung distribusi dengan cara yang sama.
3) Dari kedua titrasi tersebut diperoleh milligram ekuivalen
karboksil dan hidroksil dalam sampel tersebut.
4) Jumlah mol polimer per gram dapat dihitung dengan
persamaan :
𝑴𝒆𝒌𝑪𝑶𝑶𝑯+𝑴𝒆𝒌𝑶𝑯
mol polimer per gram =
𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
7
1
5) 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 =
𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jawab:
8
2. Berat Molekul Rata-rata Berat (Mw)
a. Hamburan Sinar / Cahaya
Hamburan cahaya (light scatering) adalah metode
analisis polimer untuk menentukan berat molekul dengan
melihat jumlah cahaya yang dihamburkan oleh partikel –
partikel dalam larutan. Hamburan cahaya dapat dipakai
untuk mendapatkan berat molekul mutlak. Prinsip
kerjanya didasarkan pada fakta bahwa cahaya, ketika
melewati suatu pelarut atau larutan melepaskan energi yang
diakibatkan oleh absorbsi, konversi ke panas dan hamburan.
Jika seberkas sinar ditembuskan kedalam cairan yang tak
menyerap sinar, maka sebagian sinar dihamburkan. Jika
cairan pelarut dibuat tak homogen oleh penambahan
molekul nisbi maka hamburan tambahan akan terjadi.
Peningkatan hamburan dapat dihubungkan dengan
konsentrasi larutan dan massa molekul nisbi zat terlarut,
dibuat dalam persamaan Debye:
Dimana :
9
Skema alat penghamburan sinar sederhana :
10
Gambar 4. Plot Zimm
11
Dimana :
C1 dan C2 : konsentrasi berturut – turut pada jarak r1 dan
r2 dari pusat rotasi ke pengamatan sel.
V : volume spesifik polimer
ω : kecepatan sudut rotasi
𝜌 : massa jenis larutan
2) Kecepatan Sedimentasi
12
jendela – jendela sedemikian dan bisa dipakai untuk
mengamati perubahan konsentrasi dalam larutan polimer.
Komponen – komponen dasar ultrasentrifugal sebagai
berikut:
c. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan
kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara
viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut
murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbi
polimer.
Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat,
lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih
sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer
Ostwald.
Prinsip kerjanya sebagai berikut:
1. Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau
larutan polimer untuk mengalir diantara 2 tanda x dan y.
2. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir
kebawah melalui pipa kapiler A, cairan harus mendorong
cairan naik ke B. Akibatnya volume cairan berbeda masuk
13
percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B
akan berubah pula.
Dasar teori Viskositas yang digunakan untuk massa
molekul polimer ialah jika viskositas larutan polimer adalan η
14
K dan a untuk beberapa pelarut dan polimer tertentu
disajikan pada tabel 1.1 di bawah ini:
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Polimer adalah molekul besar yang di bangun dari pengulangan
kesatuan kimia yang sederhana dan kecil dan bersetruktur linier
(seperti rantai) yang biasa di sebut monomer. Umumnya polimer
dengan berat molekul tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat.
Polimer – polimer diangggap memiliki berat molekul yang berkisar
antara ribuan hingga jutaan dengan berat molekul optimum
yang bergantung pada struktur kimia dan penerapannya.
Derajat polimerisasi adalah nomor unit dari suatu monomer
yang bergabung dengan rantai polimer selama masa rantai tersebut
masih ada.
Metode yang digunakan dalam penentuan berat molekul antara
lain :
1. Berat Molekul Rata-rata Jumlah (Mn)
2. Berat Molekul Rata-rata Berat (Mw)
3.2 Saran
Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik, saran, tanggapan ataupun masukan dari pembaca
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
17