FARMASI FISIK
“ PoliDispersi Index “
2 FA 3
2016/2017
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam kimia fisik dan organik, dispersi adalah ukuran heterogenitas ukuran
molekul atau partikel dalam campuran. Kumpulan benda disebut seragam jika benda
memiliki ukuran, bentuk, atau massa yang sama. Contoh benda yang memiliki ukuran,
bentuk dan distribusi massa yang tidak konsisten disebut tidak seragam. Benda bisa
dalam bentuk dispersi kimia apapun, seperti partikel dalam koloid, tetesan di awan,
kristal di batu atau makromolekul polimer dalam larutan atau massa polimer padat.
Polimer dapat digambarkan dengan distribusi massa molekul; populasi partikel dapat
digambarkan dengan ukuran, luas permukaan dan / atau distribusi massa; dan film tipis
D-stroke) yang dapat merujuk pada massa molekuler atau tingkat polimerisasi. Hal ini
massa molar rata-rata berat dan Mn adalah massa molar dengan jumlah rata-rata. Hal
ini juga dapat dihitung sesuai dengan tingkat polimerisasi, di mana ĐX = Xw / Xn, di
polimerisasi. Dalam kasus pembatasan tertentu dimana ĐM = ĐX, itu hanya disebut
kontradiktif sendiri, dan polydisperse, yang dianggap berlebihan, lebih memilih istilah
Polimer biasa disebut juga polidispersi. Polidispersi adalah banyaknya hamburan yang artinya
satu molekul yang dibentuk dari molekul yang sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot
molekul bergantung pada besarnya ukuran yang digunakan dalam metode pengukurannya. Metode
pengukuran yang digunakan untuk menentukan bobot molekul, yakni metode gugus ujung dan
metode sifat koligatif. Kedua metode ini sangat banyak digunakan. Metode ini dipakai untuk
menentukan bobot molekul rata - rata jumlah. Bobot molekul rata - rata jumlah adalah bilangan atau
ukuran jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel uji. Sehingga, berat total dari suatu sampel uji
polimer, W = jumlah berat dari setiap bagian molekul polimer, dirumuskan:
Hamburan cahaya dan ultrasentifugasi merupakan metode lain dalam menentukan bobot molekul
polimer. Bobot molekul rata - rata bobot merupakan suatu parameter penentuan bobot molekul
polimer dengan menggunakan metode cahaya dan ultrasentrifugasi. Bobot molekul rata -rata bobot
(Mw), adalah hasil penjumlahan fraksi bobot masing – masing spesies polimer dikalikan berat
molekulnya. Mw, dirumuskan sebagai berikut:
Dari kedua contoh diatas, menunjukkan bahwa nilai Mw lebih besar daripada Mn . Hal ini
dikarenakan perbedaan metode yang digunakan untuk mengukur bobot molekul. Pengukuran
dengan sifat koligatif larutan menghasilkan kontribusi yang sama dari setiap molekul, meskipun
berat molekulnya berbeda, lain halnya dengan metode hamburan cahaya, molekul - molekul yang
besar memiliki kontribusi yang lebih karena menghambur cahaya secara lebih efektif. Nilai dari Mw
dan Mn , memiliki berbagai manfaat, yakni:
1. Jika Mw = Mn , artinya semua molekul memiliki ukuran
besar yang sama
2. Indeks polidispersi, dengan melihat rasio nilai Mw / Mn
Berdasarkan bobot molekulnya, polimer dapat digolongkan menjadi polimer tinggi dan
polimer rendah. Polimer tinggi mempunyai bobot molekul lebih besar dari 104, sedangkan polimer
rendah mempunyai bobot molekul kurang dari 104. Polimer rendah disebut juga oligomer. Contoh
dari polimer tinggi antara lain karet alam, damar, poliester alam, grafit, fosfat, karbohidrat, selulosa,
protein, polietilen, polistirena, polivinil klorida. Penentuan bobot molekul polimer dapat dilakukan
dengan fraksinasi polimer yakni untuk memisahkan sampel polimer tertentu ke dalam beberapa
golongan bermassa molekul sama. Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan pada
kenyataan bahwa kelarutan polimer berkurang dengan naiknya massa molekul.
Cara - cara melakukan fraksinasi:
1. Pengendapan bertingkat
Langkah-langkahnya:
Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok sehingga membentuk larutan yang
berkonsentrasi 0,1 persen.
Kedalam larutan ini ditambahkan bukan pelarut setetes demi setetes sambil diaduk cepat.
Bahan bermassa molekul paling tinggi menjadi tak larut dan segan terpisah.
Tambahkan lagi bukan - pelarut sebagai pengendap untuk mengendapkan polimer
bermassa molekul tertinggi berikutnya.
Tata kerja ini dilakukan berulang - ulang sampai terpisah menjadi beberapa fraksi yang kian
berkurang massa molekulnya.
2. Elusi bertingkat
Langkah-langkahnya:
Polimer diekstraksi dari zat padat kedalam larutan.
Kolom diisi dengan bahan polimer dan diisi sampel, lalu dielusi dengan campuran pelarut
dan bukan pelarut secara bertahap. Jadi polimer yang bermassa molekul rendah keluar dari
kolom pertama kali, diikuti oleh fraksi yang mengandung bahan bermassa molekul lebih
besar.
3. Kromatografi Permiasi Gel (KPG)
Cara kerja:
Kolom diisi dengan beberapa bentuk bahan kemasan polimer.
Larutan sampel polimer yang sedang diteliti dilewatkan ke dalam
kolom dan dielusi dengan lebih banyak pelarut
Dengan demikian molekul paling besar (bermassa molekul tertinggi) akan terelusi lebih
dahulu karena tidak dapat memsuki lubang kemasan. Setelah dilakukan pemisahan, untuk
menentukan massa molekulnya dapat dilakukan dengan Analisis Gugus Ujung, metode Viskositas,
Osmometri dan Hamburan Sinar.
Pengukuran Bobot Molekul Polimer
Pengukuran bobot molekul polimer dilakukan dengan berbagai cara. Metode yang digunakan,
tergantung kepada besaran bobot molekul polimer yang akan diukur. Secara garis besar dibagi
sebagai berikut:
a. Pengukuran bobot molekul rata-rata jumlah, digunakan metodemetode:
i. Osmometri membran
ii. Osmometri tekanan uap
iii.Analisis gugus ujung
b. Pengukuran bobot molekul rata-rata berat, digunakan metodemetode:
i. Ultrasentrifugasi
ii.Hamburan cahaya
iii.Viskositas
Osmometri
Osmometri adalah salah satu metode penentuan bobot molekul rata – rata jumlah dengan prinsip
osmosis. Caranya, pelarut akan dipisahkan dari larutan polimer dengan menggunakan suatu
penghalang, sehingga hanya pelarut saja yang dapat lewat sedangkan zat terlarut tertahan didalam
penghalang yang dilengkapi dengan membran semipermiabel.
Persamaan van’t Hoff, menyatakan hubungan antara tekanan osmotik dengan berat molekul,
dirumuskan sebagai berikut:
A2C......................................................................................................(1.4)
dimana: π = tekanan osmotik
Ω = 𝜌 × 𝑔 × ∆ℎ..............................................................................(1.5)
dengan: R: tetapan gas ideal = 0,082 L atm mol-1K-1 = 8,314 Jmol-1K-1
T : suhu (K)
C : konsentrasi (mol/liter)
𝜌 : massa jenis (g/ml)
g : percepatan gravitasi = 0,981 m/s2
∆h : perbedaan tinggi antara pelarut dan larutan (cm)
A2 : koefisien virial kedua (ukuran interaksi antara pelarut dan polimer)
Untuk mendapatkan nilai bobot molekul rata - rata jumlah (Mn ), dilakukan dengan menggunakan
metode grafik, yakni memplotkan /C (tekanan osmotik reduksi) – vs – konsentrasi. Hasilnya
ditunjukkan pada gambar-11, seperti dibawah ini:
Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa spesi polimer yang tidak ikut terukur, yakni spesi
yang memiliki berat molekul yang rendah, dikarenakan polimer dengan berat molekul rendah
tersebut akan terdifusi melewati membran. Akibatnya, jumlah bobot molekul rata - rata jumlah yang
terukur bukan menyatakan harga keseluruhan dari bobot molekul polimer sampel.
Ultrasentrifugasi
Metode penentuan bobot molekul dengan menggunakan ultrasentrifugasi, dilakukan dengan
metode:
a. Kesetimbangan sedimentasi
Kesetimbangan sedimentasi dilakukan dengan pemutaran terhadap larutan polimer dengan
kecepatan rendah dalam waktu tertentu sampai tercapai kesetimbangan antara sedimentasi dan
difusi. Bobot molekul rata - rata bobot dirumuskan sebagai berikut:
Kecepatan sedimentasi
Metode ini dilakukan dengan menggunakan kecepatan tinggi (70000rpm) untuk menghasilkan
sedimentasi. Besarnya sedimentasi diukur dengan menggunakan laju sedimentasi. Laju sedimentasi
(s) adalah tetapan sedimentasi yang dihubungkan dengan massa partikel. Besarnya aju sedimentasi
(s) dirumuskan:
Sehingga besarnya bobot molekul rata - rata bobot Mw dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Hamburan Cahaya
Prinsip metode hamburan cahaya, bahwa suatu pelarut atau larutan ketika melewati seberkas
cahaya akan melepaskan energi akibat adsorbsi, konversi kepanas dan hamburan. Untuk mengukur
besarnya hamburan cahaya, dilakukan dengan turbidimetri. Besarnya turbiditas dalam suatu bahan
polimer dihitung dengan menggunakan persamaan:
Banyaknya hamburan partikel yang artinya satu molekul yang dibentuk dari molekul
yang sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot molekul bergantung pada
3. Metode
metode gugus ujung dan metode sifat koligatif, sifat larutan yang tidak bergantung
pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam
larutan.. Kedua metode ini sangat banyak digunakan. Metode ini dipakai untuk
menentukan bobot molekul rata - rata jumlah. Bobot molekul rata - rata jumlah
adalah bilangan atau ukuran jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel uji.
Metode sedimentasi
Sieve analyses dalam dunia farmasi sering kali digunakan dalam bidang mikromeritik.
Yaitu ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan teknologi partikel kecil.
Metode yang paling umum digunakan adalah analisa gambar (mikrografi). Metode
ini meliputi metode mikroskopi dan metode holografi. Alat yang sering digunakan
biasanya SEM, TEM dan AFM. Namun seiring dengan berkembangnya ilmu
submikron.
Contoh alat yang menggunakan metode LAS adalah particle size analyzer (PSA). Alat
ini menggunakan prinsip dynamic light scattering (DLS). Metode ini juga dikenal
sebagai quasi-elastic light scattering (QELS). Alat ini berbasis Photon Correlation
material uji.
metode kering: metode ini memanfaatkan udara atau aliran udara untuk melarutkan
partikel dan membawanya ke sensing zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran
beraglomerasi kecil.
PEMBAHASAN
Polidispersi adalah banyaknya hamburan yang artinya satu molekul yang dibentuk
dari molekul yang sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot molekul bergantung
Indeks polidispersi adalah angka yang dihitung dari 2 parameter sederhana yang
sesuai dengan data korelasi yang disebut halaman kumulatif pada analisis. Ini adalah ukuran
distribusi massa molekul dalam sampel polimer tertentu. Yang dihitung PDI adalah berat
molekul rata-rata terbagi oleh jumlah berat molekul rata-rata. Untuk beberapa PDI polimer
Polidispersi : terdiri dari massa molekul yang tidak seragam jika memiliki panjang
Suspensi : campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair
tersebut.
Emulsi : merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair. Berdasarkan
medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi: emulsi gas, emulsi cair, dan emulsi
padat.
KESIMPULAN
suspensi dan emulsi. Perhitungan pada PDI adalah berat molekul rata-rata terbagi oleh
jumlah berat molekul rata-rata. Pada bidang farmasi digunakan polidispersi indeks dalam