Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMASI FISIK

“ PoliDispersi Index “

2 FA 3

1. Verent Alex 11161118


2. Miduk Artha 11161148
3. Anisa Fitriani 11161127
4. Lulu Listiana 11161145
5. Irfan Hilmi M 11161142

SEKOAH TINGGI FARMASI BANDUNG

2016/2017
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dalam kimia fisik dan organik, dispersi adalah ukuran heterogenitas ukuran

molekul atau partikel dalam campuran. Kumpulan benda disebut seragam jika benda

memiliki ukuran, bentuk, atau massa yang sama. Contoh benda yang memiliki ukuran,

bentuk dan distribusi massa yang tidak konsisten disebut tidak seragam. Benda bisa

dalam bentuk dispersi kimia apapun, seperti partikel dalam koloid, tetesan di awan,

kristal di batu atau makromolekul polimer dalam larutan atau massa polimer padat.

Polimer dapat digambarkan dengan distribusi massa molekul; populasi partikel dapat

digambarkan dengan ukuran, luas permukaan dan / atau distribusi massa; dan film tipis

dapat digambarkan dengan distribusi ketebalan film.

IUPAC telah memberhentikan penggunaan indeks polydispersity, yang

menggantikannya dengan istilah dispersity, yang ditunjukkan oleh simbol Đ (diucapkan

D-stroke) yang dapat merujuk pada massa molekuler atau tingkat polimerisasi. Hal ini

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan ĐM = Mw / Mn, di mana Mw adalah

massa molar rata-rata berat dan Mn adalah massa molar dengan jumlah rata-rata. Hal

ini juga dapat dihitung sesuai dengan tingkat polimerisasi, di mana ĐX = Xw / Xn, di

mana Xw adalah tingkat rata-rata polimerisasi dan Xn adalah tingkat rata-rata

polimerisasi. Dalam kasus pembatasan tertentu dimana ĐM = ĐX, itu hanya disebut

sebagai Đ. IUPAC juga telah memberhentikan istilah monodisperse, yang dianggap

kontradiktif sendiri, dan polydisperse, yang dianggap berlebihan, lebih memilih istilah

yang seragam dan tidak seragam.


DASAR TEORI

Polimer biasa disebut juga polidispersi. Polidispersi adalah banyaknya hamburan yang artinya
satu molekul yang dibentuk dari molekul yang sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot
molekul bergantung pada besarnya ukuran yang digunakan dalam metode pengukurannya. Metode
pengukuran yang digunakan untuk menentukan bobot molekul, yakni metode gugus ujung dan
metode sifat koligatif. Kedua metode ini sangat banyak digunakan. Metode ini dipakai untuk
menentukan bobot molekul rata - rata jumlah. Bobot molekul rata - rata jumlah adalah bilangan atau
ukuran jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel uji. Sehingga, berat total dari suatu sampel uji
polimer, W = jumlah berat dari setiap bagian molekul polimer, dirumuskan:

Dimana: N = jumlah mol


M = berat molekul
Dengan demikian, bobot molekul rata - rata jumlah Mn , dapat dihitung dengan menggunakan
defenisi Mn = berat sampel per mol, sehingga dirumuskan:

Hamburan cahaya dan ultrasentifugasi merupakan metode lain dalam menentukan bobot molekul
polimer. Bobot molekul rata - rata bobot merupakan suatu parameter penentuan bobot molekul
polimer dengan menggunakan metode cahaya dan ultrasentrifugasi. Bobot molekul rata -rata bobot
(Mw), adalah hasil penjumlahan fraksi bobot masing – masing spesies polimer dikalikan berat
molekulnya. Mw, dirumuskan sebagai berikut:
Dari kedua contoh diatas, menunjukkan bahwa nilai Mw lebih besar daripada Mn . Hal ini
dikarenakan perbedaan metode yang digunakan untuk mengukur bobot molekul. Pengukuran
dengan sifat koligatif larutan menghasilkan kontribusi yang sama dari setiap molekul, meskipun
berat molekulnya berbeda, lain halnya dengan metode hamburan cahaya, molekul - molekul yang
besar memiliki kontribusi yang lebih karena menghambur cahaya secara lebih efektif. Nilai dari Mw
dan Mn , memiliki berbagai manfaat, yakni:
1. Jika Mw = Mn , artinya semua molekul memiliki ukuran
besar yang sama
2. Indeks polidispersi, dengan melihat rasio nilai Mw / Mn
Berdasarkan bobot molekulnya, polimer dapat digolongkan menjadi polimer tinggi dan
polimer rendah. Polimer tinggi mempunyai bobot molekul lebih besar dari 104, sedangkan polimer
rendah mempunyai bobot molekul kurang dari 104. Polimer rendah disebut juga oligomer. Contoh
dari polimer tinggi antara lain karet alam, damar, poliester alam, grafit, fosfat, karbohidrat, selulosa,
protein, polietilen, polistirena, polivinil klorida. Penentuan bobot molekul polimer dapat dilakukan
dengan fraksinasi polimer yakni untuk memisahkan sampel polimer tertentu ke dalam beberapa
golongan bermassa molekul sama. Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan pada
kenyataan bahwa kelarutan polimer berkurang dengan naiknya massa molekul.
Cara - cara melakukan fraksinasi:
1. Pengendapan bertingkat
Langkah-langkahnya:
 Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok sehingga membentuk larutan yang
berkonsentrasi 0,1 persen.
 Kedalam larutan ini ditambahkan bukan pelarut setetes demi setetes sambil diaduk cepat.
Bahan bermassa molekul paling tinggi menjadi tak larut dan segan terpisah.
 Tambahkan lagi bukan - pelarut sebagai pengendap untuk mengendapkan polimer
bermassa molekul tertinggi berikutnya.
 Tata kerja ini dilakukan berulang - ulang sampai terpisah menjadi beberapa fraksi yang kian
berkurang massa molekulnya.
2. Elusi bertingkat
Langkah-langkahnya:
 Polimer diekstraksi dari zat padat kedalam larutan.
 Kolom diisi dengan bahan polimer dan diisi sampel, lalu dielusi dengan campuran pelarut
dan bukan pelarut secara bertahap. Jadi polimer yang bermassa molekul rendah keluar dari
kolom pertama kali, diikuti oleh fraksi yang mengandung bahan bermassa molekul lebih
besar.
3. Kromatografi Permiasi Gel (KPG)
Cara kerja:
 Kolom diisi dengan beberapa bentuk bahan kemasan polimer.
 Larutan sampel polimer yang sedang diteliti dilewatkan ke dalam
kolom dan dielusi dengan lebih banyak pelarut
Dengan demikian molekul paling besar (bermassa molekul tertinggi) akan terelusi lebih
dahulu karena tidak dapat memsuki lubang kemasan. Setelah dilakukan pemisahan, untuk
menentukan massa molekulnya dapat dilakukan dengan Analisis Gugus Ujung, metode Viskositas,
Osmometri dan Hamburan Sinar.
Pengukuran Bobot Molekul Polimer
Pengukuran bobot molekul polimer dilakukan dengan berbagai cara. Metode yang digunakan,
tergantung kepada besaran bobot molekul polimer yang akan diukur. Secara garis besar dibagi
sebagai berikut:
a. Pengukuran bobot molekul rata-rata jumlah, digunakan metodemetode:
i. Osmometri membran
ii. Osmometri tekanan uap
iii.Analisis gugus ujung
b. Pengukuran bobot molekul rata-rata berat, digunakan metodemetode:
i. Ultrasentrifugasi
ii.Hamburan cahaya
iii.Viskositas

Osmometri
Osmometri adalah salah satu metode penentuan bobot molekul rata – rata jumlah dengan prinsip
osmosis. Caranya, pelarut akan dipisahkan dari larutan polimer dengan menggunakan suatu
penghalang, sehingga hanya pelarut saja yang dapat lewat sedangkan zat terlarut tertahan didalam
penghalang yang dilengkapi dengan membran semipermiabel.

Persamaan van’t Hoff, menyatakan hubungan antara tekanan osmotik dengan berat molekul,
dirumuskan sebagai berikut:

A2C......................................................................................................(1.4)
dimana: π = tekanan osmotik
Ω = 𝜌 × 𝑔 × ∆ℎ..............................................................................(1.5)
dengan: R: tetapan gas ideal = 0,082 L atm mol-1K-1 = 8,314 Jmol-1K-1

T : suhu (K)
C : konsentrasi (mol/liter)
𝜌 : massa jenis (g/ml)
g : percepatan gravitasi = 0,981 m/s2
∆h : perbedaan tinggi antara pelarut dan larutan (cm)
A2 : koefisien virial kedua (ukuran interaksi antara pelarut dan polimer)

Untuk mendapatkan nilai bobot molekul rata - rata jumlah (Mn ), dilakukan dengan menggunakan
metode grafik, yakni memplotkan 􀈆/C (tekanan osmotik reduksi) – vs – konsentrasi. Hasilnya
ditunjukkan pada gambar-11, seperti dibawah ini:

Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa spesi polimer yang tidak ikut terukur, yakni spesi
yang memiliki berat molekul yang rendah, dikarenakan polimer dengan berat molekul rendah
tersebut akan terdifusi melewati membran. Akibatnya, jumlah bobot molekul rata - rata jumlah yang
terukur bukan menyatakan harga keseluruhan dari bobot molekul polimer sampel.

Analisis Gugus Ujung


Prinsip analisis gugus ujung ialah memanfaatkan gugus - gugus ujung dari polimer, yang umumnya
berupa gugus - gugus fungsi, dimana sifat ini dapat diukur dengan metode kimia maupun fisika. Ada
beberapa kelemahan metode ini, yakni baik digunakan untuk polimer linier dan cabang yang jumlah
cabangnya diketahui jumlahnya; harus diketahui dengan pasti mekanisme polimerisasi yang terjadi;
tidak efektif digunakan untuk yang memiliki dua gugus ujung atau lebih untuk satu polimer, karena
yang terukur hanya satu gugus ujung saja dan untuk beberapa gugus ujung yang berbeda dalam satu
rantai polimer, hanya terhitung satu gugus ujung saja, sedangkan gugus ujung yang lain tidak
terhitung serta hanya efektif untuk mengukur polimer - polimer yang memiliki berat molekul 5000 -
10000.
Metode yang digunakan untuk menentukan bobot molekul polimer dengan analisis gugus ujung,
yakni titrasi dan spektrometri. Bobot molekul polimer dihitung dengan menggunakan rumus:
Berat molekul = 1/mol polimer per gram...............................(1.6)

Ultrasentrifugasi
Metode penentuan bobot molekul dengan menggunakan ultrasentrifugasi, dilakukan dengan
metode:
a. Kesetimbangan sedimentasi
Kesetimbangan sedimentasi dilakukan dengan pemutaran terhadap larutan polimer dengan
kecepatan rendah dalam waktu tertentu sampai tercapai kesetimbangan antara sedimentasi dan
difusi. Bobot molekul rata - rata bobot dirumuskan sebagai berikut:

Kecepatan sedimentasi
Metode ini dilakukan dengan menggunakan kecepatan tinggi (70000rpm) untuk menghasilkan
sedimentasi. Besarnya sedimentasi diukur dengan menggunakan laju sedimentasi. Laju sedimentasi
(s) adalah tetapan sedimentasi yang dihubungkan dengan massa partikel. Besarnya aju sedimentasi
(s) dirumuskan:
Sehingga besarnya bobot molekul rata - rata bobot Mw dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:

Hamburan Cahaya
Prinsip metode hamburan cahaya, bahwa suatu pelarut atau larutan ketika melewati seberkas
cahaya akan melepaskan energi akibat adsorbsi, konversi kepanas dan hamburan. Untuk mengukur
besarnya hamburan cahaya, dilakukan dengan turbidimetri. Besarnya turbiditas dalam suatu bahan
polimer dihitung dengan menggunakan persamaan:

Plot Zimm memberikan gambaran bagaimana nilai Mw dapat diperoleh.


2. Prinsip

Banyaknya hamburan partikel yang artinya satu molekul yang dibentuk dari molekul

yang sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot molekul bergantung pada

besarnya ukuran yang digunakan dalam metode pengukurannya.

3. Metode

Metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan bobot molekul, yakni

metode gugus ujung dan metode sifat koligatif, sifat larutan yang tidak bergantung

pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam

larutan.. Kedua metode ini sangat banyak digunakan. Metode ini dipakai untuk

menentukan bobot molekul rata - rata jumlah. Bobot molekul rata - rata jumlah

adalah bilangan atau ukuran jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel uji.

 Metode ayakan (Sieve analyses)

 Laser Diffraction (LAS)

 Metode sedimentasi

 Electronical Zone Sensing (EZS)

 Analisa gambar (mikrografi)

Sieve analyses dalam dunia farmasi sering kali digunakan dalam bidang mikromeritik.

Yaitu ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan teknologi partikel kecil.

 Metode yang paling umum digunakan adalah analisa gambar (mikrografi). Metode

ini meliputi metode mikroskopi dan metode holografi. Alat yang sering digunakan

biasanya SEM, TEM dan AFM. Namun seiring dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan yang lebih mengarah ke era nanoteknologi, para peneliti mulai


menggunakan Laser Diffraction (LAS). Metode ini dinilai lebih akurat untuk bila

dibandingkan dengan metode analisa gambar maupun metode ayakan (sieve

analyses), terutama untuk sample-sampel dalam orde nanometer maupun

submikron.

 Contoh alat yang menggunakan metode LAS adalah particle size analyzer (PSA). Alat

ini menggunakan prinsip dynamic light scattering (DLS). Metode ini juga dikenal

sebagai quasi-elastic light scattering (QELS). Alat ini berbasis Photon Correlation

Spectroscopy (PCS). Metode LAS bisa dibagi dalam dua metode:

 metode basah: metode ini menggunakan media pendispersi untuk mendispersikan

material uji.

 metode kering: metode ini memanfaatkan udara atau aliran udara untuk melarutkan

partikel dan membawanya ke sensing zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran

yang kasar, dimana hubungan antarpartikel lemah dan kemungkinan untuk

beraglomerasi kecil.
PEMBAHASAN

Polidispersi adalah banyaknya hamburan yang artinya satu molekul yang dibentuk

dari molekul yang sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot molekul bergantung

pada besarnya ukuran yang digunakan dalam metode pengukurannya.

Indeks polidispersi adalah angka yang dihitung dari 2 parameter sederhana yang

sesuai dengan data korelasi yang disebut halaman kumulatif pada analisis. Ini adalah ukuran

distribusi massa molekul dalam sampel polimer tertentu. Yang dihitung PDI adalah berat

molekul rata-rata terbagi oleh jumlah berat molekul rata-rata. Untuk beberapa PDI polimer

alami hampir dianggap sebagai satu kesatuan.

 Dispersi : sarana heterogenitas ukuran molekul atau partikel dalam campuran

 Monodispersi : tersusun dari molekul massa yang sama

 Polidispersi : terdiri dari massa molekul yang tidak seragam jika memiliki panjang

rantai bervariasi pada rentang luas massa molekul.


APLIKASI DALAM BIDANG FARMASI

Suspensi : campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair

tersebut.

Emulsi : merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair. Berdasarkan

medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi: emulsi gas, emulsi cair, dan emulsi

padat.
KESIMPULAN

Polidispersi Indeks (PDI) untuk mengukur keseragaman ukuran partikel dalam

suspensi dan emulsi. Perhitungan pada PDI adalah berat molekul rata-rata terbagi oleh

jumlah berat molekul rata-rata. Pada bidang farmasi digunakan polidispersi indeks dalam

sediaan emulsi dan suspensi.

Anda mungkin juga menyukai