Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KIMIA ANALISIS

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Kelompok 4

Disusun Oleh :

ENDAH RAHMA DANNI


FHILIPO ANDREAS PRIMA
SALSHABILA

Guru Pembimbing :
Dr.Ir.RUSDIANASARI, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA PRODI D-IV TEKNOLOGI


KIMIA INDUSTRI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “TITRASI KOMPLEKSOMETRI” ini dengan baik tepat pada
waktunya.
Makalah ini ditulis sebagai tugas yang diberikan kepada
kami. Penulis sangat berterima kasih kepada ibu Dr.Ir.Rusdianasari, M.Si.
sebagai dosen pengasuh mata kuliah Kimia Analisis yang telah
memberikan bimbingan dan pengajaran kepada kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Harapan kami semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima kasih

Palembang, 30 september 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
I.I. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
I.II. Rumusan Masalah………………………………………………….... 1
I.III.Tujuan …………………………………………………………….... 1
I.I. Manfaat……………………………………………………………... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..... 3
BAB III ISI.................................................................................................................................... 6
A. KOMPLEKSOMETRI…………………………………………. 6
B. TITRASI KOMPLEKS DENGAN EDTA……………………………… 8
C. MENENTUKAN TITIK AKHIR TITRASI…………………… 11
D. INDIKATOR………………………………………………….. 11
E. CARA – CARA TITRASI DENGAN EDTA………………….. 13
F. TITRASI CAMPURAN KATION…………………………….. 15
G. LARUTAN STANDARD EDTA…………………………….... 15
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I.Latar Belakang
Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah
beranggapanbahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di
dalamkehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu
kebutuhansehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan, pakaian, obat-
obatan, sabun,pasta gigi bahkan prosess dalam tubuh kita sendiri juga berupa
proses kimia, jadidengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia.
Kenyataannya memang zatkimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita
manusia tetapi juga berbahayabagi kehidupan kita manusia pada khususnya dan
makhluk hidup pada umumnya.
Analisa kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik
yangmengandung ion logam seperti aluminium, bismuth, kalsium, magnesium
danzink dengan cara gravimetrik memakan waktu yang lama, karena
prosedurnyameliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan pengeringan
atau pemijaransampai bobot tetap. Untuk menganalisa senyawa-senyawa
ersebut dapat dilakukandengan analisa komplexometri.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi
berdasarkanpembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam
yang sukarmengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat salingmengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukankompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya jugabanyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luastentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi.Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan
kation bervalensibanyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak
digunakan dalampenetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung ion
logam, misalnyapenentuan kadar MgSO4yang digunakan sebagai laksativum
atau ZnO yangdigunakan sebagai antiseptic.

I.II Rumusan Masalah


1. Apa itu senyawa kompleks
2. Jelaskan proses Titrasi Kompleksometri
3. Apa saja jenis-jenis ligan dalam Titrasi Kompleksometri

I.III. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori analisis kompleksometri.
2. Untuk memahami ligan dalam analisis kompleksometri
3. Untuk mengetahui stabilitas analisis kompleksometri.
4. Untuk mengetahui indikator logam dalam analisis kompleksometri.
5. Untuk mengetahui pengaruh ph dalam analisis kompleksometri.
1
6. Untuk mengetahui jenis titrasi dalam analisis kompleksometri.
7. Untuk mengetahui kesadahan dalam analisis kompleksometri.

I.V.Manfaat
A. Mengetahui senyawa kompleks yang terdapat dalam proses titrasi
terutama pada titrasi kompleksometri
B. Mengetahui dasar asam-basa lewis
C. Mengetahui ligan-ligan yang biasa digunakan dalam proses titrasi
kompleksometri terutama EDTA

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan
kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga
senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa
kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya
ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan.
Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana
asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan
bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai
penyumbang pasangan elektron.
terbentuknya senyawa/ Ion kompleks

Ion logam ligand Ion kompleks


Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks
adalah kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri
atas sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom
pusat. Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan
bisa bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa
kompleks yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ [Fe2+,(CN)6]4-

- [Ni0(CN)4]4- [Co+,(CO)4]3

Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat


karena senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
terutama karena aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang
kesehatan, farmasi, industri dan lingkungan. Senyawa kompleks dalam industri
sangat dibutuhkan terutama dalam katalis. Dalam industri petrokimia kebutuhan
katalissemakin meningkat karena setiap produk petrokimia diubah menjadi
senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan katalis, misalnya pada reaksi
hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi. Kompleks logam transisi dapat
mengkatalis berbagai reaksi kimia seperti kompleks [PdCl2DFFM] yang telah
lama dipakai sebagi katalis untuk oksidasi stirena yaitu dalam pembentukan
senyawa olefin. Dalam bidang kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat
penting juga dalam berupa obat – obatan seperti vitamin B12yang merupakan
senyawa kompleks antara kobalt dengan porfirin, hemoglobin yang berfungsi
untuk mengangkut oksigen.

3
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral.
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat
(kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson.
Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan
EDTA.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan
EDTA (garam natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Kompleks senyawa ada disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat
yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang
hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati. Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi
dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu
kompleks senyawa.
Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan,
dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut, sampai terbentuk
kompleks MLn. n adalah bilangan koordinasi dari ion logam, dan menyatakan
jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan dapat
dengan baik diklasifikasikan asat dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam.
Begitulah, ligan-ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul
H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya

4
pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan-pasangan electron menyendiri
kepada logam.
Bila molekul atau iom ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-
masing mempunyai pasangan satu pasangan elektron menyendiri,maka molekul
itu mempunyai dua atom penyumbangan, dan memungkinkan untuk
membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan seperti ini
disebut ligan bidentat. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul. Sebelum ini, telah kita anggap bahwa sepsis-spesisi
yang kompleks itu tidak mengandung lebih dari stu ion logam, tetapi pada
kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang
mengandung dua ion logam, atau bahkan satu komplek polinuklir yang
mengandung lebih dari dua ion logam, dapat terbentuk.

5
BAB III ISI
A. KOMPLEKSOMETRI
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat
(kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson.
Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan
EDTA.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).(Khopkar,
1990).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral. (Basset, 1994).Titrasi kompleksometri juga
dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan
tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri
yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan
EDTA. (Khopkar, 1990)
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana
reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat
yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang
hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati.
Struktur kelat logam - EDTA

6
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam
dapat bereaksi dengan KOMPLEKSON yang kemudian membentuk ion
kompleks. contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh – contoh kompleks, terlihat bahwa suatu
kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau
molekul. Sedangkan yang dinamakan Ligand (dari kata latin ligare = mengikat)
. Jumlah ligand ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan
ligand itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupkan bilangan genap
terutama bernilai 4 atau 6.

Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.


Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol. Muatan tersebut
merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand yang diikatnya. Ligand yang
mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligand yang mempunyai atom donor lebih
dari stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor,
terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat, dst.
Bila mislanya ion Zn²⁺ berkompleks dengan ligand etilendiamin (dua
molekul ligand perion Zn karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka
terbentuk ikatan – ikatan yang mempunyai bentuk cincin atau lingkaran
(ring). Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele
yang berarti cakar.

7
Contoh ligand yang sering dipakai untuk kompleksometri

Jenis Ligan :
1. Unidentat, yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan
elektron. Contoh : NH3, CN.
2. Bidentat, yaitu ligan yang mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.
Contoh : Etilendiamin
3. Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan
elektron. Contoh : asam etilendiamintetraasetat (EDTA).

B. TITRASI KOMPLEKS DENGAN EDTA

8
Kelatometri dalam perkembangan analisis kimia sempat mengalami
kemunduran karena kelemahan-kelemahannya serta karena adanya cara-cara
baru yang lebih baik. Akan tetapi hal ini diperbaiki dengan berkembangnya
penelitian-penelitian tentang pengkelat polidentat. Perhatian baru terhadap
kompleksiometri ini diawali oleh Schawazenbach tahun 1954, ia menyadari
bahwa potensi pengkelat dalam analisis volumetrik sangat baik. Ahli kimia asal
Swiss in mengkhususkan perhatiannya pada penggunaan asam-asam
aminopolikarboksilat, salah satunya Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA).
Untuk praktisnya, EDTA ditulis dengan H4Y dan garam natriumnya Na₂H₂Y
atau anionya (H₂Y). Struktur H4Y , dan ionisasinya:

Pada penggunaan EDTA sebagai titran akan membentuk 4 atau 6 atom


yang terikat secara koordinasi dengan kation logam. Tidak tergantung dari
valensi kation, H4Y selalu membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1.
Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan
logam yang lain.
Faktor-faktor yang mempbuat EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetri antara
lain:
1. Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam.
2. Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi
berjalan sempurna (kecuali dengan logam alkali)
3. Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam telah dikembangkan
indikatornya secara khusus
4. Mudah diperoleh bahan baku primernya

9
5. Digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan
untuk standardisasi.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan


sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti
CuHY. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka
titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada
dalam larutan tersebut. (Harjadi, 1993).
Pada setiap reaksi pembentukan kompleks selalu terjadi ion H+. EDTA
selalu mengalami pengionan bertahap. melepaskan ion hidrogen. Satu per satu
dengan konstan, kesetimbangan masing-masing :

H₄Y → H⁺ + H₃Y¯ K₁ = 1,02 x 10¯² pK₁ = 2,0


H₃Y‾ → H⁺ + H₂Y˭ K₂ = 2,14 x 10¯³ pK₂ = 2,7
H₂Y˭ → H⁺ + HY³¯ K₃ = 6,92 x 10¯⁷ pK₃ = 6,2
HY³¯ → H⁺ + Y⁴¯ K₄ = 5,50 x 10¯¹¹ pK₄ =
10,3

Pengaruh pH :

 Suasan terlalu asam


Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi
pH, dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat

10
terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser ke
kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.
Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang
diinginkan.
 Suasana terlalu basa
Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk endapan
hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang
banyak akan terbentuk endapan.

Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks


dan melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih
stabil dalam larutan alkalis. Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation
valensi 2 stabil dalam larutan yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA
dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3. Logam –
logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga
dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali
tanah. Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.
Pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer pada pH
dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas dari
kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante stability.
Yang menyebabkan perubahan harga Ks :
1. Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.
2. Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab
alkohol mendesak ionisasi kompleks.

C. MENENTUKAN TITIK AKHIR TITRASI


Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator ion logam atau metal
indikator atau metal ion indikator, yaitu zat warna yang bersifat sebagai
komplekson, sehingga dapat membentuk kompleks dengan ion logam yang
mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator itu sendiri.

D. INDIKATOR
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH,
tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM
(M adalah khelat logam). (Roth 1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:

11
1. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap
logam.
2. Perubahan warna pada titik ekivalen tajam
3. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus
mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak
teroksidasi dan tereduksi.
4. Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam
indikator. Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut
oleh EDTA.
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri.
1. Eriochrom Black-T (EBT)
Didunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa
larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara
lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi.
Suatu kesulitan yang dialami indikator metalokromik adalah pembentukan kelat
dengan logam yang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka
tidak dapat terjadi perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya.
Kejadian ini disebut blocking indikator. Mengalami blocking dengan Fe³⁺.
Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini
merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan
mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.
Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.
2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
3. Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.
4. Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah
terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami
blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.
5. Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA.
Keuntungan menggunakan indikator ini adalah :
·Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil.
·Bereaksi cepat sehingga terjadinya perubahan warna juga lebih cepat.

12
6.NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS berwarna
merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan NAS
cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan
EDTA.
7.Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang disebut
juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan hanya
terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna merah,
kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon dengan
logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5
– 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru.
Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan oleh
Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.
8.Tiron
9.Violet cathecol
10.Fast sulphon black F
11.Varjamin blue B
12.Bromopirogalol merah
13.Timolftalekson
Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila dilarutkan dalam
air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu, dalam
prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan
perbandingan 1:500.

E. CARA – CARA TITRASI DENGAN EDTA

1.Cara titrasi langsung (Direct titration)


Larutan yang mengandung ion logam yang ditetapkan ditambah dengan
larutan bufer (dapar) sehingga didapat pH tertentu (misalnya pH=10 dengan
Amonia), kemudian dititrasi dengan larutan standar Na₂EDTA dengan indikator
logam. Untuk mencegah terjadinya endapan logam hidroksida atau garam
basanya ditambahkan complexing agent (bahan pembentuk kompleks
pembantu) misalnya : sitrat, tartrat atau tri etanol amine. Pada titik akhir titrasi
dapat ditunjukan dengan perubahan warna dari indikator logam yang bebas
(EBT) yaitu dari larutan yang berwarna merah anggur menjadi biru. Selain itu
juga dapat ditetapkan secara amperometrik, spektrofotometri atau

13
potensiometrik. Cara ini dapat untuk menentukan garam-garam dari Ca, Mg,
Zn, Pb, dan Pb.
2.Titrasi kembali (Back titration = Recidual titration)
Beberapa kation tidak dapat dititrasi secara langsung, antara lain
disebabkan karena :
·Kation yang mengendap sebagai hidroksida dengan logam pada pH yang
ditentukan untuk titrasi
·Pembentukan kompleks sangat lambat
· Tidak adanya indikator yang sesuai.
Pada cara ini larutan standar EDTA berlebihan dengan bufer yang tepat
ditambahkan kedalam larutan yang diselidiki. Larutan dipanaskan beberapa
menit, setelah dingin kelebihan stndar kation yang sesuai misalnya MgCl₂,
ZnCl₂ atau Pb(NO₃)₂.
3. Titrasi subtitusi
Cara ini digunakan untuk penetapan kadar :
· Kation yang tidak dapat bereaksi dengan indikator logam
· Kation yang membentuk kompleks EDTA yang kurang stabil dari pada
kompleks EDTA dengan logam-logam lain, misalnya : Ca dan Mg.
Banyaknya Mg yang bebas setara dengan dengan kation yang ada dan dapat
dititrasi dengan standat EDTA dengan indikator yang sesuai. Ca, Pb dan raksa
dapat ditetepkan dengan cara ini dengan menggunakan indikator EBT dengan
hasil yang memuaskan.
4. Titrasi alkalimetri
Bila larutan EDTA ditambah larutan kation, disamping terbentuk
kompleks juga terbentuk ion H⁺. Ion H+ yang dilepaskan kemudian dititrasi
dengan larutan estándar alkali dengan indikator asam basa yang sesuai atau
secara potensiometrik. Larutan logam yang ditetapkan dengan metoda ini
sebelum dititrasi harus dalam suasana netral terhadap indikator yang digunakan.
Dapat juga larutan KI ditambahkan kedalam larutan EDTA dan Iodium yang
bebas dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat.
5. Cara penggeseran (Displacement Titration)
Cara ini baik untuk kalium yang membentuk kelat EDTA yang lebih kuat
dari Mg EDTA atau Zn EDTA. Dalam cara ini, larutan kation diberi larutan
baku kelat Mg- atau Zn-EDTA. Ion Mg2+ yang terbebaskan itu ditentukan
jumlahnya dengan menitrasinya dengan EDTA. Teknik ini berguna jika tidak
terdapat indikator yang baik untuk kation yang dianalisa tersebut.

14
F. TITRASI CAMPURAN KATION
EDTA adalah pelarut yang yang sangat tidak selektif, sebab EDTA
membentuk kompleks dengan hampIr semua logam yang bervalensi 2, 3, dan 4.
Sehingga kotoran logam juga ikut ditetapkan bersama dengan logam yang
ditetapkan kadarnya.
Untuk menaikan selektifitasnya, maka pada penetapan campuran kation,
digunakan cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan pengaturan pH larutan
Dasrnya adalah perbedaan stabilitas dari kompleks EDTA dalam larutan Yang
berlainan pH-nya. Misalnya :
·Bi dan Th dapat dititrasi dalam larutan asam pada pH = 2-3 dengan indikator
pirokatekol violeta tau xilenol jingga. Untuk titrasi Bi dengan EDTA, pH
dijadikan = 2, dengan demikian logam-logam lain tidak akan mengganggu,
karena pada pH=2 logam lain tidak dapat membentuk kompleks dengan EDTA.
·Fe3+ dapat dititrasi dalam larutan asam pada pH=3 dengan indikator variamin
biru, logam-logam divalen tidak menggangu titrasi ini.
·Campuran Ca dan Mg dapat ditetapkan dalam larutan alkali kuat dengan
indikator Mureksid atau Calcon yang lebih bereaksi dengan Ca. Ca bila direaksi
pada pH=3 tidak akan terganggu oleh adanya Zn2+
2. Dengan masking agent atau dimasking agent
Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat
dirubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi.
Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat yang dimasking dikembalikan
dalam keadaan semula. Beberapa kation dalam campuran sering dimasking
sehingga dapt lagi bereaksi dengan EDTA atau indicator.
·Sebagai masking yang terkenal adalah ion CN¯ yang memberi kompleks
sianida yang stabil dengan kation Cd, Zn, Mg2+, Cu, Ni, Ag atau Pt. Kompleks
sianida dengan Zn dapat dimasking dengan larutan formal dehida, asam asetat,
atau kloral hidrat.
·Penambahan thioglycolat akan bereaksi dengan Hg dan Cu hingga tidak dapat
membentuk kompleks lagi dengan EDTA. Jadi Zn bila tercampur dengan Hg
dan Cu dapat dititrasi secara kompleksometri.
·NH₄F dapat menutup (masking Ca, Hg dan Al) hingga Zn dalam campuran
dengan Ca, Hg, dan Al setelah ditambah dengan NH₄F dapat dititrasi dengan
EDTA tanpa terganggu oleh Ca, Hg dan Al.

G. LARUTAN STANDARD EDTA

15
Baik asam bebas H4Y mauoun garam dinatrium dihidrat Na₂H₂Y-2H₂O,
dapat diperoleh dengan mutu pereaksi. H4Y dapat digunakan sebagai larutan
standar primer setelah pengeringan selama beberapa jam pada 130-145ºc lalu
dilarutkan dalam basa sesedikitmungkin sampai larut sempurna. Lebih baik
digunakan garam dinatrium EDTA, karena :
·Kelarutanya dalam air lebih besar
·Tidak higroskopis
·Stabil
Untuk larutan standar sekunder karena tidak murni mengandung 2H₂O
garam dihidrat.Na₂EDTA dalam keadaan atmosfer biasa mengandung 0,3%
kelembaban ekstra. Tanpa pengeringan lebih lanjut, garam ini dapat digunakan
dengan koreksi untuk kelebihan air tersebut untuk membuat larutan baku,
kecuali untuk analisa yang perlu teramat teliti. Maka bila perlu, kristalnya
dikeringkan menjadi dihidrat murni dengan pemanasan sampai 80ºC. Selama 4
hari dalam lingkungan dengan kelembaban relatif 50%. Pemanasan lebih dari
80ºC dapat menyebabkan dehidrasi (kehilangan air kristal) dengan pemanasan
pada 120ºC dalam oven vakum selama satu malam menghabiskan garam hidrat.
Anhidrat ini tidak cocok untuk vahan baku primer (bbp) karena higroskopis.
Konsentrasi larutan Na₂EDTA yang bisa digunakan adalah:
·0,1 M mengandung 37,224 g/l
·0,05 M mengandung 18,612 g/l
·0,01 M mengandung 3,7224 g/l
Air digunakan harus air bebas ion (demineralised water) untuk
menghindari kation yang dapat memblock indikator yang digunakan kemudian.
Larutan EDTA disimpan dalam botol gelas, terjadi pelarutan ion-ion dari gelas
yang bereaksi dengan EDTA dan dapat menurunkan konsentrasi EDTA samapi
1% setelah penyimpanan 1 bulan. Larutan EDTA dapat distandarisasi dengan
larutan ZnCl₂ atau ZnSO₄, MgCl₂, MgSO₄ atau MnCl₂.

16
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini bahwa Kompleksometri adalah suatu cara
untuk penetapan kadar zat – zat (kation) yang dapat membentuk senyawa
kompleks dengan suatu komplekson. Prinsipnya adalah pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam dengan EDTA.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat salingmengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukankompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya jugabanyak, tidak
hanya dalam titrasi. Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau
gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron bebas. Indikator yang
digunakan pada titrasi kompleksometri ialah indikator yang stabil dan sesuai
dengan kondisi ph yang digunakan agar dapat memberikan perubahan warna
yang tepat. Penambahan buffer ammoniak klorida sangat berpengaruh agar
tidak menghasilkan suasana asam antara reaksi logam dengan indikator EBT.
Titrasi kompleksometri berdasarkan pada reaksi antara logam dengan ligan
untuk membentuk komplek logam-ligan. Dasarnya adalah reaksi asam-basa
Lewis, dimana terjadi pendonoran elektron dari satu senyawa ke senyawa lain
Ligan yang dipakai dalam kompleksometri dikenal juga sebagai senyawa
pengkhelat Ligan yang digunakan mengikat logam dengan lebih dari satu atom
Biasanya senyawa pengkhelat memiliki atom N atau O Unsur tersebut memiliki
pasangan elektron bebas untuk didonorkan pada logam Ligan yang memberikan
1 PEB  monodentat, 2 PEBbidentat, dan seterusnya. Ion logam membentuk
ikatan koordinasi sebanyak 2, 4 atau lebih  bilangan koordinasi.
Pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer pada pH
dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas dari
kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante stability.
Yang menyebabkan perubahan harga Ks :
1. Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.
2. Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab
alkohol mendesak ionisasi kompleks.

17
DAFTAR PUSTAKA
Vogel, Arthur. 1989. Textbook of Quantitative chemical analysis, 5th ed.Longman
Scientific & Technical: New York
WikiPedia: The Free Encyclopedia. http://en.wikipedia.org
Synthesis of EDTA http://www.chm.bris.ac.uk/motm/edta/synthesis_of_edta.htm
Situs Kimia Indonesia http://www.chem-is-try.org
EDTA http://www.chm.bris.ac.uk/motm/edta/edtah.htm

18

Anda mungkin juga menyukai