Anda di halaman 1dari 20

SENYAWA KOMPLEKS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Unsur dan Senyawa

Dosen Pengampu:

Dwi Indah Suryani, M. Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 11

Siti Muhasitoh Mulyani (2281170008)

Rosdiyanah (2281170019)

Sintha Martya Lestari (2281170036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Senyawa Kompleks” Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Unsur dan Senyawa.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Serang, 23 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................1

C. Tujuan .........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Senyawa Kompleks ............................................................................. 3

B. Jenis-Jenis Ligan .........................................................................................6

C. Penulisan dan Tata Nama Senyawa Kompleks.............................................. 8

D. Sifat-Sifat Senyawa Kompleks ...................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................16

B. Saran .........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu sifat unsur transisi adalah memiliki kecenderungan
membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam
transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan
elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu
membentuk ikatan koordinasi. Pasangan elektron bebas dari molekul atau
anion menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d. Ion
logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang
mengelilingi ion pusat disebut dengan ligan. Ikatan antara ion pusat dengan
ligan disebut dengan ikatan koordinasi dan banyaknya ikatan koordinasi antara
ion pusat dengan ligan tersebut disebut dengan bilangan koordinasi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu penejalasan lebih lanjut
mengenai senyawa kompleks, terutama mengenai konsep dari senyawa
kompleks, jenis ligan dan perbedaanya, tatanama senyawa kompleks, dan
sifat-sifat senyawa kompleks.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pembuatan makalah yang berjudul senyawa kompleks ini
diantaranya:
1. Bagaimana konsep dari senyawa kompleks?
2. Apa saja jenis-jenis ligan dan perbedaanya?
3. Bagaimana penulisan dan tatanama senyawa kompleks?
4. Bagaimana sifat-sifat senyawam kompleks?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul senyawa kompleks ini diantaranya:
1. Untuk menjelaskan konsep senyawa kompleks;

1
2. Untuk membedakan jenis-jenis ligan;
3. Untuk menentukan cara penulisan dan tatanama senyawa kompleks;
4. Untuk menjelaskan sifat-sifat senyawa kompleks.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Senyawa Kompleks


Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara
ion atau atom pusat dengan ligan (gugus pelindung). Ikatan kovalen
koordinasi yang terjadi merupakan ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron
yang digunakan bersama) dimana pasangan elektron yang digunakan bersama
berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau
anion senyawa tersebut. Ion atau ataom pusat merupakan ion atau atom bagian
dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai
penerima pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai asam Lewis,
umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan
atau gugus pelindung merupakan atom atau ion bagian dari senyawa
koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron
sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis (Chang, 2004).
Sejarah awal perkembangan kimia koordinasi biasanya dianggap sejak
penemuan senyawa heksaamminakobalt (III) klorida, CoCl3.6NH3 oleh
Tassaert pada tahun 1789. Tassaert menemukan bahwa jika larutan kobalt (III)
klorida ditambahkan dengan larutan amonia, NH3 dan dibiarkan semalaman,
akan terbentuk kristal-kristal bewarna oranye yang mengandung enam
molekul amonia. Dia mengansumsikan bahwa senyawa tersebut analog
dengan garam-garam hidrat, dan dirumuskan sebagai CoCl3.6NH3. Ternyata
fakta menunjukkn lain, senyawa CoCl3.6NH3 tidak kehilangan amonia ketika
dipanaskan sampat temperatur 1500C dan larutannya dalam larutan asam sulfat
dapat direfluks selama beberapa jam tanpa pembentukan garam amonium
sulfat. Berdasarkan fakta tersebut, maka senyawa CoCl3.6NH3 tidak sama
dengan garam-garam hidrat karena molekul amonia tidak mudah terlepas
sebagaimana molekul air yang mudah terlepas dari garam hidrat ketika
dipanaskan (Saputro, 2015).

3
Zat yang sekarang kita sebut senyawa koordinasi telah dikenal selama
hampir 200 tahun ketika kimiawan muda Swis Alfred Werner mulai
mempelajari pada tahun 1980-an. Warner menyelidiki serangkaian senyawa
kobalt, senyawa kobalt ini mengandung satu ion kobalt (III), tiga ion klorida
dan sejumlah molekul amonia. Pada saat itu tidak ada teori yang dapat
menjelaskan bagaimana senyawa dengan rumus kimia yang mirip bahkan
sama persis, dapat memiliki sifat yang berebeda-beda (Hilmawan, 2012).
Setelah dilakukan eksperimen oleh Warner ternyata muncul gagasan
baru, Warner mengusulkan suatu ide kompleks koordinasi. Kompleks
koordinasi memiliki atom pusat yang dikelilingi oleh molekul atau anion yang
berikatan secara kovalen dengan jumlah yang tetep. Kompleks koordinasi bisa
dalam keadaan netral atau bermuatan, untuk membentuk netral maka senyawa
kompleks harus bergabung dengan counter ion. Dalam gagasannya Warner
juga mengusulkan dua jenis valensi yaitu valensi primer dan valensi sekunder,
valensi primer dikenal dengan biloks atom pusat sedangkan valensi sekunder
dikenal dengan bilangan koordinasi. Meskipun Warner adalah seorang ahli
kimia organik, namun beliau sangat berjasa dibidang anorganik terutama
senyawa komlpleks, maka atas jasanya mendapat penghargaan nobel pada
tahun 1913 (Hilmawan, 2012).
Senyawa kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa
jenis ligan yang terikat olehnya. Struktur dari senyawa kompleks tergantung
dari tiga karakteristik yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan banyaknya
atom penyumbang setiap ligan. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan-ligan
yang terikat langsung oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari ion Co3+
dalam senyawa [Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3)
terikat oleh atom pusat yaitu Co3+. Umumnya bilangan koordinasi yang paling
sering muncul adalah 6, tetapi terkdang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat
muncul dan tidak menutup kemungkinan bilangan yang besar muncul
(Hilmawan, 2012). Berikut merupakan beberapa bilangan koordinasi dari ion
pusat (logam transisi):

4
Tabel 1
Bilangan Koordinasi Dari Ion Logam Pusat
Ion Pusat Bilangan Koordinasi

Cu+ 2, 4

Ag+ 2

Au+ 2, 4

Fe2+ 6

Co2+ 4, 6

Ni2+ 4, 6

Cu2+ 4, 6

Zn2+ 4

Pt2+ 4

Al3+ 4, 6

Sc3+ 6

Cr3+ 6

Fe3+ 6

Co3+ 6

Au3+ 4

Pt4+ 6

Sumber: Petrucci, et al., 2017


Bentuk atau geometri dari senyawa kompleks tergantung pada
bilangan koordinasi dan ion logam itu sendiri, tabel 2 di bawah ini

5
memperlihatkan bahwa geometri senyawa kompleks tergantung pada bilangan
koordinasinya. Misalnya sebuah senyawa kompleks yang mana ion logamnya
memiliki bilangan koordinasi 2 seperti [Ag(NH3)2]+ memiliki bentuk yang
linear (Hilmawan, 2012).
Tabel 2
Bentuk Atau Geometri Dari Senyawa Kompleks
Sumber: Petrucci, et al., 2017

B. Jenis-Jenis Ligan
Ligan adalah spesi yang memiliki atom-atom yang dapat
menyumbangkan pasangan elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu
dalam lengkungan koordinasi, sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion
logam adalah asam lewis. Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom
penyumbang (donor atoms) diantaranya yaitu monodentat, bidentat, dan
polidentata. Ligan yang menggunakan sepasang elektron untuk membentuk
satu titik perlekatan pada atom atau ion logam pusat disebut ligan monodentat.
Beberapa contoh ligan monodentat adalah anion monoatomik seperti ion
halida, anion poliatomik seperti ion hidroksida, molekul sederhana seperti
amonia (disebut amine ketika berikatan sebagai ligan) dan molekul lain yang

6
lebih kompleks seperti matanamin CH3NH2 (disebut methalamin). Berikut
merupakan contoh lain dari ligan monodentat:
Tabel 3.
Ligan Monodentat
Sumber: Petrucci, et al., 2017
Molekul Netral Anion Kation

Rumus Rumus Rumus


Nama Ligan Nama Ligan Nama Ligan
Kimia Kimia Kimia

H2O Aqua F- Fluorido SO42- Sulfato

NH3 Ammine Cl- Chlorido S2O32- Thiosulfato

CO Carbonyl Br- Bromido NO2- Nitrito-N-a

NO Oxidonitrogen I- Iodido ONO- Nitrito-O-a

CH3NH2 Methanamine O2- Oxido SCN- Thiocyanato-S-b

C5H5N Pyridin OH- Hydroxido NCS- Thiocyanato-N-b

CN- Cyanido

Keterangan:

a. Jika ion nitrit berikatan dengan atom N (¬NO2-), urutan penulisannya yaitu Nitrito-N-; jika
berikatan dengan sebuah atom O (¬ONO-) urutan penulisannya yaitu Nitrito-O-
b. Jika ion thiocyanate berikatan dengan atom S (¬SCN-) urutan penulisannya yaitu Thiocyanato-
S-; jika berikatan dengan atom N (¬NCN-) urutan penulisannya yaitu Thiocyanato-N-

7
Ligan bidentat dapat menyumbangkan dua pasangan elektron dari
atomnya dan ligan polidentat dapat menyumbangkan lebih dari dua pasangan
elektron dari atomnya. Molekul ethylenediamine dapat menyumbangkan dua
pasangan elektron, yang masing-masing berasal dari atom N. Berikut
merupakan beberapa contoh ligan bidentat dan polidentat:
Tabel 4.
Ligan Bidentan dan Polidentat
Sumber: Petrucci, et al., 2017
Singkatan Nama Molekul Rumus Kimia

Keterangan:

a. Asam oxalic adalah asam diprotik yang dilambangkan dengan H2ox, asam oxalic ini adalah
anion yang berikatan sebagai ligan bidentat
b. Asam etilaminadiaminetetraasetat yang merupakan sebuah asam tetraprotik dan
dilambangkan sebagai H4EDTA

C. Penulisan dan Tata Nama Senyawa Kompleks


a. Penulisan Senyawa Kompleks
International Union of Pure and Applayed Chemistry (IUPAC)
telah merekomendasikan aturan penulisn rumus kimia senyawa kompleks
sebagai berikut (Kristian, 2003 dalam Saputro, 2015):

8
1. Urutan penulisan lambing atom dalam rumus kimia senyawa
kompleks
Atom pusat ditulis paling depan, diikuti oleh ligan-ligan yang
disusun berurutan secara alfabetik dari symbol atom pertamanya.
Kemudian ligan-loigan netral yang juga disusun secara alfabetik dari
symbol atom pertamanya.
2. Pemakaian tanda penutup
Rumus kimia seluruh entitas senyawa kompleks baik bermuatan
atau netral ditulis dalam tanda kurung siku, [ ]. Rumus kimia ligan
poliatomik maupun singkatan ligan ditulis dalam tanda kurung kecil, (
). Tidak ada spasi yang memisahkan antar ligan dalam rumus kimia
senyawa kompleks.
3. Muatan ionik dan bilangan oksidasi
Jika rumus kimia senyawa koordinasi bermuatan harus ditulis
tanpa ion pasangannya, muatan ion kompleks di tulis di luar kurung
siku sebelah kanan sebagai superscript dengan tanda plus atau minus
mengikuti nomor muatannya. Bilangan oksidasi atom pusat mungkin
dituliskan dengan angka romawi di sebelah kanan symbol atom
sebagai superscript.
Contoh:
[PtCl6]2-
[CrIII(NCS)4(NH3)2]-
[Cr(H2O)6]3+
[Co(en)3]2+ (en = etilendiamina)

b. Tata Nama Senyawa Kompleks


1. Berdasarkan warna senyawa

9
Pada awal senyawa kompleks dibuat, pemberian nama didasarkan
pada warna senyawa yang bersangkutan, seperti pada Tabel 1
(Kristian, 2003 dalam Saputro, 2015).
Tabel 1. Beberapa nama senyawa kompleks berdasarkan warnanya
Kompleks Warna Nama dahulu Rumus sekarang
CoCl3.6NH3 Yellow Luteo complex [Co(NH3)6]Cl3
CoCl3.5NH3 Purple Pupureo complex [Co(NH3)5Cl]Cl2
CoCl3.4NH3 Green Praseo complex Trans-
[Co(NH3)4Cl2]Cl
CoCl3.6NH3 Violet Violeo complex Cis-[Co(NH3)4Cl2]Cl

2. Berdasarkan nama penemu


Berdasarkan warna senyawanya, maka kemungkinan ada beberapa
senyawa kompleks yang mempunyai rumus kimia berbeda tetapi
warna mirip. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka dicoba pemberian nama senyawa kompleks berdsarkan nama
ilmuan penemunya seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. beberapa nama senyawa kompleks berdasarkan penemunya
Kompleks Nama Rumus sekarang
Cr(SCN)3.NH4SCN.2NH3 Garam Reinecke NH4[Cr(NH3)2(NCS)4]
PtCl2.2NH3 Garam Magnus [Pt(NH3)4][PrCl4]
hijau
Co(NO2)3.KNo2.2NH3 Garam Erdmann K[Co(NH3)2(NO2)4]
PtCl2.KCl.C2H4 Garam Zeise K[Pt(C2H4)Cl3]

3. Berdasarkan jenis senyawa


Setelah para ahli kimia mengetahui bahwa senyawa-senyawa
koordinasi atau kompleks dapat berupa garam-garam atau spesies
nonionic, maka diadakan aturan pemberian nama untuk senyawa-
senyawa kompleks tersebut.
a. Senyawa-senyawa kompleks yang berupa garam diberi nama
dengan menggunakan dua kata yang merupakan nama kation dan
nama anionnya.

10
Contoh:
[Co(NH3)6]Cl3 = heksamminekobalti klorida
b. Senyawa kompleks yang berupa senyawa non-ionik diberi nama
dengan menggunakan satu kata.

Contoh:
[Pt(NH3)2Cl2] = diklorodiammineplatina

Perhatikan:
Menurut aturan tata nama ini, akhiran a, o, i, dan e dipakai untuk menyatakan
bilangan oksidasi +1, +2, +3, dan +4

4. Berdasarkan aturan Stock


Stock menggunakan bilangan-bilangan Romawi di dalam kurung
untuk menyatakan bilangan oksidasi.
Contoh:
[Co(NH3)6]Cl3 = heksamminekobal (III) klorida
[Pt(NH3)2Cl2] = diklorodiammineplatina (III)

5. Berdasarkan aturan IUPAC


Setelah semakin banyak senyawa-senyawa kompleks yang berhasil
disintesis dan semakin maju penelitian tentang formulasinya, maka
perlu dibuat kesepakatan-kesepakatan tentang aturan penamaan
senyawa kompleks yang sistematis. Semakin rumit suatu senyawa
kompleks maka semakin rumit pula aturannya.
Oleh karena itu, International of Pure and Applied Chemistry
(IUPAC) telah membuat kesepakatan perihal aturan-aturan pemberian
nama senyawa kompleks. Pemberian nama senyawa kompleks
menurut IUPAC sebenarnya terutama mengadopsi sistem penamaan

11
Stock dan sitem Ewens-Basset. Aturan penamaan senyawa kompleks
menurut IUPAC ini dipakai oleh para ahli kimia sampai sekarang.
Menurut Kristian (2003) dalam Saputro (2015) aturan penamaan
senyawa kompleks menurut IUPAC adalah:
 Jika senyawa kompleks bersifat molekuler atau netral, namanya
ditulis hanya satu kata saja; jika bersifat ionic, maka nama kation
dipisahkan dan dituliskan lebih dahulu kemudian diikuti nama
anionnya seperti tata nama garam biasa.
 Nama ligan ditulis lebih dahulu dan selanjutnya diikuti nama atom
pusatnya. Banyaknya ligan sederhna dinyatakan dengan di, tri,
tetra, penta, dan heksa yang masing-masing menyatakan 2, 3, 4, 5,
dan 6 ligan. Untuk ligan-lihgan yang lebih kompleks (umumnya
ligan organik) atau untuk menghindari keraguan dipakai awalan
bis= 2, tris= 3, tetrakis= 4, pentakis= 5, dan heksakis= 6. Sebagai
contoh, untuk dua ligan metilamina, (NH2CH3), dipakai nama bis
(metilamina) untuk membedakan dengan nama ligan
dimetilamina, NH(CH3)2.
 Jika ligan lebih dari satu macam, biasanya ditulis berdasarkan
urutan alfabetik nama ligan, tidak termasuk awalannya.
 Ligan negatif mendapat akhiran “o” atau sebagai ganti akhiran ida
dari nama asli kelompoknya, sedangkan ligan netral sesuai nama
molekulnya, kecuali ligan-ligan khusus seperti H2O = aqua, NH3 =
amina, CO = karbonil, NO = nitrosil. Beberapa ligan negatif yang
umum seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa ligan negatif yang umum
Ligan Nama Ligan Nama
F- Fluoro OH- Hidrokso
Cl- Kloro O2- Okso
Br- Bromo ONO2- Nitrato
I- Iodo ONO Nitritio
CN- Siano NO2- Nitro
OSO32- Sulfato (COO)22- Oksalato

12
SCN- Tiosianato NCS Isotiosianato
 Urutan ligan dalam senyawa kompleks ialah ligan yang negatif,
netral, kemudian ligan positif tanpa dipisahkan dengan spasi.
Dalam tiap-tiap golongan urutan sesuai dengan tingkatan
kompleksnya ligan. Biasanya urutannya adalah: hidrokso, kloro,
nitro, anion organic, aquo, amina, molekul-molekul anorganik,
dan molekul-molekul organic.
Contoh:
[Pt(NH3)4(NO2)Cl]SO4 : Kloronitrotetraaminaplatina(IV) sulfat
NH4[Cr(NH3)2(NCS)4] : Ammonium
tetraisotiosianatodiaminakromat(III).
 Nama atom pusat selalu diikuti langsung tanpa spasi dengan:
a. Tingkat oksidasi yang ditulis dengan angka romawi di dalam
tanda kurung ( ); tingkat oksidasi positif tidak perlu diawali
dengan tanda plus, tetapi tingkat oksidasi negatif harus
dituliskan tanda minus di depan angka romawi; tingkat
oksidasi nol ditulis dengan angka arab 0; atau
b. Muatan ion kompleks yang bersangkutan yang ditulis dengan
angka arab yang diikuti tanda plus atau minus di dalam tanda
kurung ( ).
 Jika ion kompleks berupa anion, nama atom pusat diambil nama
latinnya dengan akhiran “at” sebagai pengganti akhiran “um”
tetapi jika ion kompleks berupa kation atau kompleks netral,
nama atom pusat sama dengan nama unsurnya.
 Alternative lain adalah dengan menyebutkan proporsi
stoikiometri entitas ion yang bersangkutan sebagai awalan pada
kedua ionnya.
Contoh:
CaCl2.2H2O : Kalsium klorida dihidrat (nama garam
biasa)

13
K4[Fe(CN)6] : Kalium heksasianoferat(II) atau Kalium
heksasianoferat(4-)
[Cu(H2O)2(NH4)4]SO4 : Tetraaminadiaquatembaga(II) sulfat atau
Tetraaminadiaquatembaga(2+) sulfat
[CoCl2(NH3)4]Cl : Tetraaminadiklorokobalt(III) klorida atau
Tetraaminadiklorokobalt(1+)
[Co(H2O)6]2+ : Ion heksaaquakobalt(II) atau ion
heksaaquakobalt(2+)
[Cr(NH3)6] NO3]3 : Heksaaminakromium(III) nitrat atau
Heksaaminakromium(3+) nitrat

D. Sifat-Sifat Senyawa Kompleks


Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat
CFT, adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari
senyawa logam transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kom-pleks
koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat senyawa
kompleks seperti sifat magnetik dan warna.
a. Warna kompleks logam transisi
Warna-warna cerah yang terlihat pada ke-banyakan senyawa
koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-
d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua ke-lompok seperti yang
dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari
ca-haya tampak, satu atau lebih elektron yang be-rada dalam orbital
tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke
orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam at-om
yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam
keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama
dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan
gelom-bang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ)
tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi
sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan

14
memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak
terserap).
b. Sifat magnetik dari ion kompleks
Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebab-
kan adanya subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion
kompleks yang memiliki elektron yang tidak ber-pasangan pada
diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan dapat ditarik oleh
medan magnet. Sedangkan ion kompleks yang memiliki elektron
berpasangan pada diagram pemisahannya bersi-fat diamagnetik dan
dapat ditolak oleh medan magnet.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi
antara ion atau atom pusat (logam transisi) dengan ligan (gugus
pelindung). Ligan atau gugus pelindung merupakan atom atau ion bagian
dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi
pasangan elektron dan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom
penyumbang (donor atoms) diantaranya yaitu monodentat, bidentat, dan
polidentat. Aturan penulisan rumus kimia senyawa kompleks telah diatur
di dalam International Union of Pure and Applayed Chemistry (IUPAC).
Tata nama senyawa kompleks dapat dibagi berdasarkan warna senyawa,
nama penemu, jenis senyawa, aturan stock, dan aturan IUPAC. Teori
medan Kristal atau Crystal Field Theory (CFT) dapat menjelaskan warna
dan sifat kemagnetan dari senyawa kompleks.

B. Saran
Dengan dibentuknya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
digunakan ini sebagai bahan bacaan dan dapat bermanfaat baik bagi
pembaca maupun penulis sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Petruci, et al. 2017. General Chemistry Principles and Modern Applications
Eleventh Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Hilmawan, A.A. 2012. Senyawa Kompleks. (Online) terdapat di
http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/files/2012/10/AhmadAndikaHimawan_21
030112120021_Rabu1030.pdf diakses 23 November 2019.
Saputro, A. N. C. 2015. Buku Ajar: Konsep Dasar Kimia Koordinasi. Yogyakarta:
Deepublish Publisher.

17

Anda mungkin juga menyukai