Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Kelompok 11
Rosdiyanah (2281170019)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Senyawa Kompleks” Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Unsur dan Senyawa.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran .........................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sifat unsur transisi adalah memiliki kecenderungan
membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam
transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan
elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu
membentuk ikatan koordinasi. Pasangan elektron bebas dari molekul atau
anion menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d. Ion
logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang
mengelilingi ion pusat disebut dengan ligan. Ikatan antara ion pusat dengan
ligan disebut dengan ikatan koordinasi dan banyaknya ikatan koordinasi antara
ion pusat dengan ligan tersebut disebut dengan bilangan koordinasi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu penejalasan lebih lanjut
mengenai senyawa kompleks, terutama mengenai konsep dari senyawa
kompleks, jenis ligan dan perbedaanya, tatanama senyawa kompleks, dan
sifat-sifat senyawa kompleks.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pembuatan makalah yang berjudul senyawa kompleks ini
diantaranya:
1. Bagaimana konsep dari senyawa kompleks?
2. Apa saja jenis-jenis ligan dan perbedaanya?
3. Bagaimana penulisan dan tatanama senyawa kompleks?
4. Bagaimana sifat-sifat senyawam kompleks?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul senyawa kompleks ini diantaranya:
1. Untuk menjelaskan konsep senyawa kompleks;
1
2. Untuk membedakan jenis-jenis ligan;
3. Untuk menentukan cara penulisan dan tatanama senyawa kompleks;
4. Untuk menjelaskan sifat-sifat senyawa kompleks.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Zat yang sekarang kita sebut senyawa koordinasi telah dikenal selama
hampir 200 tahun ketika kimiawan muda Swis Alfred Werner mulai
mempelajari pada tahun 1980-an. Warner menyelidiki serangkaian senyawa
kobalt, senyawa kobalt ini mengandung satu ion kobalt (III), tiga ion klorida
dan sejumlah molekul amonia. Pada saat itu tidak ada teori yang dapat
menjelaskan bagaimana senyawa dengan rumus kimia yang mirip bahkan
sama persis, dapat memiliki sifat yang berebeda-beda (Hilmawan, 2012).
Setelah dilakukan eksperimen oleh Warner ternyata muncul gagasan
baru, Warner mengusulkan suatu ide kompleks koordinasi. Kompleks
koordinasi memiliki atom pusat yang dikelilingi oleh molekul atau anion yang
berikatan secara kovalen dengan jumlah yang tetep. Kompleks koordinasi bisa
dalam keadaan netral atau bermuatan, untuk membentuk netral maka senyawa
kompleks harus bergabung dengan counter ion. Dalam gagasannya Warner
juga mengusulkan dua jenis valensi yaitu valensi primer dan valensi sekunder,
valensi primer dikenal dengan biloks atom pusat sedangkan valensi sekunder
dikenal dengan bilangan koordinasi. Meskipun Warner adalah seorang ahli
kimia organik, namun beliau sangat berjasa dibidang anorganik terutama
senyawa komlpleks, maka atas jasanya mendapat penghargaan nobel pada
tahun 1913 (Hilmawan, 2012).
Senyawa kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa
jenis ligan yang terikat olehnya. Struktur dari senyawa kompleks tergantung
dari tiga karakteristik yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan banyaknya
atom penyumbang setiap ligan. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan-ligan
yang terikat langsung oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari ion Co3+
dalam senyawa [Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3)
terikat oleh atom pusat yaitu Co3+. Umumnya bilangan koordinasi yang paling
sering muncul adalah 6, tetapi terkdang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat
muncul dan tidak menutup kemungkinan bilangan yang besar muncul
(Hilmawan, 2012). Berikut merupakan beberapa bilangan koordinasi dari ion
pusat (logam transisi):
4
Tabel 1
Bilangan Koordinasi Dari Ion Logam Pusat
Ion Pusat Bilangan Koordinasi
Cu+ 2, 4
Ag+ 2
Au+ 2, 4
Fe2+ 6
Co2+ 4, 6
Ni2+ 4, 6
Cu2+ 4, 6
Zn2+ 4
Pt2+ 4
Al3+ 4, 6
Sc3+ 6
Cr3+ 6
Fe3+ 6
Co3+ 6
Au3+ 4
Pt4+ 6
5
memperlihatkan bahwa geometri senyawa kompleks tergantung pada bilangan
koordinasinya. Misalnya sebuah senyawa kompleks yang mana ion logamnya
memiliki bilangan koordinasi 2 seperti [Ag(NH3)2]+ memiliki bentuk yang
linear (Hilmawan, 2012).
Tabel 2
Bentuk Atau Geometri Dari Senyawa Kompleks
Sumber: Petrucci, et al., 2017
B. Jenis-Jenis Ligan
Ligan adalah spesi yang memiliki atom-atom yang dapat
menyumbangkan pasangan elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu
dalam lengkungan koordinasi, sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion
logam adalah asam lewis. Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom
penyumbang (donor atoms) diantaranya yaitu monodentat, bidentat, dan
polidentata. Ligan yang menggunakan sepasang elektron untuk membentuk
satu titik perlekatan pada atom atau ion logam pusat disebut ligan monodentat.
Beberapa contoh ligan monodentat adalah anion monoatomik seperti ion
halida, anion poliatomik seperti ion hidroksida, molekul sederhana seperti
amonia (disebut amine ketika berikatan sebagai ligan) dan molekul lain yang
6
lebih kompleks seperti matanamin CH3NH2 (disebut methalamin). Berikut
merupakan contoh lain dari ligan monodentat:
Tabel 3.
Ligan Monodentat
Sumber: Petrucci, et al., 2017
Molekul Netral Anion Kation
CN- Cyanido
Keterangan:
a. Jika ion nitrit berikatan dengan atom N (¬NO2-), urutan penulisannya yaitu Nitrito-N-; jika
berikatan dengan sebuah atom O (¬ONO-) urutan penulisannya yaitu Nitrito-O-
b. Jika ion thiocyanate berikatan dengan atom S (¬SCN-) urutan penulisannya yaitu Thiocyanato-
S-; jika berikatan dengan atom N (¬NCN-) urutan penulisannya yaitu Thiocyanato-N-
7
Ligan bidentat dapat menyumbangkan dua pasangan elektron dari
atomnya dan ligan polidentat dapat menyumbangkan lebih dari dua pasangan
elektron dari atomnya. Molekul ethylenediamine dapat menyumbangkan dua
pasangan elektron, yang masing-masing berasal dari atom N. Berikut
merupakan beberapa contoh ligan bidentat dan polidentat:
Tabel 4.
Ligan Bidentan dan Polidentat
Sumber: Petrucci, et al., 2017
Singkatan Nama Molekul Rumus Kimia
Keterangan:
a. Asam oxalic adalah asam diprotik yang dilambangkan dengan H2ox, asam oxalic ini adalah
anion yang berikatan sebagai ligan bidentat
b. Asam etilaminadiaminetetraasetat yang merupakan sebuah asam tetraprotik dan
dilambangkan sebagai H4EDTA
8
1. Urutan penulisan lambing atom dalam rumus kimia senyawa
kompleks
Atom pusat ditulis paling depan, diikuti oleh ligan-ligan yang
disusun berurutan secara alfabetik dari symbol atom pertamanya.
Kemudian ligan-loigan netral yang juga disusun secara alfabetik dari
symbol atom pertamanya.
2. Pemakaian tanda penutup
Rumus kimia seluruh entitas senyawa kompleks baik bermuatan
atau netral ditulis dalam tanda kurung siku, [ ]. Rumus kimia ligan
poliatomik maupun singkatan ligan ditulis dalam tanda kurung kecil, (
). Tidak ada spasi yang memisahkan antar ligan dalam rumus kimia
senyawa kompleks.
3. Muatan ionik dan bilangan oksidasi
Jika rumus kimia senyawa koordinasi bermuatan harus ditulis
tanpa ion pasangannya, muatan ion kompleks di tulis di luar kurung
siku sebelah kanan sebagai superscript dengan tanda plus atau minus
mengikuti nomor muatannya. Bilangan oksidasi atom pusat mungkin
dituliskan dengan angka romawi di sebelah kanan symbol atom
sebagai superscript.
Contoh:
[PtCl6]2-
[CrIII(NCS)4(NH3)2]-
[Cr(H2O)6]3+
[Co(en)3]2+ (en = etilendiamina)
9
Pada awal senyawa kompleks dibuat, pemberian nama didasarkan
pada warna senyawa yang bersangkutan, seperti pada Tabel 1
(Kristian, 2003 dalam Saputro, 2015).
Tabel 1. Beberapa nama senyawa kompleks berdasarkan warnanya
Kompleks Warna Nama dahulu Rumus sekarang
CoCl3.6NH3 Yellow Luteo complex [Co(NH3)6]Cl3
CoCl3.5NH3 Purple Pupureo complex [Co(NH3)5Cl]Cl2
CoCl3.4NH3 Green Praseo complex Trans-
[Co(NH3)4Cl2]Cl
CoCl3.6NH3 Violet Violeo complex Cis-[Co(NH3)4Cl2]Cl
10
Contoh:
[Co(NH3)6]Cl3 = heksamminekobalti klorida
b. Senyawa kompleks yang berupa senyawa non-ionik diberi nama
dengan menggunakan satu kata.
Contoh:
[Pt(NH3)2Cl2] = diklorodiammineplatina
Perhatikan:
Menurut aturan tata nama ini, akhiran a, o, i, dan e dipakai untuk menyatakan
bilangan oksidasi +1, +2, +3, dan +4
11
Stock dan sitem Ewens-Basset. Aturan penamaan senyawa kompleks
menurut IUPAC ini dipakai oleh para ahli kimia sampai sekarang.
Menurut Kristian (2003) dalam Saputro (2015) aturan penamaan
senyawa kompleks menurut IUPAC adalah:
Jika senyawa kompleks bersifat molekuler atau netral, namanya
ditulis hanya satu kata saja; jika bersifat ionic, maka nama kation
dipisahkan dan dituliskan lebih dahulu kemudian diikuti nama
anionnya seperti tata nama garam biasa.
Nama ligan ditulis lebih dahulu dan selanjutnya diikuti nama atom
pusatnya. Banyaknya ligan sederhna dinyatakan dengan di, tri,
tetra, penta, dan heksa yang masing-masing menyatakan 2, 3, 4, 5,
dan 6 ligan. Untuk ligan-lihgan yang lebih kompleks (umumnya
ligan organik) atau untuk menghindari keraguan dipakai awalan
bis= 2, tris= 3, tetrakis= 4, pentakis= 5, dan heksakis= 6. Sebagai
contoh, untuk dua ligan metilamina, (NH2CH3), dipakai nama bis
(metilamina) untuk membedakan dengan nama ligan
dimetilamina, NH(CH3)2.
Jika ligan lebih dari satu macam, biasanya ditulis berdasarkan
urutan alfabetik nama ligan, tidak termasuk awalannya.
Ligan negatif mendapat akhiran “o” atau sebagai ganti akhiran ida
dari nama asli kelompoknya, sedangkan ligan netral sesuai nama
molekulnya, kecuali ligan-ligan khusus seperti H2O = aqua, NH3 =
amina, CO = karbonil, NO = nitrosil. Beberapa ligan negatif yang
umum seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa ligan negatif yang umum
Ligan Nama Ligan Nama
F- Fluoro OH- Hidrokso
Cl- Kloro O2- Okso
Br- Bromo ONO2- Nitrato
I- Iodo ONO Nitritio
CN- Siano NO2- Nitro
OSO32- Sulfato (COO)22- Oksalato
12
SCN- Tiosianato NCS Isotiosianato
Urutan ligan dalam senyawa kompleks ialah ligan yang negatif,
netral, kemudian ligan positif tanpa dipisahkan dengan spasi.
Dalam tiap-tiap golongan urutan sesuai dengan tingkatan
kompleksnya ligan. Biasanya urutannya adalah: hidrokso, kloro,
nitro, anion organic, aquo, amina, molekul-molekul anorganik,
dan molekul-molekul organic.
Contoh:
[Pt(NH3)4(NO2)Cl]SO4 : Kloronitrotetraaminaplatina(IV) sulfat
NH4[Cr(NH3)2(NCS)4] : Ammonium
tetraisotiosianatodiaminakromat(III).
Nama atom pusat selalu diikuti langsung tanpa spasi dengan:
a. Tingkat oksidasi yang ditulis dengan angka romawi di dalam
tanda kurung ( ); tingkat oksidasi positif tidak perlu diawali
dengan tanda plus, tetapi tingkat oksidasi negatif harus
dituliskan tanda minus di depan angka romawi; tingkat
oksidasi nol ditulis dengan angka arab 0; atau
b. Muatan ion kompleks yang bersangkutan yang ditulis dengan
angka arab yang diikuti tanda plus atau minus di dalam tanda
kurung ( ).
Jika ion kompleks berupa anion, nama atom pusat diambil nama
latinnya dengan akhiran “at” sebagai pengganti akhiran “um”
tetapi jika ion kompleks berupa kation atau kompleks netral,
nama atom pusat sama dengan nama unsurnya.
Alternative lain adalah dengan menyebutkan proporsi
stoikiometri entitas ion yang bersangkutan sebagai awalan pada
kedua ionnya.
Contoh:
CaCl2.2H2O : Kalsium klorida dihidrat (nama garam
biasa)
13
K4[Fe(CN)6] : Kalium heksasianoferat(II) atau Kalium
heksasianoferat(4-)
[Cu(H2O)2(NH4)4]SO4 : Tetraaminadiaquatembaga(II) sulfat atau
Tetraaminadiaquatembaga(2+) sulfat
[CoCl2(NH3)4]Cl : Tetraaminadiklorokobalt(III) klorida atau
Tetraaminadiklorokobalt(1+)
[Co(H2O)6]2+ : Ion heksaaquakobalt(II) atau ion
heksaaquakobalt(2+)
[Cr(NH3)6] NO3]3 : Heksaaminakromium(III) nitrat atau
Heksaaminakromium(3+) nitrat
14
memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak
terserap).
b. Sifat magnetik dari ion kompleks
Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebab-
kan adanya subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion
kompleks yang memiliki elektron yang tidak ber-pasangan pada
diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan dapat ditarik oleh
medan magnet. Sedangkan ion kompleks yang memiliki elektron
berpasangan pada diagram pemisahannya bersi-fat diamagnetik dan
dapat ditolak oleh medan magnet.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks adalah senyawa yang
terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi
antara ion atau atom pusat (logam transisi) dengan ligan (gugus
pelindung). Ligan atau gugus pelindung merupakan atom atau ion bagian
dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi
pasangan elektron dan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom
penyumbang (donor atoms) diantaranya yaitu monodentat, bidentat, dan
polidentat. Aturan penulisan rumus kimia senyawa kompleks telah diatur
di dalam International Union of Pure and Applayed Chemistry (IUPAC).
Tata nama senyawa kompleks dapat dibagi berdasarkan warna senyawa,
nama penemu, jenis senyawa, aturan stock, dan aturan IUPAC. Teori
medan Kristal atau Crystal Field Theory (CFT) dapat menjelaskan warna
dan sifat kemagnetan dari senyawa kompleks.
B. Saran
Dengan dibentuknya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
digunakan ini sebagai bahan bacaan dan dapat bermanfaat baik bagi
pembaca maupun penulis sendiri.
16
DAFTAR PUSTAKA
17