Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM BIOKIMIA

BAB I
UJI AKTIVITAS PROTEASE

TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami aktivitas protease dalam menguraikan protein
menjadi asam amino dengan metode titrasi formol.

DASAR TEORI
Protein adalah makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel
hidup dan merupakan > 50 % berat kering dari senyawa oreganik di dalam
sel. Protein disusun dari unit dasar yang sama yaitu 20 asam amino yang
berikatan kovalen dalam membentuk suatu senyawa, yaitu peptida. Sel
dapat merangkai ke-20 asam amino dalam berbagai kombinasi dan urutan,
menghasilkan polipeptida dan protein yang mempunyai sifat dan aktivitas
yang berbeda, seperti enzim, hormon, antibiotika dan berbagai reseptor
(Lehinger, 1982).
Banayak protein, seperti enzim ribonuklease dan khimotripsinogen
hanya mengandung asam amino dan tidak mengandung gugus kimia lain,
senyawa ini disebut protein sederhana. Protein yang menghasilkan
komponen kimia lain disamping asam amino setelah dihidrolisis disebut
protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari protein ini disebut
gugus prostetik. Contoh protein konjugasi adalah lipoprotein, glikoprotein
dan metaloprotein. (Lehninger, 1982).
Hidrolisis pada protein akan melepaskan asam-asam amino
penyusunnya. Hidrolisis protein dapat dilakukan dengan asam (HCl atau
H2SO4), basa (BaOH) dan enzim (Sudarmadji, 1996). Prosedur yang umum
dalam hidrolisis protein adalah hidrolisis enzimatik oleh tripsin. Enzim ini

PROGRAM STUDI S1 FARMASI 7


PRAKTIKUM BIOKIMIA

hanya mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida dengan gugus karboksil yang


ada pada residu lisin atau arginin (Lehniger, 1982).u
Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang terikat
pada atom C tepat di sebelah gugus karboksil (atau atom C alfa)
(Sudarmadji dkk, 1996).
O O

H 2N CH C OH H 3N CH C OH

R R

Asam amino dalam larutan dengan pH netral lebih banyak dalam


bentuk ion dipolar (zwitterions) daripada bentuk molekul yang tak terion.
Asam amino dalam bentuk dipolar mempunyai gugus amino terprotonasi (-
NH3) dan gugus karboksil terdisosiasi (-COO-). Tahap ionisasi asam amino
bervariasi sesuai dengan pH. Dalam larutan asam (pH 1) gugus karboksil
tidak terionisasi (-NH3+). Dalam larutan basa (pH 11) gugus karboksil
terionisasi (-COO-) dan gugus amino tidak terionisasi (-NH2) (Styrer, 2000).
Ion dipolar dapat berperan sebagai asam (donor proton) atau basa
(akseptor proton). Senyawa yang mempunyai kedua sifat ini dinamakan
amfoter atau amfolit (Lehninger, 1982).
Asam amino penyusun protein dapat dikelompokkan berdasarkan
sifat kepolaran gugus R-nya sebagai berikut :
Asam Asam
Karakteristik Karakteristik
Amino Amino
Alanin Alifatik, Hidrofobik Asparagin Asam, Hidrofilik
Asam
Isoleusin Alifatik, Hidrofobik Asam, Hidrofilik
Aspartat
Leusin Alifatik, Hidrofobik Sistein Sulfur, Hidrofilik
Asam
Metionin Sulfur, Hidrofobik Asam, Hidrofilik
glutamate
Fenilalanin Aromatik, Hidrofobik Glutamin Asam, Hidrofilik

PROGRAM STUDI S1 FARMASI 8


PRAKTIKUM BIOKIMIA

Asam Amino,
Prolin Glisin Alifatik, Hidrofilik
Hidrofobik
Triptofan Aromatik, Hidrofobik Histidin Basa, Hidrofilik
Hidroksida,
Tirosin Lisin Basa, Hidrofilik
Hidrofobik
Hidroksida,
Valin Alifatik, Hidrofobik Serin
Hidrofilik
Hidroksida,
Arginin Basa, Hidrofilik Treonin
Hidrofilik

Asam amino dapat ditentukan secara kualitatif dengan berbagai


metode uji, antara lain : reaksi Xanthoprotein (tirosin), reaksi Millon
(Tirosin), Uji Hopkins-Cole (Triptofan), Uji Pauly (Tirosin, Histidin,
Triptofan), Uji Erlich (Triptofan), reaksi Sakaguchi (Arginin). Sedangkan
penentuan asam amino secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode
kolorimetri (direaksikan dengan pereaksi ninhidrin), Kromatografi (kertas,
lapis tipis dan ion exchange) dan titrasi formol (Jayaraman J, 1985).

ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Erlenmeyer 100 mL, 250 mL 1. Tripsin 1 %
2. Gelas ukur 25 mL, 100 mL 2. NaOH 0,1 N
3. Beker glass 100 mL, 250 mL 3. HCl 0,1 N
4. Buret 10 mL 4. Indikator Phenoftalein
5. Pipet Volume 10 mL 5. Formalin netral
6. Propipet 6. Aquadest
7. Pipet tetes 7. Es Batu
8. Beker glass 1000 mL 8. Larutan protein 5 % (gelatin,
(incubator) tempe)
9. Penjepit tabung
10. Kompor Listrik
11. Termometer
12. Statif
13. Baskom

PROGRAM STUDI S1 FARMASI 9


PRAKTIKUM BIOKIMIA

CARA KERJA
1. 100 mL larutan protein + 5 tetes fenolftalein (diaduk) + NaOH 0,1 N
(tetes demi tetes) sampai warna merah muda timbul + HCl 0,1 N (tetes
demi tetes) sampai warna merah muda tadi tepat hilang (disebut
larutan A)  pre inkubasi pada suhu 39 ± 10 C selama 7 menit.
2. 25 mL larutan tripsin 1 % + 5 tetes fenolftalein (diaduk) + NaOH 0,1 N
(tetes demi tetes) sampai warna merah muda timbul + HCl 0,1 N (tetes
demi tetes) sampai warna merah muda tadi tepat hilang (disebut
larutan B)  pre inkubasi pada suhu 39 ± 10 C selama 7 menit.
3. Campur larutan A + larutan B (disebut larutan C), diaduk sampai
homogen, segera diambil 10,00 mL, masukkan kedalam erlenmeyer 100
mL (disebut menit ke-0)  langkah 4, sisa larutan C diinkubasi dalam
waterbath pada suhu 39 ± 10 C.
4. 10,00 mL Larutan C dari langkah 3, dipanaskan dalam air mendidih
selama 5 menit, didinginkan dalam air es sampai dingin + 15 mL
formalin netral + 3 tetes fenolftalein (dicampur)  dititrasi dengan
NaOH 0,1 N. Catat volume NaOH 0,1 N sampai warna merah muda
muncul.
5. Lakukan langkah (4) pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30.

REFERENSI
Jayaraman J, 1985, Laboratory Manual in Biochemistry, Wiley Eastern
Limited, New Delhi, Hal : 61 – 73

Lehniger A. L, 1982, Dasar-Dasar Biokimia, Jilid I, Diterjemahkan oleh Dr. Ir.


Maggy Thenawidjaja, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal : 107, 118, 142,
149.

Sudarmadji S, Haryono B dan Suhardi, 1996, Analisa Bahan Makanan dan


Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta, Hal : 121 – 122.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI 10


PRAKTIKUM BIOKIMIA

Stryer L, 2000, Biochemistry, 4th Edition, W. H Freeman Company, New York,


Hal : 19

Victor W. R, 2000, Amino Acid in Harper’s Biochemistry, 25th Edition, Mc


Graw Hill, New York, Hal : 28 – 32.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI 11

Anda mungkin juga menyukai