(KLT) juga merupakan faktor yang berpengaruh besar, karena hanya beberapa kasus solvent
pengembang yang hanya terdiri dari satu komponen saja. Pada umumnya campuran larutan
pengembang KLT (solvent system) bisa sampai enam komponen dengan perbandingan tertentu.
Campuran larutan/eluen pengembang KLT ini berfungsi untuk :
viskositas rendah
partisi/pemisahan linier
Dalam pelaksanaannya, yang paling sulit dilakukan adalah bagaimana memilih solvent
system/fase gerak yang cocok agar komponen senyawa terpisah baik. Cara memilih fase gerak
KLT bisa dilakukan sendiri dengan orientasi dari beberapa komponen pelarut dan perbandingan.
Namun demikian untuk mendapat hasil yang memuaskan juga butuh waktu lama. Optimasi fase
gerak KLT ini bisa juga sesuai mengambil dari literatur. Apabila dari literatur belum cocok
pemisahan senyawanya, bisa dirubah rasio/perbandingan solvennya. Namun terkadang juga dari
literature masih menuliskan sistem pelarut pengembang yang sangat beracun atau karsinogenik,
misalnya benzene. Jika menggunakan komponen pengembang seperti ini perlu diperhatikan alat
safety bagi pengguna.
Seri buku eluotropic memperkenalkan pengganti benzena yang bisa diganti toluene yang sesuai
dengan kekuatan elusi dan koefisien kecepatannya.
Tips praktis memilih eluen pengembang KLT adalah mencari dari literatur. Apabila tidak
ditemukan fase gerak yang cocok, bisa mencoba mulai dari solvent tunggal yang mempunyai
kekuatan elusi menengah. Biasanya sebagai fase diam dicoba dulu menggunakan silica gel 60,
sebelum dilanjutkan pengujian lain atau perubahan. Saran saya, jangan terlalu yakin eluen dari
referensi sebelum anda mencobanya sendiri.
Berikut ini adalah data relatif kemampuan kecepatan pengembangan pelarut (Eluotropic series) :
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Solvent
n-Heptane
n-Hexane
n-Pentane
Cyclohexane
Toluene
Chloroform
Dichloromethane
Diisopropyl ether
tert-Butanol
Diethyl ether
Acetonitrile
Isobutanol
Isobutyl methyl ketone
2-Propanol
Ethyl acetate
1-Propanol
Ethylmethyl ketone
Acetone
Ethanol
1,4-Dioxan
Tetrahydrofuran
Methanol
Pyridine
mm2/detik
11,4
14,6
13,9
6,7
11,0
11,6
13,2
13,2
1,1
15,3
15,4
1,6
9,1
2,5
12,1
2,9
13,9
16,2
4,2
6,5
12,6
7,1
8,0
Bahkan ketika menggunakan eluen dengan komponen tunggal dapat memberikan variasi hasil
jika tidak memperhitungkan kemurniannya artinya asal pelarut murni. Beberapa diantaranya
seperti chloroform, methanol, tetrahidrofuran, dll, yang mengandung tambahan stabilisator. Ini
terjadi pada grade solvent yang sama tapi berbeda produsen atau grade solvent yang berbeda dari
produsen yang sama.
Contoh dibawah ini adalah kromatogram diosgenin, -sitosterol dan lanosterin yang dielusi
menggunakan chloroform dengan grade berbeda. Kasus pertama dengan chloroform LiChrosolv
yang distabilkan dengan pentene dan yang kedua menggunakan chloroform PFA (pure for
analysis) yang distabilkan dengan etanol.
kloroform p.f.a. (DAB nomenklatur: R kloroform) sebagai pelarut. Denganpersentase rendah air
dapat menyebabkan pembentukan lebih awal padapengembangan (gambar A).
Di sisi lain, kloroform difiltrasi dengan natrium sulfat sebelum dimasukkkan dalam chamber
pengembangan yang ditunjukkan pada gambar B.
A
B
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah setiap eluasi pada KLT sebaikknya menggunakan eluen
yang baru sehingga nilai Rf senyawa terpisah akan selalu tetap. Kecuali pada penggunaan eluen
tunggal (single-component system), akan tetapi eluen tunggal jarang digunakan dalam KLT.
Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Pada fraksi etil asetat yang positif ini dilakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mencari fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik.
Setelah memperoleh fase gerak yang terbaik dilakukan kromatografi kolom untuk memisahkan
komponen komponen yang ada pada fraksi etil asetat. Dari berbagai fase gerak yang
digunakan, fase gerak n -heksana : etil asetat yang memberikan pemisahan terbaik, dengan
memberikan beberapa buah noda setelah diuapi sebagai penampak noda. Sehingga fase gerak ini
yang digunakan dalam kromatografi kolom.