membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk
mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. *Lysosomal storage diseases adalah penyakit keturunan yang memengaruhi metabolisme lisosom, terjadi karena mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan menumpuk dan mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang ditemukan, yaitu sekitar 1 dari 7700 kelahiran manusia. Salah satu contohnya adalah penyakit Pompe. *Penyakit Pompe adalah penyakit genetik neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi, anak-anak, dan manusia dewasa, yang membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit ini adalah perkembangan otot lemah, terutama pada otot untuk bernapas dan bergerak. Pada bayi, penyakit ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada gen yang bertanggung jawab untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA) yang terletak pada kromosom 17. Enzim GAA ini hilang atau *diproduksi dalam jumlah sedikit. Fungsi enzim ini untuk memecah glikogen, bentuk gula yang disimpan pada otot, sehingga terjadi penumpukan glikogen pada lisosom. *Respon umum baik nonspesifik maupun spesifik pada umumnya menguntungkan bagi tubuh, berfungsi protektif terhadap infeksi atau pertumbuhan kanker, tetapi dapat pula menimbulkan hal yang tidak menguntungkan bagi tubuh berupa penyakit yang disebut reaksi hipersensitivitas. * Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. *Pembagianrekasihipersensitivitasmenurutwaktutimbulnyar eaksi adalah sebagai berikut :-Reaksi CepatTerjadi dalam hitungan detik, serta hilang dalam waktu 2 jam. Antigen yang diikat IgE pada permukaan sel mast menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasinya dapat berupa anafilaksis sistemik atau anafilaksis lokal seperti pilek, bersin, asma, urtikaria, dan eksema. *Reaksi Intermediet Terjadisetelahbeberapa jam dan hilang dalam 24 jam. Reakis ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan melalui aktivasi komplemen. Reaksi intermediet diawali oleh IgG yang disertai kerusakan jaringan pejamu oleh sel netrofil atau sel NK. Manifestasinya berupa: *Reaksi transfusi darah, eritroblastosis fetalis dan anemia hemolitik autoimun. *Reaksi arthus lokal dan reaksi sistemik seperti serum sickness, vaskulitis nekrotis, glomerulonefritis, artritis reumatoid, dan LES. *Reaksi Lambat terlihat sampai sekitar 48 jam setelah pajanan dengan antigen. Terjadi akibat aktivasi sel Th. Pada DTH yang berperan adalah sitokin yang dilepas sel T yang mengaktifkan makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan. Manifesstasi klinisnya yaitu dermatitis kontak, reaksi mikobakterium tuberkulosis dan reaksi penolakan tandur.
*Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai
hipersensitivitas langsung atau anafilaktik. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal. *ECF-A merupakan tetrapeptida yang sudah terbentuk dan tersedia dalam granulasi sel mast dan akan segera dibebaskan pada waktu degranulasi (pada basofil segera dibentuk setelah kontak dengan alergen). * NCF (neutrophyl chemotactic factor)dapat ditemukan pada supernatan fragmen paru manusia setelah provokasi dengan alergen tertentu. *Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler. Beberapa tipe dari hipersensitivitas tipe II adalah: Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal). Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan sepertipenisilin yang dapat menempel pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah), dan Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan ginjal). *Hipersensitivitas tipe III diperantarai oleh pengendapan kompleks antigen-antibodi(imun), diikuti dengan aktivitas komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear. *Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang berperan adalah antibodi (imunitashumoral), sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitasseluler. Imunitas selular merupakan mekanisme utama respons terhadap berbagai macammikroba, termasuk patogen intrasel sepertiMycobacterium tuberculosisdan virus, serta agenekstrasel seperti protozoa, fungi, dan parasit. Namun, proses ini juga dapat mengakibatkankematian sel dan jejas jaringan, baik akibat pembersihan infeksi yang normal ataupun sebagairespons terhadap antigen sendiri (pada penyakit autoimun). *Reaksi hipersensitivitas dapat digolongkan berdasarkan waktu timbulnya reaksi yaitu reaksi cepat, reaksi intermediet, dan reaksi lambat. Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibodi, tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat). *Penyakit adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan tubuh yang abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat. Ditandai secara spesifik oleh gambaran yang jelas (sebab, tanda dan gejala, perubahan morfologi dan gangguan fungsi). *Abnormalitas dapat terjadi pada bentuknya atau fungsinya dan/atau keduanya. *Radang adalah reaksi lokal jaringan tubuh terhadap jejas. Radang bukan penyakit, namun manifestasi adanya penyakit. Radang merupakan upaya pertahanan tubuh u/ menghilangkan penyebab jejas atau akibat jejas.
Tanpa reaksi radang maka kuman penyebab radang akan
menyebar & luka tidak akan sembuh
Radang pemulihan jaringan (penggantian sel parenkim