Anda di halaman 1dari 15

Gangguan pada Proses Replikasi, Transkripsi dan Translasi Bakteri

Pada proses Replikasi, Transkripsi dan Translasi bakteri bisa terjadi gangguan-gangguan
tertentu yang mengakibatkan proses-proses di atas tidak berjalan dengan baik. Gangguan ini bisa
disebabkan oleh banyak hal, namun dalam hal ini kami menitikberatkan pada gangguan yang
disebabkan oleh karena suatu interaksi antara bakteri dengan jenis obat-obatan tertentu. Hal ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan kami dalam hal mekanisme kerja obat untuk
memnghentikan pertumbuhan dan bahkan mematikan bakteri dengan melakukan interferensi
(gangguan) pada proses replikasi, transkripsi dan translasi. Adapun jenis obat-obatan tersebut
antaralain:
1. Chloramphenicol, suatu antimicroba bakteriostatik (menghentikan pertumbuhan bakteri).
Berfungsi dengan menghambat aktifitas peptydil transferase dari ribosom bakteri,
mengikatkan antara residu A2451 dan A2452 ke dalam 23S rRNA dari subunit ribosom 50S
sehingga mencegah terbentuknya ikatan peptide Chloramphenicol bekerja dengan sintesis
protein kuman. Obat ini terika tpada ribosom subunit 50S dan menghambat enzim peptidil
transferase sehingga ikatan peptidan tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.
(Setiabudy, Rianto. 2007).
2. Kanamycin, bekerja dengan mempengaruhi subunit ribosom 30S dan menyebabkan suatu
frameshift mutation atau mencegah terjadinya translasi RNA. Misalnya, pada penggantian
codon CAT ( missal terdapat pada sekuen CATG), sebuah codon ATG dibaca oleh aminoacyl
tRNA (aa-tRNA). Akibatnya, Aminoacyl tRNA membawa asam amino yang berbeda karena
anticodon pada aa-tRNA berbeda. Protein yang dibutuhkan tidak bisa disintesis, tapi hal ini
bergantung pada tempat dan tingkat kekacauan dari frameshift. Bisa juga protein yang
dinginkan terbentuk, tapi pada proses folding akan terajdi kesalahan sehingga bakteri
tersebut akan mati karena tidak bisa memproduksi protein secara benar.
3. Macrolides, menghambat proses biosintesis protein bakteri dengan mengikatkan melekulnya
secara ireversibel pada subunit ribosom 50S bakteri, hal ini menghambat translokasi
peptidyl tRNA. Sifat obat ini bakteriostatik, tetapi bisa menjadi bakterisidal pada
penggunaan dengan konsentrasi tinggi
4. Puromycin, suatu antibiotik aminonukleosid yang menyebabkan terminasi rantai premature
selama proses translasi di ribosom. Bagian dari molekul ini menyerupai ujung 3 dari
aminoacylated tRNA. Molekul ini masuk ke sisi A dan berpindah ke rantai yang sedang
tumbuh, menyebabakan pelepasan rantai yang premature.
5. Streptomycin, menghentikan pertumbuhan bakteri dengan merusak membrane sel dan
menghambat sinntesis protein. Secara spesifik, molekul ini menempel ke sisi 16S rRNA

ribosom bakteri, mengganggu perikatan dri formyl-methionyl-tRNA ke subunit 30S. hal ni


mencegah terjadinya inisiasi dari sintesis protein.
6. Tetracycline, menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat proses translasi.
Molekul ini terikat ke bagian 16S dari subunit ribosom 30S dan mencegah amino-acyl tRNA
terikat ke sisi A ribosom. Perikatan ini bersifat reversible bila terjadi secara alami.
Golongan tetracycline menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit
terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ini ke dalam ribosom. Pertama, secara difusi pasif
melalui kanal hidrofilik dan kedua melalui system transport aktif. Setelah masuk antibiotic
berikatan secara reversible dengan ribosom 30S mencegah ikatan tRNA-amioasil pada
kompleks mRNA ribosom. Hal ini mencegah perpanjangan ranta polipeptida yang sedang
tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein. (Setiabudy, Rianto. 2007).
7. Tobramycin, bekerja dengan mengikatkan molekulnya ke sisi 30S dan 50S ribosom,encegah
pembentukan kompleks 70S sehingga mRNA tidak bisa ditranslasi menjadi protein.
8. Ripamfisin, terutama aktif pada sela yang sedang tumbuh, menghambat DNA dependent
RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula
terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis RNA. (Istiantoro, Yanti H dan
Setiabudy, Rianto. 2007)
9. Penicillin, menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding
sel mikroba. Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut : pertama, obat bergabung dengan
Penicilin-binding protein (PBPs) pada kuman sehingga terjadi hambatan sintesis dinding sel
kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu. Kemudian terjadi
aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. (Istiantoro, Yanti H dan Gan, Vincent H.S. 2007)
10. Kuinolon dan Fluorokinolon. Bentuk double helix DNA harus dipisahkan menjadi 2
rantai DNA pada saat akan berlangsungnya replikasi dan transkripsi. Pemisahn ini
akan selalu mengakibatkan terjadinya puntiran berlebihan (overwinding) pada double
helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan
bantuan enzim DNA girase (topoisomerase II) yang kerjanya menimbulkan negative
supercoiling. Golongan kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman
dan bersifat bakterisidal. Fluorokuinolon baru menghambat topoisomerase II dan IV
pada kuman. Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA
yang mengalami positive supercoiling (pilinan positif yang berlebihan) pada waktu
transkripsi dalam proses replikasi DNA. Topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan
DNA baru yang terbentuk setelah proses replikasi kuman selesai. (Istiantoro, Yanti H
dan Gan, Vincent H.S. 2007)

11. Eritromisin, menghambat sintesis protein bakteri dengan jalan berikatan secara reversible
dengan ribosom subunit 50S. (Setiabudy, Rianto. 2007)
12. Antrasiklin, berinterkalasi dengan DNA, sehingga fungsi DNA sebagai template dan
pertukaran sister chromatid terganggu dan untai DNA putus. Antrasiklin juga bereaksi
dengan sitokrom P450 reduktase yang dengan adanya MADPH membentuk zat perantara,
yang kemudian bereaksi dengan oksigen menghasilkan radikal bebas yang menghancurkan
sel. Pembentukan radikal bebas ini dirangsang oleh adanya Fe. (Nafrialdi dan Gan, sulistia.
2007)
13. Aktinomisin, menghambat polymerase RNA dependen terhadap DNA, karena terbentuknya
kompleks antara obat dengan DNA. Selain itu aktinomisin juga menyebabkan putusnya
rantai tunggal DNA mungkin berdasarkan terbentuknya radikal bebas atau akibat kerja
topoisomerase II. (Nafrialdi dan Gan, sulistia. 2007)
14. Bleomisin, bersifat sitotoksik berdasar kemampuannya memecahkan DNA. In vitro,
bleomisin menyebabkan akumulasi sel pada fase G2 dan banyak sel memperlihatkan aberasi
kromosom termasuk fragmentasi dan translokasi kro

RIFAMPISIN
NAMA GENERIK
Rifampisin
NAMA KIMIA
Rifampin
STRUKTUR KIMIA
C43H58N4O12
KETERANGAN
Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari
Streptomyces meditarranei.
SIFAT FISIKOKIMIA
Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit
larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9;Larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat,
metanol, tetrahidrofuran.;Dalam perdagangan, rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril

untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang


ditambahkan untuk mengatur pH.;Dalam perdagangan sediaan oral rifampin tersedia sebagai
obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap
dengan isoniasid dan pirazinamid.
SUB KELAS TERAPI
Anti Infeksi
FARMAKOLOGI
Durasi : < 24 jam;Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan
penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak ;Distribusi : sangat lipofilik ,
dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik ;Difusi relatif dari darah ke
dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi ;CSF : inflamasi meninges :
25%;Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik ;Ikatan protein : 80% ;T
eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal :
1,8-11 jam.;Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam;Ekskresi : Feses (60% 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
STABILITAS PENYIMPANAN
Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan.;Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar
dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan
SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel
(contoh : 100 ml D5W).;Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu
kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25C) adalah 4 jam
untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor),
jaundice (penyakit kuning)
EFEK SAMPING
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena
penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi
intermitten termasuk gelala ;mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang),
gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal
akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); ;flushing,
urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy,
dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia,
gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi ;tubuh yang lain berwarna orange-merah;
tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
INTERAKSI MAKANAN
Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan bersama
dengan makanan;Hindari ethanol (dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas);St. Johns wort
dapat menurunkan kadar rifampisin

INTERAKSI OBAT
Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6
(kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).;Meningkatkan efek/toksisitas :
Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan
isoniazid pyrazinamide;atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat
meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas
rifampin.;Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut:
asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5HT3 antagonis, antifungi imidazol,;aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui
oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid,
siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 ;(contoh : aminofilin,
amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid,
pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin,
teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; ;dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin,
feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin,
fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, ;inhibitor reverse transkriptase
(non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan
trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer
CYP2A6, 2C8/9, ;dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin,
nevirapin dan fenitoin)
PENGARUH HASIL LAB
Interaksi rifampicin dengan tes laboratorium : reaksi Coombs positif, rifampicin mengganggu
pemeriksaan standar serum folat dan vitamin B12, meningkatkan LFTs dan menurunkan ekskresi
billiari dari contrast media
PENGARUH KEHAMILAN
Penggunaan obat pada trimester 1 (pertama): ;Produsen menyatakan studi pada binatang
menunjukkan adanya teratogenik pada dosis tinggi.;Penggunaan obat pada trimester 3
(tiga):;Resiko terjadinya perdarahan pada neonatal dapat meningkat;Faktor risiko : C
PENGARUH MENYUSUI
Hanya sejumlah kecil saja berada pada air susu.;Masuk dalam air susu ibu / tidak
direkomendasikan (AAP rates compatible)
PARAMETER MONITORING
Fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC, hepatic status dan mental status, kultur sputum, x-ray
dada
BENTUK SEDIAAN
Kapsul, Kaptab, Sirup
PERINGATAN
Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati,
ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika
digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui; ;porfiria; Penting : pasien yang

menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk menggantinya dengan alternatif kontrasepsi


lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.
INFORMASI PASIEN
Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien,
umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/
frekwensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker ;Obat ini menyebabkan warna
merah pada urin, keringat, saliva dan air mata.;Obat ini juga dapat menimbulkan noda permanen
pada lensa kontak.;Mempengaruhi efektifitas kontrasepsi oral, gunakan metoda KB yang
lain;Rifampisin harus digunakan pada saat lambung kosong, gunakan 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan dengan segelas air.;Gunakan obat ini sedikitnya 1 jam sebelum menggunakan
antasida.;Segera memeriksakan diri ke dokter bila timbul demam, hilang nafsu makan, tidak
enak badan, mual, muntah, urin berwarna gelap, perubahan warna kulit dan mata menjadi
kekuningan atau nyeri atau bengkak pada persendian.;Pasien harus menggunakan obat hingga
habis. Jangan sampai terdapat dosis yang terlewat. ;Jangan menghentikan pemakaian obat ini
tanpa berkonsultasi dengan dokter. ;Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah
diresepkan, kecuali atas anjuran dokter.;Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain
tanpa memberitahu dokter yang merawat.;Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum
obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya
jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan .;Jika lebih dari
satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker;Obat ini hanya digunakan oleh
pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.
MEKANISME AKSI
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA
polymerase, menghambat transkripsi RNA
MONITORING
Periodik (sebelum pengobatan dan tiap 2 4 minggu selama terapi) monitoring fungsi hati
(AST, ALT, bilirubin), CBC; status fungsi hati dan mental , kultur sputum, x-ray dada 2 3
bulan pengobatan
Eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolid. Antibiotika golongan makrolida
mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya.
1. ASAL DAN KIMIA Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini
berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut lebih
baik dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang
stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar
dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun
potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5 biasanya tahan sampai
beberapa minggu.
2. AKTIVITAS MIKROBA Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan
jalan berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik atau

bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadarnya. Spektrum antimikroba. In vitro, efek
terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif, seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Str.
Viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap eritromisin. S. aureus yang resisten
terhadap eritromisin serin dijumpai di rumah sakit (strain nosokmial). Batang gram positif yang
pka terhadap eritromisin ialah Cl. Perfringens, C. Diphtheriae, dan L. monocytogenes.
Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan kuman gram negatif, namun ada beberapa spesies
yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu N. Gonorrhoeae, Campylobacter jejuni, M.
Pneumoniae, Legionella pneumophila, dan C. Trachomatis. H. Influenzae mempunyai kepekaan
yang bervariasi terhadap obat ini.
3. RESISTENSI Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai
oleh plasmid yaitu : 1.Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman, 2.Berubahnya reseptor obat
pada ribosom kuman, dan 3.Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu
(Enterobacteriaceae)
4.FARMAKOKINETIK 1.Pemberian Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga
obat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi secara
adekuat setelah pemberian per-oral. 2.Distribusi Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh
baik kecuali ke cairan sebrospinal. Obat ini merupakan satu di antara sedikit antibiotika yang
bedifusi ke dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat ini
berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih baik.
3.Metabolisme Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi
sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450. 4.Ekskresi Eritromisin
terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial
terjadi melalui sirkulasi enterohepatik.
5.EFEK SAMPING 1.Gangguan epigastrik Efek samping ini paling sering dan dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan pasien terhadap eritromisin. 2.Ikterus Kolestatik Efek samping
ini terjadi terutama pada eritromisin estolat. Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah
dimulainya terapi. Gejalanya berupa nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolestasis akut,
mual, muntah, kemudian timbul ikterus, demam, leukositosis dan eosinofilia; transaminase
serum dan kadar bilirubin meninggi; kolesitogram tidak menunjukkan kelainan. 3.Ototoksisitas
Ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam dosis tinggi. 4.Reaksi Alergi
Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang
bila terapi dihentikan.
6.INTERAKSI OBAT 1.Eritromisin dengan obat asma (turunan teofilin) Efek obat asma dapat
meningkat. Obat asma digunakan untuk membuka jalan udara paru-paru dan untuk
mempermudah pernapasan penderita asma. Akibatnya : terjadi efek samping merugikan karena
terlalu banyak obat asma. Gejala yang dlaporkan : mual, salit kepala, pusing, mudah terangsang,
tremor, insomnia, aritmia jantung, takhikardia, dan kemungkinan kejang. 2.Eritromisin dengan

Karbamazepin Efek karbamazepin dapat meningkat. Karbamazepin adalah antikonvulsan yang


digunakan untuk mengendalikan kejang pada gangguan seperti ayan. Akibatnya : terjadi efek
samping merugikan yang disebabkan karena terlalu banyak karbamazepin. Gejala yang
dilaporkan : pusing, mual, nyeri perut, dan nanar. 3.Eritromisin dengan Digoksin Efek digoksin
meningkat. Digoksin digunakan untuk layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut
jantung yang tak teratur. Akibatnya : terjadi fek samping merugikan karena terlalu banyak
digoksin. Gejala yang dilaporkan : mual, kehilangan nafsu makan, aritmia jantung, takhikardia
atau bradikardia. 4.Erirtromisin dengan Klindamisin atau Linkomisin Efek antibiotika
klindamisin dan linkomisin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang diobati mungkin tidak
sembuh seperti yang diharapkan. 5.Erirtromisin dengan Antibiotika penisilin Efek masingmasing antibiotika dapat meningkat atau berkurang. Karena akibatnya sulit diramalkan,
sebaiknya kombinasi ini dihindari.
7.SEDIAAN DAN POSOLOGI Tabel Posologi eritromisin Preparat Kemasan Posologi/ cara
pemberian Keterangan Eritromisin Kapsul/tablet 250 mg dan 500 mg Dewasa : 1-2 g/hari, dibagi
dalam 4 dosis Anak : 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam 4 dosis Dosis dapat
ditingkatkan 2x lipat pada infeksi berat Obat diberikan sebelum makan Eritromisin stearat
Kapsul 250 mg dan tablet 500 mg Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml Dewasa : 250-500 mg
tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam Anak : 30-50 mg/kg berat badn sehari dibagi dalam beberapa
dosis Idem Eritromisin etilsuksinat Tablet kunyah 200 mg Suspensi oral mengandung 200 mg/5
ml dalam botol 60 ml Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml Dewasa : 400800 mg tiap 6 jam atau 800 m tiap 12 jam Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam
beberapa dosis Obat tidak perlu diberikan sebelum makan

8.PENGGUNAAN KLINIK 1.Infeksi Mycoplasma pneumoniae Eritromisin yang diberikan 4


kali 500 mg sehari per oral mempercepat turunnya panas dan mempercepat penyembuhan sakit.
2.Penyakit Legionnaire Eritromisin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang
disebabakan oleh Legionella pneumophila. Dosis oral ialah 4 kali 0,5-1 g sehari atau secara
intravena 1-4 g sehari. 3.Infeksi Klamidia Eritromisin merupakan alternatif tetrasiklin untuk
infeksi klamidia tanpa komplikasi yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau epididimis.
Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per oral yang diberikan selama 7 hari. Eritromisin
merupakan obat terpilih untu wanita hamil dan anak-anak dengan infeksi klamidia. 4.Difteri
Eritromisin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada infeksi akut maupun pada
carrier state. Perlu dicatat bahwa eritromisin maupun antibiotika lain tidak mempengaruhi
perjalanan penyakit pada infeksi akut dan komplikasinya. Dalam hal ini yang penting antitoksin.
5.Infeksi streptokokus Faringitis, scarlet fever dan erisipelas oleh Str. Pyogenes dapat diatasi
dengan pemberian eritromisin per oral dengan dosis 30 mg/kg BB/hari selama 10 hari.
Pneumonia oleh pneumokokus juga dapat diobati secara memuaskan dengan dosis 4 kali sehari
250-500 mg. 6.Infeksi stapilokokus Eritromisin merupakan alternatif penisilin untuk infeksi
ringan oleh S. Aureus (termasuk strain yang resisten terhadap penisilin). Tetapi munculnya

strain-strain yang resisten telah mengurangi manfaat obat ini. Untuk infeksi berat oleh
stafilokokus yang resisten terhadap penisilin lebih efektif bila digunakan penisilin yang tahan
penisilinase (misalnya dikloksasilin atau flkloksasilin) atau sefalosporin. Dosis eritromisin untuk
infeksi stafilokokus pada kulit atau luka ialah 4 kali 500 mg sehar yang diberikan selama 7-10
hari per oral. 7.Infeksi Campylobacter Gastroenteritis oleh Campylobacter jejuni dapat diobati
dengan eritromisin per oral 4 kali 250 mg sehari. Dewasa ini fluorokuinolon telah menggantikan
peran eritromisin untuk infeksi ini. 8.Tetanus Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari selama 10
hari dapat membasmi Cl. tetani pada penderita tetanus yan alergi terhadap penisilin. Antitoksin,
obat kejang dan pembersih luka merupakan tindakan lain yang sangat penting. 9.Sifilis Untuk
penderita sifilis stadium diniyang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin per oral
dengan dosis 2-4 g sehari selama 10-15 hari. 10.Gonore Eritromisin mungkin bermanfaat untuk
gonore diseminata pada wanita hamil yang alergi tehadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4
kali 500 mg sehari yang diberika selama 5 hari per oral. Angka relaps hampir mencapai 25 %
11.Penggunaan profilaksis Obat terbaik untuk mencegah kambuhnya demam reumatik ialah
penisilin. Sulfonamid dan eritromisin dapat dipakai bila penderita alergi terhadap penisilin.
Eritromisin juga dapat dipakai sebagai pengganti penisilin untuk penderita endokarditis bakterial
yang akan dicabut giginya. Dosis eritromisin untuk keperluan ini ialah 1 g per oral yang
diberikan 1 jam sebelum dilakukan tindakan, dilanjutkan dengan dosis tunggal 500 mg yang
diberikan 6 jam kemudian. 12.Pertusis Bila diberikan pada awal infeksi, eritromisin dapat
mempercepat penyembuhan.
9.NAMA DAGANG DIPASARAN 1.Aknemycin 2.Arsitrosin 3.Bannthrocin 4.Cetathrocin
5.Corsatrocin 6.Decathrocin 7.Erira 8.Eritromec 9.Erphatrocine 10.Erybiotic 11.Erycoat forte
12.Eryderm 13.Erymed 14.Erymed plus 15.Eryprima 16.Erysanbe 17.Erythrin 18.Erythrocin
19.Erythrocin E.E.S 20.Hoprin 21.Jeracin 22.Kemothrocin 23.Konithrocin 24.Medoxin
25.Opithrocin 26.Pharothrocin 27.Rythron 28.Tamaret 29.Throcidan 30.Tromilin 31.Zapphire
STREPTOMISIN

NAMA GENERIK
Streptomisin
NAMA KIMIA
Sinonim : dihydrostreptomycin sulfate ; Streptomycin sulfate
STRUKTUR KIMIA
C21H41N7O12
KETERANGAN
Streptomisin adalah antibiotik aminoglikosida berasal dari kultur Streptomyces griseus.

SIFAT FISIKOKIMIA
Obat ini dalam perdagangan berada dalam bentuk garam sulfat. ;Streptomisin sulfat merupakan
serbuk hygroskopis warna putih yang tidak berbau. Obat ini larut dalam air dan sangat larut
dalam alkohol.;Injeksi Steptomisin sulfat dalam perdagangan tersedia dalam bentuk serbuk steril
liofilik tanpa pengawet atau dalam bentuk larutan steril
SUB KELAS TERAPI
Anti Infeksi
FARMAKOLOGI
Absorbsi : IM : diabsorbsi dengan baik ;Distribusi : terdistribusi ke dalam cairan ekstraselular
termasuk serum, absces, ascitic, perikardial, pleural, sinovial, limfatik, dan cairan peritoneal;
menembus plasenta; dalam jumlah yang kecil masuk dalam air susu ibu .;Ikatan protein :
34%;T eliminasi : bayi baru lahir : 4-10 jam; dewasa 2-4.7 jam, waktu bertambah panjang
pada kerusakan ginjal.;Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: dalam 1 jam ;Ekskresi : urin
( 90% dalam bentuk obat yang tidak berubah); feses,saliva, keringat dan air mata (< 1%)
;Rentang terapeutik : Kadar puncak 20-30 mcg/ml; ;Toxic: kadar puncak : > 50 mcg/mL
STABILITAS PENYIMPANAN
Tergantung dari produsen obat, larutan yang telah di rekonstitusi tetap stabil selama 2 4
minggu jika disimpan dalam refrigerator ; paparan sinar matahari menyebabkan warna larutan
menjadi gelap tanpa kehilangan potensinya secara nyata.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas terhadap streptomycin atau komponen lain dalam sediaan; kehamilan.
EFEK SAMPING
Reaksi hipersensitivitas, paraesthesia pada mulut
INTERAKSI OBAT
Meningkatkan efek/toksisitas ; peningkatan/perpanjangan efek dengan senyawa depolarisasi dan
nondepolarisasi neuromuscular blocking. Penggunaan bersama dengan amfoterisin dan diuretic
loop dapat meningkatkan nefrotoksisitas.
PENGARUH HASIL LAB
Interaksi dengan tes laboratorium : terjadi reaksi positif palsu pada pemeriksaan glukosa urin
dengan Clinitest atau larutan Benedicts.
PENGARUH KEHAMILAN
Pada trimester ke 2 dan ke 3 , meningkatnya resiko kerusakan syaraf vestibular dan
auditori;Faktor risiko : D

PENGARUH MENYUSUI
Streptomisin terdistribusi ke dalam air susu ibu
PARAMETER MONITORING
Pendengaran (audiogram), BUN, kreatinin; konsentrasi obat dalam serum.
BENTUK SEDIAAN
Serbuk Injeksi
PERINGATAN
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat vertigo,tinnitus, hilang pendengaran,
gangguan neuromuscular, atau kerusakan ginjal ; penyesuaian dosis pada pasien dengan
kerusakan ginjal;aminoglikosida terkait secara signifikan dengan nefrotoksik ;atau ototoksik ;
reaksi ototoksik proporsional dengan jumlah obat yang diberikan dan durasi pengobatan; tinitus
atau merupakan tanda dari kerusakan vestibular dan akan terjadi kerusakan irreversibel bilateral ;
kerusakan ginjal biasanya reversibel.
INFORMASI PASIEN
Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien,
umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/
frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker;Dokter atau apoteker harus memperhatikan
apakah muncul tanda-tanda reaksi toksik (sakit kepala, mual, muntah) akibat penggunaan
obat. ;Larutan injeksi harus diperiksa terhadap adanya partikel dan perubahan warna sebelum
diberikan kepada pasien.;Kondisi medis awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan
sebelum menggunakan obat ini. ;Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa
memberitahu dokter yang merawat.;Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat
setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya
jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan .;Jika lebih dari
satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker ;Jika anda mempunyai pertanyaan
tentang obat ini, tanyakan pada apoteker.
MEKANISME AKSI
Menghambat sintesa protein dari bakteri melalui ikatan dengan subunit ribosomal 30S
menyebabkan kesalahan urutan peptida dalam membentuk rantai protein
MONITORING
Pendengaran (audiogram), BUN, creatinin; konsentrasi obat dalam serum harus dimonitor pada
semua pasien; kerusakan saraf kranial ke 8 biasanya didahului dengan tinitus, rasa penuh pada
telinga, gangguan pendengaran, dan dapat menetap ;hingga beberapa minggu setelah pengobatan
dihentikan

BROMHEXINE HCL
DEXTROMETHORPHAN

Erythromycin
Mar 8
Posted by dr.Rozi Abdullah
MERK DAGANG

Erytromisin, Alphathrocin, Althrocin, Bannthrocin, Camitrosin, Camitrosin Syr, Cetathrocin,


Cetathrocin Syr, Comthrocyn, Comthrocyn Syr, Corsatrocin, Corsatrocin Syr, Decathrocin,
Dexythrocin, Dothrocyn, Dumotrycin, E-mycin, Ebalin, Eritromec, Erphatrocin, Erybin,
Erybiotic, Eryka, Erysanbe, Erysil, Erythrin, Erythrocin, Expoticin, Ikatrocin, Kalthrocin,
Kemothrocin, Kenthrocin, Konithrocin, Leothrocin, Lidecin, Medoxin, Narlecin, Opithrocin,
Pharothrocin, Phylocin, Primacine, Primathrocin, Puricin, Rythron, Scanthrocin
KOMPOSISI :

Kapsul : Tiap kapsul mengandung Eritromisin

Stearat yang setara dengan 250 mg Eritromisin.

Kaplet salut selaput : Tiap kaplet salut selaput mengandung Eritromisin Stearat yang setara dengan
500 mg Eritromisin.

Tablet kunyah : Tiap tablet kunyah mengandung Eritromisin Etilsuksinat yang setara dengan 200 mg
Eritromisin.

Sirop kering : Setelah penambahan air minum.tiap 5 ml mengandung Eritromisin Etilsuksinat yang
setara dengan 200 mg Eritromisin.

FARMAKOLOGI :

Eritromisin bekerja dengan cara menghambat sintesa protein tanpa mempengaruhi sintesa asam
nukleat. Pada pemakaian per oral Eritromisin cepat diabsorpsi. terutama bila perut
kosong,Setelah diabsorpsi, Eritromisin terdifusi ke dalam cairan tubuh dan akan dicapai kadar
terapi yang efektif dari Eritromisin dalam darah selama 6 jam.
INDIKASI :

Infeksi saluran pernapasan bagian atas ringan sampai sedang yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus pneumonlae (Diplococcus
pneumoniae), Haemophilus influenzae.

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus pneumoniae
(.Diplococcus pneumoniae).

Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae.

Pertusis yang disebabkan oleh Bordetella pertussis.

Infeksi kulit don jaringan lunak ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus.

KONTRA-INDIKASI

Hipersensitif terhadap Eritromisin.


EFEK SAMPING

Gangguan pada saluran pencernaan seperti mual. muntah, diare.

Reaksi-reaksi kepekaan seperti urtikaria, ruam kulit, reaksi anafilaksis dapat terjadi pada penderita
yang hiper-sensitivitas.

Pengobatan ddlam jangka waktu lama mungkin me-nimbulkan superlnfeksi

Kadang-kadang terjadi gangguan pendengaran jika digunakan pada dosis besar, penderita gagal
ginjal atau penderitd lanjuf usia.

Pernah dilaporkan terjadi kolitis pseudomembran.

PERHATIAN :

Eritromisin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan penderita dengan ganggudn
fungsi hati.

Penggunaan jangka panjang atau berulang-ulang da-pat menyebabkan pertumbuhan yang


berlebihan dari bakteri yang tidak peka atau fungi.

Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dan ganfi dengan pengobatan yang sesuai.

Hatl-hati pemberian pada ibu yang menyusui karena Eritromisin diekskresikan ke dalam ASI.

Hati-hati pemberian pada penderita gangguan ginjal.

INTERAKSI OBAT :

Teofilin: mengurangi bersihan dan meningkat-kan level serum teofilin, terutama pada dosis besar.

Karbamazepin: meningkatkan toksisitas karba-mazepin.

warfarin/antikoagulan oral: dapat memper-panjang waktu pembentukan protrombin dan kemungkinan perdarahan.

Digoksin: meningkatkan level serum digoksin.

DOSIS :

Anak-anak sampai 20 kg : 30-50 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam.

Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg : 1 kapsul ERY,250 tiap 6 jam atau 1 kaplet ERITROMISIN 500
tiap 12 jam (sebaiknya sebelum makan).

About these ads


Streptomycin (Streptomisin)

Sediaan:
Vial 5 gram

Cara Kerja Obat:


Streptomycin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin ini bekerja
dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial
yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.

Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu.

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap aminoglikosida lain.

Dosis:
-

Tuberkulosa : 750 mg sehari 3 kali/minggu atau 1,5 gram 2 kali/minggu.

Infeksi akut : 1-2 gram/hari.

Peringatan dan Perhatian :


-

Kerusakan ginjal dan hati.

Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek.

Hamil dan menyusui.

Efek Samping :
-

Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa kehilangan
pendengaran, kepeningan, vertigo);

Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi biasanya
ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);

Efek neuromuskular (penghambatan neuromuskular yang menghasilkan depresi berturut-turut


dan paralisis muskuler); reaksi hipersensitivitas.

Anda mungkin juga menyukai