Anda di halaman 1dari 21

PENYAKIT

TUBERKULOSIS
EKA RISNADI AULIA
Defenisi Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular kronik


yang disebabkan infeksi kuman atau bakteri yang masuk
ke kedalam tubuh melalui sistem pernapasan terutama
pada paru – paru.
Etiologi Tuberkulosis
Penyebab utama tuberkulosis adalah infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis.

Selain itu sejumlah faktor resiko yang meningkatkan


peluang tertular bakteri ini yaitu adanya penyakit bawaan
atau penyakit yang memang sudah di derita oleh pasien,
misal diabetes militus, gagal ginjal kronik, HIV, kanker.
Selain itu penyebab lainnya yaitu malnutrisi, kurangnya
kesadaran hidup sehat, mengonsumsi alkohol dan rokok
dalam jangka waktu yang lama, dan rumah yang tidak
memiliki ventilasi udarah dan masuknya cahaya matahari.
Manifestasi Klinis
Gejala Klinis (Gejala Respiratorik)
1. Batuk lebih dari 3 minggu, dan batuk disertai darah.
2. Sesak napas
3. Nyeri dada
Gejala Sistemik
4. Demam
5. Gejala sistemik lainnya meliputi : Berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, nafsu makan menurun, berat
badan menurun dan malaise, badan lemas.
Diognosis Tuberkulosis
Tes umum yang dilakukan untuk pemeriksaan TB Paru,
yaitu :
1. Pemeriksaan Bakteriologi, meliputi : Pemeriksaan
dahak mikroskopis lansung, pemeriksaan Test Cepat
Molekuler (TCM) TBC, pemeriksaan biakan.
2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya, meliputi :
Pemeriksaan foto toraks, tes skin mantoux, foto
rontage, CT Scan.
Komplikasi Tuberkulosis
Ada dua komplikasi oleh TB Paru, yaitu :
1. Komplikasi dini, meliputi : pleuritis, efusi pleura,
empiema, laringitis, TB Usus
2. Komplikasi lanjutan, meliputi : Obstruksi jalan napas,
kerusakan parengkim berat, amiloidosis merupakan
penumpukan glikoprotein yang biasa terjadi pada organ
ginjal, jantung dan hati.
Patofisiologi Tuberkulosis
Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak).
Seseorang yang menghirup
bakteri M. tuberculosis yang
terhirup akan menyebabkan
bakteri tersebut masuk ke
alveoli melalui jalan nafas, di
alveoli inilah bakteri berkumpul
dan berkembang biak.
Sistem imun akan
merespon dengan cara
melakukan reaksi inflamasi.
Patofisiologi Tuberkulosis
• Fagosit menekan bakteri, dan limfosit spesifik tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) bakteri dan jaringan normal. Reaksi
tersebut menyebabkan penumpukan ekstusdat di dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2 – 10 minggu setelah terpapar bakteri.
• Pada infeksi awal, interaksi M.Tuberkulosis dengan sistem
kekebalan atau imunitas membentuk granuloma dan di ubah
menjadi ghon tuberkulosis (massa seperti keju). Ghon tuberkel
inilah yang membuat bakteri dorman.
• Saat terpapar ulang disinilah peranan imunitas bekerja. saat
imunitas menurun dan tidak mampu melakukan proteksi terhadap
bakteri tb makan bakteri dorman tadi menjadi aktif. Dimana ghon
tuberkel ini memecah sehingga menyebabkan necrosis caseosa di
bronkus. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia.
Pencegahan Tuberkulosis
Cara Pencegahan TBC adalah dengan memberikan
vaksinasi sedini mungkin pada bayi – bayi yang baru lahir
dari usia 0 bulan – 1 bulan sebanyak 1 kali. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette Guerin).

Untuk menentukan seseorang terinfeksi basil TBC


atau tidak biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux,
yaitu penyuntikan yang dilakukan di lengan atas dengan
tuberkulin (filtrat dengan biakan basil TBC). Bila ditempat
penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang
tersebut tidak terinfeksi TBC
Pengobatan Tuberkulosis
Obat – obat Tuberkulosis
Dosis dan Efek Samping
Indikasi dan Kontaindikasi
Jenis obat Indikasi Kontraindikasi
isoniazid Tuberkulosis Penyakit hati yang akut,
hipersensitivitas terhadap
isoniazid, epilepsi, gangguan
fungsi ginjal, dan gangguan
psikis
Rifampisin Tuberkulosisi Pasien kelainan hati, wanita
hamil dan menyusui
Pirazinamid Tuberkulosis dalam kombinasi Penderita gangguan hati,
dengan obat lain wanita hamil dan menyusui
Etambutol Tuberkulosis dengan Anak dibawah 6 thn, neuritis
kombinasi bersama obat lain optik.

Streptomisin Tuberkulosis dalam kombinasi Kehamilan


dengan obat lain
Interaksi Obat
Jenis obat Interaksi
Isoniazid Interaksi dengan obat peggunaan bersamaan dengan antikonvulsan,
sedatif, neuroleptik, antikoagulan, narkotika, teofilin, prokainamid,
kortikosteroid, asetaminofen, aluminium hidroksida, disulfiram,
ketokonazol, obat bersifat hepatotoksik dan neurotoksik. Interaksi dengan
makanan; tidak diberikan bersamaan dengan makanan, alkohol, keju dan
ikan

Rifampisin Peggunaan dengan antasida, opiat, antikolinergik dan ketokonazol,


berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal
Pirazinamid Penggunaan bersama dengan probenesid, allopurinol, ofloksasin dan
levofloksasin, obat hepatotoksik. Pirazinamid dapat mengganggu efek
obat antidiaberik oral, serta mengganggu tes untuk menentukan keton urin

Etambutol Peningkatan risiko terjadinya gangguan fungsi hati jika digunakan dengan
leflunomide dan methotrexate
Streptomisin Hindari penggunaan obat nefrotoksik atau neurotoksik secara bersamaan.
Dapat menyebabkan blokade neuromuskular dan kelumpuhan
pernapasan, terutama bila diberikan setelah anestesi atau pelemas otot
Peringatan dan Sediaan
Jenis obat Peringatan Sediaan
Isoniazid Gangguan fungsi hati (uji fungsi hati); gangguan INH generik tablet
fungsi ginjal; risiko efek samping meningkat pada 300 mg, dan tablet
asetilator lambat; wanita hamil, menyusui dan post 100 mg
partum, pasien hipersensitif, diabetes mellitus,
intoleransi galaktosa, porfiria
Rifampisin Perlu penerangan rifampisin menyebabkan warna Rifampisin generik
merah pada urin, tinja, liur, dahak, keringat dan air kapsul 300 mg, 400
mata mg, 600 mg
Pirazinamid Gangguan fungsi hati; gangguan fungsi ginjal; Pirazinamid generik
diabetes mellitus; gout; pasien hipersensitif terhadap tablet 500 mg
etionamid, isoniazid, niasin, serta pirazinamid
Etambutol Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; Etambutol generik
kehamilan; ingatkan pasien untuk melaporkan tablet 250 mg, dan
gangguan penglihatan tablet 500 mg
Streptomisin Hipersensitivitas terhadap streptomisin, Bubuk untuk injeksi
aminoglikosida lain, atau eksipien 1g
Mekanisme Kerja Obat
Menghambat sintesis dinding sel
bakteri Mycrobacterium tuberculosis.

INH ini masuk dalam sel bateri dalam


keadaan prodrug (pasif), kemudian akan
aktif enzim katalaseperoksidase yang
dieksperikan oleh gen KatG.

Aktifnya INH ini menghambat aksi


enoyl – protein (ACP) pembawa asil
dalam bentuk (InhA). InhA ini
merupakan enzim yang mensintesis
asam lemak II (FAS II). Dan FAS II ini
berperan pada sintesis rantai panjang
asam mikolik. Asam mikolik merupakan
komponen struktur penting dinding sel
bakteri.
Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis RNA
bakteri.
Rifampisin mengikat β-subunit dari
DNA dependent - RNA Polymerase
(RNAP), enzim ini merupakan enzim
yang berperan dalam proses
transkipsi.
Menghambat peningkatan enzim
tersebut ke DNA dan menghambat
transkripsi messenger RNA (mRNA).
Transkrip RNA adalah persyaratan
penting untuk sintesis protein.
Mekanisme Kerja
Menghambat pertumbuhan
bakteri.
Pirazinamid masuk sebagai pro-
drug dan ketika berikatan dengan
enzim pyrazinamidase (PncA).
Pirazinamid diubah menjadi bentuk
aktif (asam pyrazinoic).
Asam Pyrazinoic menghambat
aksi sintetase asam lemak I (FAS I).
FAS I adalah terlibat dalam
sintesis asam mycolic rantai
pendek merupakan komponen
struktural penting dari dinding sel
mikobakteri.
Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis
metabolisme sel sehingga
menyebabkan kematian sel. EMB
menghambat aksi arabinosyl
(EmbB).
EmbB adalah enzim membran
terkait yang terlibat dalam sintesis
arabinogalaktan.
Arabinogalaktan merupakan
komponen struktural penting dari
dinding sel mikobakteri.
Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis protein
pada ribosom mikrobakterium dan
bersifat bakterisid, terutama terhadap
basil tuberkel ekstraseluler.
Streptomisin berikatan
dengan ribosom sehingga dapat
mengganggu sintesis protein
bakteri.
Pengobatan Tradisional
Selain obat modern, penggunaan obat herbal saat ini menjadi
alternatif sebagai (Adjuvan) untuk imunoterapi atau sistem
kekebalan tubuh. Salah satu contoh tananam yang digunakan
yaitu manggis. Dimana manggis banyak mengandung
antioksidan sebesar 84,6% - 86,3% yang berperan sebagai
imunostimulan.

Senyawa α – mangostin turunan xantton yang tekandung


dalam tanaman manggis bekerja dengan meningkatkan sel
perifer T (CDA 4/ CDA 8) serta meningkatkan serum
komplemen C3, C4, serta meningkatkan IL 1 α dan IL 1β
secara signifikan. Artinya ekstrak tanaman manggis banyak
mengandung antioksidan yang digunakan sebagai sistem imun.
Pengobatan Tradisional
Komposisi : Garciniae Fructus Cortex
Extract 550 mg
Indikasi : Anti bakteri, anti tumor dan
kanker, memelihara kesehatan kulit,
memelihara kesehatan tubuh,
sariawan, disentri, anti-aging,
mengobati hipertensi, anti obesitas,
anti virus, antibiotik dan anti jamur,
TBC.

Anda mungkin juga menyukai