Anda di halaman 1dari 9

Skenario 3

S, seorang apoteker yang bekerja di Laboratorium Forensik dan Toksikologi


Kepolisian menerima sampel tablet dari lokasi penggrebegan di sebuah night club di
Kabupaten Sleman. Diduga tablet tersebut adalah psikotropika jenis Amfetamine
atau turunannya. Untuk melengkapi berita acara kepolisian, dilakukan analisis
kualitatif dan kuantitatif terhadap tablet tersebut.

Step 1: klasifikasi istilah asing


1. Forensik : bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses
penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains
2. Amfetamin : stimulant kuat yang berkerja memengaruhi system saraf pusat
untuk meningkatkan rasa tenang, bahagia dalam otak lalu dapat digunakan
untuk mengobati ADHD, Narkolepsi, Obesitas
3. Toksikologi : pemahaman mengenai pengaruh bahan kimia yang merugikan
bagi organisme hidup
4. Psikotropika : zat atau obat yang bekerja menurunkan fungsi otak serta
merangsang susunan saraf pusat sehingga menimbulkan reaksi berupa
halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir dan menimbulkan rasa kecanduan
pada pemakainya
5. Sampel : bagian dari populasi yang dipelajari dalam suatu penelitian dan
hasilnya akan dianggap menjadi gambaran bagi populasi asalnya, tetapi
bukan populasi itu sendiri sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi
hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.

Step 2: Rumusan Masalah

1. Jelaskan struktur amfetamin beserta turunannya


2. Langkah-langkah analisis toksikologi forensic
3. Bagaimana cara kerja amfetamin?
4. Bagaimana metode analisis kualitatif untuk menguji tablet tersebut?
5. Bagaimana karakteristik amfetamin?
6. Bagaiaman penggolongan psikotropika?
7. Apa efek samping penggunaan amfetamin?
8. Apa manfaat dari amfetamin?
9. Dosis pemakain amfetamin sesuai anjuran dokter?
10. Apa dampak-dampak penyalahgunaa psikotropika?

Step 3: Jawaban Singkat

1. - tidak mempunyai gugus hidroksi fenolat


- tidak mempunyai gugus beta hidroksi alkoho
- adanya gugus amina
Turunan:
1) MDMA (3,4-Metilendioksimetamfetamina), biasanya dikenal dengan nama
Ekstasi
2) Metamfetamina (N-methyl-1-phenylpropan-2-amine) biasanya dikenal
dengan nama sabu

2. Secara umum, analisi toksikologi forensic terbagi menjadi 3 tahap:


1. Penyiapan sampel atau sampel prepration
2. Analisis meliputi uji penapisan ( skirning test) atau dikenal dengan general
unknow test
3. Interpretasi penemuan analisis dan penulisan analisis

3. Amfetamin bekerja dengan cara meningkatan aktivitas dopamine dan


noradrenalin di otak. Cara kerja ini akan meredakan gejala narkolepsi dan
membantu penderita ADHD untuk lebih fokus dalam beraktivitas
Cara kerja ini akan meredakan gejala narkolepsi dan membantu penderita
ADHD untuk lebih fokus dalam beraktivitas. Obat ini juga terkadang
digunakan untuk mengendalikan nafsu makan dan mengontrol berat badan

4. Mengidentifikasi indentifikasi obat untuk menentukan bentuk,warna, bau


dan rasa obat penentuan sifat-sifat fsika, seperti kelarutan, titik lebur, dan
titik didih. Pengujian derajat keasamann obat, dengan keasamaan.
Penentuan gugus fungsional yang khas. Penentuan jenis zat dengan reaksi-
reaksinya dengan pereaksi tertentu dan pengamatan bentuk Kristal
menggunakan mikroskop.
5. Amphetamine dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau
berbentuk kristal putih (Moore, 2012). Jika berupa larutan : tidak berwarna
dan bersifat alkalis terhadap lakmus, berasa membakar lidah, pada suhu
ruangan secara perlahan akan menguap, larut dalam etanol, eter, dan
kloroform (Fasich, 2000)
6. Dalam farmakologi, psikotropika dibedakan menjadi 3 golongan:
1. Golongan psikomulasi
2. Golongan psikodepresan
3. Golongan sedativa

7. Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunkan amfetamin adalah:


Mual, pusing, mulut kering, diare , kram perut, berat badan turun, gugup dan
gelisah.

8. Amfetamin digunakan untuk pengobatan. Amfetamin yang


digunakan untuk pengobatan adalah kelas d- amfetamin dan metamfetamin,
digunakan di
beberapa negara untuk mengobati berbagai
penyakit seperti attention-deficit hyperactive
disorder (ADHD), narkolepsi, dan obesitas.
9. Dalam kondisi ADHD:
- dewasa : 2,5 - 5 mg 1x sehari
- anak usia 3-5 thn : 2,5 mg 1x sehari
Kondisi narkolepsi :
- dewasa :2,5 mg 1x sehari
-anak usia 6-11 thn : 5mg, 1x
10. 1. Ketergantuangan dan kecanduan berat
2. kerusakan otak yang bisa permanen
3. memicu penyakit jantung
4, dapat merusak lambung dan pencernaan lain
5.Dapat menyebabkan kematian

Kondisi penurun berat badan untuk pasien yang obesitas:


- Dewasa : 5-10 mg 1x sehari

Step 4: Analisis Masalah

psikotropika

Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif

uji Konfirmasi
kkromatografi lapis
kromatografi gas, imunoassay test
tipis
spektrometri massa

1.
A. Metamfetamin merupakan dua simpatomimetik amin yang memiliki
hubungan yang erat dan keduanya juga banyak disalahgunakan.
Metamfetamin yang dikenal sebagai sabu-sabu berbentuk kristal bening
seperti butiran gula tetapi ukurannya sedikit lebih besar. Metamfetamin lebih
banyak dipilih oleh para penyalahguna karena norepinefrin yang dibebaskan
lebih sedikit dibandingkan amfetamin. Selain itu metamfetamin lebih mudah
dibakar dan dihirup. Efek yang dihasilkan dengan cara menghirup shabu-
shabu lebih besar dibandingkan efek yang dihasilkan dengan cara
mengkonsumsi secara oral, hal ini mungkin dikarenakan oleh cepatnya
peningkatan kadar dopamin di dalam otak.

B. MDMA atau ekstasi merupakan obat sintetik psikoaktif yang struktur


kimiawinya sama seperti metamfetamin. Menghasilkan efek psikostimulan
dan psikometrik dengan cara meningkatkan kadar dopamin dan serotonin
dalam otak. MDMA dikonsumsi secara oral biasanya dalam bentuk tablet.
MDMA bersifat neurotoksik pada neuron serotonergik terlihat di generasi
jalur serotonergik dengan jelas pada hewan percobaan. Penggunaan MDMA
pada manusia akan menghancurkan neuron serotonergik di dalam otak yang
berkontribusi pada beberapa komplikasi psikiatri seperti reaksi panik
psychosis depresi dan bunuh diri.

2. 1. Penyiapan Sampel
Spesimen untuk analisis toksikologi
forensik biasanya diterok oleh dokter, misalnya pada
kasus kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan
oleh dokter forensik pada saat melakukan otopsi.
Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan,organ tubuh.

2. Uji Penapisan “Screening test”


Uji penapisan untuk menapis dan mengenali
golongan senyawa (analit) dalam sampel. Disini
analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia,
sifat kimia maupun efek farmakologi yang
ditimbulkan.

3. Uji pemastian “confirmatory test”


Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit
dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test paling
sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus
lebih spesifik. Umumnya uji pemastian
menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi
dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi
gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi
cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array
detektor, kromatografi cair - spektrofotometri massa
(LC-MS)

3. Amfetamin bekerja dengan cara meningkatan aktivitas dopamine dan


noradrenalin di otak. Cara kerja ini akan meredakan gejala narkolepsi dan
membantu penderita ADHD untuk lebih fokus dalam beraktivitas
Cara kerja ini akan meredakan gejala narkolepsi dan membantu penderita
ADHD untuk lebih fokus dalam beraktivitas. Obat ini juga terkadang
digunakan untuk mengendalikan nafsu makan dan mengontrol berat badan

4. Uji konfirmasi kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS)


Prinsip dasar uji konfirmasi dengan menggunakan teknik GC-MS adalah analit
dipisahkan menggunakan gas kromatografi kemudian selanjutnya dipastikan
identitasnya menggunakan teknik spektrfotometri massa. Sebelumnya analit
diisolasi dari matrik biologik, kemudian jika perlu diderivatisasi. Isolat akan
dilewatkan ke kolom GC, dengan perbedaan sifat fisikokima toksikan dan
metabolitnya, maka dengan GC akan terjadi pemisahan toksikan dari
senyawa segolongannya atau metabolitnya. Pada prisipnya pemisahan
menggunakan GC, indeks retensi dari analit yang terpisah adalah sangat
spesifik untuk senyawa tersebut, namun hal ini belum cukup untuk tujuan
analisis toksikologi forensik. Analit yang terpisah akan memasuki
spektrofotometri massa, di sini bergantung dari metode fragmentasi pada
MS, analit akan terfragmentasi menghasilkan pola spektrum massa yang
sangat karakteristik untuk setiap senyawa. Pola fragmentasi (spetrum massa)
ini merupakan karakteristik molekular dari suatu senyawa. Dengan
memadukan data indeks retensi dan spektrum massanya, maka identitas dari
analit dapat dikenali dan dipastikan.
Dari metode kromatografi dapat digunakan untuk analisis kualitatif untuk
mengetahui sampel yang di duga mengandung amfetamin dengan
menggunakan perbandingan hasil kromatogram larutan standart dan
kromatogram sampel melalui waktu retention yang muncul.

5. Amftamin berbentuk serbuk hablur berwarna putih, tidak memiliki bau,


rasanya agak pahit dan di sertai rasa tebal. Amfetamin ini larut dalam air
dengan titik lebur 285-287 derajat celcius ( 545- 538 derajat F). Rumus
molekul amfetamin ini yaitu C9H13N, dengan massa molekulnya 135,2084
Amphetamine merupakan cairan tak berwarna dengan bau amina dan mudah
larut dalam air (1:50) serta larut dalam alkohol. Bentuk basa mudah menguap
pada suhu kamar dan telah digunakan sebagai inhalant, tetapi secara
komersial tidak lagi tersedia di US. Amphetamine sulfate merupakan serbuk
kristal putih dan tidak berbau serta sedikit berasa pahit. Amphetamine
sulfate memiliki kelarutan tinggi dalam air (1:9) dan sedikit larut dalam
alkohol (sekitar 1:500). Struktur Kimia Amphetamine (1-phenylpropan-2-
amine)

6. Amfetamin merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan epinefrin dan


merupakan suatu agnis ketekolamin tidak langsung (Japardi, 2002).
Amfetamin termasuk dalam psikotropika golongan I (Hawari, 2006).
Psikotropik adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebab perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (Japardi, 2002).
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
(Kemenkes, 2010).
Amfetamin merupakan golongan stimulan (Kemenkes, 2010). Golongan
stimulan adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Amfetamin terbagi menjadi dua jenis, yaitu
MDMA (Methylene dioxy methamphetamin) dan amfetamin. Amfetamin
memiliki lama kerja lebih panjang dibanding MDMA, dan memiliki efek
halusinasi yang lebih kuat (Kemenkes, 2010).
Shabu atau amfetamin merupakan kelompok narkotika yang merupakan
stimulan sistem saraf dengan nama kini methamphetamine hidrochloride,
yaitu turunan dari stimulan saraf amfetamin (Japardi, 2002). Shabu
berbentuk kristal putih mirip vetsin (mitra bintibmas, 2010).

7. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan amfetamin ini adalah


timbulnya rasa sangat lelah setelah efek hilang dalam beberapa jam.
Penggunaan jangka panjang menyebabkan ketergantungan dan intoleransi
sehingga pengguna akan senantiasa ingin mengkonsumsi obat tersebut
untuk mencegah efek withdrawal (sakau). Untuk kasus penggunaan dosis
yang berlebih akan menimbulkan kondisi yang bisa mengancam
nyawa(Substance Abuse and Mental Health Services Administration, 2013a,
2013b).

8. Manfaat amfetamin yaitu untuk pengobatan. Amftamin yang biasanya


digunakan sebagai obat adalahkelas d-amfetamin dan yang di gunakan
berbagai negara untuk mengobati berbagai penyakit, seperti meredakan
gejala ADHD ( Attention defict hyperactivity disorder),narkolepsi, dan juga
obesitas. Dapat juga digunakan pengobatan yang sering digunakan pada
orang-orang yang memiliki gangguan mental kormobid dengan asosiasi
kompleks dan dua arah. Namun tentunya dengan dosis yang benar sesuai
dengan anjuran dokter

9. Kondisi: (ADHD)

Dewasa: Dosis awal 2,5 atau 5 mg, 1 kali sehari, di pagi hari. Dosis maksimal
tidak lebih dari 20 mg per hari.
Anak-anak usia 3–5 tahun. Dosis awal 2,5 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan sesuai kebutuhan.

Kondisi: Narkolepsi

Dewasa dan anak-anak usia di atas 12 tahun: Dosis awal 10 mg, 1 kali seharidi
pagi hari. Dosis maksimal tidak lebih dari 60 mg per hari.
Anak-anak usia 6–11 tahun: Dosis awal 5 mg, 1 kali sehari, di pagi hari. Dosis
dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.
Kondisi: Penurunan berat badan pada pasien obesitas
Dewasa: 5–10 mg, per hari, diminum 30–60 menit, sebelum makan. Dosis
maksimal 30 mg per hari.

10. 1) Dampak Fisik


• Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
• Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
• Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,
eksim
• Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
• Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
• Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,
seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan fungsi seksual
• Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara
lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak haid)
2) Dampak Psikis
-Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
-Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
-Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
-Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
-Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3) Dampak Sosial
• Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
• Merepotkan dan menjadi beban keluarga
• Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Step 5: LO

1. Apakah senyawa ini dapat dianalisis dengan kromatografi gas?


2. Prinsip dasar kromatografi gas?
3. Karakteristik senyawa apa aja yang dapat di analisis kromatografi gas?
4. Bagaimana cara kerja preparasi sampel dan melakukan kromatografi gas?

Step 7 : Jawaban LO

1. Amfetamin dapat dianalisis dengan kromatografi gas spektrofotometer


massa karena mempunyai sensitivitas dan spesivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Keunggulan metode ini adalah resolusi
tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisis partikel berukuran
sangat kecil, aliran fasa bergerak sangat terkontrol dan kecepatannya tetap,
sensitifitas tinggi sehingga dapat memisahkan berbagai senyawa yang saling
bercampur. (Ginting.2012)

2. Pada umumnya kromatografi gas memiliki prinsip kerja yang didasari dari
pemisahan fisik senyawa organic pada suhu tertententu, dimana senyawa
tersebut dibawa oleh suatu gas pembawa menuju kolom partisi. Setiap
senyawa memiliki kecepatan yang berbeda-beda dalam melewati kolom
sesuai dengan nilai kepolaran.

Prinsip kromatografi gas adalah pemisahan zat lain menggunkan


kromatografi gas, kemudian dideteksi dengan detector menghasilkan
spectrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan
retensi baku.

3. Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan


senyawa senyawa organik yang mudah menguap tanpa mengalami
dekomposisi dan senyawa senyawa gas anorganik dalam suatu campuran
sampel yang mudah menguap dan stabil terhadap panas akan bermigrasi
melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang
tergantung pada rasio distribusinya.
Contoh sampel antara lain makanan, minuman, sayur, buah, beras, minyak,
air, tanah, kosmetik, gas metan, dan lain-lain.
1. Molekulnya dapat berubah menjadi fase gas atau uap
2. Tidak terdekomposisi pada suhu tinggi kurang lebih 400 derajat Celcius
3. Massa molekul senyawa yang akan di analisis relatif kecil
4. Memiliki sifat yang tidak rusak bila terkena panas
5. Stabil terhadap panas

4. Preparasi sample gas chromatography sendiri dilakukan dengan tujuan untuk


menghilangkan faktor-faktor pengganggu dalam analisis sampel. Preparasi
dimulai dengan menyaring sampel dan fase gerak di mana untuk sampel
menggunakan kertas saring whatman 0,45 sedangkan fase gerak
menggunakan kertas saring whatman 0,2. Kemudian masing-masing
dilakukan degasing, yakni penghilangan gas yang dapat mengganggu saat
analisis sampel.

ada dua macam sampel yang berkaitan pada metode identifikasi dari Gas
Chromatography ini, yang pertama adalah Sampel gas. Sistem injektor
sampel yang terbaik untuk sampel berbentuk gas adalah sistem katub (gas
sampling valve). Untuk operasi katub sampling gas dengan instrumen yang
sangat sensitif, laju alir dan tekanan dalam sistem harus dalam keadaan
seimbang. Reproduksibilitas bila digunakan sistem katub dapat mencapai
lebih dari 0,5%. Disamping sistem katub juga dikenal sistem jarum injeksi
kedap gas (gas tight syringe) dengan reproduksibilitas hingga 1%.
Sedangkan yang kedua, ada Sampel cair. Sampel cair menggunakan sistem
injeksi langsung merupakan sistem yang umum digunakan pada kromatografi
gas dengan kolom packing. Sampel diinjeksikan dengan jarum suntik mikro
(microsyringe) melalui septum karet silikon yang dapat menutup lagi ke
dalam ruang injeksi (injection port) yang dilapisi gelas. Penguapan sampel
dengan segera di dalam ruang injeksi (flash vaporatisation) adalah metode
yang umum digunakan untuk mendapatkan reproduksibilitas waktu retensi
yang baik serat menjaga efisiensi kolom. Tetapi sistem injeksi tersebut tidak
sesuai untuk sampel yang mengandung senyawa termolabil misalnya sampel
biomedik, juga bila volume sampel yang harus diinjeksikan besar. Sampel cair
yang diinjeksikan segera dijadikan bentuk uap, kemudian dicampur dengan
gas pembawa dan dibawa sampai mencapai split point, sebagian akan masuk
ke dalam kolom dan sebagian dihembuskan keluar. Perbandingan gas yang
masuk ke dalam kolom terhadap gas yang dihembus keluar (split ratio)
digunakan untuk memperkirakan volume sampel yang masuk ke dalam kolom
kapiler.

Dalam pemisahan dengan GC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Tetapi
kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan. Oleh karena itu, senyawa
yang berbentuk cairan harus diuapkan. Hal ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom. Panas itu terdapat pada tempat injeksi. Namun
demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan
akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari senyawa yang
akan dianalisa. Kita juga tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak,
karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada
waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 – 20 ml untuk cairan.

Dalam preparasi sampel, sangat erat kaitannya dengan proses penguapan,


seperti yang dijelaskan tadi dimana kebanyakan senyawa organik berbentuk
cairan, tapi hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan dalam proses preparasi
sampel inilah dilakukan pengubahan dari bentuk cairan menjadi gas.
Sedangkan untuk sampel gas memang akan lebih mudah, tetapi untuk
operasi katub sampling gas dengan instrumen yang sangat sensitif.

Anda mungkin juga menyukai