Pernah ada kasus obat tertukar buvanest dengan asam tranexamat pada 12 Februari 2015 pasien di RS
Siloam Karawaci meninggal. Nah, penyebabnya itu karena diduga adanya kesalahan penggunaan obat
anestesi. Diduga ada kesalahan penempelan label obat pada Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat, karena
keduanya merupakan botol bening dan isinya bisa terlihat jelas, serta memiliki catch cover atau amplop yang
sama, yakni pembungkus obat yang hanya berwarna putih dan terdapat gambar heksagonal, tidak ditemui
keterangan apapun dari catch cover Buvanest dan Asam Traneksamat sehingga susah dibedakan. Obat
Buvanest Spinal yang disuntikkan seharusnya berisi Bupivacaine 0,5 persen, namun ternyata berisi Asam
Tranexamat. Keduanya sama-sama merupakan obat injeksi dengan kemasan berupa ampul atau vial.
obat pengental darah yang bersifat asam maka pemberian obat tersebut pada pasien akan menyebabkan
kerusakan sistem saraf.
4. Mekanisme bupivakain
Bupivakain:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532883/
mual, muntah, menggigil atau menggigil, sakit kepala, sakit punggung, pusing,
disfungsi seksual, gelisah, vertigo, tinnitus ,
Bupivakain spinal:
Efek samping yang paling sering terjadi itu berhubungan dengan system saraf pusat dan
kardiovaskuler(jantung dan pembuluh darah)
Reaksi saraf pusat: lemah, pusing, cemas, tinnitus, pandangan kabur, tremor, kejang, miosis, mual, muntah
Reaksi jantung dan pembuluh darah: dosis yang terlalu tinggi atau penyuntikan yang tidak sengaja ke dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan depresi otot jantung, hipotensi, frekuensi jantung melambat,
gangguan irama jantung, dan henti jantung
Reaksi alergi: Reaksi alergi dapat terjadi karena hipersensitif terhadap bupivakain atau anestesi golongan
amida, dan kandungan tambahan. Reaksi yg terjadi berupa gatal-gatal, bentol, kemerahan,bengkak di wajah,
keringat berlebih, suhu tubuh meningkat,
Jika gugatan dikabulkan, maka dalam amar putusan ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha,
dapat berupa sebagai berikut ;
1. Ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
memanfaatkan jasa. Hal ini dapat berupa:
a) Pengembalian uang;
b) Penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya; atau
2. Sanksi administrasi berupa penetapan ganti rugi maksimal Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dokter ikut bertanggungjawab ketika terjadi kesalahan pada pemberiaan obat oleh Lex Privatum Vol. VI/No.
4/Jun/2018 114 ketika apoteker telah menjalankan profesinya sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian
khususnya pada standar pelayanan resep di apotek.
. Kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan dapat terjadi di bidang hukum pidana, diatur antara lain dalam Pasal
263, 267, 294 ayat (2), 299, 304, 322, 344, 347, 348, 349, 351, 359, 360, 361, 531 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. Sesuai ketentuan UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Ketentuan Pidana Pasal 84, sanksi yang
diberikan: a) Setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan
Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
b) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap tenaga kesehatn
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.