Anda di halaman 1dari 15

SKENARIO 3 BLOK 4

S, seorang apoteker yang bekerja di Laboratorium Forensik dan Toksikologi Kepolisian menerima
sampel tablet dari lokasi penggrebegan di sebuah night club di Kabupaten Sleman. Diduga tablet
tersebut adalah psikotropika jenis Amfetamine atau turunannya. Untuk melengkapi berita acara
kepolisian , dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap tablet tersebut.

STEP 1 : KLARIFIKASI ISTILAH

1. Amfetamin : merupakan obat golongan stimulansia yang biasanya digunakan hanya untuk
mengobati gangguan hyperaktif karena kurang perhatian atau attention deficit disorder pada
pasien dewasa dan anak-anak
2. Toksikologi : ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia atau racun
terhadap mekanisme biologis suatu organisme
3. Psikotropika : suatu zat atau obat alamiah maupun sintesis yang bukan narkotika dan
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif yang terjadi pada susunan saraf pusat
sehingga dapat menyebabkan khas pada aktivitas mental maupun perilaku
4. lab forensik : suatu laboratorium penguji yang membantu dalam pengungkapan suatu kasus
tindak pidana

STEP 2 : RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan struktur amfetamin beserta turunannya ?


2. Bagaimana mekanisme kerja amfetamin ?
3. Cara analisis amfetamin yang dilakukan dengan menggunakan instrument LC-MS/MS ?
4. Jelaskan golongan jenis psikotropika ?
5. Menggunakan instrument apa untuk menganalisis amfetamin?
6. Pengujian apa yang dilakukan terhadap narkoba pada laboratorium forensic ?
7. Apa efek samping dari amfetamin ?
8. Bagaimana kegunaan amfetamin sebenarnya dalam bidang Kesehatan ?
9. Apa manfaat psikotropika secara medis ?
10.Bagaimana hubungan psikotropika dengan amfetamin?
11.Jenis psikotropika selain amfetamin apa saja?

STEP 3 : BRAINSTROMING

1. Amfetamin mempunyai nama kimia 1 fenil 2 amino propana atau fenil isopropyl. Amfetamin
larut dalam air(1:50) merupakan larutan yang tidak berwarna dan bersifat alkalis terhadap
lakmus, berasa membakar lidah, pada temperature komar secara perlahanm menguap, larut
baik dalam etanol, eter dan kloroform titikklebur 200-203 derajat celcius.
2. Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine
yaitu dopamin, norepinefrin, atau serotonin atau pelepasan ketiganya dari tempat
penyimpanan pada persinap yang terletak pada akhiran saraf (Japardi, 2002)
3. Cara analisis amfetamin dilakukan dengan menggunakan instrumen LC-MS/MS. Instrumen
LC terdiri dari sistem LC-20AD XR UFLC dengan Injector sampel otomatis SIL-HT
(Shimadzu, Kyoto Japan). Sistem LC-MS/MS dikontrol dengan software Analyst, versi 1.6.3
(Applied Biosystems).
4. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Ekstasi.

Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.

Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
5. Analisis amfetamin dilakukan dengan menggunakan instrumen LC-MS/MS. Instrumen LC
terdiri dari sistem LC-20AD XR UFLC dengan injektor sampel otomatis SIL-HT (Shimadzu,
Kyoto Japan)
6. Laboratorium forensik sering dipanggil untuk mengidentifikasi bubuk, cairan, dan pil yang
mungkin merupakan obat-obatan terlarang. Pada dasarnya, ada dua kategori tes forensik yang
digunakan untuk menganalisis obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak diketahui, yaitu:
- Tes dugaan
- Tes warna
- Tes spektrofotometri ultraviolet
- Tes mikrokristalin
7. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan amfetamin ini adalah timbulnya rasa sangat
lelah setelah efek hilang dalam beberapa jam. Penggunaan jangka panjang menyebabkan
ketergantungan dan intoleransi sehingga pengguna akan senantiasa ingin mengkonsumsi obat
tersebut untuk mencegah efek withdrawal (sakau). Untuk kasus penggunaan dosis yang
berlebih akan menimbulkan kondisi yang bisa mengancam nyawa(Substance Abuse and
Mental Health Services Administration, 2013a, 2013b).
8. Amfetamin adalah obat yang digunakan untuk menangani gangguan narkolepsi, attention
deficit disorder with hyperactivity (ADHD), penyakit Parkinson, dan obesitas.
9. Dalam bidang medis, beberapa jenis obat golongan psikotropika dimanfaatkan untuk
pengobatan gangguan mental tertentu, seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan
bipolar, gangguan tidur, dan skizofrenia
10.Amfetamin merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan epinefrin dan merupakan suatu
agnis ketekolamin tidak langsung (Japardi, 2002). Amfetamin termasuk dalam psikotropika
golongan II (Hawari, 2006).
11.* Sedatin.
* Rohypnol.
* Valium.
* Metakualon.
* Phenobarbital.
* Shabu-shabu.
* Ekstasi.
* Ritalin
* Metilfenida
STEP 4 : ANALISIS MASALAH

Identifikasi Amfetamin

Penggunaan atau dosis


Amfetamin
obat amfetamin dan
penggoloangan sesuai
aturan dan UU

Rumus molekul
Kegunaan dalam bidang
medis

Golongan dan hubungan


dengan psikotropika
Analisis kuantitatif dan
kualitatif

Turunan dan
karakteristik amfetamin
Pengujian yang
dilakukan terhadap
narkoba
Mekanisme kerja
amfetamin

Efek samping amfetamin

Indikasi dan manfaat


amfetamin
1. -3,4 metilendioksiamfetamin (MDA)
-3,4 metilendioksimetamfetamin
-2,5 dimetoksi -4 etilamfetamin
-4 bromo 2,5 dimetoksiamfetamin
-3,4,5 trimetoksiamfetamin (TMA)
-2,5 dimetoksi 4 metilamfetamin (DOM)

2. Pada dopamin didapati bahwa amfetamin menghambat re uptake dopaminergik dan


sinapstosom di hipotalamus dan secara langsung melepaskan dopamin yang baru disintesa
(Japardi, 2002).

Pada norepinefrin, amfetamin memblok re-uptake norepinefrin dan juga menyebabkan


pelepasan norepinefrin baru, penambahan atau pengurangan karbon diantara cincin fenil dan
nitrogen melemahkan efek amfetamin pada pelepasan re uptake norepinefrin (Japardi, 2002).

Sedangkan pada serotonin, devirat metamafetamin dengan elektron kuat yang menari
penggantian pada cincin fenil akan mempengaruhi sistim serotoninergik (Japardi, 2002).

Ketiga kerja reseptor biogenik tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Aktivitas
susunan saraf pusat yang terjadi melalui jaras tersebut dalam otak, masing-masing
menimbulkan aktivitas serta kepribadian pada individu pengguna. Stimulasi pada pusat
motorik di daerap media otak depan (medial forebrain) menyebabkan peningkatan dari kadar
norepinefrin dalam sinaps menimbulkan euforia dan meningkatkan libido (Japardi, 2002).

Stimulasi pada ascending reticular activating system menimbulkan peningkatan aktivitas


motorik dan menurunkan rasa lelah (Japardi, 2002). Stimulasis pada sistim dopaminergik
pada otak menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia (Japardi, 2002).

Kesimpulannya adalah kerja dari ketiga reseptor tersebut diatas, dapat menimbulkan euforia,
meningkatkan libido, peningkatan aktivitas motorik, menurunkan rasa lelah dan menimbulkan
gejala yang mirip dengan skizofrenia bagi pengguna amfetamin.

3. Untuk spektrometer kita menggunakan Linear Ion Trap Quadrupole LC-MS/MS Prosedur
yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah 5 mL darah manusia dimasukkan ke dalam
tabung EDTA. Sel-sel darah dipisahkan dari plasma dengan cara prosedur sentrifugasi selama
10 menit dengan kecepatan 2,000 x g. Setelah proses sentrifugasi, plasma dipindahkan ke
dalam tabung polypropylene steril dengan menggunakan pipet Pasteur. Sampel disimpan di
dalam almari es -20ºC sampai saat analisis. Peparasi sampel dilakukan dengan teknik
ekstraksi presipitasi protein. Sampel plasma yang sudah beku dicairkan dalam suhu ruangan.
Setelah sampel plasma cair, plasma divorteks untuk memastikan semua kandungan tercampur
sempurna. Selanjutnya 100 µL plasma ditambah dengan 300 µL asetonitril. Campuran
divorteks selama 5 detik dan disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 14800 rpm.
Supernatan difilter dengan filter berdiameter 0.2 µm, kemudian ditransfer ke dalam vial yang
baru. Sebanyak 8 mikroliter sampel diinjeksikan ke dalam LC-MS/MS untuk deteksi
kandungan amfetamin.

Penelitian ini berhasil menemukan prosedur (presipitasi protein) yang efektif, efisien, dan
sederhana yang bisa mendeteksi amfetamin di dalam plasma darah manusia dengan (Liquid
Chromatography Tandem Mass Spectrometry / LC-MS/MS). Metode ini bisa mendapat hasil
dalam jangka waktu cepat, dengan harga yang murah dan jumlah sampel yang sedikit. Metode
ini jugamempunyai sensitifitas, spesifisitas, dan recovery yang bagus untuk deteksi amfetamin
di dalam plasma darah manusia, pada konsentrasi lebih dari 100 ng/mL. Metode ini
disarankan untuk tes konfirmasi, yang diperlukan untuk memastikan adanya amfetamin di
dalam plasma darah manusia

4. Contoh dari psikotropika golongan 1 diantaranya adalah LSD, DOM, Ekstasi, dan lain-lain.
Obat-obatan ini akan memberikan efek halusinasi bagi penggunanya serta merubah perasaan
secara drastis.

Contohnya adalah Metamfetamin dan Fenitoin

Contoh dari zat golongan 3 di antaranya adalah Mogadon, Buprenorfin, Amobarbital,

Beberapa jenisnya antara lain Lexotan, Pil Koplo, Sedatif atau obat penenang, Hipnotika atau
obat tidur, Diazepam, Nitrazepam

5. Sistem LC-MS/MS dikontrol dengan software Analyst, versi 1.6.3 (Applied Biosystems).
Kolom analitikal yang digunakan adalah Agilent, Eclipse Plus Phenyl-Hexyl (150 mm x 2.1
mm, 5µm ). Suhu kolom 40°C dengan total waktu analisis 10 menit. Fase gerak yang
digunakan adalah 10 mM ammonium formate dalam air (pH 6.6) pada pompa A dan 0.1% FA
(dalam asetonitril) pada B. Kecepatan aliran0.3 mL/menit dengan gradien elusi yang diset
sesuai suhu ruangan. Gradien dimulai dengan 5% B, lalu naik menjadi 40% B saat 3 menit,
dan berlangsung sampai 4 menit. Selanjutnya gradien naik menjadi 100% B saat 6 menit, dan
berlangsung sampai 8 menit. Gradien kemudian kembali ke5% B saat 8.01 menit dan kondisi
ini berlaku sampai 10 menit.Volum sampel saat injeksi sebanyak 8 µL. Untuk spektrometer
kita menggunakan Linear Ion Trap Quadrupole LC-MS/MS Spectrometer, QTRAP 5500,
dengan ESI probe. Instrumen ini dioperasikan dengan model ionisasi negatif. Beberapa
parameter spektometeryang optimal digunakan untuk deteksi amfetamin adalah suhu sumber
ion 4500C, tegangan ion spray 5500 V, tekanan gas curtain sejumlah 20 psi, tekanan gas
sumber ion 1 sebesar 35 psi, dan tekanan gas sumber ion 2 sebesar 35.0 psi.
6. Tes dugaan, seperti tes warna hanya memberikan indikasi jenis zat apa yang ada. Namun, ahli
forensik tidak dapat secara spesifik mengidentifikasi zat tersebut. Dengan tes konfirmasi,
seperti kromatografi gas/spektrometri massa dapat mendapatkan hasil yang lebih spesifik dan
menentukan identitas zat yang tepat.

Tes warna: Tes ini dapat memaparkan obat yang tidak dikenal ke bahan kimia atau campuran
bahan kimia. Warna berubahnya zat tersebut dapat membantu menentukan jenis obat yang
hadir. Contohnya, pada pemeriksaan cobalt tiosianat, jika zat tersebut mengubah cairan
tersebut menjadi biru, maka berarti obat tersebut adalah heroin.

Tes spektrofotometri ultraviolet, yang menganalisis cara zat bereaksi terhadap sinar ultraviolet
(UV) dan inframerah (IR). Mesin spektrofotometri memancarkan sinar UV dan IR, dan
kemudian mengukur bagaimana sampel mencerminkan atau menyerap sinar ini untuk
memberikan gambaran umum tentang jenis zat apa yang ada.

Tes mikrokristalin: Cara ini dilakukan dengan menambahkan setetes bahan yang dicurigai ke
bahan kimia pada kaca mikroskop. Campuran akan mulai membentuk kristal. Setiap jenis
obat memiliki pola kristal tersendiri jika dilihat di bawah mikroskop cahaya terpolarisasi

7. -Efek penggunaan akut amfetamin

Efek yang dapat muncul setelahpenggunaan amfetamin tergantung dari jumlah amfetamin
yang dikonsumsi dan carapemberiannya. Pada umumnya, penggunaan amfetamin
menimbulkan efek akut berupa gangguan sistem simpatetik saraf otonomseperti hipertensi,
takikardia, hipertermia,takipnea, dan vasokonstriksi. Selain itupenggunaan akut amfetamin
dapat menyebabkan euforia, meningkatnya energi dan kewaspadaan, meningkatnya libido dan
kepercayaan diri, perasaan meningkatnya kapasitas fisik dan mental, serta
peningkatanproduktivitas.

-Efek amfetamin terhadap fungsi kognitif

Pengaruh amfetamin terhadap fungsi otak berhubungan dengan pelepasan


dopamin,norepinefrin, dan serotonin. Ketiga neurotransmitter tersebut dihasilkan di dalam
sel-sel neuron yang terletak di otak tengah dan batang otak serta terproyeksi pada hamper
seluruh bagian otak. Para pengguna amfetamin

Berbagai studi menunjukkan adanya peningkatan performa kognitif, khususnya kecepatan


memproses informasi, fungsi psikomotor dan atensi, dengan pemberian akut amfetamin dalam
dosis terapeutik, namun tetap berisiko tinggi untuk mengalami ketergantungan
-Pengguna amfetamin juga dapat mengalami overdosis. Overdosis merupakansuatu keadaan
emergensi yang jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan serangan jantung,
stroke, rabdomiolisis, gagal ginjal, hingga kematian.

8. Amfetamin saat ini digunakan oleh komunitas medis untuk mengobati beberapa kondisi,
termasuk narcolepsy dan ADHD. State University of New York melaporkan bahwa dalam
beberapa kasus, mereka juga terbukti efektif dalam mengobati depresi dan obesitas. Salah satu
penggunaan yang paling

mengejutkan bagi amfetamin adalah penggunaan obat membantu korban stroke untuk pulih
lebih cepat.

baru - baru ini Sebuah studi oleh Institut Karolinska Swedia menunjukkan bahwa perawatan
dapat sangat membantu bagi mereka yang telah lemah stroke

9. Manfaat Psikotropika secara Medis

Secara medis dan hukum, obat-obatan psikotropika hanya boleh digunakan sesuai resep dan
pengawasan dokter ahli. Obat-obatan tersebut biasanya digunakan untuk mengatasi berbagai
kondisi atau penyakit tertentu, seperti:

• Gangguan mental atau psikologis

• Kejang atau epilepsi

• Penyakit Parkinson

• Gangguan tidur, misalnya insomnia atau narkolepsi

• Sindrom kelelahan kronis

Selain itu, obat psikotropika juga sering kali digunakan sebagai anestesi atau obat bius untuk
mencegah dan mengatasi nyeri berat akibat tindakan medis tertentu, seperti operasi. Namun,
sayangnya, obat-obatan ini juga dapat disalahgunakan. Apabila tidak digunakan sesuai
indikasinya, obat-obatan atau zat psikotropika bisa menyebabkan efek kecanduan yang
berbahaya dan bahkan kematian.

Karena efeknya yang bisa menimbulkan ketagihan (adiksi), oleh karena itu psikotropika
hanya boleh digunakan untuk kepentingan medis berdasarkan resep dokter.

10. Psikotropik adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebab
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Japardi, 2002).
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Kemenkes, 2010).

Amfetamin merupakan golongan stimulan (Kemenkes, 2010). Golongan stimulan adalah jenis
NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
Amfetamin terbagi menjadi dua jenis, yaitu MDMA (Methylene dioxy methamphetamin) dan
amfetamin. Amfetamin memiliki lama kerja lebih panjang dibanding MDMA, dan memiliki
efek halusinasi yang lebih kuat (Kemenkes, 2010).

Shabu atau amfetamin merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulan sistem saraf
dengan nama kini methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf
amfetamin (Japardi, 2002). Shabu berbentuk kristal putih mirip vetsin (mitra bintibmas,
2010).

11. 1. Obat Stimulan

Jenis psikotropika yang satu ini merupakan termasuk obat stimulan yang bisa memberikan
rangsangan kepada syaraf sehingga bisa menimbulkan efek lebih percaya diri. Banyak jenis
psikotropika yang termasuk obat stimulan,

contohnya :  kafein, kokain, ganja, dan amfetamin. Zat amfetamin biasanya terdapat pada pil
ekstasi.

2. Obat Depresan

Jenis psikotropika yang satu ini merupakan termasuk obat depresan yang bisa memberikan
efek, yakni kerja sistem saraf berkurang, menurunkan kesadaran, dan mengantuk. Jenis zat
yang termasuk obat depresan,

contonhya : alkohol, sedatin atau pil BK, Magadon, Valium, dan Mandrak (MX), Cannabis
dan Barbiturat.

3. Obat Halusinogen

Jenis psikotropika yang satu ini merupakan Obat halusinogen yang bisa menimbulkan
halusinasi, yakni mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata.

Contohnya : yaitu Licercik Acid Dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline dan mariyuana.

STEP 5 : LO

1. Apa saja kategori tes forensik yang digunakan untuk menganalisis obat atau zat lain yang
belum diketahui ?
2. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis amfetamin ?
3. Kenapa senyawa ini bisa dianalisis dengan gas kromatografi ?
4. Bagaimana instrumentasi metode gas kromatografi ?
5. Apa saja fase gerak dan fase diam yang digunakan dalam gas kromatografi ?
6. Keuntungan dan kerugian menggunakan gas kromatografi ?
7. Detector apa yang digunakan didalam gas kromatografi dan bagaimana cara membaca output?
8. Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efektifitas analisis ?

STEP 6 : BELAJAR MANDIRI

STEP 7 : PELAPORAN HASIL BELAJAR MANDIRI

1. Pengujian Forensik Narkoba


Laboratorium forensik sering dipanggil untuk mengidentifikasi bubuk, cairan, dan pil yang
mungkin merupakan obat-obatan terlarang. Pada dasarnya, ada dua kategori tes forensik yang
digunakan untuk menganalisis obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak diketahui, yaitu:
Tes dugaan, seperti tes warna hanya memberikan indikasi jenis zat apa yang ada. Namun, ahli
forensik tidak dapat secara spesifik mengidentifikasi zat tersebut. Dengan tes konfirmasi,
seperti kromatografi gas/spektrometri massa dapat mendapatkan hasil yang lebih spesifik dan
menentukan identitas zat yang tepat.

Tes warna: Tes ini dapat memaparkan obat yang tidak dikenal ke bahan kimia atau campuran
bahan kimia. Warna berubahnya zat tersebut dapat membantu menentukan jenis obat yang
hadir. Contohnya, pada pemeriksaan cobalt tiosianat, jika zat tersebut mengubah cairan
tersebut menjadi biru, maka berarti obat tersebut adalah heroin.

Tes spektrofotometri ultraviolet, yang menganalisis cara zat bereaksi terhadap sinar
ultraviolet (UV) dan inframerah (IR). Mesin spektrofotometri memancarkan sinar UV dan IR,
dan kemudian mengukur bagaimana sampel mencerminkan atau menyerap sinar ini untuk
memberikan gambaran umum tentang jenis zat apa yang ada.

Tes mikrokristalin: Cara ini dilakukan dengan menambahkan setetes bahan yang dicurigai ke
bahan kimia pada kaca mikroskop. Campuran akan mulai membentuk kristal. Setiap jenis
obat memiliki pola kristal tersendiri jika dilihat di bawah mikroskop cahaya terpolarisasi.

1. Penyiapan sampel
Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam tahapan penyiapan sampel adalah: jenis dan
sifat biologis spesimen, fisikokimia dari spesimen, serta tujuan analisis. Dengan demikian
akan dapat merancang atau memilih metode penanganan sampel, jumlah sampel yang akan
digunakan, serta memilih metode analisis yang tepat. Penanganan sampel perlu mendapat
perhatian khusus, karena sebagian besar sampel adalah materi biologis, sehingga sedapat
mungkin mencegah terjadinya penguraian dari analit.

2. Uji Penapisan
Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. Disini
analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek farmakologi
yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji penapisan
dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kannabinoid, turunan amfetamin, turunan
benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam barbiturat, turunan
metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti molekulnya. Sebagai contoh, disini
diambil senyawa golongan opiat, dimana senyawa ini memiliki struktur dasar morfin,
beberapa senyawa yang memiliki struktur dasar morfin seperti, heroin, mono-asetil morfin,
morfin,
morfin-3-glukuronida, morfin-6-glukuronida, asetilkodein, kodein, kodein-6-glukuronida,
dihidrokodein serta metabolitnya, serta senyawa turunan opiat lainnya yang mempunyai inti
morfin.
3. Uji Pemastian
Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori
test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih spesifik. Umumnya uji
pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi dengan teknik detektor
lainnya, seperti: kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair
kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi cair - spektrofotometri
massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. Meningkatnya derajat
spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat
menentukan secara spesifik toksikan yang ada.
4. Interpretasi Temuan Analisis
Temuan analisis sendiri tidak mempunyai makna yang berarti jika tidak dijelaskan makna dari
temuan tersebut. Seorang toksikolog forensik berkewajiban menerjemahkan temuan tersebut
berdasarkan kepakarannya ke dalam suatu kalimat atau laporan, yang dapat menjelaskan atau
mampu menjawab pertanyaan yang muncul berkaitan dengan permasalahan/kasus yang
dituduhkan.
2. Menganalisis amfetain dan turunannya yaitu menggunakan metode analisis kromatografi gas.
Dari metode kromatografi dapat digunakan untuk analisis kualitatif untuk mengetahui sampel
yang di duga mengandung amfetamin dengan menggunakan perbandingan hasil kromatogram
larutan standart dan kromatogram sampel melalui waktu retention yang muncul.
Metode lain yang digunakan dalam pemeriksaan narkoba (amfetamin dan turunan) adalah
Immunochromatografi Kompetitif, dengan cara strip dicelupkan secara vertikal pada
spesimen urine lalu ditunggu beberapa menit dan dilihat hasilnya, jika tertera garis pada
control dan test menunjukkan negatif, jika tertera garis pada control menunjukkan positif
sedangkan jika tidak tertera garis menunjukkan invalid. Sehingga diperoleh hasil bahwa
sampel urine yang diuji menunjukkan hasil positif berarti pasien merupakan pengguna
narkoba.

#Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium forensik

#Alat dan Bahan


Alat
1. Strip test
2. Penetes
3. Tissue
4. Tube
5. Timer
Bahan
Urin sampel

#Prosedur Kerja
1. Diambil sampel urine yang akan di periksa.
2. Dimasukkan kedalam tube secukupnya.
3. Dibuka alat strip test yang telah disediakan.
4. Diletakkan diatas meja datar.
5. Ditulis label sampel.
6. Dicelupkan secara vertikal strip pada spesimen urine selama 10 – 15 detik.
7. Ditunggu hingga terbentuk garis C dan T pada alat strip test.
8. Dibaca alat striptest, apabila hanya terbentuk pita pink pada Control (C) maka hasil positif,
terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T) dinyatakan hasil negatif, dan
alat invalid apabila tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T) atau
terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita.

3. Karena digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan analisis senyawa yang dapat
menguap tanpa mengalami dekomposisi. Penggunaan umum KG mencakup pengujian
kemurnian senyawa tertentu, atau pemisahan komponen berbeda dalam suatu campuran
(kadar relatif komponen tersebut dapat pula ditentukan). Dalam beberapa kondisi, KG dapat
membantu mengidentifikasi senyawa. Dalam kromatografi preparatif, KG dapat digunakan
untuk menyiapkan senyawa murni dari suatu campuran.

4. Metode GC MS
Metode analisa menggunakan GC MS (Gas Chromatography¬-Mass Spectroscopy) dapat
mengukur jenis dan kandungan senyawa dalam suatu sampel baik secara kualitatif dan
kuantitatif. Instrumen ini merupakan perpaduan dari dua buah instrumen, yaitu Kromatografi
Gas yang berfungsi untuk memisahkan senyawa menjadi senyawa tunggal dan Spektroskopi
Massa yang berfungsi mendeteksi jenis senyawa berdasarkan pola fragmentasinya.
Pengukuran menggunakan GC MS pada umumnya hanya dibatasi untuk senyawa berwujud
gas atau cairan yang mempunyai tekanan uap minimal 10-10 torr.

Prinsip Kerja Instrumen GC MS


Sampel yang diinjeksikan ke dalam Kromatografi Gas akan diubah menjadi fasa uap dan
dialirkan melewati kolom kapiler dengan bantuan gas pembawa. Pemisahan senyawa
campuran menjadi senyawa tunggal terjadi berdasarkan perbedaan sifat kimia dan waktu yang
diperlukan bersifat spesifik untuk masing-masing senyawa. Pendeteksian berlangsung di
dalam Spektroskopi Massa dengan mekanisme penembakan senyawa oleh elektron menjadi
molekul terionisasi dan pencatatan pola fragmentasi yang terbentuk dibandingkan dengan
pola fragmentasi senyawa standard yang diindikasikan dengan prosentase Similarity Index
(SI).
5. Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk
membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan
berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah
untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen.
Fasa diam berupa lapisan cairan mikroskopik atau polimer di atas padatan pendukung fasa
diam, yang berada di dalam tabung kaca atau logam yang disebut kolom.
6. Kelebihan Kromatografi Gas
a. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi
b. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang
tinggi
c. Gas mempunyai vikositas yang rendah
d. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif
cepat dan sensitifitasnya tinggi
e. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat
beragam yang memisahkan hampir segala macam campuran.
Kekurangan Kromatografi Gas
a. Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar.
Pemisahan pada tingkat (mg) mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin
dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada
metode lain.
c. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam
dan zat terlarut.
7. Terdapat beberapa macam detektor untuk kromatografi gas, diantaranya:
a. Flame Ionization Detector (FID), mendeteksi hampir semua komponen organic
b. Flame Photometric Detector (FPD), mendeteksi komponen yang mengandung phosfor
dan sulfur
c. Flame Thermionic Detector (FTD), mendeteksi komponen organik yang mengandung
phosfor atau nitrogen
d. Thermal Conductivity Detector (TCD), mendeteksi hampir seluruh komponen kecuali gas
pembawa
e. Electron Capture Detector (ECD), mendeteksi komponen elektrofilik
f. Mass Spectrometer (MS),

Cara baca output kromatografi gas :


Dari hasil GC/MS , akan didapatkan data waktu retensi kromatografi dengan beberapa puncak
senyawa ( lelipatan terbesar dapat dilihat dari garfik yang paling tinggi) dari data spektogram,
didapatkan pula fragmentasi dari masing masing senyawa, berdasarkan pola fragmentasi dan
puncak dasar yang khas maka struktur dan masing2 senyawa dapat di ketahui.

Dari waktu retensi yang didapatkan . Dicocokan dengan waktu retensi literature sehingga
didapatkan data senyawa yang terkandung dari kromatografi. Di dapat oula data % area yang
nanti digunakan untuk menghitung konsentrasi zat, setelah dilewatkan pada kromatografi gas
dilewatkan pada spektroskopi masaa untuk mengetahui gragmentasi sampel . Spektrum massa
tiap senyawa nantinya dicocokan dengan spektrum massa data library

8. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas analisis adalah dg melakukan perawatan pada
instrumen yg digunakan, yaitu Perawatan Instrument Gas Chromatography.
Adapun langkah-langkah perawatan nya adalah sebagai berikut :
Pertama, jika anda memang seorang user baru yang belum pernah menggunakan alat ini,
pastikan untuk mencari tahu prosedur penggunaannya. Bisa dengan bertanya kepada user
expert, membaca manual book, atau minta bantuan training singkat cara penggunaan.
Kedua, sediakan UPS untuk antisipasi listrik padam saat mesin sedang running.
Ketiga, Pastikan selalu mengingat untuk membuka dan menutup tuas gas carrier sebelum dan
setelah penggunaan.
Keempat, lakukan kalibrasi secara berkala, terlebih ketika alat gas chromatography menemui
peak yang tidak sesuai.
Setelah selesai penggunaan, pastikan mematikan instrument sesuai dengan prosedur, seperti
menurunkan terlebih dahulu suhu inlet dan kolom.
Jika dirasa terdapat kejanggalan(teknis) selama mesin running, pastikan untuk menghubungi
tim teknisi.

Anda mungkin juga menyukai