PERCOBAAN III
PEMISAHAN SENYAWA FENOLIK DALAM MINYAK
CENGKEH
NIM : V3720013
I. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pemisahan komponen
fenolik yang ada dalam minyak cengkeh dengan metode penggaraman.
II. Pendahuluan
Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki nama tanaman asal
Eugenia caryophyllus Spreng dan berasal dari keluarga Myrtaceae. Bunga
Cengkeh mengandung zat berkhasiat eugenol, zat berupa damar yang tidak
berasa, zat hablur berupa jarum yang disebut kariofilin, zat penyamak, dan
gom. Tanaman ini dapat dipanen ketika berumur 6 tahun dengan memetik
kuncup bunga yang mula – mula berwarna hijau menjadi merah, selanjutnya
dapat diasapi, dijemur, dan dilepaskan dari tangkainya (Norhendy dkk., 2013).
Minyak atsiri dari bunga cengkeh dapat diisolasi menggunakan distilasi kukus,
distilasi air, dan distilasi uap. Minyak yang dihasilkan memiliki bau aromatik
yang kuat dan rasa yang pedas. Kandungan terbesar minyak cengkeh adalah
eugenol sebesar 70-96%, eugenol ini bermanfaat dalam pembuatan vanillin,
eugenil metil ester, dan eugenil asetat. Minyak ini dapat digunakan sebagai
terapi asma, mengobati berbagai alergi, stimulansia, obat mulas,
menghilangkan rasa mual dan muntah, serta sebagai analgesik gigi (Pratiwi
dkk., 2016). Diketahui bahwa persyaratan mutu kandungan minimal senyawa
eugenol didalam minyak cengkeh menurut SNI 06-2387-2006 adalah 78%
(Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Metabolit sekunder seperti senyawa fenolik dan flavonoid tidak tahan
terhadap temperatur tinggi dan mudah teroksidasi oleh suhu tinggi oleh sebab
itu ektraksinya harus menggunakan cara yang sesuai. Proses pemisahan
senyawa hasil ekstraksi dapat menggunakan metode ekstraksi cair-cair dan
ekstraksi padat-cair. Reaksi penggaraman merupakan salah satu ekstraksi cair-
cair yang memiliki prinsip pemisahan campuran fase dengan mendispersirkan
salah satu cairan di dalam cairan yang lainnya sehingga akan terbentuk 2 fase
cairan yang dapat dipisahkan. Kelebihan dari metode ini adalah proses
pemisahan berjalan pada kondisi ruang dengan kebutuhan energi yang relatif
kecil dibandingkan dengan distilasi dan adsorpsi (Kusumo, 2020).
Pengujian adanya senyawa fenolik dapat dilakukan secara kualitatif
dengan cara penambahan aquades dan FeCl3 1% yang nantinya akan merubah
sampel menjadi berwarna hijau biru kehitaman. Sedangkan analisis kualitatif
yang lain dapat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
yang diamati penentuan luas area atau luas bercak kromatogram yang
menggunakan larutan baku pembanding dan kurva kalibrasi baku
pembanding. Keuntungan menggunakan KLT adalah dapat dilakukan dengan
mudah dan sampel yang digunakan sedikit. Menurut kemenkes (2017)
pengujian KLT dapat menggunakan fase diam silika gel G60F254 dan fase
gerak kloroform:etil asetat: n-butanol: asam format (5:2:2:1) (Suputri dkk.,
2017).
C. Rangkaian Alat
Statif
Corong Kaca
Corong Pisah
Lapisan Atas
Klem
Lapisan Bawah
A B Beaker Glass
IV. Cara Kerja
1. Pemisahan Senyawa Fenolik
20 mL Minyak Cengkeh
Larutan NaOH
Larutan HCl
2. Uji Organoleptik
Residu Hasil
Residu Hasil
Etanol
Dihomogenkan
Larutan Uji
4. Penjenuhan Bejana
Kertas Saring
Disemprot dengan
Diamati perbedaannya
Hasil
V. Hasil
Pengamatan Hasil
VI. Pembahasan
Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki nama tanaman asal
Eugenia caryophyllus Spreng dan berasal dari keluarga Myrtaceae. Bunga
Cengkeh mengandung zat berkhasiat eugenol, zat berupa damar yang tidak
berasa, zat hablur berupa jarum yang disebut kariofilin, zat penyamak, dan
gom. Tanaman ini dapat dipanen ketika berumur 6 tahun dengan memetik
kuncup bunga yang mula – mula berwarna hijau menjadi merah, selanjutnya
dapat diasapi, dijemur, dan dilepaskan dari tangkainya (Norhendy dkk., 2013).
Minyak atsiri dari bunga cengkeh dapat diisolasi menggunakan destilasi
kukus, distilasi air, dan distilasi uap. Minyak yang dihasilkan memiliki bau
aromatik yang kuat dan rasa yang pedas. Kandungan terbesar minyak cengkeh
adalah eugenol yang mencapai 70-96% walaupun terdapat senyawa eugenol
astetat dan β-caryophyllene, semakin tinggi senyawa eugenol maka semakin
baik kualitas dan semakin tinggi nilai jual dari minyak cengkeh (Towaha,
2012).
Eugenol ini bermanfaat dalam pembuatan vanillin, eugenil metil ester, dan
eugenil asetat. Minyak ini dapat digunakan sebagai terapi asma, mengobati
berbagai alergi, stimulansia, obat mulas, menghilangkan rasa mual dan
muntah, serta sebagai analgesik gigi (Pratiwi dkk., 2016). Eugenol memiliki
bentuk cairan yang bening tidak berwarna hingga kuning pucat, aroma yang
menyegarkan, aroma kuat dan menusuk, rasa yang pedas seperti bunga
cengkeh kering, dapat berubah menjadi gelap dan mengental jika terpapar
udara karena mudah teroksidasi. Eugenol bersifat mudah menguap dan
bersifat sedikit asam serta larut dalam pelarut organik (Rinia dkk., 2022).
Senyawa eugenol yang mempunyai rumus molekul C10H12O2 mengandung
beberapa gugus fungsional yaitu alil (-CH2-CH=CH2), fenol (-OH) dan
metoksi (-OCH3), sehingga dengan adanya gugus tersebut dapat
memungkinkan eugenol sebagai bahan dasar sintesis berbagai senyawa lain
yang bernilai lebih tinggi seperti isoeugenol, eugenol asetat, isoeugenol asetat,
benzil eugenol, benzil isoeugenol, metil eugenol, eugenol metil eter, eugenol
etil eter, isoeugenol metil eter, vanilin dan sebagainya. Senyawa eugenol
cengkeh dapat menghambat tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan
Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan terjadinya plaque gigi,
menghambat jamur Candida albicans penyebab penyakit candidiasis,
mengobati penyakit herpes genital (kelamin) yang disebabkan oleh virus HSV
(Herpes Simplex Virus)-1 dan HSV-2 (Towaha, 2012). Standar mutu minyak
cengkeh menurut SNI 06-2387-2006 diketahui minyak cengkeh harus
memiliki warna kuning-coklat tua; memiliki bau khas minyak cengkeh; bobot
jenis 20oC/20oC 1,025-1,049; indeks bias (nD20) 1,528-1,535; kelarutan dalam
etanol 70% 1:2 jernih; Eugenol total minimal 78 % v/v; dan β-caryophillene
maksimal 17 % v/v (Pratiwi dkk., 2016).
Senyawa Eugenol
Pada praktikum kali ini yang berjudul Pemisahan Senyawa Fenolik dalam
Minyak Cengkeh bertujuan untuk memahami dan dapat melakukan pemisahan
komponen fenolik yang ada dalam minyak cengkeh dengan metode
penggaraman. Proses pemisahan senyawa hasil ekstraksi dapat menggunakan
metode ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Reaksi penggaraman
merupakan salah satu ekstraksi cair-cair yang memiliki prinsip pemisahan
campuran fase dengan mendispersirkan salah satu cairan di dalam cairan yang
lainnya sehingga akan terbentuk 2 fase cairan yang dapat dipisahkan.
Kelebihan dari metode ini adalah proses pemisahan berjalan pada kondisi
ruang dengan kebutuhan energi yang relatif kecil dibandingkan dengan
distilasi dan adsorpsi (Kusumo, 2020).
Suatu senyawa akan larut pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang
sama. Senyawa fenolik terbagi menjadi beberapa jenis, tiap jenis fenolik
mempunyai kepolaran yang berbeda-beda tergantung dari jumlah dan posisi
gugus hidroksil tiap jenis fenolik sehingga hal tersebut akan mempengaruhi
kelarutan fenolik pada pelarut (Harborne, 1996 dalam Verdiana dkk., 2018).
Alat yang digunakan dalam reaksi penggaraman adalah corong pisah, prinsip
kerja dari corong pisah itu sendiri adalah mengekstraksi zat cair dan
memisahkan zat/senyawa tertentu dalam sampel berdasarkan kelarutan dalam
pelarut tertentu yang memiliki perbedaan fase dan berat jenis. Berikut
merupakan penjelasan bagian instrumen corong pisah dan fungsinya:
1. Corong Pisah: tempat untuk menampung sampel dan pelarut yang
digunakan untuk pemisahan, corong pisah memiliki tutup pada bagian
atas dan kran yang dapat dibuka tutup pada bagian bawah yang berfungsi
untuk memasukkan dan mengeluarkan sampel dari corong kaca.
2. Corong Kaca: membantu proses memasukkan sampel kedalam corong
pisah agar tidak tumpah.
3. Erlenmayer/ beaker glas: tempat penampungan akhir senyawa dari proses
ekstraksi.
4. Statif dan Klem: menjepit dan menyangga rangkaian alat destilasi stahl
agar dapat berdiri dengan kokoh dan dapat digunakan dengan optimal.
Prosedur kerja dari pemisahan senyawa fenolik pada minyak cengkeh
dimulai dengan memasukan 20 mL minyak cengkeh ke dalam corong pisah
dan menambahkan NaOH sedikit demi sedikit hingga minyak dalam pH 9.
Tujuan penambahan NaOH (basa kuat) adalah untuk menyebabkan
terbentuknya garam fenolat yang larut dalam air dan dapat dipisahkan dari
senyawa non-fenolik. Garam Na eugenolat akan mudah terpisah dari
komponen minyak karena garam tersebut bersifat polar sehingga eugenol
dapat dipisahkan dengan mudah dari komponen minyak cengkeh lain yang
bersifat non-polar. Komponen lain yang tidak bereaksi dengan NaOH akan
tetap menjadi fase organik, hal tersebut dikarenakan fase organik tidak larut
dalam air dan bersifat non-polar sehingga hanya eugenol saja yang bereaksi
dengan larutan NaOH dikarenakan sifatnya yang polar. Pada saat penambahan
NaOH ini didapatkan larutan terbentuk 1 fasa dengan warna kuning keruh dan
terdapat reaksi eksoterm. Reaksi yang terjadi adalah reaksi subtitusi karena
terdapat penggantian ion H+ pada eugenol dengan Na+ pada NaOH sehingga
menghasilkan natrium eugenol dan air. Reaksi minyak cengkeh dengan NaOH
ini bersifat eksoterm karena ada panas yang dilepaskan dari sistem ke
lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan gelas beaker yang menjadi hangat
setelah penambahan NaOH kedalam minyak cengkeh. Setelah dikocok 10
menit dan didiamkan akan terbentuk 2 fasa, yaitu fasa lapisan atas yang berisi
kariofilena yang berwarna kuning muda dan fasa lapisan bawah yang
merupakan garam Na eugenolat. Pengojokan dilakukan untuk mempercepat
reaksi pemisahan dan pada saat pengocokan sesekali tutup corong pisah
dibuka untuk mengurangi tekanan dari gas yang terbentuk di dalam corong
kaca sehingga dapat mencegah pecahnya corong kaca. Fasa lapisan atas
bersifat non-polar dan lapisan bawah bersifat polar. Penambahan NaOH
membuat senyawa fenolik menjadi bentuk yang mudah larut dalam air.
Case Study
VII. Kesimpulan
Minyak bunga cengkeh dapat diisolasi senyawa fenoliknya (eugenol)
menggunakan metode penggaraman dengan kelebihan proses pemisahan
berjalan pada kondisi ruang dengan kebutuhan energi yang relatif kecil
dibandingkan dengan distilasi dan adsorpsi. Pengujian kualitatif senyawa
fenolik khususnya eugenol dapat dilakukan dengan menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis dengan membandingkan nilai Rf sampel serta
standar. Dari pengujian diatas didapatkan eugenol yang berbentuk cairan
bening tidak berwarna hingga kuning pucat, aroma yang menyegarkan, aroma
kuat dan menusuk, rasa yang pedas seperti bunga cengkeh kering, dapat
berubah menjadi gelap dan mengental jika terpapar udara karena mudah
teroksidasi. Sedangkan dari analisis kualitatif didapatkan nilai Rf sampel
sebesar 0,612 dan nilai Rf standar sebesar 0,58 cm, dengan perbedaan nilai Rf
yang tidak berbeda signifikan (<0,05) dapat disimpulkan bahwa sampel
mengandung senyawa eugenol yang masih tercampur dengan senyawa
minyak atsiri yang lain, sesuai dengan teori bahwa kandungan eugenol pada
minyak atsiri cengkeh hanya 78-96% dan sesuai dengan SNI 06-2387-2006
yang mempersyaratkan bahwa minyak atsiri cengkeh minimal mengandung
78% v/v senyawa eugenol.
IX. Lampiran
1. Perhitungan
2. SS Tutorial/ Dokumentasi Praktikum
3. Abstrak Jurnal + bagian yang disitasi