Kelompok : 4
Pertemuan : VI
D3 FARMASI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN STERIL HIDROCORTISON ACETAT SUSPENSI
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat memahami dan membuat sterile cortisone acetat
suspensi.
II. DASAR TEORI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Pemberian injeksi
merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Jenis injeksi antara lain injeksi subkutan (SC), injeksi intramuscular (IM), injeksi
intradermal (ID), dan injeksi intravena (IV). Obat diresepkan secara injeksi ketika hasil
pemeriksaan klinis dokter menyatakan pasien membutuhkan obat yang diberikan
dengan cepat, pasien memiliki keterbatasan tidak dapat meminum obat oral dan
mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi. Sediaan injeksi diberikan kepada
pasien yang tidak kooperatif, misalnya pasien tidak bisa menelan obat, namun
diperlukan efek cepat (Muti dan Octavia, 2018).
Kortikosteroid terbagi atas mineralokortikoid yang mengatur keseimbangan air
dan elektrolit dengan aldosteron sebagai prototipenya, serta glukokortikoid yang
mengatur metabolisme dalam mempertahankan homeostasis, dengan kortisol
(hidrokortison) sebagai prototipenya. Hidrokortison lebih aman digunakan untuk anak
karena efek supresi rendah terhadap pertumbuhan. Prednison, karena murah, mungkin
adalah kortikosteroid sistemik yang paling luas digunakan untuk kondisi kronis
(Siagian dkk., 2018).
Selain efek metabolik, kortikosteroid juga mempunyai efek anti-inflamasi,
imunosupresi, antiproliferatif, dan vasokonstriksi. Kortikosteroid memberikan efek
yang luas karena memengaruhi banyak sel di dalam tubuh. Efeknya berhubungan
dengan besarnya dosis. Makin besar dosis, makin besar efek yang didapat, selain itu
ada kaitan antara kortikosteroid dengan hormon lainnya. Kerjasama ini disebut
permissive effects yaitu kortikosteroid diperlukan supaya timbul efek hormon lain
(Rianyta, 2019).
III. ALAT & BAHAN
A. Alat yang digunakan :
1. Alat-alat gelas (@2 buah)
2. Timbangan (1 buah)
3. Autoclave (1 buah)
4. Oven (1 buah)
5. Batang pengaduk (1 buah)
6. Vial 10 mL (1 buah)
7. Bunsen (1 buah)
8. Inkubator (1 buah)
9. LAF (1 buah)
IV. FORMULASI
Tiap Vial dengan volume 10 mL mengandung :
R/ Hidrokortison asetat 25 mg
NaCl 90 mg
Tween-80 40 mg
CMC 50 mg
Benzyl alkohol 90 mg
Aqua p.i. ad 10 mL
V. CARA KERJA
1. Pembuatan Sediaan Steril Hidrokortison Asetat
CMC
dilarutkan,
disterilkan dengan
dilakukan sterilisasi
disiapkan
Larutan CMC
ditambah
diaduk, ditambah
Benzyl alkohol
dimasukkan dalam
Vial 10 mL
diberi
Etiket
2. Uji Sterilitas
dinyalakan, dibuka,
diambil
dinyalakan
Bunsen
dibuka
dimasukkan
ditutup, diputar
Searah angka 8
dimasukkan
diamati
Hasil
3. Uji Keseragaman Volume
Sediaan
Keseragaman volume
masing-masing
4. Uji Kebocoran
Sediaan
diletakkan dalam
diamati
diletakkan
disinari
diamati
Hasil
6. Uji Kejernihan
diletakkan
diamati
dicatat
Hasil
1. Keseragaman 12 mL 11 mL 11,5 mL
Volume
3. Pengujian Sterilitas
Media Mikroba Uji Hasil Cemaran
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan pembuatan injeksi hidrokortison asetat yang
bertujuan untuk dapat memahami dan membuat sterile cortison acetat suspense.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspense atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melebihi kulit atau
selaput lender. Steril adalah suatu keadaan dimana suatu alat, bahan atau sediaan
sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang pathogen maupun tidak, baik
dalam bentuk vegetatif maupun spora (Depkes, 1979).
Sediaan parenteral bisa didefinisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspensi
yang dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan
hiperdermis, baik dalam bentuk siap pakai maupun bentuk yang perlu
ditambahkan pelarut yang sesuai atau agen pensuspensi. Penggunaan parenteral
digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk
obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral
juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan
yang memerlukan kerja obat yang cepat. Pemberian parenteral memberikan
kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam
tubuh. Jalur pemberian obat parenteral merupakan jalur dimana obat dimasukkan
ke dalam tubuh pasien menggunakan jarum suntik. Ada tiga rute pemberian
sediaan parenteral atau injeksi yang umum digunakan, yaitu: subkutan (SC),
intramuskular (IM), dan intravena (IV) (Noviani dan Nurilawati, 2017).
Mekanisme absorbsi dari sediaan parenteral yaitu:
1. Subkutan (SC)
Pada daerah subcutan hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif
terhadap jaringan. Absorbsi biasanya berjalan lambat dan konstan,
sehingga efeknya bertahan lebih lama. Absorbsi menjadi lebih lambat jika
diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam
bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga
dapat memperlambat absorbsinya.
2. Intramuskular (IM)
Pada intramuscular, kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan
kelengkapan absorbsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin
akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorbsinya berjalan
lambat, tidak lengkap dan tidak teratur. Obat yang larut dalam air lebih
cepat diabsorbsi. Tempat suntikan yang sering dipilih adalah gluteus
maksimus dan deltoid.
3. Intravena (IV)
Intravena tidak mengalami tahap absorbsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat didalam darah diperoleh dengan
cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Injeksi larutan obat secara langsung ke aliran darah memberikan prediksi
respon farmakologik yang lebih baik.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat
ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Adapun kelebihan dan
kekurangan dari sediaan injeksi, antara lain (Saptaning dkk., 2015):
Kelebihan:
1. Bekerja dengan cepat
2. Dapat digunakan untuk obat yang rusak oleh adanya cairan lambung atau
obat yang merangsang lambung, maupun tidak diabsorbsi secara baik oleh
cairan lambung
3. Kemurnian dan dan takaran atau dosis zat khasiat lebih terjamin
4. Dapat digunakan depo terapi
Kerugian:
1. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekliruan sukar dilakukan pencegahan
2. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga medis khusus
3. Kemungkinan terjadi infeksi pada bekas suntikan
4. Secara ekonomi lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan
peroral
Rumus
� �
�
� � + � � � + ... : 0,28
Keterangan :
Ma, Mb : BM zat-zat terlarut (obat)
Mh : BM zat-zat pembantu (misal NaCl, glukosa, dll).
Xa, Xb : Kadar obat (gram/L)
fa, fb, fh : Faktor disosiasi
*Zat yang tidak terdisosiasi (glukosa, gliserin)
*Basa dan asam lemah (1 derajat disosiasi)
* Basa dan asam kuat garam-garam uni valen
Diketahui :
BM Hidrokortison = 404,5 g/mol BM NaCl = 58,5 g/mol
F Hidrokortison = 1,5 F NaCl = 1,8
X Hidrokortison = 2,5 g/L X NaCl = 9 g/L
Perhitungan tonisitas
� �
�� +� �� = 0,28
�
, ,8
,
� 2,5 + 8,
�9 = 0,28
JAWABAN PERTANYAAN
LAPORAN SEMENTARA
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner