Anda di halaman 1dari 17

A.

Judul : Ekstraksi Minyak Kemiri Secara Soxhletasi


B. Tujuan : Agar mahasiswa dapat memahami cara penggunaan dan
prinsip kerja soxhletasi
C. Dasar Teori
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan
sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan
singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antar negara
dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut
sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna
dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal
sebagai tung oil. Minyak lemak ialah sejenis minyak lemak yang terbuat dari
tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa minyak lemak
yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit Afrika, jagung, zaitun, minyak lobak,
kedelai, kemiri, dan bunga matahari.
Untuk memperoleh atau mengisolasi lipida ( minyak lemak, lemak, dan
malam/lilin ) ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : Pengepresan,
penggunaan pelarut, dan penggunaan panas. Untuk isolasi minyak lemak dapat
dilakukan dengan cara penggunaan pelarut dan penggunaan panas. Minyak kemiri
merupakan minyak lemak yang memiliki banyak manfaat, baik dalam bidang
kesehatan maupun kosmetik dan industri. Selain itu, kemiri merupakan tanaman asli
Indonesia dan banyak dijumpai di daerah – daerah di Indonesia. Dalam satu kali
penanaman kemiri, masing – masing pohon akan menghasilkan sekitar 30 – 80 kg
kacang kemiri, dan sekitar 15 – 20 % dari berat tersebut merupakan jumlah minyak
kemiri yang dapat dihasilkan. Minyak kemiri dapat dijadikan alternatif bahan bakar,
dan digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit.
Nama kemiri untuk tiap daerah di Indonesia adalah : Kereh (Aceh), Hambiri
(Batak), Buah koreh (Minangkabau), Kemiri (Melayu, Jawa), Muncang (Sunda),
Kameri (Bali), Kawilu (Sumba), Sapiri (Makasar), Sakete (Ternate), Engas (Ambon),
Hagi[1].
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya atau
zat pemegangnya, dengan menggunakan suatu pelarut yang sesuai. Ekstraksi padat
–cair merupakan proses yang paling banyak ditemui di dalam usaha mengisolir
substansi berkhasiat yang terkandung di dalam bahan yang berasal dari alam. Sifat –
sifat bahan alam tersebut merupakan factor yang berperan sangat penting terhadap
sempurnanya atau mudahnya ekstraksi tersebut berlangsung. Soxhletasi merupakan
ekstraksi padat – cair yang berkesinambungan. Ekstraksi ini biasanya dilakukan
dengan suatu alat yang dinamakan Soxhlet.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan
yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan
diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga
digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya[2].
Dalam pelaksanaan proses ekstraksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju
ekstraksi adalah:
· Tipe persiapan sampel
· Waktu ekstraksi
· Kuantitas pelarut
· Suhu pelarut
· Tipe pelarut
Adapun syarat pelarut untuk ekstraksi:
1. Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
2. Titik didih rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi)
3. Mudah menguap
4. Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak/terbakar
5. Inert: Tidak bereaksi dengan solute
Soxhlet ditemukan oleh Franz Ritter von Soxhlet, seorang ahli kimia dari
Jerman. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga
menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan
keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan.
Pelarut akan membasahi padatan dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi
pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut
seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu
seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon[3].
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
lain :
1. Tinggi timbel hendaknya di bawah pipa samping tetapi di atas sifon. Hal ini
dimaksudkan agar tidak menghalangi uap pelarut yang masuk ke dalam pendingin,
dan mencegah keluarnya serbuk dari timbel.
2. Bahan yang telah diserbuk halus dimasukkan ke dalam timbel sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan terjadinya saluran – saluran pada penmabahan pelarut.
3. Tinggi bahan hendaknya di bawah sifon agar bahan tersebut dapat selalu terendam
dengan pelarut.
4. Untuk mencegah terjadinya percikan – percikan bahan hendaknya ditutp dengan
kertas saring.
5. Jumlah pelarut yang ditambahkan adalah sedemikian rupa sehingga labu penampung
terisi cairan minimal sepertiganya. Untuk membantu proses pendidihan pada labu
penampung ditambahkan beberapa butir batu didih[4].
Setelah hal – hal ditas dilaksanakan, ekstraksi dapat dilaksanakan. Ekstraksi
dihentikan apabila :
1. Cairan yang tersirkulasi sudah tidak berwarna lagi (bagi suatu bahan yang disekstraksi
mula – mula memberikan cairan yang berwarna).
2. Cairan yang tidak memberikan rasa yang sesuai denga rasa substransi yang
diekstraksi.
3. Memberikan reaksi yang negatif bila dilakukan reaksi identifikasi.
Keuntungan dari metode ini antara lain :
1. Menggunakan penyari yang sedikit sebab penyari itu jugs yang akan digunakan
kembali untuk mengulang percobaan.
2. Uap panas tidak melalui simplisia, tetapi melalui pipa samping.
Kerugian dari metode ini, :
1. Tidak dapat menggunakan bahan yang mempunyai tekstur yang keras.
2. Pengerjaannya rumit dan agak lama, karena harus diuapkan di rotavapor untuk
mmeperoleh ekstrak kental[5].
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
1. Gelas Kimia 1 Sebagai tempat larutan atau
sampel

2. Gelas Ukur 1
Untuk mengukur volume
larutan
3. Kaca Arloji 1 Sebagai tempat kemiri pada
proses penimbangan

4. Spatula 1 Untuk mengambil dalam


bentuk padat dari wadahnya

5. Labu alas 1 Sebagai wadah untuk pelarut.


bulat

6. Kondensor 1 Sebagai pendingin

7. Selang 1 Sebagai saluran air

8. Botol vial 1 Sebagai tempat minyak


kemiri
9. Neraca 2 Untuk menimbang serbuk
analitik kemiri

10. Statif dan 1 Statif : untuk menyangga.


klem Klem : untuk menjepit

11. Seperangkat 2 Sebagai tempat proses


alat sokhlet sokletasi

12. Penangas air 2 Untuk memanaskan pelarut

13. Pompa 2 Berfungsi untuk menyedot air


aquarium dalam proses sirkulasi air dari
bak air ke kondensor
14. Benang 1 Untuk mengikat sample
dalam kertas saring

15. Rotary 2 Untuk memisahkan pelarutda


evaporator nsampel
2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
1. Kunyit umum Berbentuk biji, berwarna Mengandung kurkumin
2. Aquades Umumu Cairan tak berwarna Pelarut universal
Titik didih 1000C dan titik bersifat polar
leleh 00C
3. Metanol Khusus Tidak berwarna Rumus molekul: CH3OH
(CH3OH) Titik lebur -97,8oC Cairan sangat polar
Titik didih 64,5 oC Larut dalam air dan eter
Terbakar dengan nyala biru

4. Batu didih Umum Ukuran kecil, bentuknya Digunakan untuk


tidak rata, dan berpori, mencegah terjadinya
yang biasanya . letupan saat larutan
Biasanya, batu didih dipanaskan
terbuat dari bahan silika,
kalsium karbonat,
porselen, maupun karbon.
E. Prosedur kerja
Kunyit

-Menimbang 25 gr daging buah kunyit yang telah diiris


dengan kertas saring.
-Memasukkan dalam tempat ekstraktor soxhlet
-Mengisi labu alas bulat dengan 300 mL n-heksan dan batu
didih
-Mengalirkan pendingin air.
-Memanaskan labu alas bulat dengan penangas air atau
penangas mantle (menimbang terlebih dahulu labu alas
bulat)
-Melakukan ekstraksi selama 3 jam

Ekstrak methanol yang


mengandung minyak kunyit

- Mendinginkan labu dan menguapkan metanol

Pelarut (methanol) Minyak kunyit

Menimbang minyak kunyit


yang didapatkan

Bobot minyak kunyit


F. Hasil pengamatan
1. Hasil pengamatan

No Perlakuan Pengamatan
1 Merangkai alat soxhletasi Alat siap digunakan
2 Menimbang sebanyak 25 gram bubuk Bubuk kunyit sebanyak 25 gr
kunyit dan membungkus dengan kertas
saring
3 Memasukkan kedalam ekstraktor Sampel berada dalam ekstraktor
soxhlet soxhlet
4 Menimbang labu alas bulat Berat labu= 107,9177 gram
5 Memasukkan 250 ml methanol dan
batu didih kedalam labu alas bulat
6 Mengalirkan pendingin dan
memanaskan labu las bulat
7 Melakukan ekstraksi selama 3 jam Sirkulasi 1 = 19 : 01
Sirkulasi 2 = 25 : 32
Sirkulasi 3 = 33 : 18
Sirkulasi 4 = 41 : 57
Sirkulasi 5 = 50 : 06
Sirkulasi 6 = 01 : 05 : 31
Sirkulasi 7 = 01 : 12 : 34
Sirkulasi 8 = 01 : 20 : 57
Sirkulasi 9 = 01 : 27 : 55
Sirkulasi 10 = 01 : 35 : 55
Sirkulasi 11 = 01 : 43 : 35
Sirkulasi 12 = 01: 52 : 14
Sirkulasi 13 = 02 : 02 : 03
Sirkulasi 14 = 02 : 14 : 34
Sirkulasi 15 = 02 : 39 : 14
Sirkulasi 16 = 02 : 47 : 02
Sirkulasi 17 = 02 : 52 : 03
8 Melakukan evaporasi Ekstrak terpisah dari pelarutnya dan
ekstrak berwarna merah kecoklatan
9 Menimbang labu alas bulat dengan Berat = 174,7689 gram
ekstrak
10 Menimbang botol vial kosong Berat = 29,774 gram
11 Mengeluarkan hasil ekstrak dari labu
alas bulat dan memasukkan kedalam
botol vial
12 Menimbang botol vial terekstrak Berat = 36,1351 gram

2. Perhitungan
Diketahui = berat sampel = 25 gram
Berat botol vial = 29,774 gram
Berat botol vial terekstrak minyak = 36,1351 gram
Berat minyak kunyit yang terekstrak = 6,3611 gram
Ditanya = presentase minyak kunyit dalam bubuk kunyit ?
Penyelesaian=
berat minyak kunyit dalam bubuk kunyit
% zat aktif dalam kunyit= x 100%
berat sampel
6 , 3611gram
= x 100 %
25 gram
= 25,4444 %
F. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi
komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang
bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang
diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila
padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
sampel. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk
ke dalam pelarut.Percobaan kali ini, kita mengekstraksi kemiri untuk memisahkan minyak dari
kemiri. Untuk mengekstraksi minyak dalam kemiri kita menggunakan metode ekstraksi soxhlet.
Soxhletasi merupakan penyarian sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanaskan
hingga menguap, uap cairan pelarut terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin
(kondensor) lalu turun mengekstrak sampel dalam ruang soxhlet dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Dalam proses ekstraksi,
pemilihan pelarut yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi
hasil yang akan didapatkan dari proses ekstraksi yang dilakukan. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa minyak merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga dalam memilih
pelarut sebaiknya menggunakan pelarut yang bersifat non polar pula.
Pada percobaan kali ini kita akan mengekstraksi minyak temulawak dari padatan
temulawak yang sudah dihaluskan dengan metode soxhletasi. Digunakan soxhletasi karena
lebih efisien, pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali, waktu yang digunakan lebih efisien, pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan
metoda maserasi atau perkolasi.
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air
oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Pada percobaan ini digunakan metanol sebagai cairan penyari karena metanol bersifat
nonpolar sama dengan minyak yang akan diekstraksi. Seperti telah diketahui bahwa senyawa
nonpolar hanya akan larut dalam larutan nonpolar sehingga minyak dari temulawak dapat
dipisahkan.
Hal pertama yang dilakukan adalah merangkai alat destilasi tersebut sesuai dengan
prosedur. Merangkai alat yang baik dan benar akan memudahkan kita untuk mencapai hasil
yang baik dalam pelaksanaan praktikum. Merangkai alat yang baik dan benar juga dapat
mencegah dari kerusakan alat. Dalam menghubungkan labu alas bulat, klonsong, dan
kondensor menggunakan vaselin. Vaselin barupa perekat yang dapat mempermudah saat
memisahkan alat-alat tersebut setelah melakukan percobaan.
Selanjutnya yang dilakukan adalah menimbang sampel. Sampel yang digunakan dalam
percobaan ini adalah 5 gram temulawak yang telah dihaluskan dan dikeringkan. Tujuan
penghalusan sampell ini adalah untuk memperkecil luas permukaan sampel, sehingga akan
mempercepat interaksii dengan pelarut dalam proses penyarian, sedangkan tujuan
pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam temulawak tersebut,
agar nantinya akan memudahkan proses ekstraksi. Kemudian dibungkus dengan kertas saring
yang bertujuan agar sampel tidak menyumbat pipa kapiler yang berada pada alat soxhletasi.
kemudian pada bagian atas dan bawahnya diikat menggunakan benang wol yang disebut
sebagai simplisia.Cara membungkus sampel harus hati-hati, terlebih dahulu kertas saring
digulung sesuai dengan diameter klonsong (tetapi tidak menyentuh dinding klonsong), dan
tingginya sesuai dengan siphon. Untuk mengikatnya juga diperlukan kecermatan agar kertas
saring tidak hancur dan harus disisahkan benang untuk pengikatan yang bagian atas, hal ini
berfungsi agar sampel bisa kita keluarkan dengan cara menariknya lewat benang tersebut.
Gambar 1. Simplisia
Selanjutnya memasukkan simplisia kedalam klonsong atau tempat ekstraktor
soxhlet.Dimana, benang wol yang diikatkan pada bagian atas simplisia digunakan untuk
menggantungkan simplisia.Simplisia ini harus dalam keadaan padat, agar sarinya akan
terekstrak secara keseluruhan dalam proses soxhletasi nanti. Proses soxhletasi ini berbeda
dengan ekstraksi padat-cair yang lainnya. Proses ekstraksi padat-cair seperti maserasi,
perkolasi, dan refluks itu simplisia dan pelarutnya kontak langsung, namun soxhlatasi berbeda
karena simplisia dan pelarut berada ditempat yang berbeda.

Gambar 2. simplisia dalam selonsong


Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu alas bulat dan batu didih
sehingga menghasilkan uap dan sedikit letupan. Uap tersebutkemudian masuk melalui pipa
penguapan kemudian masuk ke dalam kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa
cair ini terjadi karena pelarut mengalami pendinginan dengan adanya kondensor. Kemudian
cairan pelarut masuk ke dalam klonsong yang berisi sampel. Dimana pelarut akan membasahi
sampel dan tertampung di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa siphon sama
dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke
dalam labu alas bulat dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek siphon.
Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan masuk ke dalam labu setelah tinggi pelarut dalam
selongsong sama dengan pipa siphon ini dimaksudkan agar simplisia yang diinginkan dapat
terekstrak dengan sempurna. Sehingga menyebabkan ada bagian pada sampel yang
berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di
bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas.
Langkah selanjutnya memasukkan pelarut yaitu 200 mL metanol kedalam labu alas
bulat.metanolmerupakan pelarut organik yang digunakan untuk mengekstrak minyak dari
temulawak. metanol yang bersifat non polar digunakan sebagai pelarut karena sampel yang
diekstrak dalam percobaan ini bersifat non polar, hal ini didasarkan pada kaidah “Like dissolve
like” (zat yang bersifat non polar akan tertarik oleh pnyari yang bersifat non polar). Labu yang
digunakan untuk pelarut sama dengan labu yang digunakan untuk destilasi yaitu labu alas
bulat karena leher labu alas bulat yang kecil bisa ditutup rapat agar tidak ada udara yang
masuk saat proses soxhletasi berlangsung. Labu alas bulat digunakan untuk pemisahan suatu
zat dan untuk tempat reaksi tertentu. Jika menggunakan labu alas datar kegunaannya untuk
wadah mencampur senyawa tertentu dengan pelarut dalam proses evaporasi pelarut.
Kemudian menambahkan beberapa batu didih yang bertujuan untuk mempercepat
pemanasan dan dapat mencegah terjadinya bumping saat pemanasan. Pada saat labu
destilasi dipanaskan maka akan terjadi gelembung-gelembung udara yang besar, dengan
adanya batu didih maka gelembung-gelembung udara tadi diserap oleh pori-pori batu didih
dan dikeluarkan kembali dalam bentuk gelembung udara yang lebih kecil sehingga dapat
mencegah terjadinya ledakan pada labu destilasi. Labu tersebut dihubungkan dengan
pendingin. Kondensor atau pendingin yang berguna untuk mendinginkan uap destilat yang
melewati kondensor sehingga menjadi cair. Kondensor atau pendingin yang digunakan
menggunakan pendingin air dimana air yang masuk berasal dari bawah dan keluar di atas,
karena jika airnya berasal dari atas maka air dalam pendingin atau kondensor tidak akan
memenuhi isi pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk mendinginkan uap yang
mengalir lewat kondensor tersebut. Oleh karena itu pendingin atau kondensor air masuknya
harus dari bawah sehingga pendingin atau kondensor akan terisi dengan air maka dapat
digunakan untuk mendinginkan komponen zat yang melewati kondensor tersebut dari
berwujud uap menjadi berwujud cair. Selain itu, air pada kondensor dialirkan dari bawah ke
atas supaya air tersebut dapat mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga
menghasilkan proses pendinginan yang sempurna.Fungsi dari kondensor adalah
mengembunkan uap metanol, yakni mengubah uap metanol yang dipanaskan menjadi cairan
penyari yang nantinya akan jatuh ke klonsong dan mengekstrak minyak kemiri
Selanjutnya memanaskan labu diatas penangas air untuk memulai proses soxhletasi
tersebut. Tujuan pemanasan ini adalah untuk menguapkan metanol yang nantinya akan
diembunkan oleh kondensor. Uap dari metanol akan naik ke atas (menuju kondensor) melalui
jalur yang disebut Vapor. Setelah tiba di atas, uap ini akan didinginkan (diembunkan) oleh
kondensor sehingga akan kembali berubah menjadi cairan dan jatuh ke klonsong yang berisi
simplisia. Cairan penyari ini akan terus menetes ke Simplisia hingga memenuhi klonsong dan
Siphon. Siphon adalah jalur yang akan dilewati oleh cairan penyari yang membawa ekstrak
simplisia (minyak temulawak) kembali ke labu alas bulat. Bukti bahwa cairan penyari (metanol)
yang akan kembali ke labu alas bulat ini membawa (mengandung) ekstrak temulawak dan
warnanya berubah, dari yang tadinya bening menjadi kuning. Proses ini akan berlangsung
secara kontinyu hingga warna cairan penyari akan semakin memudar dan kembali seperti
semula. Ketika hal ini terjadi, maka proses soxhletasi akan dihentikan. Karena kembalinya
warna pelarut seperti semula mengindikasikan bahwa minyak pada temulawak telah terekstrak
semua, sehingga tidak ada lagi zat yang membuat pelarut menjadi berwarna.
Pada percobaan ini dilakukan proses ekstraksi secara soxhletasi selama 3 jam. Dalam
waktu 3 jam ini diperoleh 14 kali sirkulasi dengan selang waktu kurang lebih 10 menit. Sirkulasi
pertama terjadi pada menit ke 28 lewat 57 detik, kemudian 2 jam kemudian sirkulasi ke-14
yaitu sirkulasi terakhir pada waktu 2 jam 53 menit 25 detik.
Tahap selanjutnya adalah menimbang labu evaporasi, beratnya yaitu 109,4742 gram.
selanjutnya menguapkan ekstrak minyak yang diperoleh dari soxhletasi. Tujuan Penguapan ini
adalah untuk memisahkan pelarut (metanol) dari minyak temulawak, agar diperoleh ekstrak
kental minyak temulawak tanpa campuran pelarut. Penguapan ini dilakukan dengan Rotary
Evaporator, alat penguapan yang komponen utamanya adalah pipa vakum, pengontrol, labu
evaporasi, kondensor dan labu penampung hasil kodensasi. Prinsip rotary evaporator ini
adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat
oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap beberapa derajatdi bawah titik didihnya
disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip ini membuat
pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi, sehingga
diperoleh ekstrak kental minyak temulawak.
Setelah proses evaporasi, ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada
evaporator. Setelah dievaporator maka diperoleh ekstrak (minyak temulawak)kemudian
ekstrak dimasukkan kedalam borol vial dan ditimbang bersama botol vial tersebut tersebut
sebagai residu beratnya adalah gram. Massa minyak temulawak adalah 1,335 gram yang di
dapatkan dengan cara mengurangi berat botol vial yang berisi minyak temulawak dengan
berat botol vial kosong.
DAFTAR PUSTAKA

1. Agoes,G, 2007, Teknologi Bahan Alam, Bandung:ITB Press.


2. Gandjar IG & Abdul R, 2008, Kimia Far-masi Analisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Harborne JB, 1998, Phytochemical Meth-ods: A guide to modern techniques of plant
analysis 3rd Edition, Chap-man and Hall, London.
4. Hostettman, 1995, Cara Kromatografi Preparatif ” Penggunaan pada Isolasi Senyawa
Alam ”, Bandung: ITB.
5. Silverstain,R.M., Webster,F.X., 1998, Spectrometric Identification Of Or-ganic
Compound, sixth edition, John Wiley & Sons,Inc,US, hal 71-74.

Anda mungkin juga menyukai