Anda di halaman 1dari 53

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KITOSAN LAKTAT

DAN APLIKASINYA PADA SISTEM PENGHANTARAN


NANOPARTIKEL
Suryani
260130200009
TIM PROMOTOR
Dr. rer. nat. Apt. Anis Yohana C, M.Si .
Prof. Dr. Eng. I Made Joni, M.Sc.
Dr. Ruslin, M.Si.
• 75 % berat udang merupakan limbah
cangkang udang yang tidak terpakai
• Cangkang Udang mengandung kitin
mencapai 20-50% berat kering (Dompeipen
et al. 2016)
• Kitin dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
Udang Vaname kitosan
(Litopenaeus vannamei)

(Mohammed et al. 2017).

Memiliki sifat Biodegradebel

OH OH OH

CH2

O
CH2

O
CH2

O OH
Memiliki sifat Biokompatibel
OH O OH O OH

OH

NH2 NH2 NH2

n
Membentuk Gel pada pH rendah

Kitosan dimanfaatkan dalam sistem


(Hastuti et al. 2017). Penghantaran Nanopartikel

PENDAHULUAN
t
Kitosan
Nanopartikel

(Fan et al. 2012)

Kitosan Berdasarkan
Panjang Ikatan
Kitosan BM rendah memiliki
Polimer solubilitas, kemampuan
degradasi, bioaktivitas lebih
baik serta toksisitas yg lebih
rendah drpd kitosan dgn BM
lebih tinggi. Kitosan BM
rendah lebih reaktif thd
modifikasi struktur
PENDAHULUAN

Hambatan kitosan: Tidak larut pada pH netral


dan membentuk endapan pada pH fisiologis
PENDAHULUAN

Kitosan-laktat merupakan salah


satu derivat kitosan yang
sifatnya larut air dan
menunjukkan sifat
biokompatibilitas yang tinggi,
antibakteri dan menunjukkan
toksisitas yang rendah
(Weecharangsan et al. 2006).
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Kerangka Konsep
Premis
SILOGISME

Kitosan laktat yang disolasi dari cangkang/kulit udang


vaname dapat digunakan pada pembuatan nanopartikel.
Hipotesis
Rancangan Penelitan
Tahapan Penelitian
Tahun ke-1
Alat dan Bahan

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)

Particle Size Analyzer

Sh aker
Incubator Orbital
lance
Moisture Ba
Differential Scanning Calorimetry (DSC)
Halogen Moisture Analyzer
Alat dan Bahan

Kulit Udang Asam Laktat


Kurkumin Tropolifosfat
Etil Asetat Larutan Ninhidrine
NaOH HCL
NaOCL Kitosan Standar
Alkohol 95 % bakteri S. aureus
P. aeuroginosa E. coli
Salmonella sp PDA, dan aquades
Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2020 hingga


Januari 2023,

Bertempat di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Halu


Oleo, Laboratorium Farmasetika Universitas Padjajaran dan
Laboratorium Sentral Fakultas Farmasi Unpad.
Prosedur Penelitan
Pembuatan Serbuk Kulit Udang

Limbah kulit udang dicuci dengan air hingga bersih

Limbah kulit udang yang telah bersih dihaluskan (dicacah)


untuk mendapatkan ukuran sebesar 50 mesh.
Prosedur Penelitan

BENTUK

BAU

Uji Organoleptik WARNA

RASA
Prosedur Penelitan
Prosedur Penelitan

Filtrat yang
diperoleh
kemudian
diuapkan hingga
serbuk kloroform kering dalam
simplisia cawan penguap
Sejumlah 2,5 g serbuk simplisia (W1) yang telah ditarar
dilarutkan dengan 50 mL kloroform P (2,5 (WO)
ml kloroform dalam 1000 mL aquadest)
selama 24 jam, menggunakan labu bersumbat
sambil dikocok selama 6 jam kemudian Residunya Kemudian
didiamkan selama 18 jam dan disaring. Dipanaskan Pada Suhu 105 ̊C
Hingga Bobot Tetap (W2)
Prosedur Penelitan

Filtrat yang
diperoleh
kemudian
diuapkan hingga
serbuk Etanol kering dalam
simplisia cawan penguap
Sejumlah 2,5 g simplisia (W1) dilarutkan yang telah ditarar
dengan 50 mL etanol 95% selama 24 jam, (WO)
menggunakan labu bersumbat sambil
dikocok selama 6 jam kemudian
didiamkan selama 18 jam dan disaring Residunya Kemudian
cepat untuk menghindari penguapan Dipanaskan Pada Suhu 105 ̊C
etanol. Hingga Bobot Tetap (W2)
Prosedur Penelitan

ditimbang seksama (W1),


dimasukkan ke dalam kurs yang
abu (W2)
telah ditimbang (W0)
Abu (W2)

Pada Suhu ± 25˚C Hingga


Arang Hilang
Ekstrak

didinginkan di dalam desikator


Prosedur Penelitan

Memperoleh Bobot
Tetap (W3)

sampai arang
Abu
Asam Klorida hilang

dididihkan dengan 25 mL asam


klorida encer selama 5 menit.

Bagian tidak larut asam dikumpulkan dan disaring dengan


kertas saring bebas abu yang sebelumnya telah ditimbang,
kurs dibilas dengan air panas. Abu yang tersaring, dimasukkan
kembali ke dalam kurs yang sama
Prosedur Penelitan
Deproteinasi
Ditambahkan NaOH 3,5 %
dengan perbandingan massa kulit
udang dan larutan adalah 1 : 10
(b/v) dan dipanaskan selama 2 jam
Sebanyak 40 gram pada suhu 65 oC sambil diaduk
cangkang udang konstan
ditempatkan dalam
bejana tahan asam
yang dilengkapi
dengan pengaduk,
penangas air dan
termometer

Endapan yang diperoleh dicuci dengan


menggunakan aquades sampai pH
Endapan dikeringkan netral
dalam oven dengan
suhu 60 oC selama 24
jam
Prosedur Penelitan
Demineralisasi
Kemudian sampel ditambahkan
HCl 1 N dengan perbandingan
1:15 (b/v) selama 1 jam pada suhu
Kitin hasil 65o C
deproteinasi
dimasukkan dalam
bejana tahan asam dan
basa yang dilengkapi
endapan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC selama 24 jam
dengan pengaduk,
termometer dan
diletakkan dalam
penangas air

Setelah itu, dilakukan penyaringan sehingga diperoleh


filtrat dan endapan. Endapan yang diperoleh dicuci
Endapan dikeringkan dengan menggunakan aquades sampai pH netral
dalam oven dengan
suhu 60 oC selama 24
jam
Prosedur Penelitan
Deklorisasi

Kitin yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan proses deasetilasi


Larutan NaOCl 0,315 % ditambahkansehingga
kedalammenghasilkan kitosan
hasil demineralisasi dengan perbandingan 10:1
(v/b) dalam ekstraktor selama 3 x 3 jam pada
suhu 40oC, kemudian padatan disaring dan
dinetralkan dengan aquades

Padatan hasil penetralan dikeringkan pada


ekstraktor pada suhu 80 oC sampai berat tetap.

Kitin yang diperoleh kemudian dilanjutkan


dengan proses deasetilasi sehingga
menghasilkan kitosan
Prosedur Penelitan
Deasetilasi

Kitin yang telah dihasilkan pada proses di atas


dimasukkan ke dalam larutan NaOH 50% dengan
rasio massa kitin dan larutan adalah 1:20 (b/v) pada
suhu 120o C sambil diaduk kecepatan konstan selama
3 x 3 jam
Tujuan dari proses deasetilasi adalah untuk
membuat produk akhir berupa serbuk kitosan.

Kitosan yang diperoleh kemudian dikarakterisasi sifat


fisikokimia dan karakterisasi sesuai persyaratan
kitosan pharmaceutical grade
Prosedur Penelitan

Kitosan dibuat pelet dengan KBr, kemudian dilakukan scanning


pada daerah frekuensi antara 4000 cm-1 sampai dengan ukuran 400
cm-1. Spektrum hasil pengukuran yang diperoleh dibandingkan
dengan spektrum kitosan standar
Prosedur Penelitan
Prosedur Penelitan

Seberat 0,1 g kitosan yang diperoleh dari


penelitian ditempatkan dalam suatu wadah dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrine
kemudian didiamkan selama 5 menit. Diamati
perubahan yang terjadi, jika sampel berubah
warna menjadi ungu maka benar adanya gugus
amina dalam sampel
Prosedur Penelitan

Sejumlah kitosan ditempelkan pada specimen


holder, dilapisi gold palladium, dimasukkan ke
dalam specimen chamber, dan dijalankan
dengan mikroskop stereoscan

Scanning Electrone Microscope (SEM).


Prosedur Penelitan

Kitosan sebanyak 1-3 mg yang diletakkan pada


wadah aluminium kemudian dianalisis pada 50-
Differential Scanning Calorimetry
300°C dengan laju pemanasan 10°C/menit.
(DSC)
Sampel dibersihkan secara kontinyu dengan
nitrogen 50 ml/menit
Prosedur Penelitan

Serbuk kitosan ditempatkan pada bagian holder


kemudian dianalisis index kristal dengan
persen total area dan rasio puncak kristal
XRD
Menggunakan radiasi Cu-Kα dimana deteksi
dilakukan pada 2θ=5-40° pada kecepatan 2°/menit
dan diset pada 40 kV dan 30mA
Index kristal (crI%) = [I002 – Iam) / I002] x 100
Prosedur Penelitan

Rendemen kitosan dihitung berdasarkan


perbandingan antara berat kitosan dengan berat
awal sampel
Prosedur Penelitan

Pengukuran dilakukan dalam ruang iklim


konstan selama 30 hari (suhu 40∘C,
kelembaban 75% RV). Sampel sebanyak 3
gram diperiksa pada jam ke-0,25; 0,5; 1;
3; 5; 8; 24; 72; 120; 168; dan 720.

Halogen Moisture Analyser


Prosedur Penelitan

• Alat dipanaskan ± 20 menit


• Perangkat kompuer yang terhubung dengan alat dinyalakan
• Larutan standar dikocok menggunakan vortex mixer (±1 menit),
lalu dimasukkan ke dalam kuvet hingga terisi 2/3, dimasukkan ke
dalam alat, dan ditutup dengan sensor
• Suhu dikondisikan (25oC) dan pengukuran dilakukan sebanyak 3
kali
Particle Size Analizer (PSA)
Prosedur Penelitan

Diamati dengan melihat parameter warna, bau,


bentuk dan rasa

Serbuk kitosan diletakkan pada kaca arloji

pH

Nilai pH dari kitosan ditentukan dengan cara


melarutkan kitosan ke dalam asam asetat 1%
hingga diperoleh konsentrasi larutan 1%
(b/v). pH meter
Prosedur Penelitan

Angka yang tertera


menunjukkan
kadar airnya.

Kitosan 10 gram
moisture balance
Kelarutan dalam Air

diuapkan hingga kering, dan


dikeringkan (105⁰C;1 jam)
dinginkan, lalu ditimbang
Kitosan 1 gram
Prosedur Penelitan

Kelarutan dalam Alkohol 95 %

Kitosan
Prosedur Penelitan

Viskositas

Kitosan 0,1 2 % (100 mL)

viskometer Ostwald
Prosedur Penelitan

Berat Molekul

Viskositas larutan kitosan yang diperoleh


dengan pengukuran menggunakan viscometer
Ostwald pada poin sebelumnya digunakan
untuk menentukan berat molekul kitosan. Berat
molekul kitosan dihitung berdasarkan
persamaan Mark-Houwink :

ɳ= KMa

viskometer Ostwald
Prosedur Penelitan

Derajat Deasetilasi (DD)


Derajat deasetilasi dihitung menggunakan
metode Base line yang diusulkan oleh Domzy
dan Roobert

A = log (Po/P) = absorbansi


Metode FTIR dengan frekuensi panjang A1655 = Absorbansi pada panjang gelombang 1655 cm-1
gelombang 4000-400 cm-1 untuk serapan gugus Amida
A3450 = Absorbansi pada panjang gelombang 3450 cm-1
untuk serapan gugus hidroksil (OH-)+
Prosedur Penelitan

Kadar Abu
didinginkan dalam desikator lalu
ditimbang

Krus porselin untuk pengabuan


ditimbang, lalu dibakar dalam tanur pada
suhu 600 oC selama 3 jam

Dimasukkan sampel kitosan sebanyak 1 gram, lalu


dibakar dalam tanur selama 6 jam pada suhu 600 oC
sampai diperoleh abu berwarna putih
Prosedur Penelitan

Susut Pengeringan
Susut pengeringan diukur dengan cara
mengeringkan sampel sampai berat konstan
dan diukur berat kitosan sebelum dan setelah
pengeringan.

Susut pengeringan dihitung menggunakan


rumus berikut:

Metode Gravimetri
Prosedur Penelitan

Cemaran Logam Berat

meliputi merkuri pada panjang gelombang


253,6 nm; kadmium 228,8 nm (Lubis 2008);
timbal 286,03 nm

Spektroskopi Serapan Atom (AAS)


Prosedur Penelitan

Cemaran Mikroba

1 gram
Jika cemaran mikroba melebihi yang
dipersyaratkan maka dilakukan uji
Dilakukan pengenceran dengan faktor keberadaan S. aureus, P. aeuroginosa,
pengenceran 10-3. Sampel didispersikan ke E. coli, dan Salmonella sp.
dalam PCA untuk menguji cemaran
bakteri dan diinkubasi (24-48 jam; 35°C)

NaCl
Prosedur Penelitan

Karakterisasi Serbuk Kulit Udang Pembuatan Kitosan BM Rendah

 Uji Organoleptik  Deproteinasi


Pembuatan serbuk kulit udang  Uji Makroskopik
 Uji Mikroskopik  Demineralisasi
 Kadar Senyawa Larut Air  Deklorisasi
 Kadar Senyawa larut Etanol  Deasetilasi
 Kadar Abu
 Kadar Abu Tidak Larut Asam  Depolimerasi
Prosedur Penelitan Karakterisasi Kitosan BM Rendah
Sesuai dengan pharmaceutical
grade
 Penentuan Ukuran dan
Karakterisasi Kitosan Distribusi Ukuran Partikel
 Kelarutan Kitosan  Organoleptik
 Uji Ninhideine  pH
Kitosan BM rendah
 Pengamatan bentuk &  Kandungan Kelembaban
permukaan partikel  Kelarutan dalam Air
 Analisis Termal  Kelarutan dalam alkohol
 Indeks kristalinitas 95%
 Laju alir dan sudut diam  Viskositas
 Rendemen  Berat Molekul
 Higroskopisitas  Derajat Deasetilasi (DD)
 Pengukuran spektroskopi  Kadar Abu (AOAC 1999)
IR  Susut Pengeringan
 Cemaran Logam Berat
 Cemaran Mikroba
Prosedur Penelitan Karakterisasi Kitosan Laktat

 Karakterisasi
menggunakan IR
Sintesis Kitosan Laktat  Karakterisasi
menggunakan DSC
Kitosan BM rendah

Anda mungkin juga menyukai