Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM 2

TEKNOLOGI KARET, GUM, DAN RESIN


(Uji Titik Isoelektrik Latek)

Oleh :
KHAIDIRI ALI
2110516210005

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lateks adalah cairan berwarna putih menyerupai susu yang keluar dari tanaman
Hevea brasiliensis. Lateks mengandung 25 – 40% bahan mentah dan 60 – 70%
serum yang terdiri dari air dan zat terlarut (Sulasri dkk, 2014). Lateks dapat diolah
menjadi karet karena memiliki kandungan partikel karet berupa hidrokarbon poli
isopropena yang merupakan komponen utama karet (Ali et al., 2010).
Menurut Tanaka (1998), partikel karet tersusun atas hidrokarbon yang dilapisi
oleh fosfolipida dan protein dengan diameter 0,1 μm - 1,0 μm. Partikel karet
tersebar secara merata (tersuspensi) dalam serum lateks sebanyak 0,2 milyar per
mililiter lateks. Bobot jenis lateks 0,045 pada suhu 70F, serum 1,02 dan karet 0,91.
Perbedaan bobot jenis dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada permukaan
lateks.
Proses pengolahan lateks menjadi RSS melalui beberapa tahap utama yaitu,
penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, dan pengasapan (Sucahyo,
2010). Proses pembekuan bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir
karet yang terdapat dalam cairan lateks agar menjadi suatu gumpalan atau
koagulum. Perubahan lateks menjadi suatu koagulum membutuhkan bahan
pembeku (koagulan). Lateks akan menggumpal jika muatan listrik diturunkan
(dehidratasi), pH lateks diturunkan (penambahan asam H+) dan penambahan
elektrolit. Selama ini pabrik karet umumnya menggunakan bahan pembeku
(koagulan) seperti asam semut atau asam cuka dengan konsentrasi 1-2%. Tujuan
dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik
isoelektriknya antara 4.5 – 4.7, sehingga lateks dapat membeku (Zuhrah, 2006).
Proses penggilingan karet bertujuan untuk membentuk koagulum menjadi
lembaran serta mengeluarkan air dan serum (Sucahyo, 2010). Air limbah yang
keluar dari proses ini cukup banyak jumlahnya dan belum banyak termanfaatkan,
bahkan sering kali menjadi masalah bagi lingkungan jika penanganannya tidak
optimal. Air limbah ini dikenal sebagai serum. Limbah serum lateks ini memiliki
pH 4,9 dan mengandung senyawa nitrogen, asam nukleat, nukleotida, senyawa
organik, ion anorganik dan ion logam (Zuhrah, 2006).
Dilihat dari nilai pH yang rendah dan komponen yang dikandungnya terutama
kandungan ion logam, limbah serum lateks ini dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif koagulan pada proses pembekuan lateks. pH limbah serum lateks yang
cukup rendah dapat menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya dan kation dari
logam alkali akan menurunkan potensial elektro kinetik lateks, sehingga lateks
menjadi membeku (Ali dkk, 2010).

Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah dapat melakukan uji titik isoelektrik latek.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 07 Maret 2023 pukul 09.50 –
Selesai di Laboratorium Analisis Kimia dan Lingkungan Industri Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Uniersitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan pada ini adalah 1 set buret, gelas ukur, beaker
gelas dan pH meter.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah latek dan asam format 1%

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :


Diambil sampel latek sebanyak 100ml

Dimasukkan ke dalam gelas beaker

Diukur pH masing-masing latek dan catat

Diisikan dengan larutan asam format 1% menggunakan buret.

Dititrasi apabila latek menggumpal segera hentikan titrasi

Diukur pH latek setelah titrasi

Dihitung jumlah asam format yang digunakan untuk titrasi

Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang didapatkan dari praktikum adalah :


Sampel Berat Berat Jumlah Nilai pH Nilai Dokume
Bersih Kering Asam sebelum pH n
(g) (g) Astetat Titrasi setelah
(ml) Titrasi

Kelompok 44,1500 27,8601 40 ml 6,4 4,7


1

Kelompok 41,4652 26,1866 31,8 ml 6,4 5,4


2
Pembahasan

Sebelum dilakukan pengujian terhadap lateks dengan beberapa dosis


koagulan serum lateks nterlebih dahulu dilakukan pengujian pH untuk masing-
masing bahan baik lateks maupun limbah serum lateks. Hasil pengujian kelompok
1 dan kelompok 2 terhadap pH lateks ditambahkan asam menunjukkan nilai sebesar
6,4. Kemudian nilai ph turun menjadi sebesar 4,7 oleh kelompok 1 dan kelompok
2 sebesar 5,4. Penurunan nilai pH yang dilakukan oleh kelompok 1 yaitu dengan
dengan nilai sebesar 4,7. Hal ini sejalan dengan penelitian Ali dkk (2010) titik
isoelektrik pada lateks sekitar 4,7. Pada kondisi tersebut banyak partikel–partikel
koloid pada lateks tidak stabil akibat kontak dengan koagulan yang menyebabkan
struktur protein pada lateks terganggu. Ketika struktur protein terganggu maka
fungsi struktur protein sebagai pelindung lateks akan menurun sampai terjadi
pemecahan lapisan pelindung).
Semakin banyak selubung protein karet yang pecah maka akan semakin
cepat proses terbentuknya gumpalan karet. Selain itu menurut Zuhrah (2006) serum
lateks juga mengandung senyawa nitrogen, asam nukleat, nukleotida, senyawa
organik, ion anorganik dan ion logam. Ion logam yang terkandung pada limbah
serum lateks yang ditambahkan pada lateks segar juga akan menurunkan potensial
elektro kinetik lateks (Laoli dkk, 2013) dan menyebabkan denaturasi selubung
protein partikel karet sehingga partikel karet akan bertumbukan dan menyebabkan
terjadi penggumpalan pada lateks. Semakin besar dosis serum lateks yang
ditambahkan dalam proses penggumpalan lateks maka akan semakin besar jumlah
ion logam yang terdapat pada lateks. Hal ini akan menyebabkan semakin cepat
waktu penggumpalan lateks dan sebaliknya.
Pada pratikum ini terdapat perbedaan banyak asam asetat yang
ditambahkan dengan cara titrasi. Pada kelompok 1 sebesar 40 ml sedangkan pada
kelompok 2 sebanyak 31,8 ml. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil nilai dari
pH akhir lateks. Jika pH lateks semakin tinggi maka semakin cepat juga terjadi
penggumpalannya. Penggumpalan adalah peristiwa perubahan fase sol menjadi fase
gel dengan bantuan bahan penggumpal yang biasa disebut dengan koagulan. Lateks
akan menggumpal jika penurunan muatan listrik (dehidratasi), dengan penambahan
asam H+ dan penambahan elektrolit (Kumar, 2007).
Proses penggumpalan lateks terjadi karena pergerakan muatan partikel karet
di dalam lateks, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang.
Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung membentuk gumpalan. Penurunan
muatan dapat terjadi karena penurunan pH lateks. Penggumpalan karet di dalam
lateks kebun (pH±6,8) dapat dilakukan dengan penambahan asam menyebabkan
penurunan pH sehingga tercapai titik isoelektrik, yaitu pH dimana muatan positif
protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetis potensial sama
dengan nol. Titik isoelektrik karet di dalam lateks kebun adalah pada pH 4,5– 4,8
(tergantung jenis klon).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Hasil pengujian kelompok 1 dan kelompok 2 terhadap pH lateks
ditambahkan asam menunjukkan nilai sebesar 6,4. Kemudian nilai ph
turun menjadi sebesar 4,7 oleh kelompok 1 dan kelompok 2 sebesar 5,4.
2. Menurut Ali dkk (2010) titik isoelektrik pada lateks sekitar 4,7.
3. Penggumpalan adalah peristiwa perubahan fase sol menjadi fase gel
dengan bantuan bahan penggumpal yang biasa disebut dengan koagulan.
Lateks akan menggumpal jika penurunan muatan listrik (dehidratasi),
dengan penambahan asam H+ dan penambahan elektrolit.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah menggunakan sampel lebik baik lagi,
melakukan pratikum dengan teliti dan hati hari untuk mendapatkan hasil yang baik
dan memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, F., S. Arta, dan F. Ahmad. 2010. Koagulasi lateks dengan ekstrak gadung
(Dioscorea hispida Dennts). Jurnal Teknik Kimia 17(3): 8-16.
Fukushima, Y., Kawahara, S., & Tanaka, Y. (1998). Synthesis of graft copolymers
from highly deproteinised natural rubber. Journal of Rubber Research
(Malaysia).
Kumar, R.R, Hussain, S.N., and Philip, J. 2007. “Measurement of dry rubber
content of natural rubber latex with a capacitive transducer.” Journal of
Rubber Research 10 (1): 17–25.
Leoli, S., I. Magdalena, dan F. Ali. 2013. Pengaruh asam askorbat dari ekstrak
nanas terhadap koagulasi lateks (studi pengaruh volume dan waktu
pencampuran). Jurnal Teknik Kimia 19(2): 49-58
Sucahyo, L. 2010. Kajian Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa Sebagai
Bahan Koagulasi Lateks Dalam Pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS)
dan Pengurangan Bau Busuk Bahan Olah Karet. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Zuhrah, C. F. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Anda mungkin juga menyukai