Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari yang namanya Larutan,
karena Larutan memegang peranan yang penting dalam kehidupan makhluk hidup.
Misalnya makhluk hidup menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk
larutan. Larutan merupakan campuran homogen yang dapat berupa gas, cair
maupun padat. Larutan terdiri atas dua komponen penting yaitu zat terlarut (solute)
dan zat pelarut (solvent) dalam proporsi tertentu (Pramana, 2013).
Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka
dilakukan standarisasi. Standarisasi pada percobaan kali ini menggunakan metode
titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Keterkaitan praktikum kimia dalam acara ini dengan pertanian yaitu digunakannya
senyawa-senyawa kimia sebagai pemberantas hama yang lebih kita kenal dengan
pestisida. Sebagian besar pestisida berbentuk larutan. Selain digunakan sebagai
pestisida juga digunakan sebagai pupuk. Meskipun demikian, penggunaan larutan
kimia sebagai pupuk perlu diperhatikan penggunaannya. Penggunaan pupuk harus
sesuai dengan kadar yang telah ditentukan agar dapat mendukung memproduksi
hasilnya (Joko, 2010).
langkah awal yang harus dilakukan dalam Titrasi adalah membuat suatu
larutan yakni dibuat dengan cara melarutkan suatu sampel suatu zat terlarut yang
diinginkan dengan penimbagan setepat mungkin dengan volume yang tepat pula.
Ketetapan dalam penimbangan dan menghitung volume suatu zat
dimasudkankarena dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Setelah suatu
larutan distandarisasi larutan tersebut bisa digunakan dalam proses analisis kimia
dengan metode titrasi asam basa (Sukardjo, 2012).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara menguji larutan
standar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asam Oksalat


Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak
larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-
COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan (Yuni, 2017).
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04
gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat
merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus
bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting point
101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat
tidak bau dan dapat kehilangan molekul air (Yuni, 2017).
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan
kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman.
Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk
garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam
oksalat dalam etanol pada suhu 15,6oC dan etil eter pada suhu 25oC adalah 23,7 g
/ 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak mengandung asam
oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam (Yuni, 2017).
Asam oksalat dan larutannya dalah korosif dan beracun. Debu asam oksalat
dan kabutnya dapat menyebabkan iritasi, khuhusnya dibawah kontak yang lama.
Personel yang menangani asam oksalat kristal dan larutannya harus menggunakan
sarung tangan plastik, aprons, sepatu boot, dan kacamata debu. Ventilasi yang
cukup juga harus disediakan dalam area dimana terdapat debu asap dari asam
oksalat (Yuni, 2017).
2.2. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari
Na+ Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali. Ciri-ciri yang
dimiliki golongan alkali seperti reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah
larut dalam air, urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya
berat atom. Natrium Hidroksida (NaOH) yang juga dikenal sebagai soda kaustik
dan termasuk dalam golongan alkali tanah adalah kaustik logam dasar, sejenis basa
logam kaustik. Natrium Hidroksida membentuk larutan alkali yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. NaOH murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran, ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab
cair dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan (Dewi et all., 2010).
NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, tetapi NaOH tidak larut dalan dietil
eter dan pelarut non polar lainnya. NaOH digunakan di banyak industri, terutama
sebagai basa kuat dalam pembuatan kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen
dan sebagai pembersih kotoran. NaOH adalah bahan dasar umum di laboratorium
kimia. 50% larutan jenuh ini bersifat higroskopis dan mudah menyerap air dari
udara, sehingga harus disimpan dalam kedap utara container (Dewi et all., 2010).

2.2. HCl

Asam klorida (HCl) adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl).
asam kuat merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida (HCl) harus ditangani dengan
wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik yang berarti dapat berdisosiasi
melepaskan satu H+ hanya sekali (Sastrojamidjojo, 2015).

Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk
ion hidronium (H3O+). Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida (Cl−). Asam
klorida (HCl) oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida (Cl-
), seperti natrium klorida (NaCl). Asam klorida (HCl) adalah asam kuat karena
berdisosiasi penuh dalam air. HCl dibentuk oleh ikatan kovalen antara ion hidrogen
dan klorida. Asam klorida memiliki banyak kegunaan komersial, termasuk
penggunaan dalam produksi obat-obatan (Sastrojamidjojo, 2015).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Standarisasi telah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Maret
2018 pukul 12.45 WIB s/d 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Kimia Hasil
Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) beaker glass, 2) buret, 3) gelas
ukur, 4) klem, 5) pipet tetes, dan 6) statif
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) aquadest, 2) asam oksalat,
3) larutan HCl 0,5 N, 4) indicator pp, dan 5) NaOH 0,5 N.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja praktikum kali ini adalah:
3.3.1. Standarisasi larutan NaOH 0,5 N
1. Garam oksalat ditimbang sebanyak 0,1 gr dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
250 ml.
2. Tambahkan aquadest ditambahkan sebanyak 25 ml, dikocok hingga homogen
dan tambahkan indicator pp sebanyak 3 tetes.
3. Titrasi dengan larutan NaOH 0,5 N yang akan distandarisasi mencapai titik
ekivalen.
4. Hitung konsentrasi larutan Naoh.
3.3.2. Standarisasi larutan HCL 0,5 N
1. Masukkan larutan HCl yang akan distandarisasi dimasukkan kedalam
Erlenmeyer.
2. Tambahkan indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes.
3. Titrasi dengan larutan standar NaOH 0,5 N sampai titik ekivalen.
4. Hitung konsentrasi larutan HCl tersebut.
BAB 5
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk mengetahui konsentrasi larutan yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi.
2. Standarisasi biasanya dilakukan dengan titrasi.
3. Pada titrasi indikator yang digunakan adalah penolftalein atau PP 1 %.
4. Indikator PP akan berwarna bening apabila suasana asam, dan berwarna pink
apabila suasana basa.
5 Konsentrasi larutan pada proses standarisasi dapat diketahui dengan
menggunakan rumus V1 N1 = V2 N2.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, TK., Dandy, dan Akbar, W. 2010. Pengaruh Konsentrasi NaOH


Temperatur Pemasakan dan Lama Pemasakan Pada Pembuatan Pulp. Jurnal
Teknik Kimia. 2(17), 68-74.
Joko, M., 2010. Metode Asam Basa Dengan Menambahkan Larutan Standard Dan
Larutan Asam. Jurnal Titrasi Asam Basa. 3(2), 80-100.
Pramana, H., 2013. Larutan Pada Zat Terlarut dan Zat Pelaru Senyawa . Jurnal
Kimia. 2(5), 135-150.
Sastrojamidjojo. 2015. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.
Sukardjo, M., 2012. Proses Analisis Kimia dengan metode titrasi asam basa.
Jurnal Titrasi Asam Basa. 4(3).
Yuni, PI., 2017. Teknik Dasar Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida. Jurnal
Pengenceran Suatu Larutan. 3(2), 20-30

Anda mungkin juga menyukai