Anda di halaman 1dari 45

SELAMAT DATANG

DI DISKUSI BESAR

TEKNOLOGI FARMASI LIKUIDA


DAN SEMI SOLID
(SEDIAAN STERIL)
Definisi dari: Suatu keadaan dimana suatu
zat bebas dari MO hidup
(Patogen/apatogen,
Kemungkinan
Steril vegetatif/spora).
keberadaan MO yang
masih dapat hidup
SAL
setelah proses sterilisasi.

Sterili
tas

Karakteristik yang
Suatu proses untuk membuat Sterili disyaratkan untuk sediaan
ruangan/benda menjadi steril sasi farmasetik bebas dari MO
hidup.
Definisi dari:
Bakteriostatik Bakterisida Antiseptik
Senyawa kimia untuk
Bekerja dengan cara
Bekerja dengan cara membunuh atau menghambat
menghambat proliferasi
membunuh bakteri pertumbuhan MO pada
bakteri
jaringan yang hidup

Desinfektan Aseptik Bioburden


Populasi dari MO yang dapat
Senyawa kimia yang Keadaan tidak adanya
hidup pada bahan baku
digunakan membunuh MO pathogen pada suatu daerah
hingga pada komponen suatu
pada benda mati. tertentu
produk akhir.
METODE STERILISASI

KIMIA FISIKA MEKANIK

Larutan alkohol, Filter


etilen oksida,
Termal Radiasi
formaldehid, etc.

Gelombang
• Panas kering
elektromagnetik (X
• Panas basah
dan γ)
MEKANISME TIAP METODE
STERILISASI

KIMIA FISIKA MEKANIK

Menyaring MO
Reaksi senyawa
sesuai filternya
dengan MO. Termal Radiasi

• Panas kering: Oksidasi protein MO Ionisasi sel MO,


• Panas basah: Denaturasi protein MO terutama DNA
JENIS-JENIS SEDIAAN STERIL

Single dose unit


Small Volume
Sediaan mata dan
Parenteral
hidung
Multiple dose unit (SVP)

Large Volume
Parenteral (LVP)
Infus intravena
KARAKTERISTIK SEDIAAN STERIL

Steril Isotonis

Stabil Isohidris

Bebas pirogen &


Jernih partikel asing

Viskositas Aman

Tidak ada
RUMUS PERHITUNGAN TONISITAS

Menggunakan Penurunan Titik Beku (Tf.)

Dimana:
B = Massa Pengisotonis yang Dibutuhkan (gram)
C1, C2 = Konsentrasi Zat Aktif (%)
Tf1, Tf2 = Penurunan Titik Beku Zat Aktif (°)
TfB = Penurunan Titik Beku Pengisotonis
CONTOH SOAL

Berapa banyak NaCl yang dibutuhkan agar 100


ml Apomorfin HCl 1% isotonis dengan serum
darah? Jika diketahui Tf Apomorfin HCl = 0,08°
dan Tf NaCl = 0,58°.
PENYELESAIAN
CApomorfin = 1%
TfApomorfin = 0,08°
TfNaCl = 0,58°

B = 0,76 gram
RUMUS PERHITUNGAN TONISITAS

Menggunakan Ekivalensi NaCl (E)

Nilai E dapat dilihat di buku Farmakope Indonesia : Daftar Tonisitas


NaCl atau di Pharmaceutical Dosage Form atau di Martin’s Physical
Pharmacy and Pharmaceutical Science

Misal:
E Efedrin HCl = 0,28 artinya 1 gram Efedrin HCl ≈ 0,28 gram NaCl
CONTOH SOAL

Berapa banyak NaCl yang perlu ditambahkan agar


bersifat isotonis jika massa Efedrin HCl 0,5 gram dan
akan dibuat dalam sediaan dengan volume 100 ml?
PENYELESAIAN

Ekivalensi Efedrin 1 gram ≈ 0,28 gram NaCl.


Bagaimana jika 0,5 gram?

Nilai isotonis NaCl 0,9% dalam 100 ml sediaan


adalah = (0,9/100) x vol. sediaan = (0,9/100) x
100 ml = 0,9 gram
PENYELESAIAN
Jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk mengisotoniskan
0,5 gram Efedrin HCl dalam 100 ml sediaan adalah:

Jika terdapat lebih dari 1 zat aktif, dihitung


ekivalensinya satu per satu.
RUMUS PERHITUNGAN TONISITAS

Menggunakan Rumus White - Vincent

Dimana:
V = Volume larutan isotonis yang akan ditambahkan (ml)
w = Massa zat aktif
E = Ekivalensi NaCl
CONTOH SOAL

Akan dibuat larutan Kokain HCl 1% dalam 30 ml


sediaan yang isotonis dengan cairan tubuh. Berapa
pelarut yang ditambahkan jika E Kokain HCl = 0,16.
PENYELESAIAN
Step 1:
Menghitung massa Kokain HCl 1% dalam 30 mL
PENYELESAIAN
Step 2:
Menghitung jumlah larutan isotonis yang dibutuhkan
untuk mengisotonis Kokain HCl.

Step 3:
Tambahkan NaCl 0,9% hingga volume 30 ml.
RUMUS PERHITUNGAN TONISITAS

Menggunakan Rumus Sprowls

Dimana:
V = Volume larutan isotonis yang akan ditambahkan (ml)
E = Ekivalensi NaCl

(*) Jika massa zat aktif = 0,3 gram


DAPAR DAN KAPASITAS DAPAR

• Larutan dapar adalah larutan yang mengandung


campuran asam lemah dan basa konjugatnya, atau
sebaliknya. Perubahan pH larutan ini sangat kecil,
ketika asam atau basa kuat ditambahkan, dalam
jumlah sedikit atau sedang, ke dalam larutan dapar.
Oleh karena itu, larutan ini berguna untuk
mencegah perubahan pH larutan. Larutan dapar
digunakan untuk mempertahankan pH pada nilai
tertentu .
DAPAR DAN KAPASITAS DAPAR

• Kapasitas dapar adalah parameter kuantitatif yang


menunjukkan kekuatan (resistensi) untuk
mempertahankan pH.
MENGHITUNG KAPASITAS DAPAR
Konstanta
Rumus Van Slyke Larutan Dapar
Konsentrasi Molar
Larutan

Konstanta
Target pH
Atau
Perubahan
kemolaran

Perubahan pH
Kapasitas
Dapar
SANITASI

• Sebelum alat didesinfeksi atau disterilisasi, harus


disanitisasi terlebih dahulu. Sanitisasi merupakan
tahap pertama pembersihan dan pensterilan
peralatan.
• Sanitisasi mengurangi jumlah mikroorganisme pada
peralatan dan merupakan pengendalian infeksi
tingkat terendah.
• Sanitisasi tidak menghancurkan semua
mikroorganisme atau spora.
DESINFEKSI

• Desinfeksi adalah suatu tindakan yang


dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme patogen pada instrumen dengan
menghilangkan dan atau membunuh patogen.
• Spora bakteri tidak selalu dibunuh oleh desinfeksi,
namun jumlah mereka dapat dikurangi sebagai
akibat dari proses pembersihan.
• Desinfeksi dipertimbangkan sebagai pengendalian
mikroorganisme tingkat intermediet.
KOMPOSISI SEDIAAN STERIL
Pelarut (Solvent) Zat Tambahan (Added
Substances)
Pelarut yang paling • Untuk meningkatkan kualitas
umum digunakan sediaan
adalah Water for • Untuk menjaga stabilitas sediaan
Injection (WFI). Untuk
obat-obatan yang Zat tambahan yang dimaksud
Zat Aktif tidak cukup larut yaitu:
dalam air, digunakan 1. Co-solvent
pelarut organik yang 2. Antimikroba
dapat larut di dalam 3. Larutan Penyangga (Buffer)
air. 4. Antioksidan
5. Pengisotonis
6. Cryo/Lyo-Protectant (Optional,
bergantung pada proses
sterilisasi)
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
LIKUIDA DAN SEMI SOLIDA
(SEDIAAN STERIL)

SEDIAAN MATA DAN HIDUNG


SYARAT-SYARAT SEDIAAN MATA
Mekanisme pertahanan Baik zat aktif dan zat
terhadap infeksi oleh mata Sesuai dengan pH air mata tambahan tidak
adalah air mata yaitu sekitar 7,4 menimbulkan iritas pd mata

Isohidri
Isotoni
Preser
Non
Steril
vative
Iritan
s

Tekanan sesuai dengan air Preservative hanya


mata digunakan untuk sediaan
multiple dose
SYARAT-SYARAT SEDIAAN NASAL
Disarankan memilki
Mekanisme kerja sistem
viskositas mendekati sekret
pernafasan pH sekitar 5,5 – 6,5 hidung

Isohidri
Isotoni
Preser
Viskosit
Steril
as
vative
s

Tekanan sesuai dengan Preservative harus


mukosa hidung digunakan untuk
pencegahan kontaminasi
MO
JENIS-JENIS FILTER
Brekefeld Filter
• Merupakan filter air yang terbuat
dari tanah diatom atau
Kieselguhr.
• Berkefeld filter yaitu suatu
penyaring yang mempunyai
porositas bervariasi dari
kasar(V) sampai halus(W), dan
normal(N). Yang biasa
digunakan adalah porositas N
dan W.
JENIS-JENIS FILTER
Chamberland Filter
• Prinsipnya mirip dengan
filter Berkefeld.
• Porositasnya bervariasi
yakni : L1, L2, L3 dan
seterusnya. Yang biasa
digunakan untuk penyaring
bakteri adalah L3.
JENIS-JENIS FILTER
Seitz Filter
• Seitz filter digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan dalam
bentuk cairan yang tidak tahan
panas sama sekali. Antara lain
toksin, antibiotika dan serum darah.
• Untuk penyaringan diperlukan
tekanan kurang lebih 20-90cmHg.
Oleh karena itu, alat ini harus
dilengkapi dengan pompa vakum,
dengan maksud untuk
mempercepat penyaringan.
JENIS-JENIS FILTER
Sintered Glass Filter
• Merupakan alat filtrasi yang dapat
menggantikan kertas saring dengan hasil
yang lebih baik.
• Alat ini menitik beratkan pada penggunaan
prinsip kerja tekanan udara, yaitu
memisahkan material dalam larutan dengan
cara menyedot udara di dalam corong
dengan pump buchner atau pompa vakum
sehingga tekanan didalamnya lebih kecil,
larutan dapat menetes serta dapat
memisahkan dari mikroba yang tidak
diinginkan.
JENIS-JENIS FILTER
MiliporeR Filter
• Filter MilliporeR merupakan filter
membran ester selulosa yang
secara komersial tersedia dalam
12 tingkatan ukuran pori.
• Sterilitas dicapai dengan
mekanisme pengayakan dimana
menarik partikel memasuki
ukuran pori.
JENIS-JENIS FILTER
Swinny Filter
• Sebuah adaptasi dari filter
seitz, filter swinny
mempunyai adaptor khusus
yaitu terdiri dari lapisan
asbes, bersama dengan
layer dan pencuci.
TEORI TONDORFF
• Mengkaji absorpsi hiosin dan atropin dari selaput
lendir manusia dan mengevaluasi dengan cara
mengamati hambatan produksi saliva.
• Pemberian hiosin dalam bentuk spray, responnya
tidak sebaik dengan tetes hidung. Tetapi jika
ditambah Na. Laurilsulfat 0,01% sebagai surfaktan,
maka responnya sama dengan respon pada tetes
hidung.
TEORI TONDORFF
Kecepatan absorpsi Skopolamin 0,65% dengan rute
pemberian:
- Kontrol tanpa obat
- Injeksi subcutan
- Kapsul oral
- Larutan oral
- Tetes hidung
TEORI TONDORFF
• Pada semua pemberian, produksi saliva untuk kontrol
signifikan dengan yang mengandung obat
• Sediaan kapsul oral responnya paling lambat
kemudian diikuti larutan oral, karena responnya
tergantung pada waktu yang diperlukan untuk
melarutkan kapsul dan serbuk garam alkaloid
• Injeksi sub cutan memberikan respon paling cepat
sedang tetes hidung memberikan respon kedua
tercepat dari subcutan
TEORI TONDORFF
TEORI KINSEY
• Obat berupa garam yang seimbang dengan bentuk
basenya dalam lingkungan air mata akan mengadakan
penetrasi bentuk basenya melalui lapisan epitelium kornea.
• Di dalam lapisan substansia propria yang bersifat air base
lemah mengadakan keseimbangan baru dan membentuk
ion garam base tsb.
• Kemudian di daerah endotelium, bentuk ion ini
mengadakan keseimbangan lagi sehingga terjadi penetrasi
basenya ke dalam karena endotelium bersifat lipoid.
TEORI KINSEY
RESPON CILIA TERHADAP OBAT
Larutan NaCl
Dalam larutan Na Cl 0,9% pada suhu 25-30°C, cilia tetap aktif.
Pada konsentrasi 4-4,5 % semua cilia berhenti, cilia aktif kembali jika membran dicuci
dengan air suling dan digenangi NaCl 0,9 %
Jika konsentrasinya 0,2 – 0, 3% aktivitas cilia berkurang dan berhenti
Pengurangan ion Calsium
Penggunaan senyawa tartrat, sitrat, oksalat dan bahan pengkhelat Ca lainnya akan
menghentikan gerakan cilia
Minyak
Minyak akan lama melekat pada film mukus dan akan mempengaruhi aktivitas normal cilia.
Minyak tidak baik sebagai pembawa pada sediaan hidung karena menimbulkan lipoid
pneumonia
Protargol
Larutan koloid protargol akan mengurangi gerakan cilia
RESPON CILIA TERHADAP OBAT
• Larutan AgNO3 0,5 % dan larutan ZnSO4, menghancurkan cilia
• Larutan cocain > 2,5 % dan larutan efedrin HCl> 1 %, menyebabkan
paralisis cilia
• Kamfer, timol, mentol, eukaliptol dan senyawa eteris lainnya akan
menyebabkan penurunan kecepatan gerak cilia. Jika konsentrasi < 0,1 %
dalam bentuk uap (inhaler) tidak mempengaruhi cilia
• Antibiotik (Penicillin Sodium) dalam larutan NaCl isotonis 250– 500 unit/ml
tidak merusak cilia, tetapi jika konsentrasinya 5000 unit/ml terjadi
penurunan kecepatan gerakan cilia dengan diselingi penghentian gerakan.
• Suspensi Tirotrisina dalam air (1:2000 dan 1:5000) menekan aktivitas cilia
• Atropin, dengan pemberian oral menyebabkan kekeringan atau penghentian
gerakan cilia. Pemberian lokal, mereduksi produksi mukus.
RESPON CILIA TERHADAP OBAT
Cilia (rambut getar) hidung sangat peka terhadap beberapa jenis obat, misalnya :
• Obat yang mengandung Efedrin HCl konsentrasi maks. 3 % , jika lebih besar akan
mengerem kerja cilia
• Larutan Adrenalin 1 % pH 3 juga akan menghentikan kerja cilia
• Larutan Cocain HCl yang dapat digunakan maksimum 2,5 %
• Larutan Protargol mengendapkan protein (lendir yang dieksresi di daerah rambut getar
sebagian terdiri dari protein)
• Parafin cair sebagai pembawa akan menghasilkan suatu lapisan pada mukosa hidung
dan akan mengurangi kerja cilia, sebaiknya tetes hidung dengan parafin cair dihindari
• Reaksi alkali, mis. garam sulfat pHnya antara 10 - 11, maka sebagai pelarut digunakan
propilenglikol dan tidak perlu dialkalikan karena reaksinya sedikit asam (karena sulfa
merupakan asam lemah)
CARA PENGGUNAAN TETES HIDUNG
CARA PENGGUNAAN TETES MATA

Anda mungkin juga menyukai