Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

EFEK OBAT-OBAT OTONOM (SIMPATOMIMETIKA) TERHADAP HEWAN UJI

Disusun Oleh:

Nama : Adelia Ovi Marseli


NIM : PO.71.39.1.20.074
Kelas : Reguler 2B

Dosen Pembimbing:

1. Dewi Marlina, S.F., Apt., M.Kes


2. Ade Agustianingsih , S.Farm, Apt

Paraf Nilai

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2021/2022

PERCOBAAN 7
I. Tujuan Percobaan
Memahami efek beberapa obat pada sistem saraf simpatis terutama pada mata.

II. Pengantar
Sistem saraf otonom merupakan saraf yang bekerja tanpa
dikendalikan oleh kesadaran umum namun dapat berjalan sesuai fungsinya. Sistem saraf ini berfungsi
mengendalikan dan memelihara organ-organ tubuh bagian dalam misalnya jantung, saluran nafas,
saluran cerna, kelenjar-kelenjar dan pembuluh darah. Obat-obat otonom simpatomimtika terutama
bekerja pada reseptor yang diperantarai syaraf simpatik. Terutama golongan obat adrenergic karena
efeknya mirip perangsangan syaraf adrenergik atau efek neurotransmitter adrenergik. Syaraf simpatik
terutama memberi respons terhadap stimulus “ fight or flight”
Fungsi dari saraf simpatis adalah untuk mempersiapkan diri dalam keadaan darurat, merespons
situasi yang tidak menyenangkan dan penuh tekanan (stress), serta keadaan ancaman dari luar. Oleh
karena itu, dengan mduah efek dominansi simaptis adalah adanya keadaan fight-or-flight. Dengan
demikian, dapat dippeningkatan denyut jantung, tekanan darah, pelebran pembuluh darah,erkirakaan apa
efek yang ditimbulkan akibat perangsangan simpatis, seperti peningkatan denyut dan kekuatan kontraksi
jantung, pemecahan glikogen, pelebaran pembuluh darah, pelebaran pupil, berkeringat, dan penurunan
1
sementara fungsi sistem pencernaan dan perkemihan. Pengaruh aktivasi sistem saraf simpatis terhadap
kelenjar saliva adalah sekresi saliva yang kental dan kaya akan lendir. Efek lengkap dapat dilihat di
lembaran lampiran.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan fungsi
antagonis. Bila yang satu menghambat suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contoh
midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.
Respon sel efektor pada peransangan saraf otonom.

Organ efektor Impuls Impuls


adrenergik/simpatis kolinergik/parasimpatik
Mata Midriasis Miosis
Jantung Denyut bertambah Denyut menurun
Vena Konstriksi, dilatasi -
Sekresi kel. Lbng Berkurang Bertambah
Alat kelamin Ejakulasi Ereksi
Kel. Keringat Sekresi local Sekresi umum

III. Alat dan Bahan


Bahan :
a. Efedrin 0,036%
b. Epinefrin 0,086%
c. Prostigmin 0,023%

Alat yang digunakan :

a. Penggaris dengan skala millimeter


b. Pipet tetes
c. Lampu senter
IV. Hewan Percobaan
Kelinci albino/ 2 ekor Marmut
V. Prosedur percobaan :
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji obat otonom (simpatomi metika) hewan coba yang digunakan
adalah kelinci dengan berat badan 409 gram. Digunakan bahan uji efedrin (impuls simpatis)
epinefrin (simpatis) dan prostigmin (parasimpatis)

Pada perlakuan pertama yaitu sebelum ditetesi (keadaan normal) didapat hasil denyut jantung
126/ menit, diameter pupil kelinci secara vertikal dan horizontal pada mata kelinci sebelah kanan
tidak di sinari (4 mm) kanan disinari (3 mm) mata kiri tidam disinari (4 mm) kiri di sinari 3
(mm)

Pada perlakuan kedua mata kelinci sebelah kanan ditetesi efedrin sebanyak 2 tetes didapat hasil
dari jantung 140/ menit diameter pupil mata kanan tidak di sinari (6 mm) dan di sinari (5 mm)
untuk mata kiri disinari (4 mm) dan tidak disinari (5 mm)

Pada perlakuan ketiga mata kelinci sebelah kiri ditetes sebanyak 2 tetes epinefrin, tidak berhasil
jantung 152/ menit diameter pupil kanan tidak disinari secara vertikal (5 mm) secara horizontal
(5 mm) , kanan di sinari secara vertikal (4 mm) horizontal (3 mm) sedangkan mata kiri tidak di
sinari secara vertikal (6 mm) horizontal (6 mm) ,mata kiri disinari secara vertikal (6 mm)
horizontal (6 mm)

Pada perlakuan ke empat mata kelinci sebelah kanan ditetesi prostigmin sebanyak 2 tetes,
didapat hasil denyut jantung 138/ menit diameter pupil kelinci mata kanan tidak di sinari secara
secara vertikal (5 mm) horizontal (5 mm) mata kanan di sinari secara vertikal (5 mm) horizontal
(5 mm) sedangkan mata kiri tidak di sinari secara vertikal (6 mm) horizontal (6 mm) mata kiri
disinari secara vertikal (6 mm) horizontal (6 mm)

Pada perlakuan kelima, mata kelinci sebelah kiri ditetesi epfedrin 2 tetes didapat hasil denyut
jantung 152/menit diameter pupil kelinci mata kanan tidak di sinari secara vertikal (5 mm)
horizontal (5 mm) kanan di sinari secara vertikal (5 mm) horizontal (5 mm) sedangkan mata kiri
tidak di sinari secara vertikal (8 mm) horizontal (8 mm) kiri di sinari secara vertikal (8 mm)
horizontal (8 mm)
Kesimpulan
Berdasarkan tabel pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
1. Perlakuan pada kelinci yang diberi efedrin dan epinefrin menunjukkan efek simpatis yang
menyebabkan midriasis atau pelebaran pupil pada mata kelinci dan denyut jantung bertambah

2. Perlakuan pada kelinci yang diberi prostigmin menghasilkan efek parasimpatis yang
menyebabkan miosis atau pengecilan pupil mata pada kelinci dan denyut jantung menurun

Anda mungkin juga menyukai